Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan zaman yang semakin berkembang sangat mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan, khususnya gaya hidup sebagian masyarakat. Hal ini dapat
dilihat dengan semakin bergesernya nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru.
Menghadapi tantangan ini, sebagian masyarakat yang sangat peduli terhadap
perubahan tersebut tidak ingin ketinggalan dan akan berusaha mengimbangi
perubahan tersebut. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan belajar.
Masyarakat perlu belajar tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia agar
dapat mengaplikasikan dirinya dengan baik di dalam kehidupan. Salah satu
psikolog yang terkenal dengan teori pembelajaran adalah Albert Bandura.
Menurut Bandura, proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain
sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku
manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara
kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu
sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Teori belajar ini juga
dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dalam keadaan
atau lingkungan sebenarnya.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis menjabarkan tentang teori belajar
sosial oleh Albert Bandura. Untuk lebih spesifiknya maka penulis
mendeskripsikan siapakah Albert Bandura, bagaimana kajian teoritis tentang
teori belajar sosial, apa kelebihan dan kekurangan teori belajar sosial, dan
aplikasi teori belajar sosial. Dengan pendeskripsian tersebut maka kita akan
mengetahui lebih lanjut mengenai teori belajar sosial Albert Bandura.

1.2 Tujuan
1
1. Memahami pengertian belajar sosial
2. Memahami teori belajar sosial
3. Mengetahui eksperimen Albert Bandura
4. Memahami jenis-jenis dari permodelan
5. Memahami kelebihan dan kelemahan teori belajar sosial Bandura
6. Memahami aplikasi teori belajar sosial dalam kehidupan sehari - hari

1.3 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan belajar sosial?
2. Bagaimanakah teori belajar sosial itu?
3. Bagaimana eksperimen Albert Bandura?
4. Apa jenis-jenis dari permodelan?
5. Apa kelemahan dan kelebihan teori belajar sosial Bandura?
7. Apa saja aplikasi teori belajar sosial dalam kehidupan sehari – hari?

BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Pengertian Belajar Sosial
1. Belajar
Hamalik berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan
tingkah laku berkat pelatihan dan pengalaman. Belajar merupakan suatu
proses dan bukan semata-mata hasil yang hendak dicapai.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia ditulis bahwa “ belajar:
“berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu” Dari arti atau defenisi maka
belajar merupakan suatu
kegiatan atau aktivitas.

2. Sosial
Menurut Lewis sosial adalah sesuatu yang dicapai, dihasilkan dan
ditetapkan dalam interaksi sehari-hari antara warga negara dan
pemerintahannya.
Menurut Peter Herman Sosial adalah sesuatu yang dipahami sebagai
suatu perbedaan namun tetap merupakan sebagai satu kesatuan. Jadi sosial
arti sempitnya berarti kemasyarakatan, dimana sosial adalah keadaan dimana
terdapat kehadiran orang lain. Kehadiran itu bisa nyata anda lihat dan anda
rasakan, namun juga bisa hanya dalam bentuk imajinasi. Setiap anda bertemu
orang meskipun hanya melihat atau mendengarnya saja, itu termasuk situasi
sosial. Begitu juga ketika anda sedang menelpon, atau chatting (ngobrol)
melalui internet.

3. Belajar Sosial
Berdasarkan kedua kesimpulan diatas maka belajar sosial adalah suatu
proses tingkah laku dimana kita mengamati, bahkan meniru suatu pola
3
perilaku orang lain (masyarakat) yang awalnya tidak tahu menjadi tahu.
Menurut Alex Sobur (2003) sendiri Belajar sosial adalah belajar yang
bertujuan memperoleh ketrampilan dan pemahaman terhadap masalah-
masalah sosial, penyesuaian terhadap nilai-nilai sosial dan sebagainya.
Termasuk belajar jenis ini misalnya belajar memahami masalah keluarga,
masalah penyelesaian konflik antar etnis atau antar kelompok, dan masalah-
masalah lain yang bersifat sosial
Menurut Alex Sobur (2003) sendiri Belajar sosial adalah belajar yang
bertujuan memperoleh ketrampilan dan pemahaman terhadap masalah-
masalah sosial, penyesuaian terhadap nilai-nilai sosial dan sebagainya.
Termasuk belajar jenis ini misalnya belajar memahami masalah keluarga,
masalah penyelesaian konflik antar etnis atau antar kelompok, dan masalah-
masalah lain yang bersifat sosial.

2.2 Teori Belajar Sosial

Albert Bandura lahir pada 4 Desember 1925 di


Mundare, kota kecil di Alberta, Canada. Dia mendapat
gelar B.A. dari University of British Columbia,
kemudian M.A. pada 1951, dan Ph.D. pada 1952 dari
University of Iowa. Dia ikut magang pascadoktoral di
Wichita Guidance Center pada 1953 dan kemudian
bergabung di Stanford University. Pada 1969-1970 dia
sempat di Center for the Advanced Study in
Behavioral Sciences. Bandura kini menjabat sebagai David Starr Jordan
Professor of Social Science di Fakultas Psikologi Universitas Stanford.
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (social
learning theory), salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan
pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman dan evaluasi. Albert
Bandura menjabat sebagai ketua APA (American Psychological Association)
4
pada tahun 1974 dan pernah dianugerahi penghargaan Distinguished Scientist
Award pada tahun 1975.Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert
Sears dan belajar tentang pengaruh keluarga dengan tingkah laku sosial dan
proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mulai meneliti tentang agresi
pembelajaran sosial dan mengambil Richard Walters, muridnya yang pertama
mendapat gelar doktor sebagai pekerja di makmalnya. Bagi Bandura, walaupun
prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah
laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau
ditolak oleh paradigma behaviorisme.
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social (Social
Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan
pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang
psikologi yang terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta
efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang
menunjukkan anak-anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa
disekitarnya.

Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert
Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta faktor pelaku
memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi
atau penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, faktor sosial mencakup
pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya. Albert Bandura merupakan
salah satu peracang teori kognitif social. Menurut Bandura ketika siswa belajar
mereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara
kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri
dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person / kognitif dan lingkungan.

5
Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor
lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor
person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punya
kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen.
Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan
kecerdasan.
Teori Belajar Sosial (Social Learning) oleh Bandura menekankan bahwa
kondisi lingkungan dapat memberikan dan memelihara respon-respon tertentu
pada diri seseorang. Asumsi dasar dari teori ini yaitu sebagian besar tingkah laku
individu diperoleh dari hasil belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang
ditampilkan oleh individu–individu lain yang menjadi model. Bandura
menyatakan bahwa orang belajar banyak perilaku melalui peniruan, bahkan tanpa
adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang diterima. Kita bisa meniru
beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model, dan
akibat yang ditimbulkannya atas model tersebut. Proses belajar semacam ini
disebut "observational learning" atau pembelajaran melalui pengamatan. Selama
jalannya observational learning, seseorang mencoba melakukan tingkah laku
yang dilihatnya dan reinforcement / punishment berfungsi sebagai sumber
informasi bagi seseorang mengenai tingkah laku mereka.

6
Teori belajar sosial ini menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang
berkembang melalui proses pengamatan, di mana orang belajar melalui observasi
atau pengamatan terhadap perilaku orang lain terutama pemimpin atau orang
yang dianggap mempunyai nilai lebih dari orang lainnya. Istilah yang terkenal
dalam teori belajar sosial adalah modeling (peniruan). Modeling lebih dari
sekedar peniruan atau mengulangi perilaku model tetapi modeling melibatkan
penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggeneralisir
berbagai pengamatan sekaligus melibatkan proses kognitif.
Menurut Bandura (1986) mengemukakan empat komponen dalam proses
belajar meniru (modeling) melalui pengamatan, yaitu:
1. Atensi / Memperhatikan
Sebelum melakukan peniruan terlebih dahulu, orang menaruh perhatian
terhadap model yang akan ditiru. Keinginan untuk meniru model karena
model tersebut memperlihatkan atau mempunyai sifat dan kualitas yang hebat,
yang berhasil, anggun, berkuasa dan sifat-sifat lain. Dalam hubungan ini
Bandura memberikan contoh mengenai pengaruh televisi dengan model-
modelnya terhadap kehidupan dalam masyarakat, terutama dalam dunia anak-
anak.
Keinginan memperhatikan dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan dan
minat-minat pribadi. Semakin ada hubungannya dengan kebutuhan dan
minatnya, semakin mudah tertarik perhatiannya; sebaliknya tidak adanya
kebutuhan dan minat, menyebabkan seseorang tidak tertarik perhatiannya.

2. Retensi / Mengingat
Setelah memperhatikan dan mengamati suatu model, maka pada saat lain
anak memperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model tersebut. Anak
melakukan proses retensi atau mengingat dengan menyimpan memori
mengenai model yang dia lihat dalam bentuk simbol-simbol. Bandura
mengemukakan kedekatan dalam rangsang sebagai faktor terjadinya asosiasi
7
antara rangsang yang satu dengan rangsang yang lain bersama-sama.
Timbulnya satu ingatan karena ada rangsang yang menarik ingatan lain untuk
disadari karena kualitas rangsang-rangsang tersebut kira-kira sama atau
hampir sama dan ada hubungan yang dekat.
Bentuk simbol-simbol yang diingat ini tidak hanya diperoleh berdasarkan
pengamatan visual, melainkan juga melalui verbalisasi. Ada simbol-simbol
verbal yang nantinya bisa dtampilkan dalam tingkah laku yang berwujud.
Pada anak-anak yang kekayaan verbalnya masih terbatas, maka kemampuan
meniru hanya terbatas pada kemampuan mensimbolisasikan melalui
pengamatan visual.

3. Memproduksi gerak motorik


Supaya bisa mereproduksikan tingkah laku secara tepat, seseorang harus
sudah bisa memperlihatkan kemampuan=kemampuan motorik. Kemampuan
motorik ini juga meliputi kekuatan fisik. Misalnya seorang anak mengamati
ayahnya mencangkul di ladang. Agar anak ini dapat meniru apa yang
dilakukan ayahnya, anak ini harus sudah cukup kuat untuk mengangkat
cangkul dan melakukan gerak terarah seperti ayahnya.

4. Ulangan – Penguatan dan motivasi


Setelah seseorang melakukan pengamatan terhadap suatu model, ia akan
mengingatnya. Diperlihatkan atau tidaknya hasil pengamatan dalam tingkah
laku yang nyata, bergantung pada kemauan atau motivasi yang ada. Apabila
motivasi kuat untuk memperlihatkannya, misalnya karena ada hadiah atau
keuntungan, maka ia akan melakukan hal itu, begitu juga sebaliknya.
Mengulang suatu perbuatan untuk memperkuat perbuatan yang sudah ada,
agar tidak hilang, disebut ulangan – penguatan. Dalam tumbuh kembang anak,
teori ini sangat berguna sebagai bentuk acuan pembelajaran yang tepat untuk
anak. Orang tua, guru, atau pihak-pihak lain dapat mengoptimalkan tumbuh
8
kembang anak dengan menerapkan teori ini. Mereka dapat lebih memahami
tindakan apa yang pantas atau tidak untuk ditunjukkan kepada anak sebagai
bentuk pembelajaran dan pembentukan pola tingkah laku diri.

2.3 Eksperimen Albert Bandura (Studi Boneka Bobo Klasik)


Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan Bandura (1965) mengilustrasikan
bagaimana pembelajaran dapat dilakukan hanya dengan mengamati model yang
bukan sebagai penguat atau penghukum. Dalam eksperimen ini, anak – anak
meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Eksperimen ini
juga mengilustrasikan perbedaan antara pembelajaran dan kinerja (performance).
Sejumlah anak taman kanak-kanak secara acak ditugaskan utuk melihat tiga film
dimana ada seseorang (model) sedang memukuli boneka plastik seukuran orang
dewasa yang dinamakan boneka Bobo.

Dalam film pertama, penyerangnya diberi permen, minuman ringan dan


dipuji karena melakukan tindakan agresif. Dalam film kedua, si penyerang
ditegur dan ditampar karena bertindak agresif. Dalam film ketiga, tidak ada
konsekuensi atas si penyerang boneka. Kemudian masing-masing anak dibiarkan
sendiri berada di ruangan penuh mainan, termasuk boneka Bobo. Perilaku anak
diamati melalui cermin satu arah. Anak yang menonton film dimana perilaku
penyerang diperkuat atau tidak dihukum apapun lebih sering meniru tindakan
model ketimbang anak yang menyaksikan si penyerang dihukum. Seperti yang
diduga, anak lelaki lebih agresif ketimbang anak perempuan. Namun, poin

9
penting dalam studi ini adalah bahwa pembelajaran observasional terjadi sama
ekstensifnya baik itu ketika perilaku agresif diperkuat maupun tidak diperkuat.
Poin penting kedua dalam studi ini difokuskan pada perbedaan antara
pembelajaran dan kinerja. Karena murid tidak melakukan respons bukan berarti
mereka tidak mempelajarinya. Dalam sudi Bandura, saat anak diberi insentif
(dengan stiker atau jus buah) untuk meniru model, perbedaan dalam perilaku
imitatif anak dalam tiga kondisi itu hilang. Bandura percaya bahwa ketika anak
mengamati perilaku tetapi tidak memberikan respons yang dapat diamati, anak
itu mungkin masih mendapatkan respons model dalam bentuk kognitif.
Studi ini menarik karena ia menunjukkan bahwa perilaku anak dipengaruhi
oleh pengalaman tak lansung atau pengalaman pengganti. Dengan kata lain, apa
yang mereka lihat dilakukan atau dialami orang lain akan mempengaruhi
perilaku mereka. Anak-anak di kelompok pertama mendapatkan penguatan dari
pengamatan (vicarious reinforcement) dan mereka difasilitasi untuk keagresifan
mereka. Sedangkan anak-anak di kelompok kedua mendapatkan ancaman
pengamatan (vicarious punishment), dan mereka dihalangi perilaku agresifnya.
Meskipun anak-anak tidak mendapatkan pengalaman penguatan maupun
ancaman secara langsung, mereka memodifikasi perilakunya secara sama
(Hergenhahn dan Olson, 1997).

2.4 Jenis-jenis Permodelan


1. Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran
social Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling ,
yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu
melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan. Meniru
tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh :
Meniru gaya penyanyi yang disukai.

10
2. Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara
tidak langsung. Contoh : Meniru watak yang dibaca dalam buku,
memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.

3. Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang
berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh : Pelajar meniru
gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.

4. Peniruan Sesaat / seketika.


Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja. Contoh :
Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.

5. Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.
Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.

2.5 Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Sosial Bandura


1. Kelebihan
1. Mereduksi atau mengeliminasi hambatan
Belajar observasi melalui model ini, bisa menghilangkan hambatan
yang dialami oleh seseorang. Misalnya, seseorang sangat takut akan ular.
Dengan proses pengamatan terhadap model yang dengan mudah
memegang dan menyentuh ular. Si pengamat akan berpendapat bahwa
ular bukan merupakan hewan yang terlalu menakutkan, dan hasil yang

11
didapatkan bahwa si pengamat mulai belajar untuk tidak takut terhadap
ular.
2. Mengajarkan keahlian baru.
Dengan mengamati model, si pengamat dapat memperoleh kehalian
baru, dengan cukup mengamati.
3. Menghambat respons.
Melihat model mendapatkan ganjaran hukuman atas perbuatan yang
dilakukannya, dapat membuat respons si pengamat terhadap situasi yang
sama menjadi terhambat
4. Memfasilitasi respons.
Memfasilitasi disini berupa dengan proses pengamatan yang
dilakukan dapat meningkatnya kemungkinan si pengamat untuk
melakukan respon yang sama.
5. Mengajarkan kreatifitas
Mengajarkan kreatifitas ini dapat dilakukan dengan cara
menunjukkan kepada pengamat beberapa model yang menyebabkan
pengamatan mengadopsi kombinasi berbagai karakteristik atau gaya.
6. Mengajarkan kaidah dan aturan umum.
Penggunaan modeling, tidak selalu memicu imitasi dari pengamat.
Pengamat bisa mempelajari apa kaidah atau prinsip yang dicontohkan
dalam berbagai pengalaman modeling, kemudian prinsip dan kaidah yang
telah dipahami bisa dipaki secara efektif untuk memecahkan problem
yang berbeda dari situasi sebelumnya.. dalam prosesnya, pengamat harus
mengamati berbagai macam situasi yang memilki kaidah atau prinsip
yang sama, mengambil inti sari kaidah atau prinsip dari berbagai
penglaman berbeda, lalu menggunakan kaidah atau prinsip itu dalam
situasi yang baru dan berbeda.
7. Menekankan pentingnya penelitian empiris

12
Dalam mempelajari perkembangan anak – anak, penelitian ini
berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak
dilihat dari faktor sosial dan kognitifnya.

2. Kelemahan Teori Belajar Sosial Albert Bandura


Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan
dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah
mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut
memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya
dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian
individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah
laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam
masyarakat.

2.6 Contoh Aplikasi Teori Belajar Sosial


Bandura menyatakan bahwa seseorang dapat belajar dari pengalaman tak
langsung atau pengalaman pengganti dan belajar dengan mengamati konsekuensi
dari perilakunya sendiri.Bandura mendefenisikan model sebagai segala sesuatu
yang menyampaikan informasi. Jadi koran, majalah, televisi, dan sebagainya
merupakan model. Dan tentu saja informasi berita yang disampaikan dapat
membawa pengaruh positif maupun dapat memunculkan proses kognitif yang
salah pada individu. Bandura menyatakan bahwa anak-anak dan orang dewasa
mendapatkan sikap, emosi tanggapan, dan gaya baru melalui modeling.
Contoh aplikasi teori belajar Bandura adalah ketika seorang anak belajar
untuk mengendarai sepeda. Ditahap perhatian, si anak akan tertarik mengamati

13
para pengendara sepeda dibanding dengan orang yang melakukan aktifitas lain
yang dia anggap kurang menarik. Oleh karena itu, ia akan mengamati bagaimana
seseorang mengayuh sepeda. Selanjutnya pada tahap penyimpanan dalam ingatan
si anak akan tersimpan bahwa bersepeda itu menyenangkan dan suatu saat jika
waktunya tepat ia akan meminta ayahnya (semisal) untuk mengajarinya
mengendarai sepeda. Semuanya itu kemudian dilaksanakan pada tahap
reproduksi di mana si anak kemudian benar-benar belajar mengendarai sepeda
bersama sang ayah. Ketika anak itu sudah berhasil, di sinilah tugas sang ayah
untuk memberi reward sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan sang anak
sekaligus merupakan tahap motivasi.Beberapa contoh lain dijelaskan dalam poin-
poin berikut:

 Iklan mie instan, di iklan tersebut diperlihatkan seseorang yang sedang


melihat orang lain makan mie instan dengan nikmatnya, membuatnya pada
akhirnya makan mie instan yang sama.
 Melihat kecelakaan di konser sebuah band nasional yang mengakibatkan
seseorang meninggal, seorang pemudi yang tadinya hendak menonton konser
band tersebut di kotanya menggagalkan niatnya.
 Iklan sebuah pasta gigi memperlihatkan seorang anak yang meniru kebiasaan
ayahnya makan, ribut sendiri karena menonton bola, dan cara ayahnya
menggosok gigi.
 Seorang balita yang kecanduan rokok dan berkata kasar karena lingkungan
(orang-orang dewasa) sekitar terbiasa merokok dan berkata kasar.
 Seorang anak melompat dari lantai 4 sebuah rumah susun dengan
menggunakan seprai setelah melihat film superhero.
 Sosialisasi penggunaan helm dan mengendarai motor yang baik menggunakan
suatu film pendek yang mengilustrasikan seorang pemuda yang naik motor
ugal-ugalan dan tidak memakai helm, berakibat fatal; kaum muda yang
melihatnya menggunakan helm dan berkendara aman tak hanya untuk
menghindari ditilang polisi, tetapi untuk mengamankan dirinya.

14
 Serangkaian novel yang bercerita tentang percintaan vampir dengan manusia
menjadi bestseller, memacu penulis lain untuk menulis novel-novel yang
bercerita tentang percintaan vampir-manusia.
 Seorang selebritis mulai berkecimpung di dunia politik, menambah
kesuksesannya, selebritis lain juga akhirnya banyak yang terjun ke dunia
politik.
 Belakangan ini, ada aktor/aktris yang mencoba peruntungan di dunia tarik
suara, dan cukup sukses. Melihat hal ini banyak aktor/aktris lain yang mulai
ikut-ikutan terjun di dunia tarik suara.

BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Teori Pembelajaran Sosial Bandura merupakan teori yang menjelaskan
mengenai hubungan antara tingkah laku, person/kognitif, dan lingkungan dimana
seseorang berada. Ketiga aspek ini memiliki hubungan timbal balik dan sangat
berpengaruh terhadap pembentukan pola perilaku pada anak. Teori ini
mengemukakan bahwa pola perilaku yang ditunjukkan oleh seorang anak
merupakan representatif dari perilaku orang dewasa yang berada di
sekelilingnya.
Pola perilaku pada anak terjadi dari hasil observation (pengamatan),
imitation (meniru), dan modeling. Proses pembentukan pola perilaku pada anak

15
meliputi atensi, retensi, reproduksi gerak, dan motivasi. Dengan pemahaman
pada konsep teori ini, kita dapat melakukan pembelajaran sosial yang tepat pada
anak sehingga dapat mendukung optimalisasi proses tumbuh kembang pada
anak.

3.2 Saran
Saran yang ingin kami sampaikan adalah bahwa kita sebagai pembelajar
maupun yang nantinya akan menjadi model (contoh), hendaknya bersikap
mengikuti sikap dan perilaku orang lain yang baik. Kita harus selektif dalam
menirukan karena kita akan ditiru oleh pesertadidik kita, sehingga apabila kita
salah bertindak akan berpengaruh buruk pula pada peserta didik.

16

Anda mungkin juga menyukai