5.1.1 Frasa
Frasa ialah gabungan dua kata atau lebih yang tidak melampaui
batas fungsi atau gramatik. Frasa dapat diartikan sebagai gabungan dua
kata atau lebih yang memiliki satu fungsi sebagai satu satuan gramatikal.
Untuk menjelaskan definisi tersebut, perhatikan contoh berikut.
Kata ‘Aminah” tidak dapat disebut sebagai frasa karena terdiri atas satu
kata sebagai subjek. Namun, predikat dan objek kalimat (1) merupakan
a. Frasa Endosentris
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa frasa endosentris memiliki
pendistribusian yang sama, baik keseluruhan unsurnya maupun sebagian
unsurnya. Hal ini dapat terjadi karena antara bagian yang satu dengan
bagian yang lain tidak memiliki kebergantungan. Salah satu dari
gabungan kata tersebut dapat berdiri sendiri meskipun bagian kata yang
lain dihilangkan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh berikut.
Pada kalimat (2) apabila bagian frasa adik, sedang, dan baru dihilangkan
maka bagian yang lain dapat berdiri sendiri menjadi kalimat, seperti
berikut.
(8) Ayah akan pergi ke rumah nenek. Kata ayah dan ibu
dapat berdiri sendiri.
(9) Ibu akan pergi ke rumah nenek.
Di samping bermakna kias, kata kambing dan hitam pada kalimat (14)
tidak dapat berdiri sendiri sehingga apabila satu bagian dihilangkan maka
kalimat tersebut tidak dapat dinalar, seperti terlihat pada kalimat berikut.
b. Frasa Eksosentris
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa frasa eksosentris tidak
memiliki pendistribusian yang sama antarunsur-unsurnya. Hal ini dapat
5.1.2 Klausa
Klausa merupakan konstruksi sintaksis yang mengandung unsur
subjek (S) dan predikat (P). Sekilas, tidak dapat dibedakan dengan
kalimat karena kalimat juga memiliki konstruksi S dan P. Bedanya,
kalimat selalu diakhiri dengan tanda baca titik (.), seru (!), dan tanya (?)
yang berintonasi selesai. Namun, klausa tidak diakhiri tanda baca yang
Contoh (22), (24), dan (26) merupakan klausa, sedangkan contoh (23),
(25), dan (27) merupakan kalimat tunggal. Di samping itu, klausa dapat
diartikan sebagai bagian dari kalimat yang dapat berdiri sendiri menjadi
kalimat. Dalam hal ini, keberadaan klausa terdapat pada kalimat yang
lebih luas. Lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh berikut.
Kalimat di atas terdiri atas dua klausa, yaitu: “ayah datang tadi pagi” dan
“ibu sedang memasak”. Klausa “ayah datang tadi pagi” menjadi klausa
inti karena struktur gramatikalnya tidak diturunkan dari satuan
gramatikal yang lebih besar. Klausa “ibu sedang memasak” menjadi
klausa anak karena struktur gramatikalnya diturunkan dari satuan
gramatikal yang lebih besar. Secara jelas, berkaitan dengan struktur
gramatikal contoh (28) ialah sebagai berikut.
KW
Contoh kutipan wacana (30) terdiri atas tiga kalimat. Ketiga kalimat
tersebut diakhiri tanda titik (.). Hal itu menunjukkan bahwa ketiga
kalimat dalam paragraf tersebut tidak menunjukkan adanya penyeruan
ataupun pertanyaan. Kalimat-kalimat tersebut merupakan pernyataan
biasa.
(37) Anak itu menangis sejak tadi pagi. Anak itu menangis.
S P K
1) Kalimat efektif memiliki subjek (S) dan predikat (P) yang jelas.
Ketidakjelasan S dan P suatu kalimat mengakibatkan
ketidakefektifan kalimat tersebut. Kejelasan S dan P dapat dilakukan
dengan menghindari penggunaan kata depan (preposisi) di depan S
atau P. Lebih jelasnya dapat dilihat pada perbandingan kalimat
berikut.
1. S-P
2. S-P-O
3. S-P-O-K
4. S-P-S-P
5. S-P-O-S-P-O
6. S-P-K-S-P-K
7. S-P-O-K-S-P-O-K
8. K-S-P-S-P-K
9. K-S-P-O-S-P-K
10. K-S-P-O-S-P-O-K