Anda di halaman 1dari 3

RABIES

No. Dokumen : 800/PKM.DHD/SOP/ /I /2018


No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : Januari 2018
Halaman :

PUSKESMAS
Nelyana, SKM
DUHIADAA NIP: 19811225 200501 2 020

1. Pengertian Penyakit infeksi akut sistem saraf pusat (ensefalitis) yang disebabkan oleh virus
rabies yang termasuk genus Lyssa-virus, family Rhabdoviridae dan menginfeksi
manusia, terutama melalui gigitan hewan yang terinfeksi (anjing, monyet, kucing,
serigala, kelelawar).
2. Tujuan Sebagai acuan dalam langkah-langkah penatalaksanaan perdarahan Rabies

3. Kebijakan Surat Kebijakan Kepala Puskesmas Duhiadaa Tentang Pelayanan Klinis


4. Referensi Permenkes no 5 tahun 2017 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Petugas Pelayanan
Primer
5. Prosedur/ a. Petugas melakukan anamnesa pada pasien:
Langkah - Terdapat riwayat tergigit, tercakar atau kontak dengan anjing, kucing, atau
langkah binatang lainnya yang:
1) Positif rabies (hasil pemeriksaan otak hewan tersangka).
2) Mati dalam waktu 10 hari sejak menggigit bukan dibunuh).
3) Tak dapat diobservasi setelah menggigit (dibunuh, lari, dan sebagainya).
4) Tersangka rabies (hewan berubah sifat, malas makan, dan lain-lain).
Stadium Rabies:
 Terdapat berupa demam, malaise, mual dan rasa nyeri di tenggorokan
selama beberapa hari (stadium prodormal).Penderita merasa nyeri, merasa
panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka kemudian disusul
dengan gejala cemas, dan reaksi yang berlebihan terhadap rangsang
sensoris (stadium sensoris).
 Tonus otot dan aktivitas simpatis menjadi meninggi dan gejala
hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi, dan pupil dilatasi, khas
muncul fobia seperti hidrofobia. Kontraksi otot faring dan otot pernapasan
dapat ditimbulkan oleh rangsangan sensoris misalnya dengan meniupkan
udara ke muka penderita. Pada stadium ini dapat terjadi apneu, sianosis,
konvulsan, dan takikardia. Tindak tanduk penderita tidak rasional kadang
maniakal disertai dengan responsif. Gejala eksitasi terus berlangsung
sampai penderita meninggal (stadium eksitasi).
 Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium sebelumnya,
namun kadang ditemukan pasien yang tidak menunjukkan gejala eksitasi
melainkan paresis otot yang terjadi secara progresif karena gangguan pada
medulla spinalis (stadium paralisis)
b. Petugas melakukan pemeriksaan fisik meliputi
1) Pada saat pemeriksaan, luka gigitan mungkin sudah sembuh bahkan
mungkin telah dilupakan.
2) Pada pemeriksaan dapat ditemukan gatal dan parestesia pada luka bekas
gigitan yang sudah sembuh (50%), mioedema (menetap selama perjalanan
penyakit).
3) Jika sudah terjadi disfungsi batang otak maka terdapat: hiperventilasi,
hipoksia, hipersalivasi, kejang, disfungsi saraf otonom, sindroma
abnormalitas ADH, paralitik/ paralisis flaksid.
4) Pada stadium lanjut dapat berakibat koma dan kematian.
Tanda patognomonis : Encephalitis Rabies: agitasi, kesadaran fluktuatif,
demam tinggi yang persisten, nyeri pada faring terkadang seperti rasa
tercekik (inspiratoris spasme), hipersalivasi, kejang, hidrofobia dan
aerofobia.
c. Petugas melakukan penegakkan diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan riwayat gigitan (+) dan hewan yang menggigit mati
dalam 1 minggu.
1) Gejala fase awal tidak khas: gejala flu, malaise, anoreksia, kadang
ditemukan parestesia pada daerah gigitan.
2) Gejala lanjutan: agitasi, kesadaran fluktuatif, demam tinggi yang persisten,
nyeri pada faring terkadang seperti rasa tercekik (inspiratoris spasme),
hipersalivasi, kejang, hidrofobia dan aerofobia. dengan takipneu.
d. Petugas melakukan penatalaksanaan:
 Fase awal: Luka gigitan harus segera dicuci dengan air sabun (detergen) 5-10
menit kemudian dibilas dengan air bersih, dilakukan debridement dan diberikan
desinfektan seperti alkohol 40-70% atau povidon iodin. Jika terkena selaput
lendir seperti mata, hidung atau mulut, maka cucilah kawasan tersebut dengan
air lebih lama; pencegahan dilakukan dengan pembersihan luka dan vaksinasi.
 Rujuk ke RS untuk dilakukan pemberian Serum Anti Rabies (SAR). Penderita
rabies yang sudah menunjukkan gejala rabies dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis saraf
e. Petugas melakukan konseling kepada keluarga pasien:
1) Keluarga ikut membantu dalam hal penderita rabies yang sudah menunjukan
gejala rabies untuk segera dibawa untuk penanganan segera ke fasilitas
kesehatan. Pada pasien yang digigit hewan tersangka rabies, keluarga harus
menyarankan pasien untuk vaksinasi.
2) Laporkan kasus rabies ke dinas kesehatan setempat.
6. Unit Terkait

Anda mungkin juga menyukai

  • Pedoman SHK 2014
    Pedoman SHK 2014
    Dokumen118 halaman
    Pedoman SHK 2014
    milwiyandia
    100% (4)
  • Laju Filtrasi Glomerulus
    Laju Filtrasi Glomerulus
    Dokumen24 halaman
    Laju Filtrasi Glomerulus
    Wahyu Julianda
    Belum ada peringkat
  • Registrasi Ulang10
    Registrasi Ulang10
    Dokumen1 halaman
    Registrasi Ulang10
    Mirandasari Prihatmoko
    Belum ada peringkat
  • Faqs Rabies Bahasa
    Faqs Rabies Bahasa
    Dokumen59 halaman
    Faqs Rabies Bahasa
    Ninda Hapsari
    Belum ada peringkat
  • SYOK
    SYOK
    Dokumen4 halaman
    SYOK
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • Persalinan Lama
    Persalinan Lama
    Dokumen3 halaman
    Persalinan Lama
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • Bell
    Bell
    Dokumen1 halaman
    Bell
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • Angina Pectoris
    Angina Pectoris
    Dokumen2 halaman
    Angina Pectoris
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • Abort Us
    Abort Us
    Dokumen7 halaman
    Abort Us
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • Ruptur Perineum Tingkat 1
    Ruptur Perineum Tingkat 1
    Dokumen3 halaman
    Ruptur Perineum Tingkat 1
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • Alergi Makanan
    Alergi Makanan
    Dokumen2 halaman
    Alergi Makanan
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • Buta Senja
    Buta Senja
    Dokumen2 halaman
    Buta Senja
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • ABORTUS
    ABORTUS
    Dokumen2 halaman
    ABORTUS
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • Benda Asing Di Konjungtiva
    Benda Asing Di Konjungtiva
    Dokumen2 halaman
    Benda Asing Di Konjungtiva
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • BLEFARITIS
    BLEFARITIS
    Dokumen2 halaman
    BLEFARITIS
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • Analisa Identifikasi Keluhan Pelanggan
    Analisa Identifikasi Keluhan Pelanggan
    Dokumen1 halaman
    Analisa Identifikasi Keluhan Pelanggan
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • Transient Ischemic Attack
    Transient Ischemic Attack
    Dokumen2 halaman
    Transient Ischemic Attack
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • ANKILOSTOMIASIS
    ANKILOSTOMIASIS
    Dokumen2 halaman
    ANKILOSTOMIASIS
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • ABORTUS
    ABORTUS
    Dokumen2 halaman
    ABORTUS
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • ANAMNESA
    ANAMNESA
    Dokumen2 halaman
    ANAMNESA
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • Benda Asing Di Hidung
    Benda Asing Di Hidung
    Dokumen2 halaman
    Benda Asing Di Hidung
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • Vertigo
    Vertigo
    Dokumen4 halaman
    Vertigo
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • Tonsilitis Akut
    Tonsilitis Akut
    Dokumen2 halaman
    Tonsilitis Akut
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • Artritis Rematoid
    Artritis Rematoid
    Dokumen1 halaman
    Artritis Rematoid
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • Appendisitis Akut
    Appendisitis Akut
    Dokumen2 halaman
    Appendisitis Akut
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • Tension Headache
    Tension Headache
    Dokumen3 halaman
    Tension Headache
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • S Kro Fulo Derma
    S Kro Fulo Derma
    Dokumen1 halaman
    S Kro Fulo Derma
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • Reaksi Anafilaktik
    Reaksi Anafilaktik
    Dokumen3 halaman
    Reaksi Anafilaktik
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Paru Obstruktif Kronis
    Penyakit Paru Obstruktif Kronis
    Dokumen4 halaman
    Penyakit Paru Obstruktif Kronis
    Indrayani Monoarfa
    100% (1)
  • Serumen Prop
    Serumen Prop
    Dokumen1 halaman
    Serumen Prop
    Indrayani Monoarfa
    Belum ada peringkat