OLEH :
10542017210
PEMBIMBING :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya serta
petunjuknya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Demam
Berdarah Dengue”. Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat/ kewajiban bagi setiap ko-ass
untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu kesehatan masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar di puskesmas.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala
bantuan, bimbingan dan motivasi kepada yang terhormat :
1. dr. Mahmud Ghaznawie, Sp.PA(K),Ph.D selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. dr. Hatase Nurna, atas waktunya untuk membimbing Penulis selama ko-ass di puskesmas
jongaya.
3. dr. Nungki, dr.Aminah, serta para pegawai dan staff puskesmas jongaya atas waktunya untuk
membimbing Penulis selama ko-ass di puskesmas jongaya.
4. Bakordik Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan kasus ini jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
2
LEMBAR PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing/Supervor
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus. Kedua nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia,
kecuali tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.5
DHF terutama menyerang anak-anak dengan ciri demam tinggi mendadak, kadang
dengan sakit kepala berat, mialgia, artralgia disertai manifestasi perdarahan dan bertendensi
untuk menimbulkan renjatan dan kematian.2,3 dan bertendensi untuk menimbulkan renjatan dan
kematian.1 DD dan DBD disebabkan oleh 4 virus dengue yang mempunyai permukaan antigen
hampir sama.4 Infeksi oleh virus dengan serotipe yang sama menyebabkan imunitas yang cukup
lama, tetapi tidak demikian dengan serotipe yang berbeda.9
Kasus DBD pertama kali dilaporkan di Surabaya tahun 1968. Dalam waktu relatif singkat
DBD dilaporkan di berbagai daerah di Indonesia, sehingga sampai tahun 1984 seluruh propinsi
di Indonesia telah terjangkit penyakit ini. Di seluruh dunia diasumsikan setiap tahun terdapat 50
– 100 juta penderita demam dengue (DD), 250 – 500.000 penderita demam berdarah dengue
(DBD).8,9,10
Infeksi oleh virus dengue dapat merupakan penyakit self limitting, tetapi perjalanan klinis
penyakitnya kadang – kadang tidak dapat diramalkan dan dapat menjadi berat. Manifestasi klinis
infeksi virus dengue bervariasi, mulai dari demam dengue (DD), demam berdarah dengue
(DBD) dan demam berdarah dengue dengan syok (sindrom syok dengue = SSD).7,8,9 Saat ini
belum ada vaksin yang efektif terhadap virus ini, maka pemberantasan ditujukan pada manusia
dan tempat vektornya dengan melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk DBD.10 Pengobatan
DBD bersifat suportif. Tatalaksaana berdasar kelainan utama yang terjadi yaitu perembesan
plasma sebagai akibat dari peningkatan permeabilitas kapiler.10
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Demam berdarah dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh
virus dengue.Virus ini dibawa oleh vektor penyakit (nyamuk Aedes aegypti) dengan masaa
tunas (inkubasi) 1-7 hari. Penyakit ini seringkali berakibat fatal dan berat, dimana kematian
terjadi 40%-50% penderita dengan syok.2,3
2.2 Epidemiologi
Secara epidemiologi DBD banyak ditemukan di daerah tropis, dimana suhu yg hangat,
adanya penyimpanan air untuk kepentingan sehari-hari dan samutasi yang kurang baik
menyebabkan terdapatnya populasi Aedes aegypti yang permanen.2
Di Indonesia penyakit DBD ditemukan pertama di surabaya pada tahun 1968. Sejak itu
penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah hingga tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia
telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan
kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara
sporadis selalu terjadi kejadian luar biasa (KLB) setiap tahun, dimana jumlah penderita
meningkat lebih dari dua kali pada penderita yang sama.2
KLB DBD tersebar tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35, 19 per 100.000
penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar
10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000);
21,66 (2001); 19,24 (2002); dan 23,87 (2003). Sejak januari sampai 5 maret 2004 total kasus
DBD di seluruh propinsi di Indonesia mencapai 26,015, dengan jumlah kematian sebanyak 389
orang (CFR=1,53%), sehingga pada 16 februari 2004 demam berdara dinyatakan sebagai
kejadian luar biasa nasional. 2
5
perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk (PSN), terdapatnya vektor hampir
diseluruh pelosok tanah air serta adanya tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun.3
2.3 Etiologi
Demam berdarah ( DHF ) disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue ini merupakan
bagian dari family flaviridae. Virus dengue mempunyai 4 serotipe virus dengue yaitu :
a. DEN – 1
b. DEN – 2
c. DEN – 3
d. DEN – 4
Infeksi dari salah satu serotif virus dengue ini akan menghasilkan imunitas sepanjang hidup
terhadap infeksi ulang oleh serotipe yang sama, tetapi hanya menjadi perlindungan sementara
dan partial terhadap serotipe-serotiipe yang lain. Virus dengue menunjukan banyak karakteristik
yang sama dengan flavivirus lain, mempunyai genom RNA rantai tunggal yang dikelilingi oleh
nukleokapsid ikosahedral dan terbungkus oleh selaput lipid.4
Virion virus dengue mempunyai diameter kira-kira 50 nm. Genom flavivirus mempunyai
panjang kira-kira II kb ( kilo basses ), dan urutan genom lengkap dikenal untuk mengisolasi ke4
serotip, megkode untuk nukleokapsid atau protein ini ( c ), protein yang berkaitan dengan
membran ( m ), dan protein pembungkus ( e ), dan tujuh gen protein non struktural ( ns ).
Domain-domain bertanggung jawab untuk netralisasi, fusi dan interaksi denagn reseptor virus
berhubungan dengan protein pembungkus.4
6
Penyebaran penyakit Aedes Aegypti ini dibatasi oleh ketinggian. Nyamuk Aedes Aegypti
merupakan vektor yang paling efisien bagi virus-virus dengue yang merupakan kelompok
aerbovirus. Sebab nyamuk ini sangat antropofilik dan hidupnya dekat dengan manusia.4
Nyamuk Aedes Aegypti ini hidup berkembangbiak pada tempat-tempat penampungan air
bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah, seperti :
a. Bak Mandi / WC
b. Tempat Minuman Burung dalam sangkar
c. Air tandon
d. Air dalam Tempayan / gentong yang tidak ditutup rapat.
e. Kaleng-kaleng bekas yang dapat menampung air
f. Ban-ban bekas yang dapat menampung air
Di indonesia nyamuk Aedes Aegypti tersebarluas diseluruh pelosok tanah air baik dikota-
kota maupun didesa-desa, kecuali diwilayah yang ketinggiannya > 1000 m diatas permukaan air.
Perkembangan nyamuk Aedes Aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar
10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta memilih darah
manusia untuk mematangkan telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak bbisa menggigit atau
menghisap darah, melainkan hidup dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk Aedes
Aegypti betina berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan rata-rata 0,5 bulan, tergantung dari suhu
kelembapan udara disekelilingnya.4
Kemampuan terbang nyamuk ini berkisar antara 40-100 m dari tempat berkembang biaknya.
Tempat istirahat yang disukainya adalah benda-benda yang tergantung yang ada dirumah. Seperti
gorden, kelambu, dan baju atau pakaian dikamar yang gelap dan lembab.4
Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada musim hujan, dimana terdapat banyak genangan air
bersih yang dapt menjadi tempat berkembangnya nyamuk Aedes Aegypti. Selain nyamuk aedes
Aegypti,penyakit demam berdarah dapat ditularkan oleh nyamuk Ae Albopictus, yang kurang
berperan dalam menyebarkan penyakit demam berdarah, jika dibandingkan dengan nyamuk
Aedes Aegypti. Hai ini dikarena nyamuk Ae Albopictus hidup dan berkembang biak dikebun
atau semak-semak, sehingga lebih jarang kontak dengan manusia dibandingkan dengan nyamuk
Aedes Aegypti yang berada di dalam rumah manusia dan sekitar rumah.4
7
2.4 Patofisiologi
Fagositosis
Infeksi virus Aktivasi kompleks virus virus bereplikasi
dengue makrofag antibodi non di makrofag
netralisasi
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstra seluler.5
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah
viremiayang mengakibatkan penderita demam, sakit kepala, mual, nyeri sendi, dan otot-otot,
pegal-pegal pada seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie),hiperemis
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesarab limpa (splenomegali).5
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma,
terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi serta efusi dan renjatan. (syok)
Hemokosentrasi (peningkatan hemotokrit 20%) menunjukan atau menggambarkan
adanya kebocoran (pembesaran) plasma (plasma leakage) sehingga nilai hematokrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu pada penderita DHF sangat
dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen
hemokonsentrasi terjadi.5
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunujukan
kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan
dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak
mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Gangguan hematosis pada
DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia, dan gangguan
koagulasi.5
8
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir diseluruh alat tubuh,
seperti dikulit, paru, saluran pencernaan, dan koagulasi nekrosis pada daerah sentral atau para
sentral lobilus hati.5
2.5 Faktor Resiko
Secara garis besar kejadian DBD dipengaruhi oleh faktor individu (host), virus (agent)
yang dibawa oleh nyamuk dan epidemiologi. Faktor individu meliputi umur, jenis kelamin, ras,
status gizi, adanya infeksi lain dan respon penderita terhadap virus. Dari aspek epidemiologi
DBD dipengaruhi oleh banyaknya orang yang rentan terhadap DBD, kepadatan vektor, sirkulasi
virus dan endemisitas wilayah. Sedang faktor agent meliput keganasan (virulence) dan jenis
virus (serotype).4,5
Berkaitan dengan pengendalian nyamuk sebagai vektor pembawa virus dengue, terdapat
empat komponen yang mempengaruhi keberadaan nyamuk yaitu: jenis nyamuk (Aedes aegypti,
Aedes albopictus), perilaku manusia/host (kebiasaan menguras tempat penampungan air, kebiaan
menggantung pakaian), lingkungan fisik (tempat penampungan air, ketinggian tempat, iklim dan
tata guna tanah), lingkungan biologis (tanaman sekitar rumah, tanaman hias, pemeliharaan ikan)
dan lingkungan kimiawi (penggunaan pestisida dan abatisasi).4,5
Orang yang menguras tempat penampungan air dengan frekuens lebih dari seminggu
mempunyai kemungkinan terkena DBD 2,8 kali dibandingan dengan orang yang melakukan
pengurasan kurang dari seminggu sekali (95% Cl OR= 1,4-5,4) p = 0,002. Kebiasaan tidur siang
mempunyai kemungkinan menderita DBD 4,8 kali (95% Cl OR= 1,2-15,2) p = 0,044
a. Demam Dengue
Masa tunas berkisar antara 3-5 hari ( pada umumnya 5-8 hari ). Awal penyakit biasanya
mendadak, disertai gejala prodormal seperti nyeri kepala, nyeri berbagai bagian tubuh, anoreksia,
rasa mengigil & malaise. Dijumpai trias sindrom, yaitu demam tinggi, nyeri pada anggota badan,
dan timbulnya ruam ( rash ). Ruam timbul pada 6-12 jam sebelum suhu naik pertama kali, yaitu
pada hari sakit ke 3-5 berlangsung selama 3-4 hari. Ruam bersifat makulopapular yang
menghilang pada tekanan.Pada lebih dari separuh pasien, gejala klinis timbul dengan mendadak,
disertai kenaikan suhu, nyeri kepala hebat, nyeri dibelakang bola mata, punggung, otot, sendi dan
9
disertai rasa mengigil. Pada beberapa penderita dapat dilihat bentuk kurva suhu yang menyerupai
pelana kuda atau bifasik, tetapi pada penelitian selanjutnya bentuk kurva ini tidak ditemukan
pada semua pasien sehingga tidak dapat dianggap patognomonik.Kelainan darah tepi demam
dengue ialah leucopenia selama periode pra demam dandemam, neutrofilia relative dan
limfopenia, disusul oleh neutropenia relative dan limfositosis pada periode puncak penyakit dan
pada masa konvalesens.Eosinofil menurun atau menghilang pada permulaan dan pada puncak
penyakit, hitung jenis neutrofil bergeser ke kiri selama periode demam, sel plasma meningkat
pada periode memuncaknya penyakit dengan terdapatnya trombositopenia.Darah tepi
menjadi normal kembali dalam waktu 1 minggu.Komplikasi demam dengue walaupun jarang
dilaporkan ialah orkhitis atau ovaritis,keratitis, dan retinitis. Berbagai kelainan neurologis
dilaporkan, diantaranya menurunnyakesadaran, paralisis sensorium yang bersifat sementara,
meningismus, dan ensefalopati. Diagnosis banding mencakup berbagai infeksi virus (termasuk
chicungunya), bakteria dan parasit yang memperlihatkan sindrom serupa. Menegakkan diagnosis
klinis infeksi virus dengue ringan adalah mustahil, terutrama pada kasus-kasus sporadic.6
Klinis:
1) Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.
2) Manifestasi perdarahan, minimal uji turniket positif dan salah satu bentuk perdarahan
lain (petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi), hemetemesis dan
ataumelena.
3) Pembesaran hati
4) Syok yang ditandai oleh nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun
(≤20mmHg ), tekanan darah menurun ( tekanan sistolik≤80 mmHg ) disertai kulit
10
yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien
menjadigelisah, dan timbul sianosis di sekitar mulut.
Laboratorium:Trombositopenia (≤ 100.000 / ul ) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat
dari peningkatannilai Ht ≥ 20% dibandingkan dengan nilai hematokrit pada masa sebelum sakit
atau masa konvalesen. Ditemukannya 2 atau 3 patokan klinis pertamai disertai trombositopenia
dan hemokonsentrasi sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DBD.
WHO ( 1975 ) membagi derajat penyakit DBD dalam 4 derajat:
Derajat I : demam tidak khas, uji Tourniquet positif
Derajat II : derajat I + perdarahan spontan
Derajat III : kegagalan sirkulasi (gelisah, nadi cepat & lembut, tekanan darah turun ≥
20mmHg,hipotensi, sianosis, akral dingin & lembab)
Derajat IV : syok berat, nadi tak teraba, tek.darah tak terukur
11
2.8 Derajat Penyakit DBD
Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksi Virus Dengue
2.9 Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan
plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan.Pasien
DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat diruang perawatan biasa, tetapi pada
kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif.6
2.10 Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu
nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode yang tepat, yaitu :6
12
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
Sebagai contoh:
Menguras bak mandi/penampungan air, sekurang-kurangnya sekali seminggu.
Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan lain
sebagainya.
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan
jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).
3. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk
mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti,
gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup,
menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan
pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang
kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk,
memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.6
Duvall ( 1985) menyatakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan
oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota.
13
Undang-Undang No.10 tahun 1992 menyatakan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anak atau ayah, ibu dan anak. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (1998) menyebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari
suatu masyarakat yang tediri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan
tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.5,9
Tugas kesehatan keluarga dalam upaya pencegahan dan penanggulangan DBD adalah
keluarga pertama kli harus mampu mengenal masalah yang berkaitan dengan penyakit DBD,
keluarga dapat mengenal masalah DBD dengan beberapa cara seperti penyuluhan dari petugas
kesehatan, informasi dari majalah ataupun peran aktif keluarga untuk mencari tahu informasi
mengenai DBD. Kesadaran akan tumbuh pada tiap anggota keluarga untuk melakukan tindakan
pencegahan terhadap DBD jika keluarga sudah dapat mengenal masalah kesehatan yang
berhubungan dengan DBD begitupun dalam penanggulangan penyakit ini.5,9
Tugas kesehatan keluarga yang terakhir adalah keluarga harus dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada untuk membantu anggota keluarganya yang terkena DBD.
Pemerintah Indonesia telah membebaskan biaya untuk pasien DBD, jika tidak ada alasan bagi
keluarga untuk tidak membawa anggotanya keluarganya yang terkena DBD karena penyakit ini
akan menimbulkan kematian yang sangat cepat jika penderitanya tidak dibawa ke rumah sakit
dengan segera.5,9
14
Perilaku keluarga yang dimaksud dalam pencegahan DBD adalah keterlibatan semua
anggota keluarga baik tanggung jawab secara mental dan emosional. Pengelolaan sarana yang
diadakan agar tetap terjamin dan terpelihara sehingga tidak menjadi tempat perkembangbiakan
vektor penyakit DBD. Maironah (2005) dan Yatim (2001) mengatakan bahwa dalam melakukan
pencegahan DBD keluarga perlu memerlukan beberapa metode yang tepat diantaranya:
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa cara yang paling efektif dalam pencegahan
dan penanggulangan DBD adalah dengan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk yaitu
menguras, menutup dan mengubur serta tindakan lainnya seperti memberikan bubuk abate,
memasang obat nyamuk, dan melakukan pemeriksaan jentik berkala.6
15
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Anamnesis
Identitas Pasien
Nama : A.Y
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 29 mei 2012
Usia : 4 tahun 4 bulan
Agama : islam
Alamat : JL. Bonto Duri 2
Pekerjaan :-
Masuk puskesmas : 10 oktober 2016
Identitas keluarga
16
Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan
Tidak ada
Riwayat alergi : tidak ada
Riwayat minum obat : belum pernah minum obat sebelumnya.
B. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : lemas
Kesadaran : composmentis
Tanda vital
Nadi : 120 x/menit, regular
RR : 30 x / menit
Suhu : 38,6 °C
Pemeriksaan status generalis :
Anemia (-) Telinga : otore (-)
Cyanosis (-) Mata : cekung (-)
Tonus : baik Hidung : Rhinore (-)
Ikterus (-) Bibir : kering (-)
Turgor : Baik Lidah : kotor (-)
Busung (-) Sel. Mulut : stomatitis (-)
Kepala : tampak membesar Leher : Kaku kuduk (-)
Muka : simetris kiri dan kanan Kulit : vena nampak jarang
Rambut : hitam halus, tidak mudah Tenggorok : hiperemis (-)
di cabut
Ubun ubun besar: menutup (-)
Thorax Jantung
Inspeksi : Inspeksi:
Simetris kiri dan kanan Ictus cordis tampak
Retraksi dinding dada (-) Palpasi :
Perkusi: Ictus cordis tidak teraba
17
Sonor kiri dan kanan Perkusi :
Auskultasi Batas kiri : linea midclavicularis
Bunyi Pernapasan : vesikuler sinistra
Bunyi tambahan: Rh -/- Whz -/- Batas kanan : line parasternalis
dextra
Batas atas ICS III sinistra
Auskultasi :
Bunyi Jantung I dan II regular
Bising jantung (-)
Abdomen
C. Diagnosis
Diagnosis : DBD
18
D. Usulan pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan di puskesmas Jongaya terhadap kasus DBD
ialah
- Lab : trombosit 58.000
O: 1/80
H: 1/80
NS 1 Ag: (+)
E. Penatalaksanaan
i. Farmakologis
Paracetamol syr 2x1 cth
Amoxicillin syr 3x ¾ cth
ii. Anjuran
Istirahat cukup
Banyak minum air
Biasakan tidur menggunakan lotion anti nyamuk
Makan makanan bergizi untuk meningkatkan imunitas
F. Pencegahan
Rajin menguras bak mandi minimal seminggu sekali
Menutup rapat wadah penampungan air
Mengubur kaleng-kaleng bekas
Hindari menggantung pakaian yang menjadi tempat persembunyian nyamuk
Pasien di rujuk ke rumah sakit labuang baji pada tanggal 12 oktober 2016 untuk
mendapatkan penangan selanjutnya
19
G. Follow up
20
15/01/2016 KU: membaik IVFD K3B 28 tpm
N : 136x/menitS : S: Demam tadi pagi, muntah (-),kejang (-), nyeri Paracetamol syr 3x1 cth
P : 32x/menit perut berkurang, BAK lancar, nafsu makan Elkana syr 2x1 cth
S : 36,8°C kurang, anak malas minum
O: Paru : Bronchovesikuler Rh-/- Whz-/-
CV : BJ I/II murni reguler
Abd : Peristaltik (+) kesan normal
Met: Ikterus (-), edema (-)
A: DBD
16/10-/2016 KU: membaik IVFD K3B 28 tpm
N : 128x/menitS : demam(-), muntah (-),kejang (-), nyeri perut Paracetamol syr 3x1 cth
P : 30x/menit berkurang, BAK lancar, nafsu makan kurang, Elkana syr 2x1 cth
S : 36,6°C anak malas minum
O: Paru : Bronchovesikuler Rh-/- Whz-/-
CV : BJ I/II murni reguler
Abd : Peristaltik (+) kesan normal
Met: Ikterus (-), edema (-)
A: DBD
21
17/10-/2016 KU: membaik Aff infuse
N : 120x/menitS : demam(-), muntah (-),kejang (-), nyeri perut Paracetamol syr 3x1 cth
P : 28x/menit berkurang, BAK lancar, nafsu makan kurang, Elkana syr 2x1 cth
S : 36,5°C anak malas minum
O: Paru : Bronchovesikuler Rh-/- Whz-/-
CV : BJ I/II murni reguler
Abd : Peristaltik (+) kesan normal
Met: Ikterus (-), edema (-)
A: DBD
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Penegakan diagnosis pada pasien ini berdasarkan anamnesis secara holistic yaitu, aspek
personal, aspek klinik, aspek resiko internal, dan aspek resiko eksternal serta pemeriksaan
penunjang dengan melakukan pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnosis holistik.
a.Anamnesis
Aspek Personal
Pasien masuk ke Puskesmas jongaya diantar oleh ibunya dengan keluhan demam sejak
tadi malam, terus menerus dan kadang mengigil. Selain itu pasien juga muntah dengan
frekuensi 5x berupa air dan makanan. Nyeri kepala ada, , dan kadang-kadang sesak. Nyeri
perut ada, Kejang (-), buang air besar baik dan buang air kecil lancar, nafsu makan menurun.
Riwayat dalam keluarga menderita penyakit yang sama tidak ada, riwayat alergi tidak ada,
riwayat penyakit sebelumnya tidak ada, dan riwayat minum obat tidak ada.
Aspek Klinik
23
Aspek Faktor Resiko Eksternal.
Keluarga tidak mengetahui bila ada teman ataupun orang lain di sekitar rumah
pasien yang menderita demam berdarah
Derajat Fungsional
Pasien masih dalam masa kanak-kanak dan sedang mengenyam pendidikan taman
kanak-kanak (TK)
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksan fisik pada saat di puskesmas jongaya yaitu keadaan umum lemas,
kesadaran komposmentis, tanda vital: nadi 120 x/menit, regular, pernapasan 30 x / menit,
dan suhu 38,6 °C
Pemeriksaan fisik pada saat di rumah sakit labuang baji yaitu keadaan umum
lemas, kesadaran komposmentis, tanda vital: tekanan darah 90/60 mmhg, nadi
132x/menit, pernapasan 48x/menit, dan suhu 38,3 °C
c. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan penunjang yang dilakukan di puskesmas jongaya yaitu lab: trombosit
58.000, widal tes: O 1/80, H: 1/80, dan pemeriksaan NS 1 Ag positif
- Pemeriksaan penunjang yang dilakukan di rumah sakit labuang baji yaitu pada tanggal
12 oktober 2016, lab darah rutin: leukosit 4,0, eritrosit 5,60, haemoglobin 13,9,
hematokrit 42,4, trombosit 83.000
- Pemeriksaan penunjang yang dilakukan di rumah sakit labuang baji yaitu pada tanggal
14 oktober 2016, lab darah rutin: leukosit 6,7, eritrosit 5,45, haemoglobin 13,3,
hematokrit 39,5, trombosit 19.000
- Pemeriksaan penunjang yang dilakukan di rumah sakit labuang baji yaitu pada tanggal
17 oktober 2016, lab darah rutin: leukosit 8,5, eritrosit 4,75, haemoglobin 11,5,
hematokrit 35,4, trombosit 186.000
d. Diagnosis
Demam berdarah dengue
24
e. Penatalaksanaan
penanganan yang diberikan pada saat di puskesmas jongaya yaitu paracetamol syr 2x1
cth, amoxicillin 3x3/4
penanganan yang diberikan di rumah sakit labuang baji yaitu berupa IVFD K3B: 200cc
28 tetes per menit, paracetamol syr 3x1 cth, elkana Cl syr 2x1 cth. Kemudian pasien
dirawat di rumah sakit sekitar 1 minggu dan diberikan obat pulang berupa paracetamol
syr 3x1 cth, elkana Cl syr 2x1 cth.
f. Pencegahan
1. Rajin menguras bak mandi minimal seminggu sekali
2. Menutup rapat wadah penampungan air
3. Mengubur kaleng-kaleng bekas
4. Hindari menggantung pakaian yang menjadi tempat persembunyian nyamuk
5. Menggunakan kelambu dan lotion anti nyamuk ketika tidur
6. Lakukan larvasidasi, yaitu menambahkan bubuk jentik (abate 1G altosid, 1,3 G dan
sumilarv 0,5 G) di tempat-tempat yang sulit dikuras atau didaerah yang sulit air
Ayah
Umur : 40 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
25
Ibu
Umur : 29 Tahun
Profil Keluarga
Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya serta satu kakak laki-laki dan satu
adik perempuan, yang merupakan keluarga inti. Selain itu, mereka tinggal bersama nenek
dan saudara tiri pasien. Ayah bekerja sebagai buruh dan Ibu bekerja sebagai ibu rumah
tangga dan untuk menambah penghasilan, ibu pasien juga bekerja sebagai cleaning
service di puskesmas jongaya. Dalam rumah tersebut ada 7 orang personil dalam rumah
tersebut. Anggota keluarga yang lain tidak ada yang menderita ataupun pernah menderita
DBD.
Keadaan rumah yang ditinggali pasien kurang bersih. Di lantai bawah terdapat tiga kamar
tidur, satu ruang tamu serta dapur, dimana letak dapur rumah pasien bersebelahan dengan
kamar mandi. Peralatan rumah tangga cukup lengkap, tetapi pengaturannya kurang baik.
Ventilasi di rumah pasien juga kurang baik, sehingga sirkulasi udara yang masuk tidak
berjalan baik. Selain itu Masih banyak terdapat pakaian yang digantung sehingga
memungkinkan nyamuk beristirahat. Karena situasi memasuki musim penghujan,
padatnya sekitaran rumah dan rumah menghadap ke belakang sehingga rumah pasien
memiliki pencahayaan yang kurang. Riwayat penyakit keluarga, tidak ada riwayat
penyakit DBD di dalam keluarga atau penyakit lainnya yang berhubungan dengan
kelainan darah.
Pola konsumsi keluarga tersebut cukup baik sesuai dengan apa yang dibutuhkan,
yaitu dengan mengkonsumsi makanan bergizi seperti nasi, telur, ikan, tahu, tempe,dan
sayur secara rutin.
26
Lingkungan
Lingkungan sekitar rumah cukup padat dan lembab disebabkan sekitar rumah
berada dalam gang yang sempit dan mendapatkan pencahayaan yang kurang
Dalam kesehariannya, diketahui bahwa pola prilaku keluarga dan pasien sendiri terhadap
nyamuk kurang baik, hal ini dapat dinilai dengan
27
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus DBD yang dilakukan di Puskesmas Jongaya mengenai
kedokteran keluarga, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang dilakukan, maka pasien atas nama
A.Y menderita demam berdarah dengue
2. Kondisi rumah pasien nampak sanitasi yang kurang dan kelembaban yang tinggi serta
pencahayaan yang kurang
3. Kurangnya pengetahuan tentang bahaya dari demam berdarah dengue serta cara
mencegah demam berdarah dengue
Saran
1. Kepada anak yang menderita DBD agar selalu menjaga kesehatan dan pola makan
yang baik untuk meningkatkan imunitas pasien.
2. Sebaiknya peranan keluarga dalam memelihara kesehatan dan lingkungan sehat lebih
ditingkatkan lagi dalam upaya pencegahan DBD terutama pada keluarga dengan
anak yang menderita DBD.
3. Sebaiknya dilakukan pencegahan penyakit DBD disekitar wilayah kerja puskesmas
dengan lebih intensif, terutama saat musim hujan.
4. Promosi kesehatan kepada masyarakat di wilayah kerja puskesmas berkaitan dengan
gaya hidup, sanitasi dan lingkungan sekitar akan sangat membantu dalam
penanggulangan penyakit DBD.
5. Pemerintah setempat sebaiknya memberikan perhatian lebih terhadap masyarakat
yang tinggal di wilayah-wilayah yang rentan terhadap serangan penyakit DBD.
28
LAMPIRAN
29
Gambar 3. Kamar tidur nenek pasien
30
Gambar 5. Dapur beserta kamar mandi
31
DAFTAR PUSTAKA
32