Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS SOL SPACE OCCUPYING LESION


PADA PASIEN TN.F DI RUANG IGD
RSUP. DR HASAN SADIKIN BANDUNG

DI SUSUN OLEH :
NAMA : Budi Sanjaya
NIM : 4006160028

CI AKADEMIK

( )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS
STIKES DHARMA HUSADA
BANDUNG. 2017
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN
SPACE OCCUPYING LESSION ( SOL )

A. Pengertian

SOL merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang


intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat
menimbulkan lesi pada otak seperti kuntusio serebri, hematoma, infark, abses
otak dan tumor intra kranial. ( Long, C 1996 ; 130 )
Dalam Laporan Pendahuluan ( LP ) ini, penulis batasi pada Tumor Otak
Adapun definisi Tumor Otak adalah proses pertumbuhan termasuk benigna dan
maligna yang mengenai otak dan sumsum tulang belakang ( Bullock, 1996 )
B. Etiologi
Faktor Resiko, tumor otak dapat terjadi pada setiap kelompok Ras, insiden
meningkat seiring dengan pertambahan usia terutama pada dekade kelima,
keenam dan ketujuh .faktor resiko akan meningkat pada orang yang terpajan
zat kimia tertentu ( Okrionitil, tinta, pelarut, minyak pelumas ), namun hal
tersebut belum bisa dipastikan.Pengaruh genetik berperan serta dalam tibulnya
tumor, penyakit sklerosis TB dan penyakit neurofibromatosis

C. MANIFESTAI KLINIS

1. Tanda dan gejala peningkatan TIK :


a. Sakit kepal
b. Muntah
c. Papiledema
2. Gejala terlokalisasi ( spesifik sesuai dengan dareh otak yang terkena ) :
a. Tumor korteks motorik ; gerakan seperti kejang kejang yang terletak
pada satu sisi tubuh ( kejang jacksonian )
b. Tumor lobus oksipital ; hemianopsia homonimus kontralateral ( hilang
Penglihatan pada setengah lapang pandang , pada sisi yang berlawanan
dengan tumor ) dan halusinasi penglihatan
c. Tumor serebelum ; pusing, ataksia, gaya berjalan sempoyongan
dengan kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otot otot tidak terkoordinasi
dan nistagmus ( gerakan mata berirama dan tidak disengaja )
d. Tumor lobus frontal ; gangguan kepribadia, perubahan status
emosional dan tingkah laku, disintegrasi perilaku mental., pasien sering
menjadi ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri
e. Tumor sudut serebelopontin ; tinitus dan kelihatan vertigo, tuli (
gangguan saraf kedelapan ), kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan
lidah ( saraf kelima ), kelemahan atau paralisis ( saraf kranial keketujuh
), abnormalitas fungsi motorik.
f. Tumor intrakranial bisa menimbulkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan bicara dan gangguan gaya berjalan terutam pada lansia.
( Brunner & Sudarth, 2003 ; 2170 )
D. PATOFISIOLOGI
Tumor otak menyebabkan timbulnya ganguan neurologik progresif,
gangguan neurologik pada tumor otak biasanya disebabkan oleh dua factor-
faktor gangguan fokal akibat tumor dan peningkataan TIK.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dari
infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neural. Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Peningkatan TIK dapat disebabkan oleh beberapa factor : bertambahnya
massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan
sirkulasi cairan serebrospinal. Beberepa tumor dapat menyebabkan pendarahan.
Obstruksi vena dan edema akibat kerusakan sawar darah otak, semuanya
menimbulkan volume intracranial dan TIK.
Pada mekanisme kompensasi akan bekerja menurunkan volume darah
ntrakranial, volume CSF< kandunan cairan intra sel dan mengurangi sel-sel
parenkim. Peningkatan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan terjadinya
herniasi unkus atau serebelum. Herniasi menekan mensefalon menyebabkan
hilangnya kesadaran. Pada herniasi serebelum, tonsil bergeser ke bawah melalui
foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dan
henti nafas terjadi dengan cepat, perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat
peningkatan TIK adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik ( pelebaran
nadi) dan gagal nafas. (price Sylvia A.2005: 1187)

E. MANIFESTASI KLINIS
Metode umum untuk penatalaksanaan tumor otak meliputi :
1. Pembedahan
Pembedahan intracranial biasanya dilakukan untuk seluruh tipe kondisi
patologi dari otak untuk mengurangi TIK dan mengangkat
tumor.Pembedahan ini dilakukan melalui pembukaan tengkorak, yang
disebut dengan Craniotomy.
2. Radioterapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping : kerusakan kulit di
sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis,
radang tenggorkan.
3. Chemoterapi
Kemoterapi dilakukan dalam berbagai cara, termasuk secara sistemik,
intracranial atau dengan memasukkan polimer yang membawa agen
kemoterapi secara langsung ke jaringan tumor. Masalah utama dengan
komplikasi depresi sum-sum tulang, paru, dan hepar tetap merupakan factor
penyulit utama dalam kemoterapi. Sawar darah otak juga mempersulit
pemberian agen kemoterapi. Penelitian sawar darah otak dengan manitol
hiperosmotik member hasil yang mengecewakan, penelitian mengenai
penggunaan dexametason untuk menutup sawar darah otak dan efek obat
antiepilepsi pada metabolism obat kemoterapi masih terus dilakukan dan
mulai memberikan hasil.
4. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah
bermetastase.
5. Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial,
namun tidak berefek langsung terhada tumor.Pemilihan terapi ditentukan
dengan tipe dan letak dari tumor. Suatu kombinasi metode sering dilakukan.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT Scan.
Memberi informasi spesifik mengenai jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor
dan meluasnya edema serebral sekunder serta memberi informasi tentang
sistem vaskuler
2. MRI
Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otak
dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang
menggunakan CT Scan
3. Biopsi Stereotaktik bantuan komputer (tiga dimensi)
Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi dasar
pengobatan serta informasi prognosis.
4. Angiografi
Memberi gambaran pembuluh darahserebral dan letak tumor.
5. Elektroensefalografi (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan
dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang

G. ASUHAN KEPERAWATAN SOL


a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilkukan perawat untuk mendapatkan
data yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . Pengkajian
pada pasien dapat dilakukan dengan teknik wawancara,pengukuran,dan
pemeriksaan fisik.tahap-tahapannya meliputi :
1. Anamnesa.
Identitas klien : usia,jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama,suku bangsa,dll.

2. Keluhan utama : nyeri kepala .

3. Riwayat penyakit sekarang :demam,anoreksia dan malaise peningkatan


tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal
4. Riwayat penyakit dahulu : pernah atau tidak menderita infeksi telingga
(otitis media mestoiditis) atau infeksi pari-paru (bronkiektasis,abses
paru,empiema) jantung (endokarditis) organ pelvis,gigi dan kulit.

b. Riwayat penyakit sekarang

merupakan pengembangan dari keluhan utama melalui metode PQRT paliatif


atau profokatif.

Hal penting Deman, anureksia, malaise, peningkatan tekanan intra kranial,


serta gejala neurologik fokal,

a. Riwayat penyakit dahulu


Perna atau tidak menderita infeksi telinga (otitis media akut) atau infeksi
paru-paru (bronkiaktasis abses paru epidema) jantung (edokarditis) orha
palpis gigi dan kulit.
b. Pemeriksaan fisik .

Keadaan umum :

Pola fungsional kesehatan.

1. Aktivitas / istirahat .

Gejala : Malaise .

Tanda : Ataksia,masalah berjalan,kelumpuhan .

2. Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi seperti endokarditis .

Tanda : Tekanan darah meningkat .

3. Eliminasi .

Gejala : -

Tanda : Adanya inkontininsia .


4. Nutrisi .

Gejala : kehilangan nafsu makan.

Tanda :Anoreksia,mual,munth,turgor kulit jelek,membran mukosa kering.

5. Hygiene .

Gejala : -

Tanda : Ketergantungan semua kebutuhan,perawtan diri (pada masa akut).

6. Neurosensori .

Gejala : sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan penglihatan.

Tanda : penurunan status mental dan kesadaran. Kehilangan memori, sulit


dalam keputusan, afasia, mata : pupil unisokor (peningkatan TIK),
nistagmus, kejang umum lokal.

7. Nyeri / kenyamanan.

Gejala : sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher /


pungung kaku.

Tanda : tampak terus terjaga, menangis / mengeluh.

8. Pernapasan .

Gejala : adanya riwayat infeksi sinus atau paru

Tanda : peningkatan kerja pernapasan (episode awal). Perubahan mental


(letargi sampai koma) dan gelisah .

H. ANALISA DATA
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data
tersebut dengan konsep teori dan prinsif yang relevan untuk membuat
kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas inefektif b.d gangguan fungsi otot pernafasan

2. Perubahan perfusi jaringan otak b.d kerusakan sirkulasi vaskuler serebral

3. Nyeri b.d Peningkatan TIK

4. Kebutuhan nutrisi tidak adekuat b.d anoreksia

5. Perubahan persepsi sensori visual b.d Penurunan ketajaman penglihatan

J. INTERVENSI

1. Pola nafas inefektif b.d gangguan fungsi otot pernafasan

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam


diharapkan pola nafas kembali efektif.

 KH :

- RR normal .

-Sesak nafas berkurang.

 Intervensi

a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.

b. Posisikan pasien semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi.

c. Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam yang efektif.

d. Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi.

 Rasional :

a. Untuk mengetahui status pernafasan.

b. Dengan posisi semi fowler pasien lebih rileks dan penigkatan


pengembangan paru.
c. Mencegah/menurunkan atelektasis.

d. Untuk mempertahankan kepatenan oksigen.

2. Perubahan perfusi jaringan otak b.d kerusakan sirkulasi vaskuler serebral

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan


kerusakan jaringan cerebral tidak meluas.

 Dengan KH :
- TIK menurun.
- Jaringan nekrotik cerebral berkurang.
- Sirkulasi vaskuler cerebral normal.
 Intervensi

a. Tentukan faktor – faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu atau


yang menyebabkan penurunan perfusi jaringan serebral dan potencial
peningkatan TIK.

b. Pantau /catat status neurologis secara teratur.

c. Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan.

d. Kolaborasi pemberian obat deuretik contohnya manitol (osmitrol),


furosemid (lasix)

 Rasional

a. Penurunan tanda/gejala neurologis atau kegagalan dalam pemulihannya


setelah serangan awal mungkin menunjukkan bahwa pasien itu perlu
dipindahkan keperawatan intensif untuk mementau TIK atau
pembedahan.
b. Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potencial
peningkatan TIK bermanfaat dalam menentukan lokasi, perluasan, dan
perkembangan kerusakan SSP.

c. Petunjuk non verbal ini mengidentifikasi adanya peningkatan TIK.

d. Diuretik dapat digunakan pada fase akut untuk menurunkan TIK.

3. Nyeri b.d Peningkatan TIK

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan


nyeri berkurang/hilang.

 Dengan KH :
- Pasien rileks.
- Skala nyeri turun.
 Intervensi

a. Kaji keluhan nyeri, intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, dengan


skala 0-10.

b. Berikan lingkungan yang tenang.

c. Berikan kompres dingin pada kepala, pakaian dingin diatas mata

d. Kolaborasi pemberian analgetik seperti asetaminofen, kodein.

 Rasional

a. Untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevalusi kefektifan


dari terapi yang diberikan.

b. Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada


cahaya dan meningkatkan istirahat/relaksasi.

c. Meningkatkan vasokontriksi, menumpulkan resepsi sensori yang


selanjutnya akan menurunkan nyeri.
d. Diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat.

4. Kebutuhan nutrisi tidak adekuat b.d mual muntah

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam

diharapkan nutrisi pasien terpenuhi.

 Dengan KH :
- Pasien menghabiskan porsi makan.
- BB bertambah .
 Intervensi

a. Awasi masukan, berikan makan sedikit dalam frekuensi sering.

b. Berikan perawatan mulut sebelum makan.

c. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.

d. Kolaborasi pemberian diet tinggi kalori atau protein nabati.

 Rasional

a. Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia.

b. Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan.

c. Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan


pemasukan.

d. Makanan suplementasi dapat meningkatkan pemasukan nutrisi.

5. Perubahan persepsi sensori visual b.d Penurunan ketajaman penglihatan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan


papil edema (-).

 Dengan KH :
- lapang pandang kembali normal
 Itervensi

a. Kaji perubahan pada penglihatan.

b. Evaluasi keadaan pupil, catat ukuran, ketajaman, kesamaan antara kiri dan
kanan dan reaksinya terhadap cahaya .

c. Gunakan penerangan siang atau malam hari.

d. Rujuk pada ahli fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, dan terapi
kognitif.

 Rasional

a. Gangguan penglihatan dapat diakibatkan oleh kerusakan mikroskopik pada


otak.

b. Reaksi pupil didiatur oleh saraf oleh saraf kranial (III) dan berguna untuk
menentukan apakah batang otak masih baik

c. Memberikan perasaan normal tentang pola perubahan waktu dan pola


tidur/bangun.

d. Dapat menciptakan rencana penatalaksanaan terintegrasi yang didasarkan


atas kombinasi kemampuan/ketidakmampuan secara individu yang unik
dengan berfokus pada peningkatan evaluasi dan fungsi fisik, kognitif, dan
ketrampilan perceptual.

Anda mungkin juga menyukai