PENDAHULUAN
I.2. Tujuan
1. Menunda pelepasan obat di tempat aksi yang dituju, umumnya di usus halus.
2. Melindungi lambung dari obat-obat yang bersifat iritan.
3. Melindungi obat-obatan yang tidak stabil dalam saluran cerna.
4. Menghindari bau dan rasa obat yang tidak enak.
I.3. Manfaat
Manfaat dari makalah ini agar para pembaca dapat menambah wawasan dan pemahaman
mengenai tablet enterik coating.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Saluran pencernaan (digestive tract) terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar-
kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terbagi menjadi dua bagian, yaitu saluran percernaan
bagian atas yang terdiri atas mulut, tenggorokan, kerongkongan, dan esophagus. Sementara
saluran pencernaan bagian bawah terdiri atas lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
Pada saluran cerna bagian bawah terdapat lambung dan usus halus yang berkaitan dengan tablet
salut enterik, dikarenakan tablet salut enterik merupakan tablet yang disalut dengan lapisan
yang tidak melarut atau hancur di lambung melainkan di usus halus, supaya tablet dapat
melewati lambung dan hancur serta diabsorpsi di usus (Ansel, 1989).
a. Lambung
Anatomi Lambung :
Anatomi lambung terbagi menjadi lima bagian, di antaranya:
1. Kardiak
Kardiak adalah bagian ujung lambung teratas yang berhubungan langsung dengan
esofagus. Kardiak menjadi tempat pertama masuknya makanan setelah dari
kerongkongan. Pada ujung lambung ini terdapat sfingter kardiak, cincin otot yang
berfungsi sebagai klep untuk mencegah makanan yang sudah masuk ke lambung
kembali naik ke kerongkongan.
2. Fundus
Setelah memasuki kardiak, makanan kemudian disalurkan menuju fundus. Fundus
adalah area yang berbentuk lengkungan di bagian atas lambung dan terletak di bawah
diafragma. Bagian lambung yang satu ini menjadi tempat makanan mulai mengalami
proses pencernaan.
3. Badan lambung
Badan lambung adalah bagian dari anatomi lambung yang paling penting. Pasalnya,
badan lambung menjadi tempat makanan dicerna dan diproses menjadi bentuk kecil-
kecil dengan bantuan enzim lambung.
4. Antrum
2
Antrum adalah bagian terbawah dari lambung, terkadang disebut juga dengan antrum
pilorus. Antrum memiliki fungsi sebagai tempat menampung makanan yang sudah
dicerna sebelum disalurkan menuju usus halus.
5. Pilorus
Pilorus adalah anatomi lambung paling akhir yang terhubung langsung dengan usus
halus. Pada pilorus terdapat sfingter pilorus, yaitu cincin otot tebal yang berfungsi
sebagai katup yang mengatur keluarnya makanan dari lambung menuju duodenum.
Sfingter pilorus ini juga berfungsi untuk mencegah makanan yang sudah tersalurkan
ke duodenum agar tidak kembali ke lambung.
1. Mukosa (selaput lendir), yaitu lapisan terdalam lambung yang bersentuhan langsung
dengan makanan di dalam lambung. Ketika perut kosong, mukosa berbentuk seperti
gerigi yang terdiri dari rugae (dinding-dinding yang berkerut). Rugae ini akan memipih
saat lambung dipenuhi oleh makanan. Lapisan mukosa ini menghasilkan dua zat
pencernaan, yaitu asam klorida dan pepsin untuk membantu lambung dalam mencerna
makanan.
2. Submukosa, yaitu lapisan lambung yang terdiri dari jaringan ikat. Jaringan ikat tersebut
mengandung pembuluh darah, pembuluh getah bening, sel-sel saraf, dan serat tubuh.
3. Muscularis propria (muscularis eksterna), yaitu lapisan lambung yang menutupi
submukosa. Muscularis propia terdiri dari tiga lapisan otot sekaligus, di antaranya
lapisan otot melingkar, memanjang, dan menyerong yang membantu mencerna
makanan dengan enzim pencernaan.
4. Serosa, yaitu lapisan terluar lambung yang berfungsi untuk melindungi lambung dari
gesekan dengan organ lainnya. Lapisan serosa disebut juga dengan peritoneum
viseral.( University of Rochester Medical Center)
3
proses kimiawi dilakukan oleh getah lambung. Selanjutnya makanan yang sudah dicerna
oleh lambung yang disebut kimus atau bubur halus akan meninggalkan lambung menuju
usus halus.
b. Anatomi Usus
Usus adalah bagian dari sistem pencernaan yang bermula dari lambung hingga anus.
Pada manusia dan mamalia lain, usus terdiri dari dua bagian: usus kecil dan usus besar
(kolon). Pada manusia, usus kecil terbagi lagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum,
sedangkan usus besar terbagi menjadi cecum, kolon, dan rektum.
Usus halus adalah saluran yang memiliki panjang + 6 meter. Fungsi dari usus halus
beragam. Dua fungsi utama dari usus halus adalah sebagai penyerapan nutrisi dari
lumen usus dan menjaga keseimbangan antara penyerapan dan sekresi air dan elektrolit.
Usus halus memanjang dari puloric sphincter lambung sampai sphincter ileocaecal,
tempat bersambung dengan usus besar. Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu :
Duodenum, Jejunum, Ileum.
4
Doudenum
Bagian terpendek (25cm), yang dimulai dari pyloric sphincter di perut sampai
jejunum. Berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat
pankreas dan duodenal papilla, tempat bermuaranya pankreas dan kantung empedu.
Empedu berfungsi mengemulsikan lemak dengan bantuan lipase. Pankreas
menghasilkan amilase yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida dan
tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino/ albumin dan polipeptida.
Dengan usus halus mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar
brunner yang berfungsi memproduksi getah intestinum.
Gambar Duodenum
5
Usus Halus (Intestinum)
Panjang usus halus orang dewasa mencapai 6,3 meter dengan diameter 2,5 cm. Usus
halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu usus dua belas jari(duodenum), usus
kosong(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a. Usus 12 jari
Usus 12 jari terletak paling dekat dengan lambung. Disebut 12 jari karena panjangnya
kurang lebih 12 kali ruas jari. Sebelum memasuki usus 12 jari, setelah makanan
dicerna oleh lambung, makanan akan melalui jalan keluar lambung menuju usus 12
jari yang berbentuk kleb yang disebut pylorik. Pylorik ini berfungsi untuk mengatur
jalan makanan menuju usus 12 jari.
b. Jejenum
Setelah makanan melewati usus 12 jari makanan akan masuk ke dalam saluran
intestinum berikutnya, yaitu jejenum atau disebut juga intestinum bagaian tengah.
c. Ileum
Ileum merupakan bagian akhir dari pada intestinum. Dinding dalam usus halus dilapisi
oleh bermiliar-miliar tonjolan mikroskopis menyerupai jari. Tonjolan ini disebut villi.
Kelenjar usus halus menghasilkan getah cerna yang akan mencerna makanan yang
massuk ke dalam usus halus dan menyaring bagian yang dapat dilewati villi dan
mengandung air. Bagian yang diserap usus melalui villi berupa sari makanan yang
masuk ke dalam pembuluh darah untuk selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh. Zat
sisa pencernaan makanan akan dikeluarkan oleh tubuh melalui rektum atau usus besar
kemudian keluar ke anus menjadi feses. Proses pencernaan pada usus halus hampir
sebagian besar dilakukan secara kimiawi. Adapun getah usus halus tersebut antara lain
sebagai berikut :
1. Enterokinase
Enzim yang mengubah tripsinogen menjadi tripsin.
2. Erepsin
Enzim yang mengubah pepton menjadi asam amino.
3. Maltase
Enzim yang mengubah maltosa menjadi glukosa.
4. Lipase
Enzim yang mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
5. Sekretin
Merupakan hormon pada usus halus yang akan merangsang sekresi enzim-enzim
pada usus halus
6
II.2. Definisi
Tablet adalah sediaan padat yang dibuat secara kempacetak berbentuk rata atau
cembung rangkap, umumnya bulat mengandung satu jenis zat aktif obat atau lebih dengan atau
tanpa zat tambahan. Tablet salut (coated tablet) adalah bentuk sediaan obat (tablet) dimana
tablet disalut (diselubungi) menggunakan gula maupun polimer. Penyalutan tablet yang
merupakan salah satu proses farmasetik yang tertua dan sampai sekarang masih ada dan terus
berkembang.
Pada awalnya, proses penyalutan dilakukan terhadap pil. Proses penyalutan sering kali
diakui merupakan suatu seni dari pada suatu ilmu, ini menjadi salah satu faktor yang dapat
menimbulkan berbagai masalah. Proses penyalutan menggunakan panci farmasetik didasarkan
pada proses yang digunakan dalam industri permen, yang tekniknya berkembang pesat, bahkan
dalam abad pertengahan. Dewasa ini, kebanyakan panci penyalut dibuat dari baja tahan karat,
sedangkan dulu panci dibuat dari tembaga karena pengeringan dilakukan dengan sumber panas
dari luar panci. Pada penyalutan dengan panci konvensional tablet yang disalut harus
dikeringkan menggunakan suplai udara yang dipanaskan. Semetara itu, kelembapan dan debu
dari sekitar panci dihilangkan dengan cara sistem ekstraksi udara.
7
II.4. Tujuan Penyalutan
1. Untuk menutupi rasa, bau, atau warna obat.
2. Untuk memberikan perlindungan fisik dan kimia pada obat.
3. Untuk mengendalikan pelepasan obat dari tablet.
4. Untuk melindungi obat dari suasana asam lambung, dengan menyalutnya dengan salut
enterik tahan asam.
5. Untuk menggabungkan obat lain atau membantu formula dalam penyalutan untuk
menghindari tidak tercampurnya obat secara kimia atau untuk menjamin
terselenggaranya penglepasan obat secara berurutan.
6. Untuk memperbaiki penampilan obat dengan menggunakan warna khusus dan
pencetakan kontras.
8
3. Penyampaian mutu ekstrik yang tinggi seringkali membutuhkan jasa operator penyalut
yang dengan keterampilan menyalut yang tinggi.
4. Pengkilapan akhir yang dicapai dengan suatu tahap pemolesan dapat membuat pencetakan
menjafi sulit
5. Kerumitan prosedur, formulasi, dan proses membuat otomisasi lebih sulit.
9
3. Pembesaran Dan Pelicinan (grossing dan smoothing)
Untuk membuat suatu produk salut gula yang bermutu, permukaan yang disalut harus licin
dan bebas dari ketidakberaturan sebelum penerapan salut warna. Karna persyaratan
pelicinan dapat dicapai selama penerapan salut dasar (subcoat), proses pelicinan lanjut
(sebelum salut warna) biasanya tidak dilakukan lagi. Salut pelican sederhana terdiri atas
sirop sukrosa 70% dan sering mengandung titanium dioksida (1-5 %) sebagai suatu bahan
pemburam (opacifier) atau zat pemutih dan mungkin juga diwarnai dengan pewarnaan lain
guna memberikan suatu dasar yang baik untuk penerapan salut berikutnya. Jika diperlukan
pelicinan dalam jumlah besar, sebagaimana halnya pada tablet salut dasar yang
mempunyai permukaan berlubang-lubang, zat tambahan lain (seperti talk, kalsium
karbonat dan pati jagung) dapat digunakan dalam konsentrasi rendah untuk mempercepat
proses pelicinan.
5. Pemolesan (polishing)
Permukaan tablet yang baru saja disalut warna biasanya masih pudar. Oleh karna itu, tablet
perlu dipoles dengan menggunakan beberapa cara untuk mendapatkan permukaan tablet
salut yang halus. Pemolesan dapat dilakukan menggunakan berbagai tipe peralatan
(misalnya kanvas atau panic yang dilapis malam), termasuk peralatan yang digunakan
untuk penerapan salut gula itu sendiri (yang lebih khas dalam proses yang diotomatiskan).
Proses penyalutan selaput salut selaput merupakan proses yang sangat rumit dengan
teknologi yang mendekati teknologi untuk kimia polimer, industry perekat, cat dan rekayasa
kimia. Proses salut selaput secara sederhana dapat dijelaskan sebagai proses yang melibatkan
penerapan salut selaput berbasis polimer (dalam rentang 20-200 µm), pada suatu substrat yang
10
sesuai (tablet, pellet, granul, kaplet, serbuk obat dan hablur zat aktif obat), jika dibawah kondisi
yang memungkinkan.
11
BAB III
PEMBAHASAN
Tablet salut enteric disalut dengan lapisan yang tidak melarut atau hancur di lambung
tapi usus. Dengan demikian, membiarkan supaya tablet pindah melewati lambung dan hancur
serta diabsorpsi di usus. Teknik ini digunakan dalam bahan obat yang rusak oleh asam lambung
mengiritasi mukosa lambung atau melintasi lambung, menambah absorpsi obat di usus halus
sampai jumlah yang berarti. (Ansel, 248)
Tablet salut enterik adalah contoh bentuk modifikasi pelepasan obat, yang didesain lepas
di usus. Tablet salut enterik mencegah lepas dan rusaknya obat dalam pH rendah di lambung.
Tablet akan lepas di pH yang lebih tinggi di usus.
Tablet yang pelepasan zat aktifnya ditunda pada daerah tertentu. Contoh yang paling
umum adalah tablet salut enterik yaitu tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang
tahan terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.
Tablet disalut enterik jika obat terurai dalam sekresi asam lambung, jika menyebabkan
iritasi lambung, atau jika dimaksudkan untuk menggunakan efek utamanya hanya pada usus.
Lapisan pelindung salut enteric tahan terhadap kondisi asam lambung tetapi akan dipecahkan
di dalam cairan usus yang mendekati pH netral usus halus. Salut enterik juga digunakan di
dalam formula kerja-tunda seperti pelepasan obat tertunda pada saat itu mengira tablet untuk
lewat dari mulut ke usus.
12
4. Sementara beberapa bahan obat dalam proses merusaknya oleh asam lambung, ini dapat
mengakibatkan rasa ketidaknyamanan.
5. Sisa bahan obat yang tidak hancur dilanjutkan ke usus kecil melalui proses penyerapan
melalui dinding usus atas (merah di ilustrasi).
6. Kurangnya kualitas bahan aktif dengan bahan pengikat yang dapat melewati perut dan
usus dari tubuh dengan hampir tidak ada penyerapan.
Tablet yang dilepaskan di usus halus ditunjukkan pada warna merah pada gambar 2.
Gambar 1 Gambar 2
Bahan Enterik
Beberapa alasan penting untuk bahan penyalut enterik adalah sebagai berikut:
1. Untuk melindungi obat-obat yang tidak tahan asam terhadap cairan lambung, misalnya
enzim-enzim dan beberapa antibiotik tertentu.
2. Untuk mencegah nyeri pada lambung atau mual karena iritasi dari suatu bahan obat,
misalnya Natrium salisilat.
3. Untuk melepaskan obat agar didapat efek lokal di dalam usus, seperti antiseptik usus
dapat melepaskan bentuk obatnya hanya di usus dan menghindari penyerapan sistemik
dalam lambung.
4. Untuk melepaskan obat-obat yang diserap secara optimal di dalam usus halus sebagai
penyerapan utamanya.
5. Untuk memberikan suatu komponen yang pelepasannya ditunda sebagai aksi ulang dari
tablet (Saifullah, 2007).
Suatu bahan penyalut enterik yang baik harus memilki sifat-sifat sebagai berikut
1. Tahan terhadap cairan lambung
2. Rentan terhadap cairan usus dan permeable terhadap cairan usus
13
3. Dapat bercampur dengan sebagian besar komponen larutan penyalut dan bahan dasar
obat
4. Stabil dalam bentuk tunggalnya atau di dalam larutan penyalut.
5. Biayanya murah
6. Mudah dipakai tanpa harus menggunakan alat khusus
7. Dapat dengan mudah dicetak, atau lapisan tipis dapat digunakan pada tablet yang tidak
ditatah (Saifullah, 2007).
Contoh obat:
Nama Paten : Dulcolax
Bahan Aktif : Bisacodyl
Indikasi:
Digunakan untuk pasien yang menderita konstipasi. Untuk persipan prosedur diagnostik, terapi
sebelum dan sesudah operasi dalam kondisi untuk mempercepat defeksi
Kontra Indikasi:
Pada pasien ileus, abstruksi usus, yang baru mengalami pembedahan dibagian perut seperti
usus buntu, penyakit radang usus akut dan hehidrasi parah, dan juga pada pasien yang diketahui
hipersensitif terhadap bisacodyl atau komponen lain dalam produk.
Komposisi:
1 tablet salut enterik mengandung 5 g:
4,4'-diacetoxy-diphenyl-(pyridyl-2)-methane (=bisacodil)
Zat tambahan:
laktosa, pati jagung, gliserol, magnesium stearat, sukrosa, talk, akasia, titanium dioksida,
eudragit L100 dan S100, dibutilftalat, polietilen glikol, Fe-oksida kuning, beeswax white,
carnauba wax, shellac.
14
Dosis dan Cara Pemberian:
Kecuali ditentukan lain oleh dokter dosis yang dianjurkan adalah:
1. Untuk Konstipasi Tablet Salut Enterik
Dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun: 2 - 3 tablet (10 - 15 mg) sekali sehari.
Anak-anak 6 - 12 tahun: 1 tablet (5 mg) sekali sehari. Anak-anak di bawah 6 tahun:
konsultasi dengan dokter atau dianjurkan memakai supositoria anak. Tablet salut enterik
sebaiknya diminum pada malam hari untuk mendapatkan hasil evakuasi pada esok
paginya. Tablet mempunyai lapisan khusus, oleh karena itu tidak boleh diminum
bersama-sama dengan susu atau antasida. Tablet harus ditelan dalam keadaan utuh
dengan air secukupnya.
2. Untuk Persiapan Prosedur Diagnostik dan Sebelum Operasi
Bila DULCOLAK digunakan pada pasien untuk persiapan pemeriksaan radiografik
abdomen atau persiapan sebelum operasi, maka penggunaan tablet DULCOLAX harus
dikombinasi dengan supositoria, agar didapat evakuasi yang sempurna dari usus. Dosis
yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah 2 - 4 tablet pada malam sebelumnya dan 1
sipositoria pada esok paginya.
15
Masa Hamil dan Menyusui
Pengalaman menunjukkan tidak ada bukti efek samping yang berbahaya selama kehamilan.
Namun demikian, seperti halnya obat lain, penggunaan DULCOLAX selama kehamilan harus
dengan petunjuk medis. Belum diketahui apakah bisacodiyl menembus air susu ibu atau tidak.
Oleh karena itu, penggunaan DULCOLAX selama menyusui tidak dianjurkan.
Efek Samping:
Sewaktu menggunakan DULCOLAX, dapat terjadi rasa tidak enak pada perut termasuk kram,
sakit perut, dan diare. Reaksi alergi, termasuk kasus-kasus angiooedema dan reaksi anafilaktoid
juga dilaporkan terjadi sehubungan dengan pemberian DULCOLAX.
Interaksi:
Penggunaan bersamaan dengan diuretik atau adreno-kortikoid dapat meningkatkan risiko
ketidakseimbangan elektrolit jika DULCOLAX diberikan dalam dosis berlebihan.
Ketidaseimbangan elektrolit dapat mengakibatkan peningkatan sensitivitas glikosida jantung.
Overdosis:
Gejala
Bila dosis DULCOLAX terlalu tinggi, maka dapat terjadi diare, kram perut dan berkurangnya
kadar kalium serta elektrolit lainnya secara nyata. Overdosis kronis DULCOLAX dapat
menyebabkan diare kronis, sakit perut, hipokalemia, hiperaldosteronisme dan batu ginjal.
Kerusakan tubulus ginjal, alkalosis metabolik dan kelelahan otot akibat hipokalemia juga
terjadi pada penyalahgunaan laktasif kronis.
Terapi
Dalam waktu yang singkat setelah minum DULCOLAX, penyerapan DULCOLAX dapat
dikurangi atau dicegah dengan memaksa untuk muntah atau kuras lambung. Dalam hal ini
mungkin diperlukan penggantian cairan dan perbaikan keseimbangan elektrolit. Ini sangat
diperlukan pada pasien usia lanjut dan muda. Pemberian antipasmodik mungkin ada
manfaatnya.
Penyimpanan:
Simpan pada suhu 25 - 30 derajat C dan lindungi dari cahaya. Simpan di tempat yang maan,
jauhkan dari jangkauan anak-anak
16
Pada penelitian jurnal tablet evaluasi vitro tablet enterik berlapis dari rosiglitazone natrium,
tablet ini rosiglitazone natrium enterik berlapis disiapkan oleh tunggal pukulan tablet press
menggunakan diganti hidroksipropil selulosa dan polivinilpirolidon (PVP). Laju pelepasan dari
tablet enterik berlapis dari rosiglitazone natrium dievaluasi. Studi laju pelepasan menunjukkan
bahwa beberapa rosiglitazone natrium dibebaskan dari formulasi salut enterik dalam waktu 2
jam dalam jus lambung simulasi, sementara itu merilis lebih dari 80% dari jumlah berlabel
dalam 30 menit dalam jus usus simulasi. Metode penyiapan rosiglitazone natrium enterik
berlapis tablet sederhana dan memiliki reproduktifitas baik. Rilis kondisi dan metode bertekad
dapat digunakan untuk penentuan rutin rosiglitazone natrium enterik berlapis tablet
Saat ini, formulasi rosiglitazone natrium di pasar di Cina terutama yang normal tablet atau
kapsul. Namun, jenis formulasi umum memiliki kelemahan umum. Dengan pembubaran
rosiglitazone natrium dari tablet normal, alkalinitas solusi akan meningkat. Ini akan
menetralkan asam lambung dan menyebabkan ketidakseimbangan asam lambung, dan tidak
kondusif untuk pencernaan dan penyerapan makanan. Sementara itu, rosiglitazone natrium
cepat diubah menjadi rosiglitazone atau rosiglitazone hidroklorida dalam jus lambung ( Hu et
al., 2012 ). Hal ini tidak baik untuk penyerapan rosiglitazone, karena kelarutan rosiglitazone
atau rosiglitazone hidroklorida adalah kurang dari rosiglitazone natrium dalam media berair
dan thiazolidinediones diserap dalam bentuk non-dipisahkan molekul ( Kamila et al., 2008 ).
Proporsi disosiasi dan bentuk non-dipisahkan dari thiazolidinediones ditentukan oleh p K
sebuah obat dan pH situs penyerapan, yang dapat dinyatakan sebagai:
Proporsi obat nondissociation dan penyerapan akan meningkat dengan meningkatnya nilai pH
dari situs penyerapan, menurut persamaan Henderson-Hasselbalch.
Rosiglitazone natrium enterik berlapis tablet, yang memiliki tudung khusus yang
dirancang untuk melarutkan dan menyerap di usus kecil dipelajari. Fitur ini tablet enterik
berlapis tidak hanya moderat iritasi lambung atau menetralkan asam lambung terangsang oleh
penggunaan jangka panjang rosiglitazone natrium, tetapi juga meningkatkan penyerapan
17
makanan yang saling berhubungan dan menghindari beberapa efek samping, seperti mual,
muntah dan anoreksia ( Hu et al., 2012 ).
Dalam studi ini, menyiapkan rosiglitazone natrium entericcoated tablet dan diselidiki laju
pelepasan obat dengan HPLC (kromatografi cair kinerja tinggi) 37 ± 0,5 C.
Untuk semua tablet enterik berlapis, mereka harus bertahan simulasi lambung cairan
(pH 1,2) dalam pertama 2 jam diikuti dengan 1 jam dalam simulasi usus cairan (pH 6,8) sesuai
dengan metode standar, karena rosiglitazone natrium akan menghidrolisis cepat ke
rosiglitazone dalam larutan air, dan rosiglitazone tidak larut dalam simulasi usus cairan (pH
6,8). Oleh karena itu, kami menggunakan simulasi usus cairan (pH 6,8) yang berisi 0,25%
sodium dodesil sulfat (SDS) sebagai media rilis. Simulasi lambung cairan dibuat dengan
melarutkan NaCl (3 g) di sekitar 1450 (ml) air deionisasi dan kemudian disesuaikan pH 1,2 ±
0,1 dengan diencerkan HCl. Simulasi usus cairan disiapkan dengan metode yang sama:
monobasa kalium fosfat (10,2 g) dan SDS (3,75 g) dilarutkan dalam yang sama 1000 ml air
deionisasi dan kemudian pH disesuaikan dengan 6,8 ± 0,1 dengan 1 N NaOH. Akhirnya,
volume masing-masing fluida disesuaikan untuk 1500 (ml) dengan air deionisasi.
18
Tabel 1 Persentase kandungan residu dari rosiglitazone natrium enterik berlapis tablet
setelah agitasi di simulasi cairan lambung (pH 1,2) selama 2 jam.
1 2 3 4 5 6
Dalam studi rilis vitro rosiglitazone natrium dari tablet entericcoated dilakukan di
simulasi cairan lambung (pH1.2) selama 2 jam. Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase
kandungan residu rosiglitazone natrium dalam tablet enterik berlapis dihitung
sehubungan dengan jumlah awal. Data menunjukkan bahwa beberapa rosiglitazone
natrium dibebaskan dari formulasi tablet salut enterik dalam waktu 2 jam agitasi. Selain
itu, ia mengamati bahwa tidak ada indikasi bahwa pemilahan tersebut, retak atau
peleburan terjadi pada permukaan tablet enterik berlapis dalam lambung solusi fluida
simulasi. Rosiglitazone natrium enterik berlapis tablet menunjukkan resistensi asam
memuaskan dalam perut.
Melepaskan pro fi les dari rosiglitazone natrium dari formulasi dilapisi enterik selama
periode 60 menit di simulasi cairan usus (pH 6,8) ditunjukkan pada Gambar. 2 . Dari
gambar, ditemukan bahwa awal 30 menit adalah periode yang paling penting untuk rilis
dan lebih dari 80% dari total rosiglitazone natrium konten dalam formulasi salut enterik
dibebaskan dari tablet salut enterik dalam waktu 30 menit, dan melepaskan tingkat
formulasi menurun setelah waktu secara bertahap. Rilis tidak signi fi perubahan cantly
setelah 45 menit. Rosiglitazone natrium dengan cepat dirilis di simulasi cairan usus,
menunjukkan bahwa lapisan lapisan enterik dilarutkan dalam buffer fosfat (pH = 6,8,
mengandung 0,25% SDS) dengan cepat.
19
KESIMPULAN
20
Tablet salut enterik adalah contoh bentuk modifikasi pelepasan obat, yang didesain lepas
di usus. Tablet salut enterik mencegah lepas dan rusaknya obat dalam pH rendah di
lambung. Tablet akan lepas di pH yang lebih tinggi di usus.
Tablet salut enterik merupakan tablet salut dengan lapisan yang tidak melarut atau hancur
di lambung melainkan di usus, supaya tablet dapat melewati lambung dan hancur serta
diabsorpsi di usus. Jika obat dapat rusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat
mengiritasi mukosa lambung, diperlukan bahan penyalut enterik yang bertujuan
menunda pelepasan obat sampai tablet telah melewati lambung.
21