Anda di halaman 1dari 22

DRAFT

LAPORAN LAB TEKNIK PENGUKURAN FREKUENSI TINGGI

Percobaan No. 1 Gelombang Kedua

Pengukuran Karakteristik VHF Yagi Antenna

Oleh:
Kelompok 1 / Kelas 3A

1. Irham Nur Lillah / 161331018


2. Mugi Ariz Firdaus / 161331019
3. Muhammad Reza S. M / 161331020
4. Muhammad Rifqi P. / 161331021

Tanggal Percobaan : 30/10/2018 dan 06/11/2018


Tanggal Pengumpulan Laporan : 13/11/2018

PRODI TELEKOMUNIKASI – TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2018

1
1. PERCOBAAN NO. 5
2. JUDUL PERCOBAAN
Pengukuran Karakteristik VHF Yagi Antenna(1)
3. TUJUAN
1. Memahami karakteristik, fungsi, dan tugas antena.
2. Mengukur pola radiasi, X polarisasi, dan gain pada antena.

4. PENDAHULUAN
Antena adalah perangkat yang mampu mengubah besaran listrik yang didapat dari
saluran transmisi inputan menjadi gelombang elektromagnetik (GEM) yang diradiasikan
ke udara serta mampu pula menangkap gelombang elektromagnetik dari udara bebas
untuk kemudian dijadikan kembali ke besaran listrik melalui saluran transmisi. Antenna
memiliki berbagai macam dan bentuk, seperti antenna helix, antenna Yagi-Uda, antenna
horn, antenna dipole dan antenna mikrostrip.

1. Antena Yagi
Antena yagi adalah salah satu jenis antenna radio atau televisi yang
bersifat direksional, yaitu menambah gain hanya pada salah satu arahnya. Sisi
antena yang berada di belakang reflector memiliki gain yang lebih kecil daripada
di depan director.

Gambar 4.1 Antena Yagi

2
Bagian-bagian antena yagi:
- Driven adalah titik catu dari kabel antena, biasanya panjang fisik driven adalah
setengah panjang gelombang (0,5 λ) dari frekuensi radio yang dipancarkan atau
diterima.
- Reflector adalah bagian belakang antena yang berfungsi sebagai pemantul sinyal,
dengan panjang fisik lebih panjang daripada driven. Panjang biasanya adalah
0,55 λ (panjang gelombang).
- Director adalah bagian pengarah antena, ukurannya sedikit lebih pendek daripada
driven. Penambahan batang director akan menambah gain antena, namun akan
membuat pola pengarahan antena menjadi lebih sempit. Semakin banyak jumlah
director, maka semakin sempit arahnya.
- Boom adalah bagian ditempatkan driven, reflector, dan director. Boom berbentuk
sebatang logam atau kayu yang panjangnya sepanjang antena itu.
- Gambut Brotherhood adalah bagian yang digunakan untuk menangkap
gelombang sinyal dan memperstabil sinyal yang masuk.

Karakteristik Antena Yagi

- Pola Radiasi
Pola radiasi disebut juga pernyataan secara grafis yang menggambarkan sifat
radiasi dari antena. Pola radiasi dapat diklasifikasikan sebagai isotropis,
directional dan omnidirectional. Antena yagi termasuk antena dengan pola radiasi
directional yaitu pola radiasi yang hanya mengarah ke satu atau lebih arah
azimuth dan elevesi.

3
Gambar 4.2 Pola Radiasi Antena Yagi
Pada saat 0‫ ﹾ‬adalah arah kemana antena harus diletakkan menghadap pemancar.
Gain dapat ditambahkan dengan menambahkan elemen, director, atau pengaturan
antar elemen, tanpa melupakan tradeoff antara gain dan bandwidth.

- HPBW (Half Power Beamwidth)


HPBW (Half Power Beamwidth) adalah daerah sudut yang dibatasi oleh titik
titik ½ daya atau -3 dB atau 0.707 dari medan maksimum pada lobe utama.

Gambar 4.3 HPBW

4
- Gain Antena
Gain didefinisikan sebagai perbandingan intensitas daya kea rah tertentu
dengan intensitas daya bila daya yang didapatkan antena diradiasi secara
isotropis. Gain berhubungan erat dengan direktivitas, dimana direktivitas hanya
memperhitungkan keterarahan radiasi antena sementara gain melihat efisiensi dari
antena tersebut.
Pola radiasi antena dengan gain rendah bersifat melebar sehingga energy
yang dipancarkan terdistribusi luas secara sektoral (sudut). Sedangkan antena
dengan gain besar memiliki pola pancar sempit, energy yang dipancarkan tidak
melebar, tetapi pada arah pancaran utamanya, energy ini bisa menjangkau tempat
yang lebih jauh.
- Front to Back Antena
Front to Back ratio dimaksudkan adalah perbandingan energi yang dipancarkan
atau di terima pada tepat di depan antenna Yagi atau jenis lainnya dan bagian
belakang antenna tersebut, perbandingan tersebut dapat dihitung dalam satuan dB,
peralatan yang dibutuhkan adalah field strength meter yang telah di kalibrasi.
Front to Back Ratio berguna untuk mengetahui agar kita mampu mengetahui
sejauh mana kemampuan antena yang kita pergunakan.
- Crosspole (X- Polaradiasi)
Crosspole merupakan selisih kuat medan pada sudut tertentu (biasanya
pada sudut 0º atau sudut dengan kuat medan terbesar) dari posisi antenna
Horizontal dengan posisi antenna Vertikal.

Kelebihan dan Kekurangan Antena Yagi

No Kelebihan Kekurangan
Penguatan dapat diatur sesuai
1. Bahan untuk merangkai cukup banyak
kebutuhan
Penggunakan prinsip antena Pembuatan dan perhitungan relative
2.
direksional sulit
3. Bisa digunakan pada frekuensi tinggi

5
2. Antena Dipol
Antena dipol adalah sebuah antena yang dibuat dari kawat tembaga dan
dipotong sesuai ukuran agar beresonansi pada frekuensi kerja yang diinginkan.
Kawat yang dipakai sebaiknya ukuran AWG (American Wire Gauge). Antena
dipol terdiri dari dua buah kawat yang terpisah satu dengan yang lainnya. Yang
berfungsi sebagai antena pemancar, ia akan dihubungkan dengan sumber
tegangan, dan pada fungsi sebagai antena penerima. Antena dipol bersifat
omnidirectional artinya antena ini memancarkan energinya, pada suatu potongan
bidang tertentu, sama rata kesemua arah. Antena ini terdiri dari dua buah logam
konduktor atau kabel, berorientasi sejajar dan kolinier dengan lainya (segaris
dengan yang lainya), dengan sela kecil di tengahnya. Tegangan frekuensi radio
diterapkan pada tengah-tengah di antara dua konduktor.

Gambar 4.4 Antena Dipol

Antena ini memiliki panjang yang lebih pendek dari panjang


gelombangnya. Antena ini memiliki daya tahan radiasi yang rendah dan reaktansi
yang tinggi, membuat antena ini tidak efisien, tetapi antena ini sering digunakan
untuk panjang gelombang yang amat panjang. Dipol yang panjangnya setengah
dari panjang gelombang sinyal, juga sering disebut dipol setengah gelombang,
dan lebih efisien. Dalam teknik radio, istilah dipol biasanya bermakna sebuah
setengah gelombang dipol.

6
Gambar 4.5 Arah Pancaran Dipole

5. SETUP PENGUKURAN

Measuring Receiver ML521B, 25-300MHz

A
RF
in

Transmitter
- +
ACCU

Gambar 5.1 Antenna Yagi Horizontal

7
Measuring Receiver ML521B, 25-300MHz

A
RF
in

Transmitter
- +
ACCU

Gambar 5.2 Antenna Yagi Vertikal

Measuring Receiver ML521B, 25-300MHz

A
RF
in

Transmitter
- +
ACCU

Gambar 5.3 Antenna Dipole Horizontal

8
Measuring Receiver ML521B, 25-300MHz

A
RF
in

Transmitter
- +
ACCU

Gambar 5.3 Antenna Dipole Vertikal


6. ALAT/BAHAN YANG DIPERLUKAN
 Antenna Pemancar 1 unit
 Antenna Yagi 1 unit
 Antenna Dipole 1 unit
 Accumulator GTZ7S, 12V 1 unit
 Measuring Receiver ML521B, 25-300MHz 1 unit
 Multimeter 8060A True R M S 1 unit
 Kabel koaksial N-Type (male) to N-Type (male) 1 buah
 Kabel BNC to Banana 1 buah

7. METODE PERCOBAAN

Pada praktek pengukuran kali ini, kita memanfaatkan antenna pemancar yang ada di
Lab HF POLBAN yang bekerja pada frekuensi 134MHz, dan melakukan praktek
pengukuran menggunakan Antenna Yagi sebagai penerima sinyal, dan Antenna Dipole
sebagai referensi menentukan gain di Lapangan Kosong di samping kiri Pujasera.

Antenna pemancar sendiri memiliki 3 keadaan pada saat memancarkan sinyal untuk
diterima oleh antenna penerima seperti berikut yaitu:
 Signal with tone

9
Sinyal dikirim dalam bentuk modulasi. Akan terdengar suara tone saat sinyal ini di
kirimkan.
 Signal without tone
Ketika dalam keadaan mengirim unmodulated FM Signal, tidak akan terdengar bunyi
apapun.
 Posisi Idle (Pemancar tidak bekerja)
Akan terdapat jeda beberapa detik setelah sinyal with atau without tone selesai
dipancarkan.

a. Mengatur Antena Penerima (Antena Yagi)


1. Pasang antena Yagi pada posisi horizontal pada dudukan antena yang disediakan
seperti yang terlihat pada Gambar 5.1.
2. Hubungkan antena Yagi tersebut dengan alat Measuring Receiver menggunakan
kabel koaksial, dan hidupkan alat Measuring Receiver menggunakan accumulator.
Seperti setup pengukuran gambar 5.1.
3. Atur frekuensi pada Measuring Receiver pada frekuensi sebesar 134 MHz sesuai
dengan frekuensi antenna pemancar yang berada di Lab HF.
4. Pada Measuring Receiver pengukuran dibaca dalam satuan dB/µV.
5. Cek juga indikator Measuring Receiver, apabila indikator sudah berwarna hijau
berarti alat sudah terkalibrasi dengan baik.
6. Carilah posisi 0̊ atau dengan kata lain mencari posisi dimana didapatkan field strength
terkuat saat antenna Yagi diarahkan ke antenna penerima.
7. Setelah itu, catat field strength yang terukur saat sinyal dengan tone, dan sinyal tanpa
tone diterima. Lalu putar antenna per 10̊, sampai didapatkan sudut 360̊.
8. Ulangi langkah 1-7 untuk posisi antena Vertikal. Seperti setup pengukuran gambar
5.2.

b. Menghitung Pola radiasi Yagi Antena


1. Normalisasi field strength pada setiap posisi bias didapatkan dengan menguranginya
dengan nilai field strength tertinggi (posisi 0o).

10
2. Lalu plot lah tiap nilai field strength pada tiap posisi yang telah dinormalisasi pada
diagram.

c. Cross pole (X-Polarisasi Antena)


Hitunglah selisih dari field strength tertinggi pada antena Yagi pada saat posisi horizontal
dan saat vertical.

d. Setting Antena Penerima (Dipole)


1. Lepaskan antena Yagi 5 elemen dari dudukan antena dan gantikan dengan Antenna
Dipole. Pasang antena Dipole pada posisi horizontal pada dudukan antena yang
disediakan seperti terlihat pada Gambar 5.3.
2. Hubungkan antena dengan alat Measuring Receiver menggunakan kabel koaksial, dan
hidupkan alat Measuring Receiver dengan menghubungkannya ke accumulator.
Seperti setup pengukuran gambar 5.3.
3. Atur frekuensi pada Measuring Receiver dengan frekuensi yang sama dengan
frekuensi antenna pemancar yaitu sebesar 134 MHz.
4. Pada Measuring Receiver pengukuran masih dibaca dalam satuan dB/µV.
5. Arahkan antena dipole ke antena pemancar sampai menemukan field strength yang
terkuat (0̊). Lalu catat hasil pengukuran tersebut.
6. Ulangi langkah 1-5 untuk posisi antena Vertikal. Seperti setup pengukuran gambar4.

e. Menghitung Gain Yagi Antena


1. Gain suatu antena dapat dicari dari cara perbandingan suatu antena yang sudah
memiliki gain misalnya disini yaitu antena Dipole.
2. Lalu hitung gain antena Yagi dari selisih antara field strength terkuat (0̊̊ ) pada posisi
vertikal dengan field strength antena dipole vertikal terkuat (0̊). Gain (terhadap
antena dipole) ialah kuat medan tertinggi antena Yagi di vertikal dikurangi dengan
gain antena dipole vertikal sama halnya juga dengan saat posisi horizontal maka
bandingkan juga saat kedua antenna berada pada posisi horizontal.

11
3. Lalu setelah itu baru hitung nilai gain antena Yagi terhadap isotropis dari selisih nilai
gain terhadap dipole dikurangi Gdipole: 2.15 dB. Gain (terhadap isotropis) ialah Gain
(terhadap antena dipole) dikurangi 2.15 dB

f. Menghitung Half Power BeamWidth (HPBW)


1. Perhitungan HPBW bisa di lakukan dengan menarik garis pada pola radiasi saat field
strength ternormalisasi mencapai -3dB.
2. Lalu hitung jumlah sudut pada garis yang sudah ditandai.

g. Front to back

Hitunglah nilai daya terbesar saat posisi antenna Yagi membelakangi daerah sumber
pemancar dilihat pada pola radiasi atau 180̊.

12
1. DATA HASIL PENGUKURAN
Tanggal : 5 November 2018
Lokasi Rx : Lapangan di samping Pujasera
Lokasi Tx : Lab HF POLBAN
Frekuensi : 134MHz
Cuaca : Mendung dan berangin
Waktu/Jam : 13.00 – 15.30 WIB

Pola Radiasi
Tabel 8.2 Level Daya Antena Yagi Vertikal
Ketinggian Arah Daya Tx Kuat Level Level Signal to Level Daya
Antena Antena (dBm) Medan Sinyal Noise Noise Ternormalisasi
(Meter) (dB/uV) (mV) (mV) Ratio
2 0° 30 57.0 320 42 17.63 0
2 10° 30 56.0 325 42 17.77 -1
2 20° 30 55.0 326 41 18 -2
2 30° 30 53.0 326 42 17.79 -4
2 40° 30 51.2 324 41 17.75 -5.8
2 50° 30 45.0 323 46 17.75 -12
2 60° 30 45.5 322 45 17.09 -11.5
2 70° 30 46.0 321 44 17.26 -11
2 80° 30 43.0 320 43 17.43 -14.0
2 90° 30 42.0 306 39 17.89 -15.0
2 100° 30 42.5 293 44 16.47 -14.5
2 110° 30 43.0 319 37 18.71 -14.0
2 120° 30 45.2 329 44 17.47 -11.8
2 130° 30 47.0 323 43 17.51 -10.0
2 140° 30 42.5 324 42 17.75 -14.5
2 150° 30 42.0 309 39 17.97 -15

13
2 160° 30 42.0 310 41 17.57 -15
2 170° 30 43.2 326 44 17.40 -13.8
2 180° 30 45.0 323 42 17.72 -12.0
2 190° 30 46.5 322 39 18.34 -10.5
2 200° 30 47.7 324 42 18.17 -9.3
2 210° 30 47.0 319 40 18.04 -10
2 220° 30 47.0 320 39 18.28 -10
2 230° 30 46.0 322 43 17.49 -11
2 240° 30 44.5 331 42 17.93 -12.5
2 250° 30 44.0 320 43 17.43 -13
2 260° 30 44.6 320 42 17.64 -12.4
2 270° 30 42.0 312 40 17.84 -15
2 280° 30 45.6 307 41 17.49 -11.4
2 290° 30 48.0 323 42 17.72 -9.0
2 300° 30 53.0 314 43 17.27 -4.0
2 310° 30 55.0 325 43 17.57 -2.0
2 320° 30 56.0 322 42 17.69 -1.0
2 330° 30 56.5 327 43 14.62 -0.5
2 340° 30 56.8 324 43 17.54 -0.2
2 350° 30 57.0 328 42 17.85 0
2 360° 30 57.0 320 42 17.64 0

14
Gambar 6.0 Pola Radiasi Antena Yagi Vertikal

Pada percobaan ini, yang dilakukan ialah menentukan pola radiasi dari antenna yagi.
Pola radiasi antena terjadi pada saat posisi antenna pemancar dan penerima sama. Dalam hal
ini, posisi antenna adalah horizontal dan vertikal. Dan posisi pemancar pada percobaan ini
adalah vertikal. Idealnya, pola radiasi pada saat antenna penerima membelakangi antena
pemancar, level daya yang di terima harus seminim mungkin karena karateristik pola radiasi
dari antenna ini adalah uni directional. Hasil yang diperolah dari percobaan ini, nilai level
daya pada saat antenna penerima membelakangi pemancar, pada beberapa posisi masih
terhitung cukup besar. Hal ini dapat disebabkan karena faktor lingkungan pada saat
praktikum. Pemancar terhalang oleh pepohonan, adanya interferensi, serta faktor cuaca pada
saat dilakukannya praktikum.

15
2. DATA HASIL PENGUKURAN
Tanggal : 30 Oktober 2018
Lokasi Rx : Lapangan di samping Pujasera
Lokasi Tx : Lab HF POLBAN
Frekuensi : 134MHz
Cuaca : Mendung
Waktu/Jam : 13.00 – 15.30 WIB

Pola Radiasi X (Crosspool)


Tabel 8.1 Level Daya Antena Yagi Horizontal
Ketinggian Arah Daya Tx Kuat Level Level Signal to Level Daya
Antena Antena (dBm) Medan Sinyal Noise Noi.se Ternormalisasi
(Meter) (dB/uV) (mV) (mV) Ratio
2 0° 30 48.5 301 29 20.32 0
2 10° 30 47.9 301 28 20.63 -0.6
2 20° 30 47.9 301 26 21.27 -0.6
2 30° 30 48.0 301 27 20.95 -0.5
2 40° 30 48.0 301 27 20.95 -0.5
2 50° 30 47.8 298 25 21.53 -0.7
2 60° 30 48.8 298 25 21.53 0.3
2 70° 30 48.8 298 25 21.53 0.3
2 80° 30 47.6 298 24 21.88 -0.9
2 90° 30 46.2 298 26 21.19 -2.3
2 100° 30 45.3 300 27 21.94 -3.2
2 110° 30 45.7 300 24 21.92 -2.8
2 120° 30 44.3 300 27 21.94 -4.2
2 130° 30 43.7 298 25 21.53 -4.8
2 140° 30 42.2 297 24 21.85 -6.3
2 150° 30 42.8 298 25 21.53 -5.7

16
2 160° 30 40.3 280 24 21.34 -8.2
2 170° 30 41.7 280 24 21.34 -6.8
2 180° 30 44.1 294 24 21.76 -4.4
2 190° 30 43.4 292 25 21.35 -5.1
2 200° 30 44.8 292 25 21.35 -3.7
2 210° 30 46.5 292 25 21.35 -2
2 220° 30 45.8 291 26 20.98 -2.7
2 230° 30 46.7 291 26 20.98 -1.8
2 240° 30 44.3 291 25 21.32 -4.2
2 250° 30 44.7 291 26 20.98 -3.8
2 260° 30 41.9 277 24 21.25 -6.6
2 270° 30 43.2 289 25 21.26 -5.3
2 280° 30 45.3 289 25 21.26 -3.2
2 290° 30 47.2 290 24 21.64 -1.3
2 300° 30 46.4 290 24 21.64 -2.1
2 310° 30 46.5 290 25 21.29 -2
2 320° 30 47.9 280 22 22.10 -0.6
2 330° 30 47.9 288 21 21.95 -0.6
2 340° 30 48.2 288 23 21.95 -0.3
2 350° 30 49.2 288 23 21.95 0.7
2 360° 30 49.3 288 27 20.56 0.8

17
Gambar 7.0 Pola Radiasi Yagi Horizontal

Leveldaya terkuat antenna yagi horizontal = 49,3 dBµV


Leveldaya terkuat antenna yagi Vertikal = 57,0 dBµV
 Crosspole =57,0 - 49,3 = 7,7dB

Analisis:
Pada perhitungan creosspole ini didapatkan hasil sebesar 7,7dB. Sedangkan
besarnya crosspol pada antenna yagi adalah diatas 15dB. Crosspole ditentukan oleh
selisih level daya yang diterima oleh antena yagi pada saat posisi horizontal dan
vertikal. Besar level daya yang dihasilkan pada saat posisi antena yagi vertikal lebih
besar daripada besar level daya yang dihasilkan saat antenna yagi horizontal. Hal ini
disebabkan karena posisi pemancar adalah vertikal. Sehingga level daya yang
diterima pada saat posisi antenna yagi vertikal berharga lebih besar.

18
3. DATA HASIL PENGUKURAN
Tanggal : 5 November 2018
Lokasi Rx : Lapangan di samping Pujasera
Lokasi Tx : Lab HF POLBAN
Frekuensi : 134MHz
Cuaca : Mendung dan berangin
Waktu/Jam : 13.00 – 15.30 WIB

Pola Radiasi
Tabel 8.2 Level Daya Antena Dipol Horizontal

Ketinggian Arah Daya Tx Kuat Level Level Signal to


Antena Antena (dBm) Medan Sinyal Noise Noise
(Meter) (dB/uV) (mV) (mV) Ratio
2 0o 30 45.3 335 41 18.25

Pola Radiasi
Tabel 8.2 Level Daya Antena Dipol Vertikal
Ketinggian Arah Daya Tx Kuat Level Level Signal to
Antena Antena (dBm) Medan Sinyal Noise Noise
(Meter) (dB/uV) (mV) (mV) Ratio
2 0o 30 48.6 320 42 17.64

19
4. Gain
Gain didefinisikan sebagai perbandingan intensitas daya kea rah tertentu dengan
intensitas daya bila daya yang didapatkan antena diradiasi secara isotropis. Gain
berhubungan erat dengan direktivitas, dimana direktivitas hanya memperhitungkan
keterarahan radiasi antena sementara gain melihat efisiensi dari antena tersebut.
Berdasarkan data hasil praktikum diketahui :
Antena dipole
Level daya posisi Horizontal = 45,3 dBµV
Level daya posisi Vertikal = 48,6 dBµV
Maka,
Gain : level daya tertinggi [dBµV] – gain antena dipole vertikal [dBµV]
 Gd = 57,0 – 48,6
= 8,4 dBD (gain terhadap acuan Gain antenna Dipole)
 Gi = Gd – 2,15dB
= 8,4 – 2,15
= 6,25 dBi (Desibel Isotropis)
Analisis:
Pengukuran pada antena dipole bertujuan untuk mengukur gain antena pada sisi
penerima. Seperti data yang di dapat dari hasil perhitungan, penguatan atau gain yang
didapatkan sebesar 8,4dBD (terhadap antena dipole) atau 6,25 dBi (terhadap antena
isotropis). Nilai penguatan antena ini dipengaruhi oleh jarak antara pemancar dan
penerima, benda yang menghalangi, dan juga faktor cuaca.

20
5. HPBW

Gambar 9.0 HPBW (Half Power Beamwidth) = 80°

Analisis:
Beamwidth (HPBW) merupakan besar lebar pancaran (beam) yang didapat dari
titik potong antara polaradiasi antena dengan pola lingkaran pada saat -3dB. Terdapat
2 arah antena yang mempunyai level daya ternormalisasi sekitar -3dB, yaitu pada saat
±25° dan ±305°. Sehingga nilai HPBW sebesar ±50°, artinya lebar pancaran antenna
yagi vertikal sebesar 80°.
6. Front to Back
Front to Back Ratio = 0dB – (-9,3) dB = 9,3 dB
Analisis:
Front to back ratio merupakan nilai daya terbesar saat posisi antenna yagi
membelakangi pemancar. Dari percobaan yang kami lakukan, didapatkan level daya
yang terbesar saat antenna yagi vertikal membelakangi pemancar pada saat posisi
200° sebesar 9,3dB.

21
KESIMPULAN
1. Frekuensi yang digunakan pada pengukuran karakteristik antena Yagi adalah sebesar
134Mhz, frekuensi ini digunakan agar tidak terjadi interferensi dari stasiun pemancar
lain.
2. Pola radiasi antena Yagi adalah unidirectional yang artinya kuat medan antena Yagi
terjadi pada satu arah saja yaitu yang terkuat pada arah yang sejajar dengan arah
pemancar. Di luar cakupannya maka kuat medan dari antena Yagi akan melemah.
3. Pola radiasi antena dipole adalah multidireksional yang artinya kuat medan ada pada
360 derajat tegak lurus sumbu antena.
4. Posisi antena vertikal memiliki Level daya yang lebih besar dari posisi horizontal.
5. Pengukuran karakteristik antena Yagi dapat terkendala oleh beberapa faktor, salah
satunya yaitu masalah cuaca sehingga hasil pengukuran karakteristik dapat berubah-
ubah meskipun melakukannya di tempat yang sama.

22

Anda mungkin juga menyukai