Kajian 1.heru 2
Kajian 1.heru 2
Abstraksi
Pembangunan berbasis energi yang tidak ramah lingkungan menimbulkan
emisi gas rumah kaca, yang menjadi salah satu penyebab pemanasan global dan
perubahan iklim, yang sangat mengganggu lingkungan kehidupan manusia di
bumi. Untuk mencegah kerusakan bumi yang semakin parah, negara-negara maju
menganjurkan penghematan energi dan peningkatan pemanfaatan energi
terbarukan melalui sustainable development; dan yang terakhir melalui clean
development mechanism yang diusulkan oleh Protokol Kyoto.
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki cadangan panasbumi
yang terbesar di dunia memiliki peluang yang besar untuk mengurangi emisi gas
rumah kaca, namun ironisnya pemanfaatan sumber daya panasbumi (untuk
pembangkitan tenaga listrik) baru mencapai 5% dari total supply yang ada.
Berbagai upaya perlu dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk mendorong
pengusahaan sumber daya panasbumi secara optimal di masa mendatang.
Salah satu faktor yang cukup strategis untuk mendorong pengusahaan
sumber daya panasbumi adalah melalui sistem perpajakan. Memang harus diakui
bahwa pemberian berbagai insentif perpajakan panasbumi dapat menurunkan
penerimaan Pemerintah dari pajak panasbumi, namun harus dipertimbangkan
pula manfaat yang lebih besar, yaitu adanya penurunan harga listrik panasbumi
dan multiplier effect yang ditimbulkannya (bertumbuh kembangnya industri-
industri baru karena meningkatnya penyedian tenaga listrik) yang pada gilirannya
dapat meningkatkan penerimaan Pemerintah dari sektor pajak. Dalam paper ini
dilihat pengaruh dari perubahan peraturan (sistem) perpajakan terhadap
keputusan investasi proyek panasbumi, khususnya evaluasi terhadap Keputusan
Menteri Keuangan No. 746/KMK.012/1981 dan Keputusan Menteri Keuangan
No. 766/KMK.04/1992.
1
Pandangan dalam tulisan ini merupakan pendapat pribadi dan tidak harus mencerminkan pendapat lembaga
tempat penulis bekerja.
2
Analis Investasi dan Mantan Perunding Panasbumi Pertamina, dapat dihubungi di agusdnr@yahoo.com
3
Kepala Pusat Statistik dan Penelitian Keuangan, Badan Analisa Fiskal, Departemen Keuangan Republik
Indonesia dan Staff Pengajar pada Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik - Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, dapat dihubungi di heru_su.sj@depkeu.go.id
Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003
1
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro
Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003
2
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro
1992 (selanjutnya disebut KMK 766)5. KMK proyek, yang terdiri dari identifikasi proyek,
766 memang mampu mendorong iklim analisis pasar (market analysis) dan analisis
investasi panasbumi karena adanya penu- tekno-ekonomi seperti yang terlihat pada
runan tarif panasbumi cukup signifikan. Gambar 1, yang terdiri dari beberapa
Dengan menggunakan kasus “total tahapan sebagai berikut:
proyek” panasbumi yang terdiri dari a. Penyusunan Model Reservoir Panas-
pengembangan lapangan panasbumi dan bumi
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Tahapan ini dilakukan untuk menda-
Panasbumi (PLTP) berkapasitas 110 MW, patkan gambaran mengenai karakteristik
paper ini dimaksudkan untuk memban- dan kedalaman reservoir panasbumi
dingkan pengaruh dari perubahan peraturan serta potensi sumber daya panasbumi,
perpajakan panasbumi diatas (KMK 746 dan yang sangat diperlukan untuk menen-
KMK 766) dan terhadap Internal Rate tukan lokasi pemboran sumur-sumur
Return (IRR) serta penenentuan harga listrik eksplorasi.
panasbumi. b. Perencanaan dan Penjadualan Proyek
Tahapan ini dilakukan untuk men-
II. Metodologi dapatkan gambaran mengenai ruang
2.1 Model Studi Kelayakan Investasi lingkup proyek dan jadwal kegiatan
Proyek Panasbumi proyek.
Keputusan investasi proyek panas- c. Estimasi Biaya
bumi merupakan keputusan investasi yang Tahapan ini dilakukan untuk mendapat-
sangat strategis, karena proyek panasbumi kan gambaran mengenai total biaya
memerlukan “waktu pembangunan yang investasi proyek panasbumi selama
lama” (multi years project), melibatkan dana masa preproduksi, termasuk IDC
yang besar, menggunakan teknologi yang (Interest During Construction) apabila
canggih dan menghadapi risiko yang tinggi proyek menggunakan debt financing.
(terutama pada kegiatan hulu, khususnya
d. Analisis Cash Flow
pada tahap eksplorasi).
Tahapan ini dilakukan untuk men-
Untuk menghindari kegagalan yang dapatkan gambaran mengenai proyeksi
tidak diharapkan, setiap keputusan investasi arus kas proyek sejak proyek dimulai
harus didukung dengan suatu studi kelayakan sampai dengan berakhirnya masa
produksi.
5
Tentang Tatacara Penghitungan, Penyetoran dan
e. Penilaian Kelayakan Proyek
Pelaporan Bagian Pemerintah, Pajak Penghasilan,
Pajak Pertambahan Nilai dan Pungutan-pungutan Penilaian kelayakan proyek dilakukan
Lainnya atas hasil Pengusahaan Sumber Daya dengan menggunakan profitability indi-
Panasbumi untuk Pembangkitan Energi/Listrik.
cators.
Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003
3
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro
SP1 SP2
Tarif Pajak 46% 34%
Masa depresiasi 6 tahun 7 tahun
Tarif depresiasi 12.5% *) 25%
Metode depresiasi Switching Declining Balance
Investment Tax Credit 5% per tahun **) Tidak ada
Catatan :
*) Kecuali pada tahun ketiga, yaitu sebesar 37,5%.
**) Selama 4 tahun.
Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003
4
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro
Kriteria penilaian kelayakan usulan proyek mengatasi fenomena multiple IRR dan
berdasarkan NPV : conflict ranking projects, sedangkan IRR
tidak dapat mengatasi fenomena tersebut.
¾ Jika NPV > 0, maka usulan proyek layak
Meskipun demikian, NPV juga memiliki
untuk dilaksanakan (feasible).
kelemahan, yaitu NPV tidak memiliki safety
¾ Jika NPV < 0, maka usulan proyek tidak
margin (sedangkan IRR memiliki safety
layak untuk dilaksanakan.
margin) dan NPV kalah populer diban-
dingkan dengan IRR (para investor pada
2.3.2 Internal Rate of Return (IRR)
umumnya lebih tertarik menggunakan IRR,
IRR adalah discount rate yang karena IRR dapat segera dibandingkan
menghasilkan NPV sama dengan nol. dengan cost of capital). Di samping itu,
dengan ditemukannya metode Modified IRR
n
CFt (MIRR), MIRR juga dapat digunakan untuk
∑ (1 + IRR)
t =0
t
=0 (3)
mengatasi fenomena multiple IRR dan
conflict ranking projects, sehingga issue
tradisional yang mengunggulkan NPV tidak
Kriteria penilaian kelayakan usulan proyek
relevan lagi.
berdasarkan IRR :
¾ Jika IRR > required rate of return, maka 2.3.4 Payback Period (PBP)
usulan proyek layak untuk dilaksanakan
Payback period adalah waktu yang
(feasible).
diperlukan untuk memperoleh kembali
¾ Jika IRR < required rate of return, maka
seluruh biaya dan kewajiban yang telah
usulan proyek tidak layak untuk
dikeluarkan dalam suatu proyek.
dilaksanakan.
0 − CCFm
2.3.3 Pro dan Kontra Antara NPV dan PBP = m + (4)
IRR CCFm +1 − CCFm
Pada umumnya pengambilan kepu- dimana :
tusan investasi berdasarkan NPV dan IRR
PBP = Payback Period, tahun.
akan memberikan hasil yang sama, artinya
m = Tahun dengan CCF negatif
“apabila suatu usulan investasi dinilai layak
sebelum CCF positif
berdasarkan NPV, maka usulan investasi
m+1 = Tahun dengan CCF positif setelah
tersebut juga dinilai layak ber-dasarkan IRR”.
CCF negatif
Namun demikian, menurut kalangan
CCFm = Cumulative Cash Flow pada
akademisi, NPV dianggap lebih unggul
tahun m (< 0), $.
dibandingkan IRR, karena NPV dapat
Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003
5
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro
Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003
6
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro
Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003
7
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro
hulu dan desain engineering proyek satuan investasi (Tabel 1) dan jadwal
hilir; kegiatan proyek (Gambar 2), maka dapat
Tahun 4: sumur reinjeksi, jaringan pipa, disusun skedul biaya investasi seperti yang
fasilitas produksi proyek hulu dan terlihat pada Tabel 2. Dari Tabel 2 terlihat
PLTP; bahwa estimasi biaya investasi proyek hulu
Tahun 5: jaringan pipa, fasilitas produksi (38,7%) lebih rendah dibandingkan dengan
proyek hulu, PLTP, gedung estimasi biaya investasi proyek hilir
perkantoran dan commissioning; (61.3%), sedangkan biaya investasi yang
Tahun 6: operasi komersiil PLTP dimulai terbesar adalah biaya sumur panasbumi
pada awal tahun. untuk proyek hulu dan biaya PLTP untuk
Jadwal kegiatan proyek tersebut tidak proyek hilir. Namun karena tingkat resiko
termasuk kegiatan pemboran sumur make-up proyek hulu jauh lebih tinggi dibandingkan
yang dilakukan pada masa produksi, yaitu dengan tingkat resiko proyek hilir, maka
pada tahun produksi ke-3, 6, 8, 11, 14, 16, perbandingan realisasi biaya investasi antara
19, 22, 24, 27 dan 30. kedua proyek tersebut dapat berubah drastis.
Perlu diingat bahwa biaya investasi
3.4 Estimasi Biaya Proyek proyek panasbumi (khususnya proyek hulu)
Biaya proyek terdiri dari biaya sifatnya site specific, diantaranya sangat
investasi (biaya pre produksi) dan biaya tergantung pada karakteristik reservoir
operasi (biaya pada masa produksi). Dalam panasbumi, letak lokasi area panasbumi dan
menyusun estimasi biaya proyek panasbumi, faktor kesulitan dipermukaan ataupun
seorang cost estimator pada umumnya belum dibawah permukaan bumi. Oleh karena itu,
memiliki data yang akurat tentang aspek proyek panasbumi yang memiliki ukuran
teknis (khususnya yang berkaitan dengan proyek yang sama belum tentu memiliki
ruang lingkup proyek hulu) dan aspek biaya investasi yang sama.
keuangan (yang berkaitan dengan unit cost).
Oleh karena itu, dalam menentukan estimasi IV. Hasil dan Diskusi
biaya satuan investasi kita harus mengacu 4.1.Proyeksi Cash Flow
pada historical of costs data dari proyek
yang “sejenis”. Dari Tabel 1 terlihat bahwa Proyeksi cash flow disusun mulai
biaya operasi proyek hulu per tahun adalah dari masa pre produksi (tahun 1 s/d tahun 5)
3.5% dari kumulatif biaya kapital, sedangkan sampai dengan berakhirnya masa produksi
biaya operasi proyek hilir adalah US$ 4 per (tahun 6 s/d tahun 35) dengan menggunakan
MWh. Rumus 2, dan menggunakan data sebagai
berikut:
Setelah itu, dengan menggunakan
data ruang lingkup proyek, estimasi biaya Cash Inflow
Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003
8
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro
Elemen cash inflow hanya terdiri dari Biaya operasi pada masa produksi
revenue tahun 6 sampai dengan tahun 35 dihitung dengan menggunakan
yang dihitung dengan menggunakan asumsi pada Tabel 1.
asumsi sebagai berikut :
Kapasitas terpasang PLTP: 110 MW. 4.2.Penilaian Kelayakan Proyek
Faktor Kapasitas: 80%. Dengan menggunakan sistem per-
Jumlah jam dalam setahun: 365 x 24 pajakan SP1 dan SP2, serta discount rates
= 8760 jam. 15% (low return), 17% (medium return) dan
Harga listrik panasbumi: US$ 45 s/d 20% (high return), dari Tabel 3 terlihat
US$ 70 per MWh. bahwa:
Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003
9
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro
¾ PBP proyek panasbumi relatif sangat yang baru (7 tahun) lebih lama dibandingkan
cepat, karena sekitar 4 tahun setelah dengan yang lama (6 tahun), sehingga tidak
operasi komersial. dapat menimbulkan tax saving effect.
4.3. Perbandingan antara Peraturan Lama 4.5 Pengaruh dari Penghapusan Invest-
(SP1) dan Peraturan Baru (SP2) ment Allowance
Dari Tabel 4 terlihat bahwa pada Investment allowance merupakan
kisaran harga listrik antara US$ 45 sampai salah satu insentif perpajakan yang sangat
dengan US$ 70 per MWh, IRR proyek pen-ting, yang diberikan pada suatu bidang
panasbumi akan berkisar antara 10.28% usaha tertentu agar dapat mendorong
sampai dengan 16.30% untuk SP1 dan pertumbuhan investasi. Penerapan invest-
10.79% sampai dengan 17.17% untuk SP2. ment allowance tersebut dapat menimbulkan
Dari hasil tersebut terlihat bahwa meskipun tax saving effect, yang pada gilirannya akan
pajak pada peraturan baru lebih rendah dapat memperbaiki “keekonomian” proyek.
sebesar 12% (dari 46% menjadi 34%) namun Dari Tabel 4 terlihat bahwa pengha-pusan
“perbaikan” IRR proyek tidak cukup investment allowance pada peraturan yang
signifikan, yaitu “hanya” sekitar 0.51% lama (SP4) akan menimbulkan disincentive
sampai dengan 0.87% pada kisaran harga effect, sehingga IRR proyek panasbumi akan
listrik antara US$ 45 sampai dengan US$ 70 berkisar antara 9,87% sampai dengan
per MWh. Kenapa hal ini dapat terjadi? 15,57% dengan marginal IRR sebesar 0,23%
Marilah kita simak pada diskusi berikutnya. per US$/MWh pada kisaran harga listrik
antara US$ 45 sampai dengan US$ 70 per
4.4. Pengaruh dari Metode Depresiasi MWh, yang berarti ada penurunan IRR yang
yang Baru cukup drastis. Dari hasil tersebut terlihat
bahwa pencabutan investment allowance
Dari Tabel 4 terlihat bahwa apabila
tidak dapat memberikan “dukungan” ter-
metode depresiasi yang lama diganti dengan
hadap iklim investasi yang kondusif.
yang baru (SP3), maka IRR proyek
panasbumi akan berkisar antara 10.28%
4.6 Pengaruh dari Penurunan Tarif
sampai dengan 16,29% pada kisaran harga
Pajak
listrik antara US$ 45 sampai dengan US$ 70
per MWh. Dari hasil tersebut terlihat bahwa Dari Tabel 4 terlihat bahwa apabila
penerapan SP3 tidak akan menimbulkan tarif pajak pada peraturan lama diturunkan
“perbaikan” terhadap IRR proyek panas- dari 46% menjadi 34% (SP5), maka pada
bumi, bahkan menimbulkan “penurunan” kisaran harga listrik antara US$ 45 sampai
meskipun tidak terlalu signifikan. Hal ini dengan US$ 70 per MWh, IRR proyek
dapat dimengerti karena masa depresiasi panasbumi akan berkisar antara 11,10%
Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003
10
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro
sampai dengan 17,63% dengan marginal IRR MWh, maka IRR sebesar 20% (high
sebesar 0,26% per US$/MWh. Dari hasil return) tidak akan tercapai.
tersebut terlihat bahwa penurunan tarif pajak d. Ceiling price sebesar US$ 70 per MWh
(ceteris paribus terhadap peraturan lama) tercapai diatas low return (SP1) dan di
akan dapat “mendongkrak” IRR proyek bawah high return (SP2 dan SP5).
panasbumi secara “signifikan”, yaitu dapat
meningkatkan IRR sebesar 0,82% (harga 4.8 IRR Proyek Panasbumi Dikaitkan
listrik antara US$ 45 per MWh) sampai dengan HPP PT. PLN (PERSERO)
dengan 1,33% (harga listrik antara US$ 70
Dengan mempertimbangkan Harga
per MWh).
Pokok Penjualan (HPP) PT. PLN
(PERSERO) yang menjadi acuan TDL tahun
4.7 Harga Listrik Panasbumi
2003 adalah Rp. 667,- per kWh dan nilai
Dari Tabel 5 terlihat bahwa harga tukar US$ sebesar Rp.8500,- per US$
listrik panasbumi adalah sekitar US$ 63,49 asumsi harga listrik panasbumi adalah
per MWh (low return), US$ 74,05 per MWh sebesar 70%, 80% dan 90% dari HPP PT.
(medium return) dan US$ 88,58 per MWh PLN (PERSERO), maka dari Tabel 6
(high return) berdasarkan SP1, sekitar US$ terlihat bahwa pengusaha panasbumi akan
60,79 per MWh (low return), US$ 69,23 per memperoleh:
MWh (medium return) dan US$ 82,92 per
a. IRR sebesar 12,94% (peraturan lama),
MWh (high return) berdasarkan SP2 dan
13,51% (peraturan baru) dan 13,94%
sekitar US$ 58,90 per MWh (low return),
(SP5) apabila harga listrik panasbumi
US$ 66,95 per MWh (medium return) dan
adalah sebesar US$ 54,93 per MWh
US$ 80,84 per MWh (high return)
(70% dari HPP).
berdasarkan SP5. Dari hasil tersebut terlihat
b. IRR sebesar 14.83% (peraturan lama),
bahwa :
15,48% (peraturan baru) dan 15,98%
a. Harga listrik panasbumi yang paling (SP5) apabila harga listrik panasbumi
murah adalah harga listrik berdasarkan adalah sebesar US$ 62,78 per MWh
sistem perpajakan SP5, sedangkan yang (80% dari HPP).
paling mahal adalah harga listrik berda- c. IRR sebesar 16.41% (peraturan lama),
sarkan sistem perpajakan yang lama. 17,32% (peraturan baru) dan 17,76%
b. Apabila investor menginginkan mini- (SP5) apabila harga listrik panasbumi
mum IRR sebesar 15% (low return), adalah sebesar US$ 70,62 per MWh
maka harga listrik panasbumi tidak akan (90% dari HPP).
feasible.
Dari hasil tersebut, terlihat bahwa:
c. Apabila ceiling price yang disetujui
pembeli adalah sebesar US$ 70 per
Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003
11
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro
a. Apabila harga listrik panasbumi sebesar Floor price sebesar US$ 45 per MWh
70% dari HPP, maka investor panasbumi tidak akan menarik bagi investor
tidak akan tertarik, karena akan panasbumi, karena akan memperoleh
menghasilkan IRR dibawah low return. IRR dibawah low return.
b. Apabila harga listrik panasbumi sebesar SP5 adalah sistem perpajakan yang
80% dari HPP, maka peraturan lama dapat memberikan hasil yang optimal
menjadi tidak menarik, karena akan bagi pengusaha panasbumi dari USA
menghasilkan IRR dibawah low return, yang menggunakan tarif pajak sebesar
sedangkan apabila menggu-nakan 34%.
peraturan baru dan SP5, maka investor Karena PLN membeli listrik panas-
panas bumi akan memperoleh IRR diatas bumi dari pengusaha swasta asing
low return. dalam US$, sedangkan HPP dan TDL
c. Apabila harga listrik panasbumi sebesar ditetapkan dalam Rupiah, maka daya
90% dari HPP, maka investor panasbumi beli PLN terhadap listrik panasbumi
akan memperoleh IRR dibawah medium yang dihasilkan oleh pengusaha
return apabila menggunakan peraturan swasta asing sangat tergantung pada
lama, akan tetapi akan memperoleh IRR nilai tukar US$ terhadap Rupiah.
diatas medium return apabila meng-
gunakan peraturan baru dan SP5. 5.2 Saran
Agar harga listrik dapat terjangkau oleh
V. Penutup “rakyat banyak”, maka Pemerintah se-
5.1 Kesimpulan baiknya menetapkan IRR maksimum
proyek panasbumi (dalam constant US$
Meskipun peraturan perpajakan yang
costs), misalnya 17% untuk total
baru (SP2) menawarkan insentif berupa
project dan 15% untuk down-stream
penurunan tarif pajak, namun tidak
project.
dapat memperbaiki keekonomian proyek
Untuk “menekan” harga listrik panas-
secara optimal, karena beberapa insentif
bumi dapat dilakukan beberapa cara
perpajakan pada peraturan yang lama
sebagai berikut :
(SP1) seperti metode depresiasi dan
investment allowance diganti atau ¾ Menggunakan sumur produksi big
dihilangkan. hole yang meskipun lebih mahal dari
Investor panasbumi tidak akan pernah sumur produksi konvensional, namun
memperoleh IRR high return, apabila memiliki kemampuan produksi yang
ceiling price yang disepakati adalah jauh lebih tinggi, sehingga dapat
US$ 70 per MWh. mengurangi jumlah sumur produksi,
Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003
12
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro
yang pada gilirannya dapat mengu- Brigham, E.F. and Houston, J.F., (1998,
rangi total biaya sumur produksi. Eight Edition): Fundamentals of
¾ Menggunakan pembangkit listrik Financial Management.
bukan dari “merek unggulan” yang Clifton, David S. Jr. And Fiffe, David E.,
harganya murah, (1977): Project Feasibility Analysis,
¾ Menggunakan pembangkit listrik A Guide To Profitable New
berukuran kecil (modular) sehingga Ventures, A Wiley Interscience
dapat mempercepat waktu start up, Publication, New York.
¾ Mengundang peran serta pengusaha Danar, Agus (2003): "Model Keputusan
swasta nasional dalam pengembangan Investasi dan Analisis Sensitivitas
sumber daya panasbumi, agar dapat Proyek Panasbumi di Indonesia",
memanfaatkan tarif pajak 30% secara Tesis Program Magister Mana-
efektif dan “mungkin” ada yang jemen, Universitas Borobudur,
bersedia menggunakan “Rupiah Jakarta.
financing”. Danar, Agus (2002): Upaya Mendorong
Untuk mendorong iklim investasi Pengusahaan Sumber daya Panas-
bumi Melalui Fasilitas Perpajakan,
panasbumi yang kondusif, Peme-rintah
Asosiasi Panasbumi Indonesia,
perlu menawarkan insentif perpajakan Jakarta.
yang menarik (misalnya seperti sistem
perpajakan SP5). Danar, Agus (2001): Evaluasi Keekonomian
Jika dianggap perlu, Pemerintah Proyek Panasbumi, Kursus Singkat,
Pertemuan Ilmiah Tahunan V
memberikan subsidi terhadap perbedaan
Asosiasi Panasbumi Indonesia,
nilai tukar US$ antara yang berlaku Yogyakarta.
pada saat berjalan dan pada saat
ditandatanganinya Kontrak Penjualan Danar, Agus (1996): Peraturan Keuangan
dan Perpajakan Panasbumi di
Energi Panasbumi (subsidi diambil dari
Indonesia, Amoseas Indonesia Inc.,
pajak panasbumi).
Jakarta.
VI. Daftar Pustaka Danar, Agus; dan Pudyastuti, Kris (1995):
Economic Evaluation of Geothermal
Akmal, Firdaus dan Djuwarno, (2002), Project Based on the Old and New
Peluang dan Tantangan Investasi Geothermal Tax Regulation, The
Bisnis Pembangkitan Tenaga Lis- 17th New Zealand Geothermal
trik, Pertemuan Tahunan Penge- Workshop, University of Auckland,
lolaan Energi Nasional, Departemen Auckland.
Energi dan Sumber Daya Mineral,
Jakarta. Danar, Agus dan Suryadi, Dicky, (1992),
Evaluasi Keekonomian Total Proyek
Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003
13
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro
Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003
14
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro
LAMPIRAN
Asumsi dan
data teknis Perancangan proyek Ruang lingkup proyek
lainnya
Sumber Data : Danar, Agus; (2003): "Model Keputusan Investasi Dan Analisis Sensitivitas Proyek
Panasbumi Di Indonesia", Tesis Program MM, Universitas Borobudur, Jakarta.
Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003
15
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro
Ke g ia t a n P r o y e k Ta h u n 1 Ta h u n 2 Ta h u n 3 Ta h u n 4 Ta h u n 5 Ta h u n 6
P r o y e k Hu lu
S u r v e i e ks p lo r a s i
Ja la n d a n lo ka s i
S tu d i lin g ku n g a n
S u mu r e ks p lo r a s i
S tu d i r e s e r v o ir
S u mu r p r o d u ks i ko n v e n s io n a l
S u mu r r e in je ks i
De s a in ja r in g a n p ip a d a n f a s . p r o d .
Ja r in g a n p ip a d a n f a s ilita s p r o d u ks i
P r o y e k Hilir
Ja la n d a n lo ka s i
S tu d i lin g ku n g a n
De s a in e n g in e e r in g
PL TP
G e d u n g p e r ka n to r a n
Co mmis s io n in g *
"S ta r t- u p " *
Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003
16
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro
T a be l1 . E s ti m a s i B i a y a S a tu a n In ve s ta s i & B ia y a O pe r a s i
P r o y e k P a n a s b u m i X Y Z
K o m p o n e n B ia y a S a tu a n B ia y a p e r S a t u a n
( U n it ) (U S $ )
B ia y a K a p it a l
P r o y e k H u lu
J a la n km 1 5 0 ,0 0 0
L o ka si L o ka si 1 5 0 ,0 0 0
S u m u r E k s p lo r a s i S u m ur 2 ,3 0 0 ,0 0 0
S u m u r P r o d u k s i k o n v e n s io n a l S u m ur 1 ,8 0 0 ,0 0 0
S u m u r R e in je k s i S u m ur 2 ,0 0 0 ,0 0 0
S u m ur M a ke U p S u m ur 1 ,8 0 0 ,0 0 0
J a r in g a n P ip a in c h i- k m 3 0 ,0 0 0
F a s ilit a s P r o d u k s i S is t im 3 ,5 0 0 ,0 0 0
F a s ilit a s U m u m U n it 3 ,0 0 0 ,0 0 0
P r o y e k H ilir
J a la n km 1 5 0 ,0 0 0
L o ka si L o ka si 2 0 0 ,0 0 0
P L T P M W 1 ,0 0 0 ,0 0 0
B ia y a N o n K a p it a l
B ia y a P r e P r o d u k s i P r o y e k H u lu P e r T a h un 3 .5 % *)
B ia y a O p e r a s i P r o y e k H u lu P e r T a h un 3 .5 % **)
B ia y a P r e P r o d u k s i P r o y e k H ilir P e r T a h un 3 .5 % *)
B ia y a O p e r a s i P r o y e k H ilir U S $ pe r M W h 4 .0 0
C a t a t a n : D e c im a l p o in t is c o m m a .
* ) % t a s e d a r i b ia y a k a p it a l.
* * ) % t a s e d a r i k u m u la t if b ia y a k a p it a l
S u m b e r D a t a : A g u s D a n a r , " M o d e l K e p u t u s a n In v e s t a s i D a n
A n a l i s i s S e n s i t i v i t a s P r o y e k P a n a s b u m i D i In d o n e s i a " , T e s i s
P r o g r a m M M , U n iv e r s it a s B o r o b u d u r , J a k a r t a , 2 0 0 3 .
Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003
17
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro
Ribuan U S$
K o m po ne n B ia y a Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Total % Tase
P ro y e k H ulu
J alan dan lokasi 1,500 900 2,250 0 0 4,650 2.49%
Sumur eksplorasi 6,900 2,300 0 0 0 9,200 4.92%
Sumur pr oduksi konvensional 0 7,200 9,000 7,200 0 23,400 12.52%
Sumur reinjeksi 0 0 4,000 8,000 0 12,000 6.42%
J aringan pipa dan fasilitas produksi 0 0 0 4,403 13,208 17,611 9.43%
Fasilitas U mum 0 0 0 0 3,000 3,000 1.61%
Biaya N on K apital 294 364 534 686 567 2,445 1.31%
Total Biaya Investasi H ulu 8,694 10,764 15,784 20,289 16,775 72,306 38.70%
P ro y e k H ilir
J alan dan lokasi 0 0 650 0 0 650 0.35%
PLTP 0 0 11,000 33,000 66,000 110,000 58.88%
Fasilitas Pr oduksi 0 0 0 0 0 0 0.00%
Biaya N on K apital 0 408 1,155 1,155 1,155 3,873 2.07%
Total Biaya Investasi H ilir 0 408 12,805 34,155 67,155 114,523 61.30%
To t a l B ia y a I nv e s ta s i P ro y e k 8,694 11,172 28,589 54,444 83,930 186,829 100.00%
% Tase 4.65% 5.98% 15.30% 29.14% 44.93% 100.00%
Catatan : Thousand separator is coma, and decimal point is point.
A s ums i : Tangible w ell c os ts = 30% ( deprec iable).
Sumber Data : A gus Danar, "Model Keputus an Inv es tas i Dan A nalis is Sens itiv itas Pr oy ek Panas bumi Di Indones ia",
Tes is Program MM, Univ ers itas Borobudur, Jakarta, 2003.
Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003
18
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro
T a b e l 4 . I R R P r o y e k P a n a s b u m i X Y Z (1 1 0 M W )
B e r d a s a r ka n Pe r b e d a a n S is tim Pe r p a ja ka n
Je n is Pr o y e k = To ta l Pr o je c t
K a p a s ita s PL TP = 1 1 0 MW
Fa kto r K a p a s ita s = 80%
S u m u r Pr o d u ks i = K o n v e n s io n a l
Ha r g a In te r n a l R a te o f Re tu r n
L is tr ik B e r d a s a r ka n S is tim Pe r p a ja ka n ( S P) Y a n g B e r b e d a
US $ /MW h S P1 S P2 S P3 S P4 S P5
45 1 0 .2 8 % 1 0 .7 9 % 1 0 .2 8 % 9 .8 7 % 1 1 .1 0 %
50 1 1 .6 5 % 1 2 .2 0 % 1 1 .6 1 % 1 1 .2 2 % 1 2 .5 6 %
55 1 2 .9 6 % 1 3 .5 3 % 1 2 .8 8 % 1 2 .4 7 % 1 3 .9 5 %
60 1 4 .1 8 % 1 4 .8 0 % 1 4 .0 6 % 1 3 .5 2 % 1 5 .2 8 %
65 1 5 .3 5 % 1 6 .0 1 % 1 5 .2 0 % 1 4 .4 6 % 1 6 .5 4 %
70 1 6 .3 0 % 1 7 .1 7 % 1 6 .2 9 % 1 5 .5 7 % 1 7 .6 3 %
C a ta ta n :
S P 1 = K e p . M e n . K e u a n g a n No . 7 4 6 /K MK .0 1 2 /1 9 8 1 Ta h u n 1 9 8 1 , ta r if p a ja k 4 6 % .
S P 2 = K e p . M e n . K e u a n g a n No . 7 6 6 /K MK .0 4 /1 9 9 2 Ta h u n 1 9 9 2 , ta r if p a ja k 3 4 % .
S P 3 = S P 1 , te ta p i d e n g a n m e to d e d e p r e s ia s i S P 2 .
S P 4 = S P 1 , te ta p i ta n p a in v e s tme n t a llo w a n c e .
S P 5 = S P 1 , te ta p i d e n g a n ta r if p a ja k 3 4 % .
Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003
19
Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 6 Nomor 2 Agus Danar dan Heru Subiyantoro
I R R H a rg a Lis trik, U S $ pe r M W h
SP 1 SP 2 SP3
15% 63.49 60.79 58.90
17% 74.05 69.23 66.95
20% 88.58 82.92 80.84
Catatan :
a). IRR 15% = Low return (for low risk project).
b). IRR 17% = M edium return, rata-rata tertimbang dari low return dan high
berdasarkan bobot nilai investasi proyek hulu (high risk) dan proyek hilir
(low risk).
c). IRR 20% = H igh return (for high risk project).
J e n i s P ro y e k = T o ta l Pr o je c t
K a pa sita s P L T P = 110 MW
F a ktor K a pa sita s = 80%
S u m u r P ro d u k s i = K o n v e n s io n a l
H a r g a L is tr ik Pa n a s b u m i IR R Pr o y e k Pa n a s b u m i
S P1 S P2 S P5
7 0 % d a r i H PP 1 2 .9 4 % 1 3 .5 1 % 1 3 .9 4 %
8 0 % d a r i H PP 1 4 .8 3 % 1 5 .4 8 % 1 5 .9 8 %
9 0 % d a r i H PP 1 6 .4 1 % 1 7 .3 2 % 1 7 .7 6 %
K e te r a n g a n :
1 . H PP y a n g m e n ja d i a c u a n T D L 2 0 0 3 a d a la h s e b e s a r R p . 6 6 7 ,- / k W h .
( S u m b e r d a ta : " S u m b a t K e b o c o r a n PL N " , K O M PA S , 3 J a n u a r i 2 0 0 3 ) .
2 . A s u m s i U S $ 1 = R p . 8 5 0 0 ,- .
Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Keputusan Investasi Proyek Panasbumi Desember 2003
20