PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kejadian TB di seluruh dunia tahun 2012 sebesar 8,6 juta (antara 8,3 juta-9,0 juta),
sebanding dengan 122 kasus per 100.000 populasi. Perkiraan angka kejadian TB
peringkat keempat di dunia setelah India, Cina, dan Afrika Selatan (WHO, 2013).
tahun 2013 sebesar 0,4%. Besarnya prevalensi ini masih di posisi yang sama jika
paru tertinggi adalah Jawa Barat (0,7%), Papua (0,6%), Jakarta (0,6%), Gorontalo
(0,5%), Banten (0,4%) dan Papua Barat (0,4%) sedangkan prevalensi TB paru di
1,3 juta jiwa dengan angka mortalitas TB di dunia sebesar 13 kasus per 100.000
1
2
populasi. Indonesia mempunyai angka mortalitas yang lebih tinggi yaitu sebesar
(berkisar 300.000-600.000). Hal ini meliputi semua kasus MDRTB yang primer
sebesar 6.900, yaitu sebesar 1,9% dari kasus baru dan 12% dari kasus pengobatan
ulang. Kematian akibat MDRTB pada tahun 2012 kurang lebih 170.000
kematian. Kurang lebih 75% kematian akibat TB terjadi di daerah Afrika dan
Case detection rate (CDR) untuk TB merupakan salah satu indikator yang
global tahun 2012 adalah sebesar 66% (dengan rentang 64-69%) (WHO, 2013).
klinik, karena bakteri ini bisa dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya
(Dorman, 2010). Penyakit ini terutama menyerang paru-paru, walaupun bisa juga
mempengaruhi hampir semua bagian tubuh (Rossman dan Kreider, 2006). Lebih
dari 90% orang yang terinfeksi M. tuberculosis merupakan infeksi laten yang
3
bulan setelah infeksi awal dan kurang lebih 5% selama sisa hidupnya (Zumla et
al., 2013).
tergantung pada ras atau latar belakang etnik, umur, ada tidaknya penyakit yang
Institute for Health and Clinical Excellence/ NICE, 2011; Zumla et al., 2013).
Pengambilan sputum minimal tiga kali (salah satunya sampel pagi hari) untuk
untuk deteksi bakteri tahan asam (BTA) dan telah digunakan secara luas untuk
pasien, dan kemudian diapus pada gelas obyek dan diwarnai dengan pewarnaan
metode manual untuk pengecatan BTA. Penelitian Kim et al. (2003) menunjukkan
pengecatan secara otomatik. Dari 9 spesimen sputum terbaca sebagai „exact no’
negatif, 3 spesimen terbaca sebagai „exact no‟ dan 2 spesimen terbaca sebagai „+‟.
dibandingkan dengan pengecatan secara manual, walapun hal ini tidak berbeda
dengan teknik Mycohol mempunyai grade yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan manual. Hal ini menunjukkan bahwa alat otomatik (Aerospray 7720)
mempunyai penampilan yang kurang baik dalam pengecatan BTA pada spesimen
BTA secara manual dan menggunakan mesin otomatik dengan menggunakan cat
manual dan secara mesin mirip, akan tetapi kontras antara bakteri dan latar
adalah dengan menggunakan pengecatan BTA secara otomatik. Salah satu alat
B. Perumusan Masalah
sebagai berikut :
untuk deteksi BTA dan telah digunakan secara luas untuk diagnosis TB akan
C. Pertanyaan Penelitian
D. Tujuan Penelitian
E. Keaslian Penelitian
dilihat di Tabel 1.
Lanjutan Tabel 1
No. Peneliti Judul Hasil Penelitian
3 Kim et al., Development and Populasi: 91 spesimen sputum dari pasien
2003 evaluation of an tuberkulosis
automated stainer for Metode: pengecatan BTA dengan pengecatan
acid-fast bacilli ZN secara manual dan otomatik (autostainer),
37 spesimen menggunakan apusan langsung,
54 spesimen dikonsentrasikan dulu sebelum
preparasi.
Hasil:
- Angka konkordansi untuk apusan langsung
97,3%, spesimen terkonsentrasi 92,6% dan
keseluruhan 94,5%
- Angka deteksi manual untuk apusan
langsung 16,2%, spesimen terkonsentrasi
33,3%, keseluruhan 26,4%
- Angka deteksi otomatik untuk apusan
langsung 18,9%, spesimen terkonsentrasi
40,7%, keseluruhan 31,9%
F. Manfaat Penelitian
Dengan adanya pemeriksaan BTA yang lebih baik dan akurat maka
3. Bagi peneliti