Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro

PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN TERHADAP KEPUTUSAN


INVESTASI PROYEK PANASBUMI1

Agus Danar2 dan Heru Subiyantoro3

Abstraksi
Pembangunan berbasis energi yang tidak ramah lingkungan menimbulkan
emisi gas rumah kaca, yang menjadi salah satu penyebab pemanasan global dan
perubahan iklim, yang sangat mengganggu lingkungan kehidupan manusia di
bumi. Untuk mencegah kerusakan bumi yang semakin parah, negara-negara maju
menganjurkan penghematan energi dan peningkatan pemanfaatan energi
terbarukan melalui sustainable development; dan yang terakhir melalui clean
development mechanism yang diusulkan oleh Protokol Kyoto.
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki cadangan panasbumi
yang terbesar di dunia memiliki peluang yang besar untuk mengurangi emisi gas
rumah kaca, namun ironisnya pemanfaatan sumber daya panasbumi (untuk
pembangkitan tenaga listrik) baru mencapai 5% dari total supply yang ada.
Berbagai upaya perlu dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk mendorong
pengusahaan sumber daya panasbumi secara optimal di masa mendatang.
Salah satu faktor yang cukup strategis untuk mendorong pengusahaan
sumber daya panasbumi adalah melalui sistem perpajakan. Memang harus diakui
bahwa pemberian berbagai insentif perpajakan panasbumi dapat menurunkan
penerimaan Pemerintah dari pajak panasbumi, namun harus dipertimbangkan
pula manfaat yang lebih besar, yaitu adanya penurunan harga listrik panasbumi
dan multiplier effect yang ditimbulkannya (bertumbuh kembangnya industri-
industri baru karena meningkatnya penyedian tenaga listrik) yang pada gilirannya
dapat meningkatkan penerimaan Pemerintah dari sektor pajak. Dalam paper ini
dilihat pengaruh dari perubahan peraturan (sistem) perpajakan terhadap
keputusan investasi proyek panasbumi, khususnya evaluasi terhadap Keputusan
Menteri Keuangan No. 746/KMK.012/1981 dan Keputusan Menteri Keuangan
No. 766/KMK.04/1992.

1
Pandangan dalam tulisan ini merupakan pendapat pribadi dan tidak harus mencerminkan pendapat lembaga
tempat penulis bekerja.
2
Analis Investasi dan Mantan Perunding Panasbumi Pertamina, dapat dihubungi di agusdnr@yahoo.com
3
Kepala Pusat Statistik dan Penelitian Keuangan, Badan Analisa Fiskal, Departemen Keuangan Republik
Indonesia dan Staff Pengajar pada Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik - Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, dapat dihubungi di heru_su.sj@depkeu.go.id

Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003

1
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro

I. Pendahuluan cent 7 per kWh) dan “daya beli” PLN


(sekitar US$ cent 4.5 per kWh).
Menurut beberapa pemberitaan yang
Kesenjangan harga ini tidak terlepas dari
sering dimuat dalam berbagai media cetak
adanya kenyataan bahwa PLN harus
dan elektronik dikabarkan bahwa Indonesia
membayar tenaga listrik yang dibeli dari IPP
pada saat ini sedang menghadapi krisis
dengan US$, tetapi harus menjualnya
tenaga listrik yang serius. Pertumbuhan rata-
kepada masyarakat dalam rupiah.
rata kebutuhan tenaga listrik di Indonesia
dalam kurun waktu 5 tahun mendatang (sejak Salah satu sumber daya energi yang
tahun 2000) diperkirakan akan mencapai digunakan untuk membangkitkan tenaga
8,9% per tahun, sehingga setiap tahun listrik adalah panasbumi, yang merupakan
diperlukan tambahan daya terpasang sumber daya energi terbarukan yang ramah
pembangkit listrik sekitar 2000 MW, yang lingkungan dan dapat mendukung pemba-
memerlukan dana investasi sekitar US$ 1,2 ngunan berkelanjutan (sustainable develop-
s/d 2 milyar per tahun (belum termasuk biaya ment). Indonesia memiliki cadangan panas-
investasi untuk jaringan transmisi, distribusi bumi yang terbesar di dunia (sekitar 16.000
dan perlengkapan kelistrikan lainnya)4 MW), namun yang telah dimanfaatkan untuk
pembangkitan tenaga listrik baru mencapai
PT. PLN (PERSERO) sebagai salah
sekitar 5%. Salah satu faktor penyebab
satu BUMN yang memiliki kekuatan
kurang berkembangnya investasi di bidang
monopoli dalam bidang ketenagalistrikan,
panasbumi diantaranya adalah harga tenaga
jelas tidak mungkin menanggung beban
listrik yang dinilai oleh para investor kurang
biaya investasi yang demikian besar tersebut.
menarik. Dari sudut pandang investor
Untuk mengatasi hal tersebut, peranan
panasbumi, harga tenaga listrik harus dapat
pengusaha listrik swasta (Independent Power
menghasilkan tingkat pengembalian yang
Producer, IPP) dalam penyediaan tenaga
menarik sesuai dengan risiko bisnis yang
listrik mutlak diperlukan. Namun ada
tinggi (khususnya di sektor hulu).
beberapa faktor yang menyebabkan kurang
menariknya investasi di bidang ketenaga- Untuk mendorong pengembangan
listrikan di Indonesia pada saat ini, sumber daya panasbumi di Indonesia,
diantaranya adalah country risk yang masih Pemerintah telah mengeluarkan kebijak-
tinggi dan adanya kesenjangan antara “harga sanaan di bidang perpajakan, diantaranya
keekonomian” tenaga listrik (sekitar US$ adalah sistem perpajakan berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan No.
746/KMK.012/1981 tahun 1981 (selanjutnya
4
Ir. Firdaus Akmal & Ir. Djuwarno, MM (2003): disebut KMK 746) dan Keputusan Menteri
“Peluang dan Tantangan Investasi Bisnis Pembangkitan
Tenaga Listrik”, Pertemuan Tahunan Pengelolaan Keuangan No. 766/ KMK.04/1992 tahun
Energi Nasional, Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral, Jakarta.

Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003

2
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro

1992 (selanjutnya disebut KMK 766)5. KMK proyek, yang terdiri dari identifikasi proyek,
766 memang mampu mendorong iklim analisis pasar (market analysis) dan analisis
investasi panasbumi karena adanya penu- tekno-ekonomi seperti yang terlihat pada
runan tarif panasbumi cukup signifikan. Gambar 1, yang terdiri dari beberapa
Dengan menggunakan kasus “total tahapan sebagai berikut:
proyek” panasbumi yang terdiri dari a. Penyusunan Model Reservoir Panas-
pengembangan lapangan panasbumi dan bumi
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Tahapan ini dilakukan untuk menda-
Panasbumi (PLTP) berkapasitas 110 MW, patkan gambaran mengenai karakteristik
paper ini dimaksudkan untuk memban- dan kedalaman reservoir panasbumi
dingkan pengaruh dari perubahan peraturan serta potensi sumber daya panasbumi,
perpajakan panasbumi diatas (KMK 746 dan yang sangat diperlukan untuk menen-
KMK 766) dan terhadap Internal Rate tukan lokasi pemboran sumur-sumur
Return (IRR) serta penenentuan harga listrik eksplorasi.
panasbumi. b. Perencanaan dan Penjadualan Proyek
Tahapan ini dilakukan untuk men-
II. Metodologi dapatkan gambaran mengenai ruang
2.1 Model Studi Kelayakan Investasi lingkup proyek dan jadwal kegiatan
Proyek Panasbumi proyek.
Keputusan investasi proyek panas- c. Estimasi Biaya
bumi merupakan keputusan investasi yang Tahapan ini dilakukan untuk mendapat-
sangat strategis, karena proyek panasbumi kan gambaran mengenai total biaya
memerlukan “waktu pembangunan yang investasi proyek panasbumi selama
lama” (multi years project), melibatkan dana masa preproduksi, termasuk IDC
yang besar, menggunakan teknologi yang (Interest During Construction) apabila
canggih dan menghadapi risiko yang tinggi proyek menggunakan debt financing.
(terutama pada kegiatan hulu, khususnya
d. Analisis Cash Flow
pada tahap eksplorasi).
Tahapan ini dilakukan untuk men-
Untuk menghindari kegagalan yang dapatkan gambaran mengenai proyeksi
tidak diharapkan, setiap keputusan investasi arus kas proyek sejak proyek dimulai
harus didukung dengan suatu studi kelayakan sampai dengan berakhirnya masa
produksi.
5
Tentang Tatacara Penghitungan, Penyetoran dan
e. Penilaian Kelayakan Proyek
Pelaporan Bagian Pemerintah, Pajak Penghasilan,
Pajak Pertambahan Nilai dan Pungutan-pungutan Penilaian kelayakan proyek dilakukan
Lainnya atas hasil Pengusahaan Sumber Daya dengan menggunakan profitability indi-
Panasbumi untuk Pembangkitan Energi/Listrik.
cators.

Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003

3
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro

2.2 Sistem Perpajakan Panasbumi 1981 (SP1) dan Keputusan Menteri


Sampai saat ini di Indonesia sudah Keuangan No. 766/KMK.04 /1992 tahun
dikenal dua sistem perpajakan panasbumi, 1992 (SP2) dengan perbedaan sebagai
yaitu berdasarkan Keputusan Menteri berikut :
Keuangan No. 746/KMK.012 /1981 tahun

SP1 SP2
Tarif Pajak 46% 34%
Masa depresiasi 6 tahun 7 tahun
Tarif depresiasi 12.5% *) 25%
Metode depresiasi Switching Declining Balance
Investment Tax Credit 5% per tahun **) Tidak ada
Catatan :
*) Kecuali pada tahun ketiga, yaitu sebesar 37,5%.
**) Selama 4 tahun.

2.3 Profitability Indicators NPV adalah jumlah dari rangkaian


Keputusan investasi adalah suatu present value of cash flow mulai dari awal
keputusan yang berkaitan dengan pengadaan proyek sampai dengan akhir proyek
aktiva tetap pada masa sekarang untuk
n
CFt
memperoleh serangkaian keuntungan dalam
NPV = ∑ (1)
(1+ r )
t
jangka panjang di masa yang akan datang, t =0
yang melibatkan penggunaan sumber daya
dan dana yang besar yang dapat dimana :
menimbulkan implikasi jangka panjang CFt = Cash flow pada tahun ke t, $.
dimasa yang akan datang. Oleh karena ada r = Discount rate, %.
kesenjangan antara masa sekarang dan masa n = Umur proyek.
yang akan datang, maka dalam menilai
kelayakan usulan investasi diperlukan suatu CFt = CI t − COt (2)
indikator yang dapat menjembatani
perbedaan antara nilai uang pada masa yang dimana
akan datang dengan nilai uang pada masa CIt = Cash inflow pada tahun ke t, $,
sekarang, yang disebut Profitability Indi- terdiri dari revenue.
cators, yang berbasis pada present value of COt = Cash outflow pada tahun ke t, $,
money. terdiri dari biaya investasi, biaya
operasi dan pajak.
2.3.1 Net Present Value (NPV)

Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003

4
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro

Kriteria penilaian kelayakan usulan proyek mengatasi fenomena multiple IRR dan
berdasarkan NPV : conflict ranking projects, sedangkan IRR
tidak dapat mengatasi fenomena tersebut.
¾ Jika NPV > 0, maka usulan proyek layak
Meskipun demikian, NPV juga memiliki
untuk dilaksanakan (feasible).
kelemahan, yaitu NPV tidak memiliki safety
¾ Jika NPV < 0, maka usulan proyek tidak
margin (sedangkan IRR memiliki safety
layak untuk dilaksanakan.
margin) dan NPV kalah populer diban-
dingkan dengan IRR (para investor pada
2.3.2 Internal Rate of Return (IRR)
umumnya lebih tertarik menggunakan IRR,
IRR adalah discount rate yang karena IRR dapat segera dibandingkan
menghasilkan NPV sama dengan nol. dengan cost of capital). Di samping itu,
dengan ditemukannya metode Modified IRR
n
CFt (MIRR), MIRR juga dapat digunakan untuk
∑ (1 + IRR)
t =0
t
=0 (3)
mengatasi fenomena multiple IRR dan
conflict ranking projects, sehingga issue
tradisional yang mengunggulkan NPV tidak
Kriteria penilaian kelayakan usulan proyek
relevan lagi.
berdasarkan IRR :
¾ Jika IRR > required rate of return, maka 2.3.4 Payback Period (PBP)
usulan proyek layak untuk dilaksanakan
Payback period adalah waktu yang
(feasible).
diperlukan untuk memperoleh kembali
¾ Jika IRR < required rate of return, maka
seluruh biaya dan kewajiban yang telah
usulan proyek tidak layak untuk
dikeluarkan dalam suatu proyek.
dilaksanakan.

0 − CCFm
2.3.3 Pro dan Kontra Antara NPV dan PBP = m + (4)
IRR CCFm +1 − CCFm
Pada umumnya pengambilan kepu- dimana :
tusan investasi berdasarkan NPV dan IRR
PBP = Payback Period, tahun.
akan memberikan hasil yang sama, artinya
m = Tahun dengan CCF negatif
“apabila suatu usulan investasi dinilai layak
sebelum CCF positif
berdasarkan NPV, maka usulan investasi
m+1 = Tahun dengan CCF positif setelah
tersebut juga dinilai layak ber-dasarkan IRR”.
CCF negatif
Namun demikian, menurut kalangan
CCFm = Cumulative Cash Flow pada
akademisi, NPV dianggap lebih unggul
tahun m (< 0), $.
dibandingkan IRR, karena NPV dapat

Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003

5
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro

CCFm+1 = Cumulative Cash Flow pada 3.2 Ruang Lingkup Proyek


tahun m+1 (> 0), $.
Ruang lingkup proyek panasbumi
XYZ terdiri dari ruang lingkup pengem-
Meskipun PBP tidak mencerminkan
bangan lapangan panasbumi (sektor hulu)
Profitability Indicators suatu usulan investasi
dan pembangunan PLTP (sektor hilir).
dan metode perhitungannya tidak memper-
Penyusunan ruang lingkup sektor hulu baru
timbangkan present value of money, namun
dapat dilakukan setelah ada model reservoir
PBP sering digunakan untuk melengkapi
dan prospek panasbumi meng-indikasikan
indikator kelayakan usulan Iinvestasi, karena
adanya cadangan panasbumi yang komersiil,
PBP dapat mencerminkan likuiditas suatu
sedangkan penyusunan ruang lingkup sektor
usulan investasi dan secara rule of thumb
hilir baru dapat dilakukan secara lebih
dapat digunakan untuk “menebak” IRR
akurat apabila pengembangan lapangan
1
adalah IRR = panasbumi sudah menunjukkan tanda-tanda
PBP mampu memasok energi panasbumi sesuai
dengan kapasitas terpasang PLTP.
III. Gambaran Umum Proyek Asumsi yang digunakan dalam
Panasbumi XYZ Dan Asumsi penyusunan ruang lingkup proyek panas-
3.1 Karakteristik Reservoir Panasbumi bumi XYZ diantaranya adalah sebagai
berikut:
Proyek panasbumi XYZ adalah ‰ Skala pengusahaan sumber daya
proyek pengembangan lapangan panas-bumi panasbumi : 110 MW.
dan pembangunan PLTP (total proyek) yang ‰ Jenis fluida panasbumi: uap basah
dilakukan di area prospek panasbumi XYZ (kandungan air 40%).
yang memiliki karakteristik reservoir ‰ Ekses kapasitas pemasokan uap
panasbumi sebagai berikut : panasbumi: 10%.
¾ Temperatur reservoir : 2500C ‰ Rata-rata kapasitas produksi per sumur:
¾ Tekanan reservoir : 45 bar 100 ton uap panasbumi per jam.
¾ Permeabilitas : 12 mD ‰ Kebutuhan uap panasbumi per MW: 10
¾ Porositas : 10% ton per jam.
¾ Jenis fluida panasbumi : Uap basah ‰ Kedalaman rata-rata sumur eksplorasi
(kandungan air 40%) adalah 2200 m, sumur produksi dan
¾ Kandungan gas : 1.5% sumur make up adalah 1700 m dan
¾ Kedalaman reservoir : 1500 m sumur reinjeksi adalah 2000 m.
¾ Potensi sumber daya panasbumi : 150 ‰ Rasio keberhasilan pemboran sumur
MW x 30 tahun. eksplorasi adalah 50% dan sumur
produksi adalah 80%.

Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003

6
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro

‰ Rata-rata decline rate produksi sumur Lokasi : 9 lokasi sumur dan 1


adalah 3% per tahun. lokasi PLTP.
‰ Kondensasi air di PLTP: 20%. ‰ Jumlah sumur panasbumi sebanyak
‰ Average water reinjection per sumur 34 sumur, terdiri dari: 4 sumur
reinjeksi: 182 ton per jam. eksplorasi (2 gagal, 2 sukses), 13
‰ Jumlah sumur dalam satu lokasi sumur: sumur produksi konvensional (2 gagal,
11 sukses), 6 sumur reinjeksi dan 11
¾Di setiap lokasi sumur maksimum
sumur make-up.
terdapat 5 sumur,
‰ Jaringan pipa produksi (244 inchi-km)
¾Dalam satu lokasi sumur tidak boleh
dan jaringan pipa reinjeksi (227 inchi-
terdapat lebih dari satu sumur
km).
eksplorasi atau satu sumur reinjeksi,
‰ Fasilitas produksi dan fasilitas umum
¾Pemboran sumur produksi dapat
hulu dan hilir.
dilakukan di lokasi sumur eksplorasi
‰ Dua unit PLTP @ 55 MW
yang berhasil,
¾Pemboran sumur reinjeksi dapat
3.3 Jadwal Kegiatan Proyek
dilakukan di lokasi sumur eksplorasi
yang gagal. Jadwal kegiatan proyek baru dapat
disusun setelah dipunyai ruang lingkup
Dari asumsi tersebut, dapat disusun ruang proyek, yaitu suatu diagram balok datar (bar
lingkup proyek panasbumi XYZ sebagai chart) yang menggambarkan hubungan antar
berikut : kegiatan proyek dengan waktu pelaksanaan
(duration) kegiatan-kegiatan tersebut. Dari
‰ Jenis proyek : Total proyek (proyek
jadwal kegiatan proyek pada Gambar 2
hulu + proyek hilir).
terlihat bahwa umur proyek panasbumi XYZ
‰ Skala proyek : 110 MW.
(masa pre produksi) adalah 5 tahun, dengan
‰ Area panasbumi : XYZ (luas area + 25
perincian sebagai berikut :
km2).
Tahun 1: survei eksplorasi, jalan, lokasi dan
‰ Pengusaha panasbumi : Perusahaan
sumur eksplorasi;
ABC.
Tahun 2: jalan, lokasi, studi lingkungan,
‰ Kontrak panasbumi : Joint Operation
sumur eksplorasi, studi reservoir,
Contract dan Energy Sales Contract.
sumur produksi dan sumur
‰ Masa kontrak : 35 tahun.
reinjeksi;
‰ Masa pre produksi : 5 tahun.
Tahun 3: jalan, lokasi, sumur produksi,
‰ Masa produksi : 30 tahun.
sumur reinjeksi, desain jaringan
‰ Jalan dan lokasi :
pipa & fasilitas produksi proyek
Jalan : 25 km.

Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003

7
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro

hulu dan desain engineering proyek satuan investasi (Tabel 1) dan jadwal
hilir; kegiatan proyek (Gambar 2), maka dapat
Tahun 4: sumur reinjeksi, jaringan pipa, disusun skedul biaya investasi seperti yang
fasilitas produksi proyek hulu dan terlihat pada Tabel 2. Dari Tabel 2 terlihat
PLTP; bahwa estimasi biaya investasi proyek hulu
Tahun 5: jaringan pipa, fasilitas produksi (38,7%) lebih rendah dibandingkan dengan
proyek hulu, PLTP, gedung estimasi biaya investasi proyek hilir
perkantoran dan commissioning; (61.3%), sedangkan biaya investasi yang
Tahun 6: operasi komersiil PLTP dimulai terbesar adalah biaya sumur panasbumi
pada awal tahun. untuk proyek hulu dan biaya PLTP untuk
Jadwal kegiatan proyek tersebut tidak proyek hilir. Namun karena tingkat resiko
termasuk kegiatan pemboran sumur make-up proyek hulu jauh lebih tinggi dibandingkan
yang dilakukan pada masa produksi, yaitu dengan tingkat resiko proyek hilir, maka
pada tahun produksi ke-3, 6, 8, 11, 14, 16, perbandingan realisasi biaya investasi antara
19, 22, 24, 27 dan 30. kedua proyek tersebut dapat berubah drastis.
Perlu diingat bahwa biaya investasi
3.4 Estimasi Biaya Proyek proyek panasbumi (khususnya proyek hulu)
Biaya proyek terdiri dari biaya sifatnya site specific, diantaranya sangat
investasi (biaya pre produksi) dan biaya tergantung pada karakteristik reservoir
operasi (biaya pada masa produksi). Dalam panasbumi, letak lokasi area panasbumi dan
menyusun estimasi biaya proyek panasbumi, faktor kesulitan dipermukaan ataupun
seorang cost estimator pada umumnya belum dibawah permukaan bumi. Oleh karena itu,
memiliki data yang akurat tentang aspek proyek panasbumi yang memiliki ukuran
teknis (khususnya yang berkaitan dengan proyek yang sama belum tentu memiliki
ruang lingkup proyek hulu) dan aspek biaya investasi yang sama.
keuangan (yang berkaitan dengan unit cost).
Oleh karena itu, dalam menentukan estimasi IV. Hasil dan Diskusi
biaya satuan investasi kita harus mengacu 4.1.Proyeksi Cash Flow
pada historical of costs data dari proyek
yang “sejenis”. Dari Tabel 1 terlihat bahwa Proyeksi cash flow disusun mulai
biaya operasi proyek hulu per tahun adalah dari masa pre produksi (tahun 1 s/d tahun 5)
3.5% dari kumulatif biaya kapital, sedangkan sampai dengan berakhirnya masa produksi
biaya operasi proyek hilir adalah US$ 4 per (tahun 6 s/d tahun 35) dengan menggunakan
MWh. Rumus 2, dan menggunakan data sebagai
berikut:
Setelah itu, dengan menggunakan
data ruang lingkup proyek, estimasi biaya ‰ Cash Inflow

Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003

8
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro

Elemen cash inflow hanya terdiri dari ™ Biaya operasi pada masa produksi
revenue tahun 6 sampai dengan tahun 35 dihitung dengan menggunakan
yang dihitung dengan menggunakan asumsi pada Tabel 1.
asumsi sebagai berikut :
™ Kapasitas terpasang PLTP: 110 MW. 4.2.Penilaian Kelayakan Proyek
™ Faktor Kapasitas: 80%. Dengan menggunakan sistem per-
™ Jumlah jam dalam setahun: 365 x 24 pajakan SP1 dan SP2, serta discount rates
= 8760 jam. 15% (low return), 17% (medium return) dan
™ Harga listrik panasbumi: US$ 45 s/d 20% (high return), dari Tabel 3 terlihat
US$ 70 per MWh. bahwa:

‰ Cash Outflow a. Pada Harga Listrik Panasbumi US$


45 per MWh
Elemen cash inflow terdiri dari :
™ Biaya investasi pada tahun 1 sampai ¾ Proyek panasbumi tidak feasible,
dengan tahun 5 (lihat Tabel 2) dan karena menghasilkan NPV (dihitung
biaya investasi sumur-sumur make dengan menggunakan Rumus 1) < 0
up pada masa produksi beserta dan IRR (dihitung dengan
fasilitas produksi yang terkait. menggunakan Rumus 3) < low
™ Pajak perseroan yang dihitung return.
dengan menggunakan sistem per- ¾ PBP proyek panasbumi (dihitung
pajakan panasbumi sebagai berikut : dengan menggunakan Rumus 4)
¾ SP1 : Keputusan Menteri Keu- relatif cepat, karena tidak lebih lama
angan No. 746/KMK.012 /1981 dari 7 tahun setelah operasi komersial.
tahun 1981 (lihat sub bab 2.2). b. Pada Harga Listrik Panasbumi US$
¾ SP2 : Keputusan Menteri Keu- 70 per MWh
angan No. 766/KMK.04 /1992 ¾ Jika menggunakan SP1, proyek
tahun 1992 (lihat sub bab 2.2). panasbumi akan feasible jika meng-
¾ SP3 : Menggunakan metode gunakan discount rate 15%, tetapi
depresiasi SP2 (ceteris paribus tidak feasible jika menggunakan
SP1). discount rate di atas 16,30%.
¾ SP4 : Tidak ada investment ¾ Jika menggunakan SP2, proyek
allowance (ceteris paribus SP1). panasbumi akan feasible jika meng-
¾ SP5 : Menggunakan tarif pajak gunakan discount rate tidak lebih dari
34% (ceteris paribus SP1). 17,17%.

Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003

9
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro

¾ PBP proyek panasbumi relatif sangat yang baru (7 tahun) lebih lama dibandingkan
cepat, karena sekitar 4 tahun setelah dengan yang lama (6 tahun), sehingga tidak
operasi komersial. dapat menimbulkan tax saving effect.

4.3. Perbandingan antara Peraturan Lama 4.5 Pengaruh dari Penghapusan Invest-
(SP1) dan Peraturan Baru (SP2) ment Allowance
Dari Tabel 4 terlihat bahwa pada Investment allowance merupakan
kisaran harga listrik antara US$ 45 sampai salah satu insentif perpajakan yang sangat
dengan US$ 70 per MWh, IRR proyek pen-ting, yang diberikan pada suatu bidang
panasbumi akan berkisar antara 10.28% usaha tertentu agar dapat mendorong
sampai dengan 16.30% untuk SP1 dan pertumbuhan investasi. Penerapan invest-
10.79% sampai dengan 17.17% untuk SP2. ment allowance tersebut dapat menimbulkan
Dari hasil tersebut terlihat bahwa meskipun tax saving effect, yang pada gilirannya akan
pajak pada peraturan baru lebih rendah dapat memperbaiki “keekonomian” proyek.
sebesar 12% (dari 46% menjadi 34%) namun Dari Tabel 4 terlihat bahwa pengha-pusan
“perbaikan” IRR proyek tidak cukup investment allowance pada peraturan yang
signifikan, yaitu “hanya” sekitar 0.51% lama (SP4) akan menimbulkan disincentive
sampai dengan 0.87% pada kisaran harga effect, sehingga IRR proyek panasbumi akan
listrik antara US$ 45 sampai dengan US$ 70 berkisar antara 9,87% sampai dengan
per MWh. Kenapa hal ini dapat terjadi? 15,57% dengan marginal IRR sebesar 0,23%
Marilah kita simak pada diskusi berikutnya. per US$/MWh pada kisaran harga listrik
antara US$ 45 sampai dengan US$ 70 per
4.4. Pengaruh dari Metode Depresiasi MWh, yang berarti ada penurunan IRR yang
yang Baru cukup drastis. Dari hasil tersebut terlihat
bahwa pencabutan investment allowance
Dari Tabel 4 terlihat bahwa apabila
tidak dapat memberikan “dukungan” ter-
metode depresiasi yang lama diganti dengan
hadap iklim investasi yang kondusif.
yang baru (SP3), maka IRR proyek
panasbumi akan berkisar antara 10.28%
4.6 Pengaruh dari Penurunan Tarif
sampai dengan 16,29% pada kisaran harga
Pajak
listrik antara US$ 45 sampai dengan US$ 70
per MWh. Dari hasil tersebut terlihat bahwa Dari Tabel 4 terlihat bahwa apabila
penerapan SP3 tidak akan menimbulkan tarif pajak pada peraturan lama diturunkan
“perbaikan” terhadap IRR proyek panas- dari 46% menjadi 34% (SP5), maka pada
bumi, bahkan menimbulkan “penurunan” kisaran harga listrik antara US$ 45 sampai
meskipun tidak terlalu signifikan. Hal ini dengan US$ 70 per MWh, IRR proyek
dapat dimengerti karena masa depresiasi panasbumi akan berkisar antara 11,10%

Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003

10
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro

sampai dengan 17,63% dengan marginal IRR MWh, maka IRR sebesar 20% (high
sebesar 0,26% per US$/MWh. Dari hasil return) tidak akan tercapai.
tersebut terlihat bahwa penurunan tarif pajak d. Ceiling price sebesar US$ 70 per MWh
(ceteris paribus terhadap peraturan lama) tercapai diatas low return (SP1) dan di
akan dapat “mendongkrak” IRR proyek bawah high return (SP2 dan SP5).
panasbumi secara “signifikan”, yaitu dapat
meningkatkan IRR sebesar 0,82% (harga 4.8 IRR Proyek Panasbumi Dikaitkan
listrik antara US$ 45 per MWh) sampai dengan HPP PT. PLN (PERSERO)
dengan 1,33% (harga listrik antara US$ 70
Dengan mempertimbangkan Harga
per MWh).
Pokok Penjualan (HPP) PT. PLN
(PERSERO) yang menjadi acuan TDL tahun
4.7 Harga Listrik Panasbumi
2003 adalah Rp. 667,- per kWh dan nilai
Dari Tabel 5 terlihat bahwa harga tukar US$ sebesar Rp.8500,- per US$
listrik panasbumi adalah sekitar US$ 63,49 asumsi harga listrik panasbumi adalah
per MWh (low return), US$ 74,05 per MWh sebesar 70%, 80% dan 90% dari HPP PT.
(medium return) dan US$ 88,58 per MWh PLN (PERSERO), maka dari Tabel 6
(high return) berdasarkan SP1, sekitar US$ terlihat bahwa pengusaha panasbumi akan
60,79 per MWh (low return), US$ 69,23 per memperoleh:
MWh (medium return) dan US$ 82,92 per
a. IRR sebesar 12,94% (peraturan lama),
MWh (high return) berdasarkan SP2 dan
13,51% (peraturan baru) dan 13,94%
sekitar US$ 58,90 per MWh (low return),
(SP5) apabila harga listrik panasbumi
US$ 66,95 per MWh (medium return) dan
adalah sebesar US$ 54,93 per MWh
US$ 80,84 per MWh (high return)
(70% dari HPP).
berdasarkan SP5. Dari hasil tersebut terlihat
b. IRR sebesar 14.83% (peraturan lama),
bahwa :
15,48% (peraturan baru) dan 15,98%
a. Harga listrik panasbumi yang paling (SP5) apabila harga listrik panasbumi
murah adalah harga listrik berdasarkan adalah sebesar US$ 62,78 per MWh
sistem perpajakan SP5, sedangkan yang (80% dari HPP).
paling mahal adalah harga listrik berda- c. IRR sebesar 16.41% (peraturan lama),
sarkan sistem perpajakan yang lama. 17,32% (peraturan baru) dan 17,76%
b. Apabila investor menginginkan mini- (SP5) apabila harga listrik panasbumi
mum IRR sebesar 15% (low return), adalah sebesar US$ 70,62 per MWh
maka harga listrik panasbumi tidak akan (90% dari HPP).
feasible.
Dari hasil tersebut, terlihat bahwa:
c. Apabila ceiling price yang disetujui
pembeli adalah sebesar US$ 70 per

Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003

11
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro

a. Apabila harga listrik panasbumi sebesar ™ Floor price sebesar US$ 45 per MWh
70% dari HPP, maka investor panasbumi tidak akan menarik bagi investor
tidak akan tertarik, karena akan panasbumi, karena akan memperoleh
menghasilkan IRR dibawah low return. IRR dibawah low return.
b. Apabila harga listrik panasbumi sebesar ™ SP5 adalah sistem perpajakan yang
80% dari HPP, maka peraturan lama dapat memberikan hasil yang optimal
menjadi tidak menarik, karena akan bagi pengusaha panasbumi dari USA
menghasilkan IRR dibawah low return, yang menggunakan tarif pajak sebesar
sedangkan apabila menggu-nakan 34%.
peraturan baru dan SP5, maka investor ™ Karena PLN membeli listrik panas-
panas bumi akan memperoleh IRR diatas bumi dari pengusaha swasta asing
low return. dalam US$, sedangkan HPP dan TDL
c. Apabila harga listrik panasbumi sebesar ditetapkan dalam Rupiah, maka daya
90% dari HPP, maka investor panasbumi beli PLN terhadap listrik panasbumi
akan memperoleh IRR dibawah medium yang dihasilkan oleh pengusaha
return apabila menggunakan peraturan swasta asing sangat tergantung pada
lama, akan tetapi akan memperoleh IRR nilai tukar US$ terhadap Rupiah.
diatas medium return apabila meng-
gunakan peraturan baru dan SP5. 5.2 Saran
™ Agar harga listrik dapat terjangkau oleh
V. Penutup “rakyat banyak”, maka Pemerintah se-
5.1 Kesimpulan baiknya menetapkan IRR maksimum
proyek panasbumi (dalam constant US$
™ Meskipun peraturan perpajakan yang
costs), misalnya 17% untuk total
baru (SP2) menawarkan insentif berupa
project dan 15% untuk down-stream
penurunan tarif pajak, namun tidak
project.
dapat memperbaiki keekonomian proyek
™ Untuk “menekan” harga listrik panas-
secara optimal, karena beberapa insentif
bumi dapat dilakukan beberapa cara
perpajakan pada peraturan yang lama
sebagai berikut :
(SP1) seperti metode depresiasi dan
investment allowance diganti atau ¾ Menggunakan sumur produksi big
dihilangkan. hole yang meskipun lebih mahal dari
™ Investor panasbumi tidak akan pernah sumur produksi konvensional, namun
memperoleh IRR high return, apabila memiliki kemampuan produksi yang
ceiling price yang disepakati adalah jauh lebih tinggi, sehingga dapat
US$ 70 per MWh. mengurangi jumlah sumur produksi,

Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003

12
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro

yang pada gilirannya dapat mengu- Brigham, E.F. and Houston, J.F., (1998,
rangi total biaya sumur produksi. Eight Edition): Fundamentals of
¾ Menggunakan pembangkit listrik Financial Management.
bukan dari “merek unggulan” yang Clifton, David S. Jr. And Fiffe, David E.,
harganya murah, (1977): Project Feasibility Analysis,
¾ Menggunakan pembangkit listrik A Guide To Profitable New
berukuran kecil (modular) sehingga Ventures, A Wiley Interscience
dapat mempercepat waktu start up, Publication, New York.
¾ Mengundang peran serta pengusaha Danar, Agus (2003): "Model Keputusan
swasta nasional dalam pengembangan Investasi dan Analisis Sensitivitas
sumber daya panasbumi, agar dapat Proyek Panasbumi di Indonesia",
memanfaatkan tarif pajak 30% secara Tesis Program Magister Mana-
efektif dan “mungkin” ada yang jemen, Universitas Borobudur,
bersedia menggunakan “Rupiah Jakarta.
financing”. Danar, Agus (2002): Upaya Mendorong
™ Untuk mendorong iklim investasi Pengusahaan Sumber daya Panas-
bumi Melalui Fasilitas Perpajakan,
panasbumi yang kondusif, Peme-rintah
Asosiasi Panasbumi Indonesia,
perlu menawarkan insentif perpajakan Jakarta.
yang menarik (misalnya seperti sistem
perpajakan SP5). Danar, Agus (2001): Evaluasi Keekonomian
™ Jika dianggap perlu, Pemerintah Proyek Panasbumi, Kursus Singkat,
Pertemuan Ilmiah Tahunan V
memberikan subsidi terhadap perbedaan
Asosiasi Panasbumi Indonesia,
nilai tukar US$ antara yang berlaku Yogyakarta.
pada saat berjalan dan pada saat
ditandatanganinya Kontrak Penjualan Danar, Agus (1996): Peraturan Keuangan
dan Perpajakan Panasbumi di
Energi Panasbumi (subsidi diambil dari
Indonesia, Amoseas Indonesia Inc.,
pajak panasbumi).
Jakarta.
VI. Daftar Pustaka Danar, Agus; dan Pudyastuti, Kris (1995):
Economic Evaluation of Geothermal
Akmal, Firdaus dan Djuwarno, (2002), Project Based on the Old and New
Peluang dan Tantangan Investasi Geothermal Tax Regulation, The
Bisnis Pembangkitan Tenaga Lis- 17th New Zealand Geothermal
trik, Pertemuan Tahunan Penge- Workshop, University of Auckland,
lolaan Energi Nasional, Departemen Auckland.
Energi dan Sumber Daya Mineral,
Jakarta. Danar, Agus dan Suryadi, Dicky, (1992),
Evaluasi Keekonomian Total Proyek

Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003

13
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro

Panasbumi, Seminar Energi Nasional Geothermal Energy New Zealand Ltd,


IV, Komite Nasional Indonesia – (1988), Seminar Notes on
World Energy Council, Jakarta. Engineering Economics for
Geothermal Projects, Jakarta.
Danar, Agus, (1991), An Economic
Comparison Between Conventional Levy, H, and Samat, M, (1978), Capital
and Modular Geothermal Develop- Investment and Financial Decisions,
ment Models, The 13th New Zealand Prentice Hall International, Inc.
Geothermal Workshop, University of
Sudarman, Sayogi; and Danar, Agus (1992):
Auckland, Auckland.
Development of Geothermal Energy
Danar, Agus (1984): Investment Decision in Indonesia, PERTAMINA,
Dalam Bidang Eksplorasi dan Jakarta.
Pengembangan Minyak Bumi di
Takhyan, Iin A.; Yusgiantoro, Purnomo; and
Indonesia Berdasarkan Kontrak
Danar, Agus, (1990): Economic
Production Sharing, Skripsi Untuk
Aspects of Geothermal Development
Memenuhi Sebagian Dari Syarat-
in Indonesia, The 12th New Zealand
Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana
Geothermal Workshop, University
Ekonomi, Extension Fakultas
of Auckland, Auckland.
Ekonomi, Universitas Indonesia,
Jakarta. The World Bank and USAID; (1994):
Submission and Evaluation of
Electroconsult, (1992): Geothermal Steam
Proposals for Private Power
Pricing Study Indonesia, Asian
Generation Projects in Developing
Development Bank, Manila.
Countries, The World Bank and
USAID, Washington DC.

Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003

14
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro

LAMPIRAN

Input Proses Output

Data survei Kajian keilmuan terpa-


eksplorasi du : geologi, geokimia Model reservoir
dan geofisika

Asumsi dan
data teknis Perancangan proyek Ruang lingkup proyek
lainnya

Daftar kegiatan pro-


yek, duration dan hu- Jadwal kegiatan proyek
Network planning
bungan ketergan-
tungan antar kegiatan

Biaya satuan Skedul biaya proyek


Estimasi biaya
per kegiatan

1. Faktor kapasitas PLTP


2. Harga energi panasbumi Proyeksi cash flow
3. Biaya Operasi Analisis cash flow
4. Sistim Perpajakan

DCF ROR Profitability Indicators


Dan [Marginal IRR]
Analisis Sensitivitas Keputusan Investasi

Gambar 1. Model Studi Kelayakan Investasi Proyek Panasbumi

Sumber Data : Danar, Agus; (2003): "Model Keputusan Investasi Dan Analisis Sensitivitas Proyek
Panasbumi Di Indonesia", Tesis Program MM, Universitas Borobudur, Jakarta.

Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003

15
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro

Ke g ia t a n P r o y e k Ta h u n 1 Ta h u n 2 Ta h u n 3 Ta h u n 4 Ta h u n 5 Ta h u n 6
P r o y e k Hu lu
S u r v e i e ks p lo r a s i
Ja la n d a n lo ka s i
S tu d i lin g ku n g a n
S u mu r e ks p lo r a s i
S tu d i r e s e r v o ir
S u mu r p r o d u ks i ko n v e n s io n a l
S u mu r r e in je ks i
De s a in ja r in g a n p ip a d a n f a s . p r o d .
Ja r in g a n p ip a d a n f a s ilita s p r o d u ks i
P r o y e k Hilir
Ja la n d a n lo ka s i
S tu d i lin g ku n g a n
De s a in e n g in e e r in g
PL TP
G e d u n g p e r ka n to r a n
Co mmis s io n in g *
"S ta r t- u p " *

G am bar 2. Jadw al K e giatan P r oye k P anasbu mi X Y Z (110 M W )


Su m b e r D a ta : A g u s D a n a r, "M o d e l K e p u tu sa n I n v e s ta si D a n A n a lisis Se n s itiv ita s P ro y e k P a n a sb u m i D i I n d o n e sia ",
Te sis P ro g ra m M M , Un iv e rsita s B o ro b u d u r, J a k a rta , 2 0 0 3 .

Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003

16
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro

T a be l1 . E s ti m a s i B i a y a S a tu a n In ve s ta s i & B ia y a O pe r a s i
P r o y e k P a n a s b u m i X Y Z

K o m p o n e n B ia y a S a tu a n B ia y a p e r S a t u a n
( U n it ) (U S $ )
B ia y a K a p it a l
P r o y e k H u lu
J a la n km 1 5 0 ,0 0 0
L o ka si L o ka si 1 5 0 ,0 0 0
S u m u r E k s p lo r a s i S u m ur 2 ,3 0 0 ,0 0 0
S u m u r P r o d u k s i k o n v e n s io n a l S u m ur 1 ,8 0 0 ,0 0 0
S u m u r R e in je k s i S u m ur 2 ,0 0 0 ,0 0 0
S u m ur M a ke U p S u m ur 1 ,8 0 0 ,0 0 0
J a r in g a n P ip a in c h i- k m 3 0 ,0 0 0
F a s ilit a s P r o d u k s i S is t im 3 ,5 0 0 ,0 0 0
F a s ilit a s U m u m U n it 3 ,0 0 0 ,0 0 0
P r o y e k H ilir
J a la n km 1 5 0 ,0 0 0
L o ka si L o ka si 2 0 0 ,0 0 0
P L T P M W 1 ,0 0 0 ,0 0 0
B ia y a N o n K a p it a l
B ia y a P r e P r o d u k s i P r o y e k H u lu P e r T a h un 3 .5 % *)
B ia y a O p e r a s i P r o y e k H u lu P e r T a h un 3 .5 % **)
B ia y a P r e P r o d u k s i P r o y e k H ilir P e r T a h un 3 .5 % *)
B ia y a O p e r a s i P r o y e k H ilir U S $ pe r M W h 4 .0 0
C a t a t a n : D e c im a l p o in t is c o m m a .
* ) % t a s e d a r i b ia y a k a p it a l.
* * ) % t a s e d a r i k u m u la t if b ia y a k a p it a l
S u m b e r D a t a : A g u s D a n a r , " M o d e l K e p u t u s a n In v e s t a s i D a n
A n a l i s i s S e n s i t i v i t a s P r o y e k P a n a s b u m i D i In d o n e s i a " , T e s i s
P r o g r a m M M , U n iv e r s it a s B o r o b u d u r , J a k a r t a , 2 0 0 3 .

Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003

17
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro

Tabel 2. Skedul Biaya Investasi P royek P anasbumi XYZ (110 M W )

Ribuan U S$
K o m po ne n B ia y a Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Total % Tase
P ro y e k H ulu
J alan dan lokasi 1,500 900 2,250 0 0 4,650 2.49%
Sumur eksplorasi 6,900 2,300 0 0 0 9,200 4.92%
Sumur pr oduksi konvensional 0 7,200 9,000 7,200 0 23,400 12.52%
Sumur reinjeksi 0 0 4,000 8,000 0 12,000 6.42%
J aringan pipa dan fasilitas produksi 0 0 0 4,403 13,208 17,611 9.43%
Fasilitas U mum 0 0 0 0 3,000 3,000 1.61%
Biaya N on K apital 294 364 534 686 567 2,445 1.31%
Total Biaya Investasi H ulu 8,694 10,764 15,784 20,289 16,775 72,306 38.70%
P ro y e k H ilir
J alan dan lokasi 0 0 650 0 0 650 0.35%
PLTP 0 0 11,000 33,000 66,000 110,000 58.88%
Fasilitas Pr oduksi 0 0 0 0 0 0 0.00%
Biaya N on K apital 0 408 1,155 1,155 1,155 3,873 2.07%
Total Biaya Investasi H ilir 0 408 12,805 34,155 67,155 114,523 61.30%
To t a l B ia y a I nv e s ta s i P ro y e k 8,694 11,172 28,589 54,444 83,930 186,829 100.00%
% Tase 4.65% 5.98% 15.30% 29.14% 44.93% 100.00%
Catatan : Thousand separator is coma, and decimal point is point.
A s ums i : Tangible w ell c os ts = 30% ( deprec iable).
Sumber Data : A gus Danar, "Model Keputus an Inv es tas i Dan A nalis is Sens itiv itas Pr oy ek Panas bumi Di Indones ia",
Tes is Program MM, Univ ers itas Borobudur, Jakarta, 2003.

Tabe l 3. P r ofitability Indc ator s P r oye k P anasbumi X Y Z (110 M W )

Je nis Pro y ek = Total Pr ojec t


Kap as itas PL TP = 110 MW
Faktor Ka pas itas = 80%
Su mur Prod uks i = Kon v en s iona l

Pro f itability Ind ic ators Har ga Lis trik Panas bumi


US$ 45 p er MW h US$ 70 per MW h
Net Pr es ent V alue, NPV , US$ 000 SP 1 SP 2 SP 1 SP 2
Dis c ount Rate 15% ( Low Retur n) ( 29,52 3) ( 27,837 ) 8,658 15 ,6 68
Dis c ount Rate 17% ( Medium Re tur n) ( 35,72 8) ( 34,708 ) ( 3,94 6) 1,051
Dis c ount Rate 20% ( Hig h Retur n) ( 41,21 1) ( 40,767 ) (1 6,518) ( 13 ,4 77)
Inter na l Rate of Retur n, IRR, % 10 .2 8% 10.79 % 16.30% 1 7.1 7%
Pay b ac k Period , PBP, Tahun Pro duks i 6.58 6.95 4.11 4 .3 6
Catatan :
SP 1 = Kep . Men . Keu ang an No. 746 /KMK.0 12/19 81 Tah un 19 81, ta rif pa ja k 46% .
SP 2 = Kep . Men . Keu ang an No. 766 /KMK.0 4/199 2 Tahu n 199 2, tar if pajak 3 4% .

Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003

18
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro

T a b e l 4 . I R R P r o y e k P a n a s b u m i X Y Z (1 1 0 M W )
B e r d a s a r ka n Pe r b e d a a n S is tim Pe r p a ja ka n

Je n is Pr o y e k = To ta l Pr o je c t
K a p a s ita s PL TP = 1 1 0 MW
Fa kto r K a p a s ita s = 80%
S u m u r Pr o d u ks i = K o n v e n s io n a l

Ha r g a In te r n a l R a te o f Re tu r n
L is tr ik B e r d a s a r ka n S is tim Pe r p a ja ka n ( S P) Y a n g B e r b e d a
US $ /MW h S P1 S P2 S P3 S P4 S P5
45 1 0 .2 8 % 1 0 .7 9 % 1 0 .2 8 % 9 .8 7 % 1 1 .1 0 %
50 1 1 .6 5 % 1 2 .2 0 % 1 1 .6 1 % 1 1 .2 2 % 1 2 .5 6 %
55 1 2 .9 6 % 1 3 .5 3 % 1 2 .8 8 % 1 2 .4 7 % 1 3 .9 5 %
60 1 4 .1 8 % 1 4 .8 0 % 1 4 .0 6 % 1 3 .5 2 % 1 5 .2 8 %
65 1 5 .3 5 % 1 6 .0 1 % 1 5 .2 0 % 1 4 .4 6 % 1 6 .5 4 %
70 1 6 .3 0 % 1 7 .1 7 % 1 6 .2 9 % 1 5 .5 7 % 1 7 .6 3 %
C a ta ta n :
S P 1 = K e p . M e n . K e u a n g a n No . 7 4 6 /K MK .0 1 2 /1 9 8 1 Ta h u n 1 9 8 1 , ta r if p a ja k 4 6 % .
S P 2 = K e p . M e n . K e u a n g a n No . 7 6 6 /K MK .0 4 /1 9 9 2 Ta h u n 1 9 9 2 , ta r if p a ja k 3 4 % .
S P 3 = S P 1 , te ta p i d e n g a n m e to d e d e p r e s ia s i S P 2 .
S P 4 = S P 1 , te ta p i ta n p a in v e s tme n t a llo w a n c e .
S P 5 = S P 1 , te ta p i d e n g a n ta r if p a ja k 3 4 % .

Gambar 3. Profil IRR Proyek Panasbumi XYZ (110 MW)

Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003

19
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro

Tabel 5. H arga Listrik Proyek Panasbumi XYZ (110 M W )

Jenis Proyek = Total Projec t


Kapasitas PLTP = 110 MW
Faktor Kapasitas = 80%
Sum ur Produksi = Konv ens ional

I R R H a rg a Lis trik, U S $ pe r M W h
SP 1 SP 2 SP3
15% 63.49 60.79 58.90
17% 74.05 69.23 66.95
20% 88.58 82.92 80.84
Catatan :
a). IRR 15% = Low return (for low risk project).
b). IRR 17% = M edium return, rata-rata tertimbang dari low return dan high
berdasarkan bobot nilai investasi proyek hulu (high risk) dan proyek hilir
(low risk).
c). IRR 20% = H igh return (for high risk project).

T ab e l 6. IR R P r oye k P an asb u m i B e r d asar k an H P P

J e n i s P ro y e k = T o ta l Pr o je c t
K a pa sita s P L T P = 110 MW
F a ktor K a pa sita s = 80%
S u m u r P ro d u k s i = K o n v e n s io n a l

H a r g a L is tr ik Pa n a s b u m i IR R Pr o y e k Pa n a s b u m i
S P1 S P2 S P5
7 0 % d a r i H PP 1 2 .9 4 % 1 3 .5 1 % 1 3 .9 4 %
8 0 % d a r i H PP 1 4 .8 3 % 1 5 .4 8 % 1 5 .9 8 %
9 0 % d a r i H PP 1 6 .4 1 % 1 7 .3 2 % 1 7 .7 6 %
K e te r a n g a n :
1 . H PP y a n g m e n ja d i a c u a n T D L 2 0 0 3 a d a la h s e b e s a r R p . 6 6 7 ,- / k W h .
( S u m b e r d a ta : " S u m b a t K e b o c o r a n PL N " , K O M PA S , 3 J a n u a r i 2 0 0 3 ) .
2 . A s u m s i U S $ 1 = R p . 8 5 0 0 ,- .

Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003

20

Anda mungkin juga menyukai