Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“TERAPI BERMAIN”

Pada Anak Usia Toddler di RSUD Pasar Rebo ruang Mawar Lt. 6.

Topik : Terapi bermain pada anak

Sasaran : Klien Anak usia Toddler di Ruang mawar

Tujuan : mengoptimalkan tigkat perkembangan pada anak

Hari/tanggal :

Media : Puzzle

STRATEGI PELAKSANA

NO TAHAP PENYAJI AUDIEN


1. Pembukaan 1. Memperkenalkan 1. Mendengar
diri pada klien 2. Memperhatikan
2. Menanyakan pada 3. Menjawab
orang tua apakah
pernah mengikuti
program terapi
bermain
2. Kegiatan bermain 1. Membagikan alat 1. Menerima alat
permainan permainan dan
2. Menjelaskan cara menanyakan
bermain kejelasan
3. Menjawab permainan
pertanyaan peserta
4. Memotivasi peran
aktif
5. Memberi pujian
3. Penutup 1. Menanyakan 1. Memperhatikan
perasaan anak 2. Bertanya
terhadap permainan 3. Mendengarkan
2. Menanyakan respon
orang tua
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas bermain merupaka salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara
optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap
dilaksanakan, namun harus sesuai dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit,
anak akan mengalami perasaan tidak menyenangkan seperti marah, takut, cemas, sedih,
dan nyeri. Persaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak
karena menghadapi beberapa stressor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu
dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari tegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa
sakitnya pada permainan (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar anak dapat
menjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan
kreatifitas anak, dan dapat berdaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat
penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan
dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit
(Wong. 2009).
Puzzle game merupakan permainan yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan,
tetapi juga dapat melatih kemampuan otak, berdasarkan penelitian seorang ahli saraf
bernama Robertson, puzzle dapat meningkatkan kemampuan mental, selain itu,
permainan itu juga dapat mencegah penyakit Alzheimer dan hilang ingatan (Baras, 2010).
Berdasarkan pengamatan kami di RSUD Pasar Rebo diruangan Mawar Lt. 6
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan dalam
keterampilan tertentu seperti bermain dalam puzzle atau gambar, disini anak selalu
dipacu untuk selalu terampil dalam meletakan gambar yang telah di bongkar.

B. Tujuan
Tujuan umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan perkembangan dan pertumbuhannya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi
efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.

Tujuan khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu
a. Mengembangkan kreatifitas dan daya pikirnya
b. Mengekspresikan perasaanya selama menjalani pesrawat
c. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d. Berdaptasi dalam lingkungan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Bermain Puzzle


Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakuka atau
mempraktikan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, dan berperilaku dewasa( aziz alimul, 2009). Bermain adalah suatu
kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang
menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan,maupun
mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).
Menurut patmonodewo( Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari
bahasa inggris yang berarti teka- teki atau bongkar pasang, media puzzle
merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang.
Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan
bahwa media merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang
kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara membongkat pasang
kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.
B. Tujuan bermain puzzle
Tujuan bermain puzzle pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi anak. Sebagai suatu aktiftas yang memberikan
stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak
akan selalu mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik,
emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang
kreatif, cerdas, dan penuh inovatif.
C. Fungsi bermain puzzle
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain
sebagai terapi.
1. Perkembangan sensorik motoric
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan
kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler yang
banyak membantu perkembangan aktivitas motoric baik kasar maupun halus.
2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dn manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya terutama mengenal warna,
bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak
akan melatih diri untuk memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat
mainanya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir
dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan
eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya, melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima, bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar
tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada
anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan
praseklah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya
di lingkungan keluarga.
4. Perkembangan kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya ke dalam bentuk objek atau kegiatan yang dilakukannya.
Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk
merealisasikan ide-idenya. Misalnya dengan membongkar dan memasang satu
alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk berkembang.
5. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkanya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak
tingkah lakunya terhadap orang lain.misalnya, jika anak mengambil mainan
temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan
diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang tua
untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan
kemampuan untuk memahami dampak positif dan negative dari perilakunya
terhadap orang lain.
D. Kategori bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif
dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan
diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif
kesenangan di dapatkan dari orang lain.
 Bermain aktif
1. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak akan memperhatikan alat permainan, mengocok-
ngocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan, dan kadang-kadang
berusaha membongkar.
2. Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok
menjadi rumah- rumahan., dll.
3. Bermain drama (dramatic play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya.
4. Bermain bola, tali, dan sebagainya.
 Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengar. Bermain pasif adalah ideal, apabila anak sudah lelah
bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan
dan keletihannya.
Contohnya:
a. Melihat gambar-gambar dibuku atau majalah
b. Mendengarkan cerita atau music
c. Menonton televisi, dll
E. Hal- hal yang harus diperhatikan
Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak. Ulangi suatu cara
bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan yang
lebih majemuk. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin
bermain jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau terlalu sedikit.
F. Bentuk permainan menurut usia
1. Usia 0-12 bulan, tujuannya adalah : melatih reflek reflek ( untuk anak berumur
1 bulan), misalnya mengisap, menggenggam, melatih kerjasama mata dan
tangan, melatih kerjasama mata dan telinga, melatih mencari obyek yang ada
tetapi tidak terlihat, melatih mengenal sumber suara, melatih kepekaan
perabaan, melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan:
-benda benda yang aman untuk dimasukan ke dalam mulut atau dipegang
-alat permainan lunak berupa gambar atau bentuk muka
-alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang
-alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara
-alat permainan berupa selimut dan boneka
2. Usia 13-24 bulan, tujuannya adalah : mencari sumber suara/mengikuti
sumber suara, melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik,
melatih imajinasinya, melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya
dalam bentuk kegiatan yang menarik.
Alat permainan yang dianjurkan:
-genderang, bola dengan giring-giring di dalamnya
-alat permainan yang dapat di dorong dan ditarik
-alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga (misal: cangkir yang tidak
mudah pecah, sendok botol plastic, ember, baskom, air), balok-balok besar,
kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret, crayon/pensil
berwarna.
3. Usia 25-36 bulan, tujuannya adalah: menyalurkan emosi atau perasaan
anak, mengebangkan keterampilan berbahasa, melatih motorik halus dan kasar,
mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal, dan
membedakan warna), melatih kerjasama mata dengan tangan, melatih daya
imajinasi, kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan:
-alat-alat untuk menggambar
-lilin yang dapat dibentuk
-puzzle sederhana
-manik-manik ukuran sederhana
4. Usia 32-72 bulan, tujuannya adalah mengembangkan kemampuan
menyamakan dan membedakan, mengembangkan kemampuan berbahasa,
mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah dan mengurangi,
merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara), membedakan benda dengan permukaan, menumbuhkan
sportivitas, mengembangkan kepercayaan diri, mengembangkan kreativitas,
mengembangkan koordinasi motoric (melompat, memanjat, berlari, dll),
mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motoric kasar dan halus,
mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya, memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, missal
: pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
Alat permainan yang dianjurkan:
- Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak,
alat gambar dan tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
- Teman teman bermain: anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
G. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain
a. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan
b. Status kesehatan anak sakit, perkembangan psikomotor kognitif terganggu
c. Jenis kelamin
d. Lingkungan, lokasi, negara, budaya
H. Tahap perkembangan bermain
1. Tahap eksplorasi : tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan : setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap
permainan
3. Tahap bermain sungguhan : anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun : tahapan terakhir anak membayangkan permainan
berikutnya.
I. Prinsip bermain di rumah sakit
1. Tidak banyak energy, singkat, dan sederhana
2. Tidak mengganggu jadwal keperawatan dan medis
3. Tidak ada kontraindikasi dengan kondisi penyakit pasien
4. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
5. Jenis permainan yang diberikan sesuai dengan kesenangan anak
6. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan
J. Hambatan yang mungkin muncul
1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias tehadap permainan
3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang
bersamaan.
K. Antisipasi hambatan
1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
2. Libatkan orang tua dala proses terapi bermain
3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya.
L. Cara bermain puzzle
1. Sediakan kertas puzzle bergambar
2. Bongkar kertas puzzle tersebut
3. Pasang kembali kertas puzzle sesuai pasangannya
4. Di anjurkan lebih baik pada bagian ujung kertas terlebih dahulu
5. Setelah itu bagian samping dengan sesuai pasangannya
6. Kerjakan sampai selesai sesuai dengan gambar seperti semula sebelum kertas
puzzle di bongkar
BAB III

RENCANA KEGIATAN

3.1 Rancangan bermain


A. Bermain puzzle
Anda menjadi model dan memberi instruksi. Anak akan mengikuti
instruksi anda untuk memilih gambar yang tepat agar puzzle tersusun
kembali.
B. Solitary Play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa
orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dialakukan oleh anak usia
toddler
3.2 media dan ala
1. gambar puzzle
2. hand scrub
3.3 sasaran
kriteria pasien :
1. anak usia toddler (1-3 tahun)
2. anak kooperatif
3. anak dengan komunikasi verbal baik
4. anak yang tidak ada kontraindikasi untuk bermain
3.4 waktu pelaksanaan
a. hari/tanggal : jumat
b. waktu :
c. tempat : RSUD Pasar Rebo ruang Mawar Lt. 6
d. perilaku anak yang diharapkan:
1. anak mampu mengekspresikan kreativitas dan imajinasinya
2. anak mengikuti permainan dengan baik sampai selesai dan tidak rewel
3. anak bersifat kooperatif
4. anak bisa menikmati dan merasa senang
5. anak dapat mengenal benda
6. anak mampu mengembangkan kemampuan gerak halus
7. anak dapat mengekspresikan perasaan
8. anak dapat meningkatkan sosialisasi dan kerjasama
3.5 Hambatan
Hambatan yang mungkin timbul:
1. Anak tidak ingin bermain karena rasa sakit yang dirasa
2. Anak kurang mampu berinteraksi dengan orang lain selain orang tuanya
3. Anak merasa bosan dengan permainan yang diberikan
Daftar pustaka

Yudiernawati, atty (2006). peran bermain dalam perkembangan psikososial anak.


Malang;Politeknik kesehatan Malang

Soetjiningsih (1995). Tumbuh kembang anak. Jakarta EGC

Supartini, Yupi. (2004). Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai