Wa0004
Wa0004
Oleh:
Kelompok 1 / Kelas 3A
1
1. PERCOBAAN NO. 5
2. JUDUL PERCOBAAN
Pengukuran Karakteristik VHF Yagi Antenna(1)
3. TUJUAN
1. Memahami karakteristik, fungsi, dan tugas antena.
2. Mengukur pola radiasi, X polarisasi, dan gain pada antena.
4. PENDAHULUAN
Antena adalah perangkat yang mampu mengubah besaran listrik yang didapat dari
saluran transmisi inputan menjadi gelombang elektromagnetik (GEM) yang diradiasikan
ke udara serta mampu pula menangkap gelombang elektromagnetik dari udara bebas
untuk kemudian dijadikan kembali ke besaran listrik melalui saluran transmisi. Antenna
memiliki berbagai macam dan bentuk, seperti antenna helix, antenna Yagi-Uda, antenna
horn, antenna dipole dan antenna mikrostrip.
1. Antena Yagi
Antena yagi adalah salah satu jenis antenna radio atau televisi yang
bersifat direksional, yaitu menambah gain hanya pada salah satu arahnya. Sisi
antena yang berada di belakang reflector memiliki gain yang lebih kecil daripada
di depan director.
2
Bagian-bagian antena yagi:
- Driven adalah titik catu dari kabel antena, biasanya panjang fisik driven adalah
setengah panjang gelombang (0,5 λ) dari frekuensi radio yang dipancarkan atau
diterima.
- Reflector adalah bagian belakang antena yang berfungsi sebagai pemantul sinyal,
dengan panjang fisik lebih panjang daripada driven. Panjang biasanya adalah
0,55 λ (panjang gelombang).
- Director adalah bagian pengarah antena, ukurannya sedikit lebih pendek daripada
driven. Penambahan batang director akan menambah gain antena, namun akan
membuat pola pengarahan antena menjadi lebih sempit. Semakin banyak jumlah
director, maka semakin sempit arahnya.
- Boom adalah bagian ditempatkan driven, reflector, dan director. Boom berbentuk
sebatang logam atau kayu yang panjangnya sepanjang antena itu.
- Gambut Brotherhood adalah bagian yang digunakan untuk menangkap
gelombang sinyal dan memperstabil sinyal yang masuk.
- Pola Radiasi
Pola radiasi disebut juga pernyataan secara grafis yang menggambarkan sifat
radiasi dari antena. Pola radiasi dapat diklasifikasikan sebagai isotropis,
directional dan omnidirectional. Antena yagi termasuk antena dengan pola radiasi
directional yaitu pola radiasi yang hanya mengarah ke satu atau lebih arah
azimuth dan elevesi.
3
Gambar 4.2 Pola Radiasi Antena Yagi
Pada saat 0 ﹾadalah arah kemana antena harus diletakkan menghadap pemancar.
Gain dapat ditambahkan dengan menambahkan elemen, director, atau pengaturan
antar elemen, tanpa melupakan tradeoff antara gain dan bandwidth.
4
- Gain Antena
Gain didefinisikan sebagai perbandingan intensitas daya kea rah tertentu
dengan intensitas daya bila daya yang didapatkan antena diradiasi secara
isotropis. Gain berhubungan erat dengan direktivitas, dimana direktivitas hanya
memperhitungkan keterarahan radiasi antena sementara gain melihat efisiensi dari
antena tersebut.
Pola radiasi antena dengan gain rendah bersifat melebar sehingga energy
yang dipancarkan terdistribusi luas secara sektoral (sudut). Sedangkan antena
dengan gain besar memiliki pola pancar sempit, energy yang dipancarkan tidak
melebar, tetapi pada arah pancaran utamanya, energy ini bisa menjangkau tempat
yang lebih jauh.
- Front to Back Antena
Front to Back ratio dimaksudkan adalah perbandingan energi yang dipancarkan
atau di terima pada tepat di depan antenna Yagi atau jenis lainnya dan bagian
belakang antenna tersebut, perbandingan tersebut dapat dihitung dalam satuan dB,
peralatan yang dibutuhkan adalah field strength meter yang telah di kalibrasi.
Front to Back Ratio berguna untuk mengetahui agar kita mampu mengetahui
sejauh mana kemampuan antena yang kita pergunakan.
- Crosspole (X- Polaradiasi)
Crosspole merupakan selisih kuat medan pada sudut tertentu (biasanya
pada sudut 0º atau sudut dengan kuat medan terbesar) dari posisi antenna
Horizontal dengan posisi antenna Vertikal.
No Kelebihan Kekurangan
Penguatan dapat diatur sesuai
1. Bahan untuk merangkai cukup banyak
kebutuhan
Penggunakan prinsip antena Pembuatan dan perhitungan relative
2.
direksional sulit
3. Bisa digunakan pada frekuensi tinggi
5
2. Antena Dipol
Antena dipol adalah sebuah antena yang dibuat dari kawat tembaga dan
dipotong sesuai ukuran agar beresonansi pada frekuensi kerja yang diinginkan.
Kawat yang dipakai sebaiknya ukuran AWG (American Wire Gauge). Antena
dipol terdiri dari dua buah kawat yang terpisah satu dengan yang lainnya. Yang
berfungsi sebagai antena pemancar, ia akan dihubungkan dengan sumber
tegangan, dan pada fungsi sebagai antena penerima. Antena dipol bersifat
omnidirectional artinya antena ini memancarkan energinya, pada suatu potongan
bidang tertentu, sama rata kesemua arah. Antena ini terdiri dari dua buah logam
konduktor atau kabel, berorientasi sejajar dan kolinier dengan lainya (segaris
dengan yang lainya), dengan sela kecil di tengahnya. Tegangan frekuensi radio
diterapkan pada tengah-tengah di antara dua konduktor.
6
Gambar 4.5 Arah Pancaran Dipole
5. SETUP PENGUKURAN
A
RF
in
Transmitter
- +
ACCU
7
Measuring Receiver ML521B, 25-300MHz
A
RF
in
Transmitter
- +
ACCU
A
RF
in
Transmitter
- +
ACCU
8
Measuring Receiver ML521B, 25-300MHz
A
RF
in
Transmitter
- +
ACCU
7. METODE PERCOBAAN
Pada praktek pengukuran kali ini, kita memanfaatkan antenna pemancar yang ada di
Lab HF POLBAN yang bekerja pada frekuensi 134MHz, dan melakukan praktek
pengukuran menggunakan Antenna Yagi sebagai penerima sinyal, dan Antenna Dipole
sebagai referensi menentukan gain di Lapangan Kosong di samping kiri Pujasera.
Antenna pemancar sendiri memiliki 3 keadaan pada saat memancarkan sinyal untuk
diterima oleh antenna penerima seperti berikut yaitu:
Signal with tone
9
Sinyal dikirim dalam bentuk modulasi. Akan terdengar suara tone saat sinyal ini di
kirimkan.
Signal without tone
Ketika dalam keadaan mengirim unmodulated FM Signal, tidak akan terdengar bunyi
apapun.
Posisi Idle (Pemancar tidak bekerja)
Akan terdapat jeda beberapa detik setelah sinyal with atau without tone selesai
dipancarkan.
10
2. Lalu plot lah tiap nilai field strength pada tiap posisi yang telah dinormalisasi pada
diagram.
11
3. Lalu setelah itu baru hitung nilai gain antena Yagi terhadap isotropis dari selisih nilai
gain terhadap dipole dikurangi Gdipole: 2.15 dB. Gain (terhadap isotropis) ialah Gain
(terhadap antena dipole) dikurangi 2.15 dB
g. Front to back
Hitunglah nilai daya terbesar saat posisi antenna Yagi membelakangi daerah sumber
pemancar dilihat pada pola radiasi atau 180̊.
12
1. DATA HASIL PENGUKURAN
Tanggal : 5 November 2018
Lokasi Rx : Lapangan di samping Pujasera
Lokasi Tx : Lab HF POLBAN
Frekuensi : 134MHz
Cuaca : Mendung dan berangin
Waktu/Jam : 13.00 – 15.30 WIB
Pola Radiasi
Tabel 8.2 Level Daya Antena Yagi Vertikal
Ketinggian Arah Daya Tx Kuat Level Level Signal to Level Daya
Antena Antena (dBm) Medan Sinyal Noise Noise Ternormalisasi
(Meter) (dB/uV) (mV) (mV) Ratio
2 0° 30 57.0 320 42 17.63 0
2 10° 30 56.0 325 42 17.77 -1
2 20° 30 55.0 326 41 18 -2
2 30° 30 53.0 326 42 17.79 -4
2 40° 30 51.2 324 41 17.75 -5.8
2 50° 30 45.0 323 46 17.75 -12
2 60° 30 45.5 322 45 17.09 -11.5
2 70° 30 46.0 321 44 17.26 -11
2 80° 30 43.0 320 43 17.43 -14.0
2 90° 30 42.0 306 39 17.89 -15.0
2 100° 30 42.5 293 44 16.47 -14.5
2 110° 30 43.0 319 37 18.71 -14.0
2 120° 30 45.2 329 44 17.47 -11.8
2 130° 30 47.0 323 43 17.51 -10.0
2 140° 30 42.5 324 42 17.75 -14.5
2 150° 30 42.0 309 39 17.97 -15
13
2 160° 30 42.0 310 41 17.57 -15
2 170° 30 43.2 326 44 17.40 -13.8
2 180° 30 45.0 323 42 17.72 -12.0
2 190° 30 46.5 322 39 18.34 -10.5
2 200° 30 47.7 324 42 18.17 -9.3
2 210° 30 47.0 319 40 18.04 -10
2 220° 30 47.0 320 39 18.28 -10
2 230° 30 46.0 322 43 17.49 -11
2 240° 30 44.5 331 42 17.93 -12.5
2 250° 30 44.0 320 43 17.43 -13
2 260° 30 44.6 320 42 17.64 -12.4
2 270° 30 42.0 312 40 17.84 -15
2 280° 30 45.6 307 41 17.49 -11.4
2 290° 30 48.0 323 42 17.72 -9.0
2 300° 30 53.0 314 43 17.27 -4.0
2 310° 30 55.0 325 43 17.57 -2.0
2 320° 30 56.0 322 42 17.69 -1.0
2 330° 30 56.5 327 43 14.62 -0.5
2 340° 30 56.8 324 43 17.54 -0.2
2 350° 30 57.0 328 42 17.85 0
2 360° 30 57.0 320 42 17.64 0
14
Gambar 6.0 Pola Radiasi Antena Yagi Vertikal
Pada percobaan ini, yang dilakukan ialah menentukan pola radiasi dari antenna yagi.
Pola radiasi antena terjadi pada saat posisi antenna pemancar dan penerima sama. Dalam hal
ini, posisi antenna adalah horizontal dan vertikal. Dan posisi pemancar pada percobaan ini
adalah vertikal. Idealnya, pola radiasi pada saat antenna penerima membelakangi antena
pemancar, level daya yang di terima harus seminim mungkin karena karateristik pola radiasi
dari antenna ini adalah uni directional. Hasil yang diperolah dari percobaan ini, nilai level
daya pada saat antenna penerima membelakangi pemancar, pada beberapa posisi masih
terhitung cukup besar. Hal ini dapat disebabkan karena faktor lingkungan pada saat
praktikum. Pemancar terhalang oleh pepohonan, adanya interferensi, serta faktor cuaca pada
saat dilakukannya praktikum.
15
2. DATA HASIL PENGUKURAN
Tanggal : 30 Oktober 2018
Lokasi Rx : Lapangan di samping Pujasera
Lokasi Tx : Lab HF POLBAN
Frekuensi : 134MHz
Cuaca : Mendung
Waktu/Jam : 13.00 – 15.30 WIB
16
2 160° 30 40.3 280 24 21.34 -8.2
2 170° 30 41.7 280 24 21.34 -6.8
2 180° 30 44.1 294 24 21.76 -4.4
2 190° 30 43.4 292 25 21.35 -5.1
2 200° 30 44.8 292 25 21.35 -3.7
2 210° 30 46.5 292 25 21.35 -2
2 220° 30 45.8 291 26 20.98 -2.7
2 230° 30 46.7 291 26 20.98 -1.8
2 240° 30 44.3 291 25 21.32 -4.2
2 250° 30 44.7 291 26 20.98 -3.8
2 260° 30 41.9 277 24 21.25 -6.6
2 270° 30 43.2 289 25 21.26 -5.3
2 280° 30 45.3 289 25 21.26 -3.2
2 290° 30 47.2 290 24 21.64 -1.3
2 300° 30 46.4 290 24 21.64 -2.1
2 310° 30 46.5 290 25 21.29 -2
2 320° 30 47.9 280 22 22.10 -0.6
2 330° 30 47.9 288 21 21.95 -0.6
2 340° 30 48.2 288 23 21.95 -0.3
2 350° 30 49.2 288 23 21.95 0.7
2 360° 30 49.3 288 27 20.56 0.8
17
Gambar 7.0 Pola Radiasi Yagi Horizontal
Analisis:
Pada perhitungan creosspole ini didapatkan hasil sebesar 7,7dB. Sedangkan
besarnya crosspol pada antenna yagi adalah diatas 15dB. Crosspole ditentukan oleh
selisih level daya yang diterima oleh antena yagi pada saat posisi horizontal dan
vertikal. Besar level daya yang dihasilkan pada saat posisi antena yagi vertikal lebih
besar daripada besar level daya yang dihasilkan saat antenna yagi horizontal. Hal ini
disebabkan karena posisi pemancar adalah vertikal. Sehingga level daya yang
diterima pada saat posisi antenna yagi vertikal berharga lebih besar.
18
3. DATA HASIL PENGUKURAN
Tanggal : 5 November 2018
Lokasi Rx : Lapangan di samping Pujasera
Lokasi Tx : Lab HF POLBAN
Frekuensi : 134MHz
Cuaca : Mendung dan berangin
Waktu/Jam : 13.00 – 15.30 WIB
Pola Radiasi
Tabel 8.2 Level Daya Antena Dipol Horizontal
Pola Radiasi
Tabel 8.2 Level Daya Antena Dipol Vertikal
Ketinggian Arah Daya Tx Kuat Level Level Signal to
Antena Antena (dBm) Medan Sinyal Noise Noise
(Meter) (dB/uV) (mV) (mV) Ratio
2 0o 30 48.6 320 42 17.64
19
4. Gain
Gain didefinisikan sebagai perbandingan intensitas daya kea rah tertentu dengan
intensitas daya bila daya yang didapatkan antena diradiasi secara isotropis. Gain
berhubungan erat dengan direktivitas, dimana direktivitas hanya memperhitungkan
keterarahan radiasi antena sementara gain melihat efisiensi dari antena tersebut.
Berdasarkan data hasil praktikum diketahui :
Antena dipole
Level daya posisi Horizontal = 45,3 dBµV
Level daya posisi Vertikal = 48,6 dBµV
Maka,
Gain : level daya tertinggi [dBµV] – gain antena dipole vertikal [dBµV]
Gd = 57,0 – 48,6
= 8,4 dBD (gain terhadap acuan Gain antenna Dipole)
Gi = Gd – 2,15dB
= 8,4 – 2,15
= 6,25 dBi (Desibel Isotropis)
Analisis:
Pengukuran pada antena dipole bertujuan untuk mengukur gain antena pada sisi
penerima. Seperti data yang di dapat dari hasil perhitungan, penguatan atau gain yang
didapatkan sebesar 8,4dBD (terhadap antena dipole) atau 6,25 dBi (terhadap antena
isotropis). Nilai penguatan antena ini dipengaruhi oleh jarak antara pemancar dan
penerima, benda yang menghalangi, dan juga faktor cuaca.
20
5. HPBW
Analisis:
Beamwidth (HPBW) merupakan besar lebar pancaran (beam) yang didapat dari
titik potong antara polaradiasi antena dengan pola lingkaran pada saat -3dB. Terdapat
2 arah antena yang mempunyai level daya ternormalisasi sekitar -3dB, yaitu pada saat
±25° dan ±305°. Sehingga nilai HPBW sebesar ±50°, artinya lebar pancaran antenna
yagi vertikal sebesar 80°.
6. Front to Back
Front to Back Ratio = 0dB – (-9,3) dB = 9,3 dB
Analisis:
Front to back ratio merupakan nilai daya terbesar saat posisi antenna yagi
membelakangi pemancar. Dari percobaan yang kami lakukan, didapatkan level daya
yang terbesar saat antenna yagi vertikal membelakangi pemancar pada saat posisi
200° sebesar 9,3dB.
21
KESIMPULAN
1. Frekuensi yang digunakan pada pengukuran karakteristik antena Yagi adalah sebesar
134Mhz, frekuensi ini digunakan agar tidak terjadi interferensi dari stasiun pemancar
lain.
2. Pola radiasi antena Yagi adalah unidirectional yang artinya kuat medan antena Yagi
terjadi pada satu arah saja yaitu yang terkuat pada arah yang sejajar dengan arah
pemancar. Di luar cakupannya maka kuat medan dari antena Yagi akan melemah.
3. Pola radiasi antena dipole adalah multidireksional yang artinya kuat medan ada pada
360 derajat tegak lurus sumbu antena.
4. Posisi antena vertikal memiliki Level daya yang lebih besar dari posisi horizontal.
5. Pengukuran karakteristik antena Yagi dapat terkendala oleh beberapa faktor, salah
satunya yaitu masalah cuaca sehingga hasil pengukuran karakteristik dapat berubah-
ubah meskipun melakukannya di tempat yang sama.
22