Anda di halaman 1dari 8

Laporan hasil penelitian

Kemitraan Dukun dengan Bidan dalam Pertolongan


Persalinan: Studi Kualitatif di Kabupaten Manggarai Timur
Fransiska Nova Nanur1, N.P. Widarini1, Mangku Karmaya2
1 2
Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana, Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana
Korespondensi penulis: fransiskanova57@yahoo.com
Abstrak
Latar belakang dan tujuan: Kemitraan dukun dan bidan merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Kemitraan ini belum berjalan dengan baik dimana masih ada
dukun yang melakukan pertolongan persalinan secara mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
dan hambatan dalam pelaksanaan kemitraan dukun dengan bidan di Kabupaten Manggarai Timur.
Metode: Penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara terbuka dilakukan
pada 15 partisipan yang dipilih secara purposive, terdiri dari dua bidan desa, lima dukun yang bermitra dengan bidan,
tiga dukun yang tidak bermitra dengan bidan, serta dua partisipan tokoh masyarakat, satu tokoh agama, dua ibu nifas
dan satu pemegang kebijakan. Data dianalisis dengan pendekatan analisis tematik.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana dan prasarana penunjang kemitraan belum memadai, dana yang
disediakan belum cukup untuk membiayai pelaksanaan kemitraan sehingga tidak ada pertemuan rutin antara bidan dan
dukun, serta koordinasi yang dilakukan hanya bersifat insidental. Meskipun pembagian peran dalam penanganan
persalinan sudah jelas, banyak hambatan yang ditemukan yaitu hambatan transportasi, ekonomi dan masih ada dukun
yang tidak mau bermitra.
Simpulan: Kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan terkendala oleh masih banyaknya
hambatan, baik internal maupun eksternal, diperlukan dana yang cukup, menyediakan sarana transportasi dan
penyuluhan kepada masyarakat untuk cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Kata kunci: kemitraan, dukun, bidan, persalinan, kualitatif

The Partnership between Traditional Birth Attendance (TBA)


and Midwives in Childbirth Assistance: A Qualitative Study in
East Manggarai Regency
Fransiska Nova Nanur1, N.P. Widarini1, Mangku Karmaya2
1 2
Public Health Postgraduate Program Udayana University, Faculty of Medicine Udayana University
Corresponding author: fransiskanova57@yahoo.com

Abstract
Background and purpose: Partnership between traditional birth attandence (TBA) and midwives is one of the
strategies to increase the coverage of childbirth assistance by the health personnel. This partnership seems to be
ineffective as still there were TBA performed childbirth assistance. The study aims to find out about the overview and
obstacles in the implementation of the partnership between TBA and midwives in the East Manggarai Regency.
Methods: The qualitative research with in-depth interviews using open interview guide was conducted on 15
participants who were selected purposively, consisted of two village midwives, five TBAs who partnered with midwives,
three TBAs who are not partnered with a midwife, and two participants of community leaders, the religious leaders, the
two puerperal women and one policy maker. Data were analyzed by using thematic analysis approach.
Results: The results showed that the facilities and supporting infrastructure of partnership were inadequate, funds
provided were not enough to finance the implementation of the partnership, there were no regular meetings between
the midwives and the traditional healers, coordination was done merely incidental. The division of roles in the
treatment of childbirth was clear, but many obstacles were found, namely transportation barriers, economic problems
and there were traditional healers who did not want to partner.
Conclusion: The overview of partnership between the traditional healers and midwives in childbirth assistance has
not gone well and there were still many obstacles found both internally and externally. To optimize this program,
sufficient funds should be allocated, transportation should be improved and counseling should be provided to the
community to raise awareness of the importance of childbirth assistance by the health personnel.
Keywords: partnership, traditional healers, midwives, childbirth, qualitative

Public Health and Preventive Medicine Archive 27 │ Juli 2016 │ Volume 4 │ Nomor 1 │
Pendahuluan dukun yang melakukan pertolongan
persalinan secara mandiri.
Menurunkan angka kematian ibu (AKI) dari Beberapa laporan penelitian
228/100.000 kelahiran hidup pada tahun mengenai kemitraan dukun dan bidan,
2007 menjadi 102/100.000 kelahiran hidup seperti laporan penelitian Afrisal dan Yasir9
pada tahun 2015 adalah salah satu target di Kabupaten Sinjai menemukan bahwa ada
yang hendak dicapai pemerintah Indonesia hubungan yang bermakna antara kemitraan
dalam pencapaian Millenium Development bidan dan dukun terlatih dengan
Goals (MDGs).1 Target ini belum tercapai peningkatan cakupan pertolongan
karena sampai saat ini angka kematian ibu persalinan oleh tenaga kesehatan. Lebih
masih tinggi. Hasil Survei Demografi lanjut, laporan penelitian oleh Yusriani dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Octaviani menyebutkan bahwa ada
menunjukkan bahwa angka kematian ibu hubungan antara pengetahuan, keterse-
mencapai 359/100.000 kelahiran hidup.2 diaan fasilitas dan regulasi dengan
Salah satu daerah dengan AKI yang cukup kemitraan bidan dan dukun.10 Sudirman dan
tinggi adalah Kabupaten Manggarai Timur, Sakung dalam penelitiannya mengungkap-
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) .3,4 kan alasan dukun tidak bermitra karena
Salah satu penyebab tingginya angka meragukan kemampuan bidan.11 Penelitian-
kematian ibu di Kabupaten Manggarai Timur penelitian ini dilakukan pada lokasi dan
adalah masih banyaknya persalinan yang budaya yang berbeda serta belum pernah
ditolong oleh bukan tenaga kesehatan dilakukan penelitian serupa pada konteks
terlatih, yaitu dukun. Di Provinsi NTT, Manggarai, dimana masyarakatnya sangat
proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga dekat dan percaya pada dukun.
non kesehatan sebesar 25,92%5 dan di Penelitian ini bertujuan untuk
Kabupaten Manggarai Timur mencapai mengetahui secara lebih mendalam gambar-
32,31%, jauh lebih tinggi dibandingkan an kemitraan dukun dan bidan serta
angka nasional sebesar 13,1%.6 Hal ini hambatan dalam pelaksanaan kemitraan
membahayakan keselamatan ibu selama dalam pertolongan persalinan di Kecamatan
proses persalinan karena dukun tidak Borong Kabupaten Manggarai Timur.
memiliki kemampuan untuk menangani
komplikasi yang terjadi pada saat dan
Metode
setelah persalinan.7
Terkait masalah tersebut, Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan
pemerintah mengembangkan program pendekatan grounded theory. Data
kemitraan dukun dan bidan dengan tujuan dikumpulkan dengan wawancara mendalam.
alih fungsi peran dukun yang awalnya Wawancara mendalam dilakukan pada 10
menolong persalinan menjadi rekan bidan partisipan kunci yaitu bidan desa, dukun
dalam memantau perkembangan kesehatan yang bermitra dengan bidan dan dukun yang
ibu selama periode kehamilan sampai masa tidak bermitra dengan bidan. Wawancara
nifas.8 Meskipun kemitraan dukun dan bidan mendalam juga dilakukan pada partisipan
di Indonesia termasuk di Kabupaten lain yaitu ibu nifas, tokoh agama, tokoh
Manggarai Timur telah berjalan sejak lama, masyarakat dan pemegang kebijakan.
akan tetapi sampai saat ini masih banyak Partisipan dipilih secara purposive
berdasarkan informasi dari bidan desa.

Public Health and Preventive Medicine Archive 28 │ Juli 2016 │ Volume 4 │ Nomor 1 │
Instrumen penelitian adalah pedoman “Alat partus dan ruang untuk bersalin.
wawancara mendalam. Wawancara Karena apabila tidak lengkap alat dan
mendalam direkam dengan menggunakan tidak tersedia ruangan bagaimana
kami mau tolong. Kebetulan kami
alat perekam dan kemudian ditranskripkan
punya di sini lengkap semua sehingga
kedalam bahasa tulisan serta digabungkan
apabila dukun datang mengantar ibu
dengan catatan peneliti selama proses
hamil untuk bersalin kami dapat
pengumpulan data di lapangan. Data menolong. Sebenarnya yang
dianalisis dengan pendekatan thematic dibutuhkan juga mobil untuk jemput
analysis yang dimulai dari pembuatan ibu hamil karena banyak ibu hamil
transkrip hasil wawancara mendalam, dan dukun selama ini mengeluh
memberi kode (coding) terhadap pernyataan masalah transportasi.”
yang relevan dengan penelitian, dan (wawancara mendalam T1,B1)
mengklasifikasikan pernyataan yang relevan
kedalam tema-tema tertentu. Penelitian ini Yusriani dan Octaviani juga
telah mendapatkan kelaikan etik dari IRB menemukan bahwa ada relasi yang
Yayasan Kerti Praja Denpasar Bali. signifikan antara ketersediaan fasilitas
dengan kelancaran program kemitraan bidan
dan dukun yang dituliskan dalam laporan
Hasil dan Diskusi
penelitiannya di Kabupaten Pangkep.10 Hal
Hasi dan diskusi disajikan kedalam beberapa ini juga senada dengan laporan Lasker et al
12
tema, diantaranya adalah sarana dan yang menyebutkan bahwa salah satu
prasarana penunjang kemitraan, dana untuk faktor determinan yang mempengaruhi
membiayai pelaksanaan kemitraan, sebuah kemitraan adalah sumber daya.
komunikasi, koordinasi, pembagian peran Sumber daya ini meliputi dukungan sarana
dan hambatan dalam bermitra. prasarana seperti komputer, obat, makanan,
buku-buku dan sebagainya.
Sarana dan prasarana
Hasil wawancara dengan bidan Pembiayaan
menunjukkan bahwa sarana dan prasarana Selain sarana dan prasarana, dukungan
penunjang kemitraan di puskesmas finansial juga merupakan hal yang sangat
pembantu belum memadai. Belum tersedia menentukan keberhasilan suatu kemitraan.
sarana transportasi untuk merujuk Tanpa dukungan dana yang memadai
persalinan dan kondisi jalan yang rusak, kegiatan kemitraan tidak akan berjalan
seperti kutipan pernyataan partisipan di dengan baik. Partisipan penelitian
bawah ini. menyatakan bahwa dana untuk membiayai
pelaksanaan kemitraan belum cukup
“Lampu, tempat tidur, ruangan memadai. Dana yang ada hanya digunakan
bersalin, transportasi, alat partus. untuk transportasi dukun dan bidan saat
Selama ini yang lengkap hanya alat pertemuan di tingkat puskesmas, sedangkan
partus, ruangan bersalin hanya satu
uang transport dukun setiap kali merujuk
dan terlalu sempit, lampu juga masih
persalinan ke bidan dan insentif bagi dukun
kurang transportasi tidak ada. Saat
rujuk pasien selama ini setengah mati
tidak ada. Hal ini disampaikan melalui
cari mobil. Jalan juga rusak.” beberapa pernyataan sebagai berikut:
(wawancara mendalam T1,B2)

Public Health and Preventive Medicine Archive 29 │ Juli 2016 │ Volume 4 │ Nomor 1 │
“Bulan Desember tahun 2014 ada. maupun kecamatan. Semua partisipan
Biasanya setiap akhir tahun ada dukun dan bidan yang bermitra mengatakan
pertemuan kemitraan tingkat bahwa tidak pernah diadakan pertemuan
puskesmas nah baru ada dananya.
rutin di tingkat desa. Pertemuan hanya
Biasanya dipakai untuk membayar
dilakukan di tingkat puskesmas sekali dalam
uang transport dukun dan bidan”.
satu tahun dan tidak semua dukun terlibat
(wawancara mendalam T1,B1)
dan diundang dalam setiap pertemuan itu.
“Kalau dana untuk kerjasama tidak Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan
ada.” di bawah ini.
(wawancara mendalam T1, B2)
“Kalau dengan bidan tidak pernah
Hal ini sejalan dengan laporan ada pertemuan. Paling dulu dokter
penelitian Sulistiawan et al 13 di Kabupaten dari puskesmas datang dan kami
kumpul di aula gereja membahas
Trenggalek yang melaporkan bahwa dengan
masalah persalinan di rumah dan dulu
adanya dana bergulir yang dibagikan pada
juga pernah ada pertemuan juga
setiap dukun ditambah dengan uang
dengan dokter tapi saya tidak ikut.”
transport yang cukup menggiurkan untuk (wawancara mendalam, T4 II, D1)
setiap rujukan persalinan ke bidan, telah
berhasil meningkatkan rujukan persalinan “Kalau pertemuan rutin tingkat desa
kepada tenaga kesehatan sehingga cakupan tidak ada. Pertemuan biasanya untuk
pertolongan persalinan oleh tenaga tingkat puskesmas dilakukan setiap
kesehatan mengalami peningkatan dari akhir tahun untuk membahas hal apa
tahun ke tahun. Buku panduan berjudul ” saja yang dilakukan dukun dan bidan.
Tidak semua dukun diundang paling
Praktik cerdas kemitraan bidan, dukun bayi
hanya satu sampai dua orang saja.”
dan kader posyandu”, oleh tim Basics7
(wawancara mendalam, T4 II, B 1)
menjelaskan bahwa dana merupakan salah
satu komponen penting yang sangat
Hasil penelitian ini sesuai dengan
mempengaruhi keberhasilan kemitraan.
penelitian Budiyono et al14 di Demak yang
Sumber dana dapat berasal dari APBD, dana
menunjukkan bahwa faktor minimnya
BOK dan swadaya masyarakat yang dapat
komunikasi menyebabkan banyak bidan
digunakan untuk pendataan ibu hamil,
tidak diterima kehadirannya oleh dukun.
pertemuan koordinasi, pelatihan dukun dan
Notoatmodjo15 menerangkan bahwa suatu
bidan, transport bagi dukun untuk setiap
kemitraan atau kerjasama tidak berjalan
persalinan yang dirujuk ke bidan, insentif,
dengan baik banyak disebabkan karena
dan untuk pembiayaan lain sesuai
terhambatnya saluran komunikasi.
kebutuhan.7
Komunikasi yang efektif diantara anggota
mitra sangat diperlukan. Salah satu bentuk
Komunikasi
komunikasi tersebut adalah pertemuan rutin
Selain sarana prasarana serta dukungan
dan terjadwal yang bertujuan untuk
pendanaan, komunikasi juga merupakan
mengetahui perkembangan kemitraan dan
komponen yang sangat penting dalam
masalah yang dihadapi di lapangan sehingga
sebuah kemitraan. Pada artikel ini,
dapat segera diselesaikan.15
komunikasi yang dimaksud adalah frekuensi
pertemuan dukun-bidan baik di tingkat desa

Public Health and Preventive Medicine Archive 30 │ Juli 2016 │ Volume 4 │ Nomor 1 │
Koordinasi Koordinasi dibutuhkan sekali dalam suatu
Suatu kemitraan menuntut fungsi koordinasi kerjasama sebab tanpa koordinasi akan tidak
yang jelas diantara anggota mitra terkait mempunyai pegangan mana yang harus diikuti,
yang akhirnya akan merugikan kerjasama dalam
pelaksanaan tugas kemitraan. Dalam
organisasi itu sendiri. Oleh karena itu, fungsi
konteks kemitraan dukun dan bidan
koordinasi yang dilakukan oleh pihak yang
koordinasi juga diperlukan seperti koordinasi 15
bermitra merupakan suatu keharusan.
dalam penjaringan ibu hamil, proses rujukan
dan penanganan persalinan. Berdasarkan Pembagian peran
informasi yang dihimpun dari partisipan Manajemen pembagian peran merupakan
dapat dijelaskan bahwa koordinasi yang aspek yang sangat penting dalam
terjadi selama ini hanya bersifat momental pelaksanaan kemitraan dukun dan bidan.
bahkan insidental yaitu pada saat posyandu Setiap pihak memiliki tugas dan tanggung
atau bila bertemu di jalan, seperti kutipan jawab yang harus dijalankan sesuai dengan
pernyataan partisipan di bawah ini. kesepakatan. Dukun mengungkapkan bahwa
tugas mereka dalam kemitraan ini adalah
“Koordinasinya lewat posyandu dan
mengantarkan ibu hamil ke fasilitas
bila bertemu secara tidak sengaja di
kesehatan dan membantu bidan dalam
jalan. Bila ada posyandu saya
menangani persalinan seperti memijat ibu
terkadang ikut akan tetapi bila tidak
ibu hamilnya sendiri yang hamil dan memberikan air minum yang telah
melaporkan. Biasanya juga saat dimantrai untuk membantu kelancaran
posyandu bidan langsung persalinan. Hal ini sesuai dengan kutipan
menanyakan pada ibu hamil. pernyataan partisipan di bawah ini.
(wawancara mendalam, T4 IV, D1)
“Kalau ada yang melahirkan saya
“Koordinasinya melalui posyandu antar ke pustu. Sampai di sana saya
karena terkadang kami mengundang bantu pijat-pijat dengan bantu
mereka untuk datang dan juga memberikan minum bila dibutuhkan
apabila secara tidak sengaja bertemu ibu hamil sedangkan yang menolong
di bemo atau di jalan biasanya kami persalinan sampai selesai bidan. Nanti
tanya mungkin ada lagi ibu yang setelah selesai saya bantu bersih/lap
hamil. Kadang mereka yang tanya ibu bersalin. Itu saja yang saya
“ibu bagaimana dengan ibu A apa dia kerjakan.”
sudah pergi periksa ke ibu?” karena di (wawancara mendalam, T4 I, D1)
sini ibu hamil lebih sering ke dukun.”
(wawancara mendalam, T4 IV, B1) ”Kami biasanya yang menolong
persalinan sedangkan dukun bantu
12
Lasker et al dalam artikelnya melaporkan memberikan minum, pegang-pegang
bahwa sebuah kemitraan yang sinergis sangat perut ibu hamil dan kadang kami
dipengaruhi oleh karakteristik kemitraan dan minta mereka untuk menyiapkan susu
salah satu karakteristik tersebut adalah untuk ibu hamil.”
koordinasi. Koordinasi didefinisikan sebagai (wawancara mendalam T4 I, B1)
proses penyatuan tujuan-tujuan dalam suatu
kerjasama organisasi dan merupakan kegiatan Hasil penelitian ini sejalan dengan
pada tingkat satuan yang terpisah dalam suatu penelitian Budiyono et al14 di Kabupaten
kerjasama organisasi untuk mencapai tujuan
15
Demak yang menjelaskan bahwa peran
yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Public Health and Preventive Medicine Archive 31 │ Juli 2016 │ Volume 4 │ Nomor 1 │
dukun hanya sebatas melakukan pemijatan, penelitian Sudirman dan Sakung11 di Palopo
sedangkan pertolongan persalinan dilakukan juga mengemukakan alasan dukun tidak
sepenuhnya oleh bidan. Lebih lanjut bermitra dengan bidan karena meragukan
penelitian di Lampung Selatan oleh Metti kemampuan bidan yang notabene masih
dan Rosmadewi menekankan bahwa dukun berusia muda dan kurang berpengalaman.
tidak lagi melakukan pertolongan persalinan, Dukun tidak bermitra juga mengungkapkan
melainkan membantu bidan dalam merawat bahwa mereka tidak bermitra karena
ibu dan bayi.16 kuatnya persepsi bahwa “hidup mati ada di
tangan Tuhan”. Dengan demikian
Hambatan dalam bermitra keselamatan ibu dan bayi tidak tergantung
Kemitraan antara dukun dengan bidan juga pada pihak yang menangani persalinan
tidak luput dari berbagai hambatan, baik seperti kutipan pernyataan partisipan di
yang berasal dari dalam maupun dari luar. bawah ini.
Hambatan dari dalam (internal) diperoleh
dari pengakuan dukun yang tidak bermitra “Iya pernah dulu. Saya dulu dipanggil
yaitu bahwa mereka tidak mau bermitra, oleh bidan pada saat posyandu di
karena ada semacam mosi tidak percaya rumahnya lian. Bidannya bilang ibu
kalau ada yang melahirkan jangan
kepada para bidan yang pernah menjanjikan
melahirkan di sini (kampung) harus
tip kepadanya ketika menolong persalinan.
melahirkan di puskesmas. Coba ibu
Di samping itu, dukun yang tidak bermitra
pikir kalau melahirkan disini
juga memberi kesaksian bahwa cara meninggal ibu bisa masuk penjara.
pertolongan persalinan dari para bidan Saya bilang kalau melahirkan di
kadang terlalu kasar seperti menarik kepala puskesmas kalau meninggal juga ibu
bayi, seperti pernyataan partisipan di bawah juga bisa masuk penjara. Hidup dan
ini. mati ada ditangan Tuhan. Bagaimana
kalau ibu hamil datang kepalanya
“Pegawai di bawa ini banyak janjinya, sudah keluar apa saya harus antar ke
katanya kalau melahirkan di bawa puskesmas juga?”
dapat sabun, popok sama uang 3 (wawancara mendalam T6 DTM1)
ratus ribu untuk ibu bersalin. Tetapi
ternyata tidak. Saya juga pernah Hasil penelitian ini sesuai dengan
temani keponakan lahir di puskesmas penelitian Anggorodi17 di Sulawesi
nona. Saya lihat cara mereka tolong, Tenggara dan Jawa Barat yang
begitu kepala bayinya keluar, mereka mengemukakan alasan dukun tidak bermitra
langsung tarik. Adu saya kaget
karena berpersepsi bahwa kerjasama hanya
setengah mati, karena kami punya
dilakukan apabila dukun tidak mampu
tidak begitu. Itu makanya saya tidak
menangani sebuah persalinan sedangkan
mau sama sekali bekerjasama dengan
mereka.” apabila masih sanggup maka akan ditangani
(wawancara mendalam T6 DTM1) sendiri.
Hambatan eksternal dalam kemitraan
Faktor kepercayaan ini juga menjadi berasal dari faktor-faktor eksternal seperti
alasan dukun di Kabupaten Sinjai untuk tidak transportasi dan masalah finansial. Tidak
bermitra dengan bidan, sesuai dengan tersedianya sarana transportasi tentu
laporan penelitian Afrisal dan Yasir.9 Laporan menghambat proses rujukan persalinan oleh

Public Health and Preventive Medicine Archive 32 │ Juli 2016 │ Volume 4 │ Nomor 1 │
para dukun yang bermitra seperti kutipan keterbatasan sarana transportasi menjadi
pernyataan partisipan di bawah ini. kendala dalam memanfaatkan fasilitas
persalinan.19
“Susah transportasi nona. Lama Masalah ekonomi keluarga juga
tunggu bemo apalagi kalau malam. merupakan salah satu hambatan eksternal
Waktu itu pernah ada yang dalam pelaksanaan kemitraan selama ini.
melahirkan di jalan itu tadi karena
Berdasarkan pengakuan partisipan,
terlalu lama tunggu bemo akhirnya
terungkap bahwa persalinan di fasilitas
saya dengan sopir yang menolong.
kesehatan menguras biaya yang cukup
Pernah juga yang melahirkan tepat di
depan pintu puskesmas. Kami baru banyak seperti kutipan pernyataan di bawah
mau turun dari bemo eh bayinya lahir ini.
akhirnya saya tolong disitu saja.
Setelah semuanya sudah lahir kami “Aduh nona kalau bersalin di bawah
langsung pulang dan tidak sempat (puskesmas) banyak sibuknya. Butuh
lagi masuk ke puskesmas”. banyak uang. Uang bemo untuk ke
(wawancara mendalam T6 D5) puskesmas belum untuk beli makan
selama di puskesmas. Banyak sekali
“Kesulitannya jika ada ibu yang yang dipikirkan kalau bersalin di
bersalin malam hari karena tidak ada puskesmas. Kalau di sini kan enak
alat transportasi ke tempat bidan.Jadi tinggal panggil dukun saja untuk
selama ini jika ada yang bersalin bantu. Tidak bayar lagi”.
malam hari saya yang tolong dan (wawancara mendalam T6 N1)
besoknya saya suru suaminya untuk
melapor ke pustu bahwa isterinya Christiana et al 20 juga menyebutkan
sudah lahiran sehingga bidan tahu. bahwa faktor himpitan ekonomi
Dulu juga pernah saya antar ibu menyebabkan tingginya preferensi
bersalin ke rumah bidan sampai di
masyarakat terhadap pelayanan para dukun,
sana ternyata bidannya pulang
seperti yang disampaikan dalam laporan
kampung akhirnya kami balik lagi dan
penelitiannya di Jawa Barat. Hal ini juga
ibu yang saya antar itu melahirkan di
jalan pulang dan saya yang sejalan dengan penelitian More21 di Nigeria
menolong. Untungnya tidak ada yang menemukan bahwa pemanfaatan
kesulitan.” pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi
(wawancara mendalam T6 D1) oleh faktor ekonomi keluarga dan jarak
tempuh. Peran jarak dan biaya yang
Hal ini sesuai dengan laporan terjangkau dalam pemilihan dukun sebagai
penelitian Tobroni18 di Kabupaten penolong persalinan juga dikemukakan oleh
Bojonegoro yang menemukan faktor jarak Latifah22 dalam laporan penelitian kuantitatif
dan transportasi menjadi hambatan dalam di Grabag Magelang.
pelaksanaan kemitraan di sana. Hasil
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Simpulan
kuantitatif Nara19 di Kabupaten Sumba
Timur yang mendapatkan bahwa akses Gambaran kemitraan dukun dan bidan
pelayanan kesehatan berhubungan secara dalam pertolongan persalinan belum
signifikan dengan pemanfaatan fasilitas berjalan dengan baik karena sarana dan
persalinan. Akses yang sulit dijangkau karena prasarana belum memadai, dana untuk

Public Health and Preventive Medicine Archive 33 │ Juli 2016 │ Volume 4 │ Nomor 1 │
pembiayaan kemitraan tidak cukup, Kabupaten Sinjai. Jurnal Kesehatan 2013; 03(02):
2302-1721.
koordinasi hanya bersifat momental bahkan 10. Yusriani & Octaviani A. Partnership between
insidental, tidak ada pertemuan rutin antara midwives and traditional birth attendants (tbas) in
dukun dan bidan dan masih ditemukan the work health district minasate’ne Pangkep.
International Conferenceon Emerging Trends In
berbagai hambatan baik internal maupun Academic Research; 2014.
eksternal seperti hambatan transportasi, 11. Sudirman & Sakung, J. Kemitraan bidan dengan
dukun bayi dalam menolong persalinan bagi ibu-
ekonomi dan faktor personal. Oleh karena Ibu yang melahirkan di pedesaan Kecamatan
itu, untuk mengoptimalkan kemitraan ini, Palolo Kabupaten Donggala (Tesis). Palu: Fakultas
perlu dilengkapi sarana dan prasarana Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadi-
yah; 2006.
penunjang kemitraan, dialokasikan dana 12. Lasker, d., Elisa, S., & Rebecca, M. Partnership
yang cukup, diadakan pertemuan rutin synergy: A practical framework for studying and
strengthening the collaborative advantage. New
antara dukun dan bidan, pendekatan pada York Academi of Medicine. 2001; 79(02).
dukun yang tidak bermitra agar mau 13. Sulistiawan, D., Nurmalasari & Rechy. Kemitraan
bidan dan dukun bayi di Kabupaten Trenggalek.
bermitra dan pendekatan pelayanan kepada
University Network for Governance Innovation;
masyarakat sehingga mudah diakses. 2005.
14. Budiyono, Suparwati, A., Syamsulhuda, Nikita,
Adrian. Kemitraan bidan dan dukun dalam
Ucapan Terima Kasih mendukung penurunan angka kematian ibu di
puskesmas Mranggen I Kabupaten Demak. Media
Ucapan terima kasih penulis sampaikan KesehatanMasyarakat Indonesia. 2011; 11(1).
kepada seluruh partisipan yang telah 15. Notoatmodjo, S. Promosi kesehatan dan ilmu
perilaku (revisi.). Jakarta: Rineka Cipta; 2012.
membantu memberikan informasi yang 16. Metti, D & Rosmadewi. Hubungan kemitraan bidan
diperlukan dalam penelitian ini. Ucapan dan dukun dengan persalinan oleh tenaga
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sari
terima kasih juga disampaikan kepada Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Kesehatan
seluruh pihak yang telah membantu Metro Sai Wawai. 2012; 5(1 ).
17. Anggorodi, R. Dukun bayi dalam persalinan oleh
menyelesaikan tulisan ini.
masyarakat Indonesia. Makara Kesehatan. 2009;
13(1): 9-14.
18. Tobroni, F. Kemitraan dukun bayi dan bidan di
Bojonegoro.University Network for Governance
Daftar Pustaka Innovation; 2011.
1. Kemenkes RI. Lima strategi operasional turunkan 19. Nara, A. Hubungan antara pengetahuan, sikap,
angka kematian ibu. Jakarta: Kemenkes RI; 2011. akses pelayanan kesehatan, jumlah sumber
2. BPS dan Kemenkes RI. Survei demografi kesehatan informasi dan dukungan keluarga dengan
Indonesia. Jakarta: BPS; 2012. pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai
3. Dinkes NTT. Profil kesehatan Provinsi Nusa oleh ibu hamil di wilayah Puskesmas Kawangu
Tenggara Timur. Kupang: Dinkes NTT; 2011. Sumba Timur (Tesis). Denpasar: Magister Ilmu
4. Dinkes Manggarai Timur. Profil kesehatan Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana; 2014.
Manggarai Timur. Borong: Dinkes Manggarai 20. Christiana, L., Cynthia L, Michael J &Peter H. Why
Timur; 2013. do some women still prefer traditional birth
5. Kemenkes RI. Pokok-pokok hasil riskesdas attendants and home delivery?: a qualitative study
indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan on delivery care services in West Java Province,
Pengembangan Kesehatan RI; 2013. Indonesia. BMC Pregnancy and Childbirth. 2009;
6. BPS Manggarai Timur. Manggarai Timur dalam 10(43): 1471-2393.
angka. Borong: BPS Manggarai Timur; 2014. 21. More, B. Utilization of health care services by
7. Tim Basics. Panduan penerapan praktik cerdas pregnant mothers during delivery: A community
kemitraan bidan, dukun bayi dan kader posyandu. based study in Nigeria. East Africa Journal of Public
Jakarta; 2014. Health; 2011.
8. Depkes RI. Pedoman kemitraan bidan dengan 22. Latifah, N. Faktor-faktor yang berhubungan
dukun (1st ed.). Jakarta: Depkes RI; 2008. dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh
9. Afrisal, S & Yasir, H. Hubungan kemitraan bidan dukun bayi (skripsi). Semarang: Universitas
dan dukun terlatih dengan peningkatan cakupan Diponegoro; 2010.
persalinan di wilayah kerja Puskesmas Aska

Public Health and Preventive Medicine Archive 34 │ Juli 2016 │ Volume 4 │ Nomor 1 │

Anda mungkin juga menyukai