Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Pada saat obat ditelan dan masuk ke dalam saluran pencernaan yaitu lambung, ada beberapa
obat yang dapat rusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa
lambung. Obat-obat ini perlu dilapisi dengan salut enterik untuk melindungi inti tablet sehingga
tidak hancur pada lingkungan asam lambung, mencegah kerusakan bahan aktif yang tidak stabil
pada pH rendah, melindungi lambung dari efek iritasi dari obat tertentu dan untuk memfasilitasi
penghantaran obat yang diabsorpsi di usus (Aulton, 1988).
Tablet lepas tunda (enteric coating tablet) atau tablet salut enterik adalah tablet
konvensional yang disalut dengan polimer tertentu. Tablet ini ditujukan untuk melarut dalam
saluran cerna usus halus dan pelepasan obat yang tertunda. Tantangan dan masalah yang
dihadapi selanjutnya adalah dalam pemilihan pelarut. Tablet ini memberikan keuntungan jika
obat tertentu rusak dalam pH asam. Obat-obat yang tidak stabil dalam asam lambung antara
lain obat-obat –azol seperti Omeprazol, dan lain-lain. Tablet ini memiliki karakteristik tertentu
yang mengharuskan tablet tersebut harus di salut. Berbagai syarat bahan yang dibutuhkan untuk
dilakukan penyalutan dan berbagai alasan mengapa suatu tablet harus dilakukan penyalutan.
Ada beberapa macam tablet salut yang akan di bahas dalam makalah ini. Begitu pula berbagai
teknik-teknik penyalutan yang akan dibahas di dalam makalah ini. Yang akan di bahas pula
adalah Tablet Salut Enterik.

I.2. Tujuan
1. Menunda pelepasan obat di tempat aksi yang dituju, umumnya di usus halus.
2. Melindungi lambung dari obat-obat yang bersifat iritan.
3. Melindungi obat-obatan yang tidak stabil dalam saluran cerna.
4. Menghindari bau dan rasa obat yang tidak enak.

I.3. Manfaat
Manfaat dari makalah ini agar para pembaca dapat menambah wawasan dan pemahaman
mengenai tablet enterik coating.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Anatomi Lambung dan Usus Halus

Saluran pencernaan (digestive tract) terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar-
kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terbagi menjadi dua bagian, yaitu saluran percernaan
bagian atas yang terdiri atas mulut, tenggorokan, kerongkongan, dan esophagus. Sementara
saluran pencernaan bagian bawah terdiri atas lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
Pada saluran cerna bagian bawah terdapat lambung dan usus halus yang berkaitan dengan tablet
salut enterik, dikarenakan tablet salut enterik merupakan tablet yang disalut dengan lapisan
yang tidak melarut atau hancur di lambung melainkan di usus halus, supaya tablet dapat
melewati lambung dan hancur serta diabsorpsi di usus (Ansel, 1989).

a. Lambung

Anatomi Lambung :
Anatomi lambung terbagi menjadi lima bagian, di antaranya:
1. Kardiak
Kardiak adalah bagian ujung lambung teratas yang berhubungan langsung dengan
esofagus. Kardiak menjadi tempat pertama masuknya makanan setelah dari
kerongkongan. Pada ujung lambung ini terdapat sfingter kardiak, cincin otot yang
berfungsi sebagai klep untuk mencegah makanan yang sudah masuk ke lambung
kembali naik ke kerongkongan.
2. Fundus
Setelah memasuki kardiak, makanan kemudian disalurkan menuju fundus. Fundus
adalah area yang berbentuk lengkungan di bagian atas lambung dan terletak di bawah
diafragma. Bagian lambung yang satu ini menjadi tempat makanan mulai mengalami
proses pencernaan.
3. Badan lambung
Badan lambung adalah bagian dari anatomi lambung yang paling penting. Pasalnya,
badan lambung menjadi tempat makanan dicerna dan diproses menjadi bentuk kecil-
kecil dengan bantuan enzim lambung.
4. Antrum

2
Antrum adalah bagian terbawah dari lambung, terkadang disebut juga dengan antrum
pilorus. Antrum memiliki fungsi sebagai tempat menampung makanan yang sudah
dicerna sebelum disalurkan menuju usus halus.
5. Pilorus
Pilorus adalah anatomi lambung paling akhir yang terhubung langsung dengan usus
halus. Pada pilorus terdapat sfingter pilorus, yaitu cincin otot tebal yang berfungsi
sebagai katup yang mengatur keluarnya makanan dari lambung menuju duodenum.
Sfingter pilorus ini juga berfungsi untuk mencegah makanan yang sudah tersalurkan
ke duodenum agar tidak kembali ke lambung.

Lapisan pada dinding lambung:

1. Mukosa (selaput lendir), yaitu lapisan terdalam lambung yang bersentuhan langsung
dengan makanan di dalam lambung. Ketika perut kosong, mukosa berbentuk seperti
gerigi yang terdiri dari rugae (dinding-dinding yang berkerut). Rugae ini akan memipih
saat lambung dipenuhi oleh makanan. Lapisan mukosa ini menghasilkan dua zat
pencernaan, yaitu asam klorida dan pepsin untuk membantu lambung dalam mencerna
makanan.
2. Submukosa, yaitu lapisan lambung yang terdiri dari jaringan ikat. Jaringan ikat tersebut
mengandung pembuluh darah, pembuluh getah bening, sel-sel saraf, dan serat tubuh.
3. Muscularis propria (muscularis eksterna), yaitu lapisan lambung yang menutupi
submukosa. Muscularis propia terdiri dari tiga lapisan otot sekaligus, di antaranya
lapisan otot melingkar, memanjang, dan menyerong yang membantu mencerna
makanan dengan enzim pencernaan.
4. Serosa, yaitu lapisan terluar lambung yang berfungsi untuk melindungi lambung dari
gesekan dengan organ lainnya. Lapisan serosa disebut juga dengan peritoneum
viseral.( University of Rochester Medical Center)

Setelah makanan melewati kerongkongan kemudian makanan menuju ke lambung.


Sebelah dalam lambung dilapisi oleh epithelium yang mengandung kelenjar-kelenjar
pencernaan. Kelenjar pencernaan pada lambung ini akan menghasilkan suatu senyawa
yaitu getah lambung. Di getah lambung ini mempunyai kandungan-kandungan sebagai
berikut:
1. HCl
Kadar HCl dalam getah lambung adalah 0,5 % dari total getah lambung. HCl berfungsi
sebagai desinfektan atau pembunuh kuman dan mengubah pepsinogen menjadi pepsin.
HCl juga dapat merangsang usus, hati dan pankreas untuk mencerna makanan. Enzim
pepsin yang dihasilkan dari pemecah pepsinogen akan mencerna protein menjadi
protein yang lebih sederhana (albuminosa dan pepton).
2. Enzim lipase
Berfungsi untuk mencerna lemak.
3. Hormon Gastrin
Fungsinya untuk mengaktifkan kelenjar-kelenjar pada pencernaan dilambung melalui
proses mekanik dan kimiawi.
Proses mekanik yang terjadi di otot lambung mengerut dan mengembang dengan
gerakan seperti meremas untuk mencampur makanan dengan getah lambung. Sedangkan

3
proses kimiawi dilakukan oleh getah lambung. Selanjutnya makanan yang sudah dicerna
oleh lambung yang disebut kimus atau bubur halus akan meninggalkan lambung menuju
usus halus.

b. Anatomi Usus

Usus adalah bagian dari sistem pencernaan yang bermula dari lambung hingga anus.
Pada manusia dan mamalia lain, usus terdiri dari dua bagian: usus kecil dan usus besar
(kolon). Pada manusia, usus kecil terbagi lagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum,
sedangkan usus besar terbagi menjadi cecum, kolon, dan rektum.

 Anatomi Usus Besar


Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon
terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang (transverse), kolon menurun
(descending), kolon sigmoid, dan rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga
pertengahan kolon melintang sering disebut dengan “kolon kanan”, sedangkan bagian
sisanya sering disebut dengan “kolon kiri”.

 Anatomi Usus Halus

Usus halus adalah saluran yang memiliki panjang + 6 meter. Fungsi dari usus halus
beragam. Dua fungsi utama dari usus halus adalah sebagai penyerapan nutrisi dari
lumen usus dan menjaga keseimbangan antara penyerapan dan sekresi air dan elektrolit.
Usus halus memanjang dari puloric sphincter lambung sampai sphincter ileocaecal,
tempat bersambung dengan usus besar. Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu :
Duodenum, Jejunum, Ileum.

4
 Doudenum

Bagian terpendek (25cm), yang dimulai dari pyloric sphincter di perut sampai
jejunum. Berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat
pankreas dan duodenal papilla, tempat bermuaranya pankreas dan kantung empedu.
Empedu berfungsi mengemulsikan lemak dengan bantuan lipase. Pankreas
menghasilkan amilase yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida dan
tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino/ albumin dan polipeptida.
Dengan usus halus mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar
brunner yang berfungsi memproduksi getah intestinum.

Gambar Duodenum

5
 Usus Halus (Intestinum)

Panjang usus halus orang dewasa mencapai 6,3 meter dengan diameter 2,5 cm. Usus
halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu usus dua belas jari(duodenum), usus
kosong(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a. Usus 12 jari
Usus 12 jari terletak paling dekat dengan lambung. Disebut 12 jari karena panjangnya
kurang lebih 12 kali ruas jari. Sebelum memasuki usus 12 jari, setelah makanan
dicerna oleh lambung, makanan akan melalui jalan keluar lambung menuju usus 12
jari yang berbentuk kleb yang disebut pylorik. Pylorik ini berfungsi untuk mengatur
jalan makanan menuju usus 12 jari.
b. Jejenum
Setelah makanan melewati usus 12 jari makanan akan masuk ke dalam saluran
intestinum berikutnya, yaitu jejenum atau disebut juga intestinum bagaian tengah.
c. Ileum
Ileum merupakan bagian akhir dari pada intestinum. Dinding dalam usus halus dilapisi
oleh bermiliar-miliar tonjolan mikroskopis menyerupai jari. Tonjolan ini disebut villi.
Kelenjar usus halus menghasilkan getah cerna yang akan mencerna makanan yang
massuk ke dalam usus halus dan menyaring bagian yang dapat dilewati villi dan
mengandung air. Bagian yang diserap usus melalui villi berupa sari makanan yang
masuk ke dalam pembuluh darah untuk selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh. Zat
sisa pencernaan makanan akan dikeluarkan oleh tubuh melalui rektum atau usus besar
kemudian keluar ke anus menjadi feses. Proses pencernaan pada usus halus hampir
sebagian besar dilakukan secara kimiawi. Adapun getah usus halus tersebut antara lain
sebagai berikut :
1. Enterokinase
Enzim yang mengubah tripsinogen menjadi tripsin.
2. Erepsin
Enzim yang mengubah pepton menjadi asam amino.
3. Maltase
Enzim yang mengubah maltosa menjadi glukosa.
4. Lipase
Enzim yang mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
5. Sekretin
Merupakan hormon pada usus halus yang akan merangsang sekresi enzim-enzim
pada usus halus

6
II.2. Definisi
Tablet adalah sediaan padat yang dibuat secara kempacetak berbentuk rata atau
cembung rangkap, umumnya bulat mengandung satu jenis zat aktif obat atau lebih dengan atau
tanpa zat tambahan. Tablet salut (coated tablet) adalah bentuk sediaan obat (tablet) dimana
tablet disalut (diselubungi) menggunakan gula maupun polimer. Penyalutan tablet yang
merupakan salah satu proses farmasetik yang tertua dan sampai sekarang masih ada dan terus
berkembang.
Pada awalnya, proses penyalutan dilakukan terhadap pil. Proses penyalutan sering kali
diakui merupakan suatu seni dari pada suatu ilmu, ini menjadi salah satu faktor yang dapat
menimbulkan berbagai masalah. Proses penyalutan menggunakan panci farmasetik didasarkan
pada proses yang digunakan dalam industri permen, yang tekniknya berkembang pesat, bahkan
dalam abad pertengahan. Dewasa ini, kebanyakan panci penyalut dibuat dari baja tahan karat,
sedangkan dulu panci dibuat dari tembaga karena pengeringan dilakukan dengan sumber panas
dari luar panci. Pada penyalutan dengan panci konvensional tablet yang disalut harus
dikeringkan menggunakan suplai udara yang dipanaskan. Semetara itu, kelembapan dan debu
dari sekitar panci dihilangkan dengan cara sistem ekstraksi udara.

II.3. Pembagian Tablet Salut


1. Tablet salut enterik
Tablet salut enterik adalah tablet kempa konvensional disalut dengan bahan seperti
pengikat atau derivat selulosa yang tidak hancur di lambung tetapi larut di usus. Penyalut
dapat dibuat dari bahan yang pH-nya tergantung, tidak larut dalam medium asam lambung
tetapi larut pada lingkungan sedikit asam atau lingkungan basa usus. Penyalutan ini
digunakan jika obat mengiritasi lambung, kerja obat ditujukan pada usus seperti pada obat
cacing (anthelmentika) dan obat dinonaktifkan oleh getah lambung.
2. Tablet salut gula
Tablet salut gula adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapisan tipis berturut-
turut dengan larutan sukrosa dengan atau tanpa pewarna. Penyalut ini berguna karena dapat
melindungi bahan obat dengan berperan sebagai barrier terhadap kelembaban dan udara,
menutupi bahan obat yang rasa dan baunya tidak enak dan memperbaiki penampilan tablet.
Salut dapat bervariasi dalam ketebalan dan warna dari tambahan bahan-bahan celupan ke
salut gula.
3. Tablet salut film
Tablet salut film adalah tablet kempa yang disalut dengan lapisan tipis berwarna tidak larut
air atau tidak berwarna dari larutan bahan polimer yang hancur dengan cepat dalam saluran
pencernaan. Penyalut film memiliki fungsi yang sama dengan salut gula dengan tambahan
keuntungan yang kurang lebih lebih tahan lama. Dimana tablet yang disalut dengan lapisan
yang dimuat dengan cara pengendapan zat penyalut dari pelarut yang cocok. Lapisan
selaput umumnya tidak lebih dari 10% berat tablet. Salut film sekarang ini adalah metode
yang lebih disukai untuk membuat tablet salut. Lebih ekonomis dan tidak memakan waktu,
tenaga, biaya yang minimum dan mendapatkan tablet tahan panas dan pelarut.
Contoh-Contoh Tablet Salut
Tablet salut gula tablet multivitamin, misalnya Caviplex, Enervon C, Livron b-plek, tablet salut
selaput/film Cholespar, Ponstan, FCT tablet salut enterik Dulcolax tablet, Voltaren tablet.

7
II.4. Tujuan Penyalutan
1. Untuk menutupi rasa, bau, atau warna obat.
2. Untuk memberikan perlindungan fisik dan kimia pada obat.
3. Untuk mengendalikan pelepasan obat dari tablet.
4. Untuk melindungi obat dari suasana asam lambung, dengan menyalutnya dengan salut
enterik tahan asam.
5. Untuk menggabungkan obat lain atau membantu formula dalam penyalutan untuk
menghindari tidak tercampurnya obat secara kimia atau untuk menjamin
terselenggaranya penglepasan obat secara berurutan.
6. Untuk memperbaiki penampilan obat dengan menggunakan warna khusus dan
pencetakan kontras.

II.5. Bahan yang harus disalut


Tablet memiliki banyak bahan-bahan penambah (excipients) yang digunakan dalam
memformulasikannya. Namun, beberapa bahan memiliki karakteristik-karakteristik tertentu
yang mengharuskan tablet dengn bahan tersebut harus dilapisi dengan bahan penyalut. Adapun
bahan-bahan yang harus disalut adalah:
a. Bahan-bahan yang pahit.
Apabila bahan ini disalut maka akan menutupi rasa pahit dari bahan tadi. Sehingga akan
lebih mudah dikonsumsi.
b. Bahan yang rapuh.
Penyalutan akan menutupi bahan yang membuat tablet rapuh. Sehingga akan
menghindarkan tablet dari penampilan yang kurang baik seperti Mottling.
c. Bahan yang dapat mengiritasi lambung.
Dengan penyalut, maka bahan ini tidak akan dipecah di lambung, tetapi akan dipecah di
usus. Sehingga tidak akan mengiritasi lambung lagi.
d. Bahan-bahan yang di inaktifkan oleh asam lambung.
Dengan penyalutan, bahan ini akan dilindungi dari asam lambung yang akan merusak
bahan tersebut. Jadi, jika tablet mengandung bahan-bahan yang ada di atas, maka
seharusnya tablet tersebut harus di berikan penyalutan sehingga akan memaksimalkan
kerja tablet di dalam tubuh.

II.6. Keuntungan dan Kerugian Penyalutan


Keuntungan tablet salut:
1. Menghindari penguraian obat di lambung,
2. Efek lebih cepat daripada obat yang ditelan,
3. First pass efek metabolism dapat dihindari
4. Menghidari rasa mual akibat menelan obat
5. Lebih stabil
Kekurangan dari tablet salut yaitu:
1. Ukuran dan bobot dari tablet salut jadi mengakibatkan peningkatan biaya pengemasan dan
pengiriman.
2. Kerapuhan dari penyalut dapat mengakibatkan rentannya tablet terhadap kerusakan yang
mungkin terjadi jika salah ditangani.

8
3. Penyampaian mutu ekstrik yang tinggi seringkali membutuhkan jasa operator penyalut
yang dengan keterampilan menyalut yang tinggi.
4. Pengkilapan akhir yang dicapai dengan suatu tahap pemolesan dapat membuat pencetakan
menjafi sulit
5. Kerumitan prosedur, formulasi, dan proses membuat otomisasi lebih sulit.

II.7. Metode Penyalutan


Proses penyalutan gula yang khas meliputi tujuh tahap utama, yaitu:
1. Penyegelan (sealing)
Kebanyakan formulasi salut yang digunakan dalam proses salut gula adalah akuosa,
sedangkan inti tablet yang berpori dan merupakan absorben kuat diformulasikan untuk
berdisintegrasi dengan cepat jika berkontak dengan air. Salut segel diterapkan langsung
pada inti tablet untuk memisahkan ingredien tablet (terutama zat aktif) dari air (yang
merupakan konstituen utama dari formulasi penyalut) untuk memastikan stabilitas produk
yang baik. Fungsi penyegelan tablet yang kedua adalah memperkuat inti tablet. Kuantitas
bahan yang diterapkan sebagai suatu salut segel akan bergantung terutama pada tablet dan
ukuran bets. Jika permukaan inti tidak dilindungi dengan baik, stabilitas produk jadi (fisika
dan kimia) dapat rusak. Maksud penyegelan adalah memberikan perlindungan awal dan
mencegah ingredien tablet inti bermigrasi ke dalam penyalut, dan akhirnya merusak
penampilan produk jadi. Ada beberapa polimer yang dapat digunakan sebagai penyalut
segel, misalnya selak, zein, hidroksipropilmetil selulosa (HPMC), polivinil asetat ftalat
(PVAP), dan selulosa ftalat asetat (CAP). Polimer tersebut dilarutkan pada konsentrasi 15-
30 % b/b dalam suatu pelarut organic yang sesuai. Apabila menggunakan polimer yang
tidak larut air sebagai dasar untuk formulasi penyalut segel, gunakan penyalut yang
diperlukan dalam jumlah minimal guna memberi perlindungan yang sesuai. Kalau tidak,
karakteristik pelepasan zat aktif dapat berpengaruh.

2. Penyalut Dasar (Subcoating)


Penyalutan dasar adalah tahap inti pertama dari proses salut gula yang membulatkan
pinggiran tablet dan menambah bobot inti. Salut dasar juga membuat pondasi untuk proses
salut gula yang masih akan dilakukan. Setiap kelemahan dalam salut gula akhir sering
disebabkan oleh kelemahan dalam salut dasar. Untuk mempermudah pembangunan ini,
formulasi salut dasar hampir selalu mengandung pengisi dalam konsentrasi tinggi, seperti
talk, kalsium karbonat, kalsium sulfat, kaolin, dan titanium dioksida. Selain itu, pembentuk
film pembantu seperti akasia, gelatin atau salah satu turunan selulosa, juga dapat
dimasukkan guna menyempurnakan keutuhan struktur salut. Untuk mencapai hasil yang
bermutu, selama penyalutan dasar bahan penyalut harus menutup sudut tablet dan pinggir
tablet secara efektif. Oleh karena itu, seleksi bentuk tablet yang sesuai harus dilakukan.
Bentuk tablet dengan sudut minimal, seperti tablet yang dikempa pada pons yang sangat
cembung atau pons radius dwi rangkap, jelas dapat membantu penutupan yang efektif.
Selain itu, ketebalan pinggiran tablet perlu diminimalkan. Jika tidak, tablet akan lebih
sering menempel dan kemungkinan besar dapat terjadi penutupan pinggiran yang tidak
sempurna oleh subsalut.

9
3. Pembesaran Dan Pelicinan (grossing dan smoothing)
Untuk membuat suatu produk salut gula yang bermutu, permukaan yang disalut harus licin
dan bebas dari ketidakberaturan sebelum penerapan salut warna. Karna persyaratan
pelicinan dapat dicapai selama penerapan salut dasar (subcoat), proses pelicinan lanjut
(sebelum salut warna) biasanya tidak dilakukan lagi. Salut pelican sederhana terdiri atas
sirop sukrosa 70% dan sering mengandung titanium dioksida (1-5 %) sebagai suatu bahan
pemburam (opacifier) atau zat pemutih dan mungkin juga diwarnai dengan pewarnaan lain
guna memberikan suatu dasar yang baik untuk penerapan salut berikutnya. Jika diperlukan
pelicinan dalam jumlah besar, sebagaimana halnya pada tablet salut dasar yang
mempunyai permukaan berlubang-lubang, zat tambahan lain (seperti talk, kalsium
karbonat dan pati jagung) dapat digunakan dalam konsentrasi rendah untuk mempercepat
proses pelicinan.

4. Penyalutan warna (color coating)


Pewarna yang sesuai dilarutkan dalam sirop penyalut untuk mendapatkan warna yang
diinginkan. Ada dua pendekatan dasar untuk mewarnai sirop salut gula, masing-masing
dengan teknik penyalutan yang berbeda. Kedua pendekatan ini meliputi penggunaan zat
pewarna larut air atau pigmen tidak larut air. Akan tetapi, penambahan pigmen kedalam
larutan sirop tidak semudah seperti zat pewarna larut air. Perlu dipastikan agar pigmen
dibasahi sempurna dan terdispersi secara seragam .jadi, penggunaan warna pigmen
konsentrat (pekat) yang tersedia secara komersial biasanya lebih menguntungkan.

5. Pemolesan (polishing)
Permukaan tablet yang baru saja disalut warna biasanya masih pudar. Oleh karna itu, tablet
perlu dipoles dengan menggunakan beberapa cara untuk mendapatkan permukaan tablet
salut yang halus. Pemolesan dapat dilakukan menggunakan berbagai tipe peralatan
(misalnya kanvas atau panic yang dilapis malam), termasuk peralatan yang digunakan
untuk penerapan salut gula itu sendiri (yang lebih khas dalam proses yang diotomatiskan).

6. Pencetakan cap (printing)


Jika tablet yang disalut gula selanjutnya diberi identitas dengan suatu nama produk,
kekuatan dosis atau logo perusahaan, hal ini harus dilakukan dengan suatu proses
penstempelan. Secara khas, penstempelan demikian meliputi penerapan tinta bercak
farmasetik pada permukaan tablet yang disalut dengan suatu proses penstempelan yang
dikenal sebagai offset rotogravure. Tablet salut gula dapat distempel sebelum atau sesudah
pemolesan. Penstempelan sebelum pemolesan memungkinkan tinta melekat lebih kuat
pada permukaan tablet, tetapi tulisan dapat hilang karna gesekan atau sentuhan pelarut
organik selam proses pemolesan. Penstempelan setelah pemolesan dapat menghindari
masalah penggosokan cap srlam pemolesan, tetapi tinta tidak selalu melekat dengan baik
pada permukaan tablet yang dilapisi malam.

Proses penyalutan selaput salut selaput merupakan proses yang sangat rumit dengan
teknologi yang mendekati teknologi untuk kimia polimer, industry perekat, cat dan rekayasa
kimia. Proses salut selaput secara sederhana dapat dijelaskan sebagai proses yang melibatkan
penerapan salut selaput berbasis polimer (dalam rentang 20-200 µm), pada suatu substrat yang

10
sesuai (tablet, pellet, granul, kaplet, serbuk obat dan hablur zat aktif obat), jika dibawah kondisi
yang memungkinkan.

II.8. Faktor yang mempengaruhi mutu tablet salut enterik


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi pembuatan tablet salut enterik dan
kualitas bentuk tablet salut enterik, yaitu:
1. Kecepatan penguapan pelarut
Kecepatan penguapan pelarut mempengaruhi langsung kualitas tablet salut enterik dan
waktu yang diperlukan untuk membuat tablet salut enterik. Oleh karena pentingnya proses
penyalutan dalam waktu yang minimum, meningkatnya kecepatan penguapan pelarut
menurunkan waktu yang tersedia untuk polimer-polimer berinteraksi. Oleh karena itu, jika
kecepatan penguapan terlalu cepat, alat-alat mekanis film akan dirusak karena langsung
merusak pada interaksi polimer. Tekanan uap pelarut dan suhu mempengaruhi kecepatan
penguapan pelarut, sehingga suhu yang rendah biasa digunakan untuk larutan salut.
2. Perubahan volume udara
Perubahan volume udara akan langsung mempengaruhi kecepatan mengalirnya larutan
salut dan juga merubah pola tanpa ruang penyalutan.
3. Kelembaban khusus
Hal ini penting untuk mengontrol kelembaban tertentu dalam menghangatkan udara dan
karenanya di dalam ruang salut untuk memastikan bahwa kualitas penyalutan tablet
dioptimalkan. Jika kelembaban relatif di ruang penyalutan tinggi, pendinginan evaporatif
oleh pelarut mungkin terjadi. Ini pada gilirannya akan menurunkan suhu udara di bawah
titik embun, sehingga kondensasi air pada permukaan tablet. Ini akan mengganggu proses
penyalutan, mengakibatkan adhesi kekurangan lapisan hidrofobik ke permukaan tablet dan
ketidaksempurnaan visual dalam lapisan terbentuk. Oleh karena itu, kontrol dari
kelembaban relatif dalam proses pelapisan diperlukan. Kehadiran kelembaban dalam
ruang penyalutan mungkin berguna dalam menghilangkan listrik statis yang mungkin
terjadi setelah proses penyalutan telah selesai.
4. Lama dan kecepatan semprotan salut
Kecepatan semprotan dikontrol dalam proses penyalutan dan dipilih sesuai dengan
kelarutan lapisan pelarut dalam volume udara dan viskositas. Selain itu, penting untuk
memastikan integritas tetesan (yaitu meminimalkan tetesan agregasi) selama proses
tersebut. Perlu dicatat bahwa tingkat semprotan yang berlebihan akan menghasilkan
lapisan yang menunjukkan kurangnya adhesi pada permukaan tablet. Biasanya proses
penyalutan akan melibatkan bahan-bahan pelapisan. Oleh karena itu salah satu metode
ketebalan lapisan pada tablet dapat dimodifikasi adalah untuk meningkatkan waktu yang
dihabiskan dalam ruang penyalutan. Atau, konsentrasi bahan pelapis dapat ditingkatkan
dalam lapisan solusi. Viskositas larutan harus diperhatikan untuk memastikan bahwa
viskositas meningkat tidak membahayakan atomisasi proses, dan secara khusus ukuran
tetesan.

11
BAB III
PEMBAHASAN
Tablet salut enteric disalut dengan lapisan yang tidak melarut atau hancur di lambung
tapi usus. Dengan demikian, membiarkan supaya tablet pindah melewati lambung dan hancur
serta diabsorpsi di usus. Teknik ini digunakan dalam bahan obat yang rusak oleh asam lambung
mengiritasi mukosa lambung atau melintasi lambung, menambah absorpsi obat di usus halus
sampai jumlah yang berarti. (Ansel, 248)
Tablet salut enterik adalah contoh bentuk modifikasi pelepasan obat, yang didesain lepas
di usus. Tablet salut enterik mencegah lepas dan rusaknya obat dalam pH rendah di lambung.
Tablet akan lepas di pH yang lebih tinggi di usus.
Tablet yang pelepasan zat aktifnya ditunda pada daerah tertentu. Contoh yang paling
umum adalah tablet salut enterik yaitu tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang
tahan terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.
Tablet disalut enterik jika obat terurai dalam sekresi asam lambung, jika menyebabkan
iritasi lambung, atau jika dimaksudkan untuk menggunakan efek utamanya hanya pada usus.
Lapisan pelindung salut enteric tahan terhadap kondisi asam lambung tetapi akan dipecahkan
di dalam cairan usus yang mendekati pH netral usus halus. Salut enterik juga digunakan di
dalam formula kerja-tunda seperti pelepasan obat tertunda pada saat itu mengira tablet untuk
lewat dari mulut ke usus.

Proses Bahan Obat di Lambung dan Usus Halus


Lapisan enterik yang digunakan berisi polimer yang sensitif pH, yang berarti bahwa
obat tersebut tetap utuh dalam lingkungan asam lambung (pH 1,5-3,5) dan melindungi isi
tablet. Setelah melewati perut lapisan kemudian hancur dalam usus kecil (duodenum) yang
memiliki lingkungan alkali (pH 6,5-7,6).
Ketika menelan 'normal' berkualitas baik tablet, kapsul, atau mengambil suplemen cair
inilah yang terjadi:

1. Bahan aktif yang dirilis di perut.


2. Asam lambung bagian bawah dan istirahat mereka menjadi partikel yang lebih kecil
(warna kuning ilustrasi di bawah ini)
3. Tergantung pada bahan aktif, beberapa atau bahkan sebagian besar mungkin akan
hancur oleh asam lambung, karena tidak semua bahan yang rusak oleh asam lambung.

12
4. Sementara beberapa bahan obat dalam proses merusaknya oleh asam lambung, ini dapat
mengakibatkan rasa ketidaknyamanan.
5. Sisa bahan obat yang tidak hancur dilanjutkan ke usus kecil melalui proses penyerapan
melalui dinding usus atas (merah di ilustrasi).
6. Kurangnya kualitas bahan aktif dengan bahan pengikat yang dapat melewati perut dan
usus dari tubuh dengan hampir tidak ada penyerapan.
Tablet yang dilepaskan di usus halus ditunjukkan pada warna merah pada gambar 2.

Gambar 1 Gambar 2

Bahan Enterik
Beberapa alasan penting untuk bahan penyalut enterik adalah sebagai berikut:
1. Untuk melindungi obat-obat yang tidak tahan asam terhadap cairan lambung, misalnya
enzim-enzim dan beberapa antibiotik tertentu.
2. Untuk mencegah nyeri pada lambung atau mual karena iritasi dari suatu bahan obat,
misalnya Natrium salisilat.
3. Untuk melepaskan obat agar didapat efek lokal di dalam usus, seperti antiseptik usus
dapat melepaskan bentuk obatnya hanya di usus dan menghindari penyerapan sistemik
dalam lambung.
4. Untuk melepaskan obat-obat yang diserap secara optimal di dalam usus halus sebagai
penyerapan utamanya.
5. Untuk memberikan suatu komponen yang pelepasannya ditunda sebagai aksi ulang dari
tablet (Saifullah, 2007).

Suatu bahan penyalut enterik yang baik harus memilki sifat-sifat sebagai berikut
1. Tahan terhadap cairan lambung
2. Rentan terhadap cairan usus dan permeable terhadap cairan usus

13
3. Dapat bercampur dengan sebagian besar komponen larutan penyalut dan bahan dasar
obat
4. Stabil dalam bentuk tunggalnya atau di dalam larutan penyalut.
5. Biayanya murah
6. Mudah dipakai tanpa harus menggunakan alat khusus
7. Dapat dengan mudah dicetak, atau lapisan tipis dapat digunakan pada tablet yang tidak
ditatah (Saifullah, 2007).

Contoh obat:
Nama Paten : Dulcolax
Bahan Aktif : Bisacodyl
Indikasi:
Digunakan untuk pasien yang menderita konstipasi. Untuk persipan prosedur diagnostik, terapi
sebelum dan sesudah operasi dalam kondisi untuk mempercepat defeksi

Kontra Indikasi:
Pada pasien ileus, abstruksi usus, yang baru mengalami pembedahan dibagian perut seperti
usus buntu, penyakit radang usus akut dan hehidrasi parah, dan juga pada pasien yang diketahui
hipersensitif terhadap bisacodyl atau komponen lain dalam produk.

Komposisi:
1 tablet salut enterik mengandung 5 g:
4,4'-diacetoxy-diphenyl-(pyridyl-2)-methane (=bisacodil)

Zat tambahan:
laktosa, pati jagung, gliserol, magnesium stearat, sukrosa, talk, akasia, titanium dioksida,
eudragit L100 dan S100, dibutilftalat, polietilen glikol, Fe-oksida kuning, beeswax white,
carnauba wax, shellac.

Cara Kerja Obat:


Bisacodyl adalah laksatif yang bekerja lokal dari kelompok turunan difenil metan. Sebagai
laksatif perangsang (hidragogue antiresorptive laxative), DULCOLAX merangsang gerakan
peristaltis usus besar setelah hidrolisis dalam usus besar, dan meningkatkan akumulasi air dan
alektrolit dalam lumen usus besar.

14
Dosis dan Cara Pemberian:
Kecuali ditentukan lain oleh dokter dosis yang dianjurkan adalah:
1. Untuk Konstipasi Tablet Salut Enterik
Dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun: 2 - 3 tablet (10 - 15 mg) sekali sehari.
Anak-anak 6 - 12 tahun: 1 tablet (5 mg) sekali sehari. Anak-anak di bawah 6 tahun:
konsultasi dengan dokter atau dianjurkan memakai supositoria anak. Tablet salut enterik
sebaiknya diminum pada malam hari untuk mendapatkan hasil evakuasi pada esok
paginya. Tablet mempunyai lapisan khusus, oleh karena itu tidak boleh diminum
bersama-sama dengan susu atau antasida. Tablet harus ditelan dalam keadaan utuh
dengan air secukupnya.
2. Untuk Persiapan Prosedur Diagnostik dan Sebelum Operasi
Bila DULCOLAK digunakan pada pasien untuk persiapan pemeriksaan radiografik
abdomen atau persiapan sebelum operasi, maka penggunaan tablet DULCOLAX harus
dikombinasi dengan supositoria, agar didapat evakuasi yang sempurna dari usus. Dosis
yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah 2 - 4 tablet pada malam sebelumnya dan 1
sipositoria pada esok paginya.

Peringatan dan Perhatian:


Sebagaimana halnya laktasit lainnya, DULCOLAX tidak boleh diberikan setiap hari
dalam waktu yang sama. Jika pasien setiap hari membutuhkan laktasif, harus diketahui
penyebab terjadinya konstipasi. Penggunaan berlebihan dalam waktu lama dapat
menyebabkanketidakseimbangan cairan dan elektrolit dan hipokalemia, dan dapat
mengendapkan onset konstipasi balik. Pusing dan/atau syncope telah dilaporkan pada pasien
yang menggunakan DULCOLAX. Detail yang ada menunjukkan bahwa kejadian tersebut akan
terus berlanjut dengan berkurangnya kekuatan untuk defekasi (defecation syncope), atau
dengan respon vasovagal terhadap sakit perut yang dapat berhubungan dengan konstipasi yang
mendesak pasien tersebut terpaksa menggunakan laktasif dan tidak perlu menggunakan
DULCOLAX. Penggunaan supositoria dapat menyebabkan sensasi rasa sakit dan iritasi lokal,
kuhusnya pada fisura anus dan proktitis ulserativa. Anak-anak tidak boleh menggunakan
DULCOLAX tanpa petunjuk dokter.

15
Masa Hamil dan Menyusui
Pengalaman menunjukkan tidak ada bukti efek samping yang berbahaya selama kehamilan.
Namun demikian, seperti halnya obat lain, penggunaan DULCOLAX selama kehamilan harus
dengan petunjuk medis. Belum diketahui apakah bisacodiyl menembus air susu ibu atau tidak.
Oleh karena itu, penggunaan DULCOLAX selama menyusui tidak dianjurkan.

Efek Samping:
Sewaktu menggunakan DULCOLAX, dapat terjadi rasa tidak enak pada perut termasuk kram,
sakit perut, dan diare. Reaksi alergi, termasuk kasus-kasus angiooedema dan reaksi anafilaktoid
juga dilaporkan terjadi sehubungan dengan pemberian DULCOLAX.

Interaksi:
Penggunaan bersamaan dengan diuretik atau adreno-kortikoid dapat meningkatkan risiko
ketidakseimbangan elektrolit jika DULCOLAX diberikan dalam dosis berlebihan.
Ketidaseimbangan elektrolit dapat mengakibatkan peningkatan sensitivitas glikosida jantung.

Overdosis:
Gejala
Bila dosis DULCOLAX terlalu tinggi, maka dapat terjadi diare, kram perut dan berkurangnya
kadar kalium serta elektrolit lainnya secara nyata. Overdosis kronis DULCOLAX dapat
menyebabkan diare kronis, sakit perut, hipokalemia, hiperaldosteronisme dan batu ginjal.
Kerusakan tubulus ginjal, alkalosis metabolik dan kelelahan otot akibat hipokalemia juga
terjadi pada penyalahgunaan laktasif kronis.

Terapi
Dalam waktu yang singkat setelah minum DULCOLAX, penyerapan DULCOLAX dapat
dikurangi atau dicegah dengan memaksa untuk muntah atau kuras lambung. Dalam hal ini
mungkin diperlukan penggantian cairan dan perbaikan keseimbangan elektrolit. Ini sangat
diperlukan pada pasien usia lanjut dan muda. Pemberian antipasmodik mungkin ada
manfaatnya.

Penyimpanan:
Simpan pada suhu 25 - 30 derajat C dan lindungi dari cahaya. Simpan di tempat yang maan,
jauhkan dari jangkauan anak-anak

16
Pada penelitian jurnal tablet evaluasi vitro tablet enterik berlapis dari rosiglitazone natrium,
tablet ini rosiglitazone natrium enterik berlapis disiapkan oleh tunggal pukulan tablet press
menggunakan diganti hidroksipropil selulosa dan polivinilpirolidon (PVP). Laju pelepasan dari
tablet enterik berlapis dari rosiglitazone natrium dievaluasi. Studi laju pelepasan menunjukkan
bahwa beberapa rosiglitazone natrium dibebaskan dari formulasi salut enterik dalam waktu 2
jam dalam jus lambung simulasi, sementara itu merilis lebih dari 80% dari jumlah berlabel
dalam 30 menit dalam jus usus simulasi. Metode penyiapan rosiglitazone natrium enterik
berlapis tablet sederhana dan memiliki reproduktifitas baik. Rilis kondisi dan metode bertekad
dapat digunakan untuk penentuan rutin rosiglitazone natrium enterik berlapis tablet

Saat ini, formulasi rosiglitazone natrium di pasar di Cina terutama yang normal tablet atau
kapsul. Namun, jenis formulasi umum memiliki kelemahan umum. Dengan pembubaran
rosiglitazone natrium dari tablet normal, alkalinitas solusi akan meningkat. Ini akan
menetralkan asam lambung dan menyebabkan ketidakseimbangan asam lambung, dan tidak
kondusif untuk pencernaan dan penyerapan makanan. Sementara itu, rosiglitazone natrium
cepat diubah menjadi rosiglitazone atau rosiglitazone hidroklorida dalam jus lambung ( Hu et
al., 2012 ). Hal ini tidak baik untuk penyerapan rosiglitazone, karena kelarutan rosiglitazone
atau rosiglitazone hidroklorida adalah kurang dari rosiglitazone natrium dalam media berair
dan thiazolidinediones diserap dalam bentuk non-dipisahkan molekul ( Kamila et al., 2008 ).
Proporsi disosiasi dan bentuk non-dipisahkan dari thiazolidinediones ditentukan oleh p K
sebuah obat dan pH situs penyerapan, yang dapat dinyatakan sebagai:

Persamaan Henderson-Hasselbalch: p Ka-pH = lg (Ci / Cu)

Proporsi obat nondissociation dan penyerapan akan meningkat dengan meningkatnya nilai pH
dari situs penyerapan, menurut persamaan Henderson-Hasselbalch.

Rosiglitazone natrium enterik berlapis tablet, yang memiliki tudung khusus yang
dirancang untuk melarutkan dan menyerap di usus kecil dipelajari. Fitur ini tablet enterik
berlapis tidak hanya moderat iritasi lambung atau menetralkan asam lambung terangsang oleh
penggunaan jangka panjang rosiglitazone natrium, tetapi juga meningkatkan penyerapan

17
makanan yang saling berhubungan dan menghindari beberapa efek samping, seperti mual,
muntah dan anoreksia ( Hu et al., 2012 ).

Dalam studi ini, menyiapkan rosiglitazone natrium entericcoated tablet dan diselidiki laju
pelepasan obat dengan HPLC (kromatografi cair kinerja tinggi) 37 ± 0,5 C.

Untuk semua tablet enterik berlapis, mereka harus bertahan simulasi lambung cairan
(pH 1,2) dalam pertama 2 jam diikuti dengan 1 jam dalam simulasi usus cairan (pH 6,8) sesuai
dengan metode standar, karena rosiglitazone natrium akan menghidrolisis cepat ke
rosiglitazone dalam larutan air, dan rosiglitazone tidak larut dalam simulasi usus cairan (pH
6,8). Oleh karena itu, kami menggunakan simulasi usus cairan (pH 6,8) yang berisi 0,25%
sodium dodesil sulfat (SDS) sebagai media rilis. Simulasi lambung cairan dibuat dengan
melarutkan NaCl (3 g) di sekitar 1450 (ml) air deionisasi dan kemudian disesuaikan pH 1,2 ±
0,1 dengan diencerkan HCl. Simulasi usus cairan disiapkan dengan metode yang sama:
monobasa kalium fosfat (10,2 g) dan SDS (3,75 g) dilarutkan dalam yang sama 1000 ml air
deionisasi dan kemudian pH disesuaikan dengan 6,8 ± 0,1 dengan 1 N NaOH. Akhirnya,
volume masing-masing fluida disesuaikan untuk 1500 (ml) dengan air deionisasi.

Gambar struktur kimia rosiglitazone natrium

18
Tabel 1 Persentase kandungan residu dari rosiglitazone natrium enterik berlapis tablet
setelah agitasi di simulasi cairan lambung (pH 1,2) selama 2 jam.

Batch NO. Waktu Rata-rata (%)


(%)

1 2 3 4 5 6

140.301 94,7 103, 93,1 98,7 106.2 95.4 98,6


2
140.302 99.3 92,1 104,4 97,8 99,7 91,9 97,5
140.303 101.9 92.6 99,9 107,2 96.1 94,8 98.8

laju pelepasan di simulasi cairan lambung

Dalam studi rilis vitro rosiglitazone natrium dari tablet entericcoated dilakukan di
simulasi cairan lambung (pH1.2) selama 2 jam. Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase
kandungan residu rosiglitazone natrium dalam tablet enterik berlapis dihitung
sehubungan dengan jumlah awal. Data menunjukkan bahwa beberapa rosiglitazone
natrium dibebaskan dari formulasi tablet salut enterik dalam waktu 2 jam agitasi. Selain
itu, ia mengamati bahwa tidak ada indikasi bahwa pemilahan tersebut, retak atau
peleburan terjadi pada permukaan tablet enterik berlapis dalam lambung solusi fluida
simulasi. Rosiglitazone natrium enterik berlapis tablet menunjukkan resistensi asam
memuaskan dalam perut.

- Melepaskan pro fi les

Melepaskan pro fi les dari rosiglitazone natrium dari formulasi dilapisi enterik selama
periode 60 menit di simulasi cairan usus (pH 6,8) ditunjukkan pada Gambar. 2 . Dari
gambar, ditemukan bahwa awal 30 menit adalah periode yang paling penting untuk rilis
dan lebih dari 80% dari total rosiglitazone natrium konten dalam formulasi salut enterik
dibebaskan dari tablet salut enterik dalam waktu 30 menit, dan melepaskan tingkat
formulasi menurun setelah waktu secara bertahap. Rilis tidak signi fi perubahan cantly
setelah 45 menit. Rosiglitazone natrium dengan cepat dirilis di simulasi cairan usus,
menunjukkan bahwa lapisan lapisan enterik dilarutkan dalam buffer fosfat (pH = 6,8,
mengandung 0,25% SDS) dengan cepat.

19
KESIMPULAN

20
Tablet salut enterik adalah contoh bentuk modifikasi pelepasan obat, yang didesain lepas
di usus. Tablet salut enterik mencegah lepas dan rusaknya obat dalam pH rendah di
lambung. Tablet akan lepas di pH yang lebih tinggi di usus.
Tablet salut enterik merupakan tablet salut dengan lapisan yang tidak melarut atau hancur
di lambung melainkan di usus, supaya tablet dapat melewati lambung dan hancur serta
diabsorpsi di usus. Jika obat dapat rusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat
mengiritasi mukosa lambung, diperlukan bahan penyalut enterik yang bertujuan
menunda pelepasan obat sampai tablet telah melewati lambung.

21

Anda mungkin juga menyukai