Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Teknik PWK Volume 4 Nomor 2 2015

Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk
__________________________________________________________________________________________________________________
EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN PADA
PROGRAM GERDU KEMPLING DI KELURAHAN KEMIJEN KOTA SEMARANG

Nuskhiya Asfi¹ Dan Holi Bina Wijaya²


1
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2
Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
email : nuskhiya.asfi@yahoo.com

Abstrak: Masalah terbesar pembangunan ekonomi nasional adalah tingkat kemiskinan yang tinggi. Upaya
Pemerintah Kota Semarang untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan (strategi percepatan
penanggulangan kemiskinan) yaitu melalui program GERDU KEMPLING (Gerakan Terpadu Di Bidang Kesehatan,
Ekonomi, Pendidikan, Infrastruktur dan Lingkungan). Gerdu Kempling ini diharapkan dapat membuat angka
kemiskinan dari Kota Semarang menurun setidaknya 2% per tahun. Sehingga dampak pelaksanaan program ini
tentunya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama orang miskin. Tujuan
penelitian ini adalah mengkaji efektivitas pemberdayaan Masyarakat dalam Pengentasan Kemiskinan melalui
Program Gerdu Kempling di Kelurahan Kemijen Kota Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah
kuantitatif. Hasil dalam penelitian ini merupakan kajian efektivitas pemberdayaan masyarakat dalam
pengentasan kemiskinan pada Program Gerdu Kempling. Secara umum pemberdayaan masyarakat pada
program Gerdu Kempling dalam upaya pengentasan kemiskinan kurang efektif dalam meningkatkan
kemandirian masyarakat untuk dapat terlepas dari lingkaran kemiskinan. Proses pemberdayaan masyarakat
dalam Gerdu Kempling yang kurang efektif tersebut terutama disebabkan oleh kapasitas masyarakat yang
belum mampu mengambil peran yaitu dalam membuat keputusan atau pilihan yang masyarakat inginkan.
Secara umum pemberdayaan masyarakat dalam Gerdu Kempling di Kelurahan Kemijen cukup efektif yaitu 63%
dari masyarakat miskin yang mendapatkan bantuan program Gerdu Kempling mengalami peningkatan kondisi
kualitas hidupnya setelah mendapatkan program bantuan Gerdu Kempling.

Kata kunci: Efektivitas, Pemberdayaan Masyarakat, Kemiskinan, Program Gerdu Kempling

Abstract: The biggest issue of national economic development is the high rate of poverty. Some way have been
taken to address the problem of poverty so that the conditions of poverty in Semarang are relatively low
compared to other cities in Central Java Province. City Government's effort to accelerate poverty reduction (the
acceleration of poverty reduction strategies) is through a program GERDU KEMPLING (Integrated Movement in
the Field of Health, Economics, Education, Infrastructure and Environment). GerduKempling is expected to make
poverty in Semarang decreased by at least 2% per year. So the expected impact of the implementation of this
program would improve the welfare of society, especially the poor. The purpose of this study is to assess the
effectiveness of community empowerment in Poverty Alleviation through Gerdu Kempling Program in Kemijen
Urban Village, Semarang City. This research is used a quantitative method. The result of this research is study of
the effectiveness of community empowerment in poverty allevation in Gerdu Kempling Program.In general,
community empowerment in Gerdu Kempling program about poverty alleviation efforts is less effective in
enhancing the independence of the community to be apart from the cycle of poverty. Thatless effective of
community empowerment process in GerduKempling is mainly due by the capacity of society who have not
been able to take the role in making decisions or choices about whatthey want.In general, community
empowerment in Gerdu Kempling in Kemijen City Villageis effective enough that 63% of the poor who getting
support of Gerdu Kempling Program have increasing the life quality condition.

Keywords: Effectiveness, Community Empowerment, Poverty, Gerdu Kempling Program

Teknik PWK; Vol. 4 ; No. 2 ; hal. 253-268 | 253


Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat … Nuskhiya Asfi dan Holi Bina Wijaya

PENDAHULUAN
Permasalahan kemiskinan telah bahwa pendekatan yang dipilih dalam
menjadi masalah internasional, terbukti PBB pembangunan selama ini perlu diperbaiki ke
telah menetapkan Millenium Development arah pemberdayaan masyarakat.
Goals (MDGs) salah satu tujuannya yang Pendekatan pemberdayaan
hendak dicapai adalah memberantas masyarakat merupakan salah satu wujud
kemiskinan dan kelaparan, dimana pada pembangunan alternatif yang menghendaki
tahun 2015 proporsi penduduk yang hidup di agar masyarakat mampu mandiri dalam
bawah garis kemiskinan harus dikurangi memenuhi kebutuhan hidupnya.
hingga 50% dari kondisi tahun 1990. Empowerment (pemberdayaan) berasal dari
Deklarasi MDGs dituangkan pada bulan Bahasa Inggris, dimana power diartikan
Oktober 2000 dan disepakati oleh 189 sebagai kekuasaan atau kekuatan. Menurut
negara anggota PBB termasuk Indonesia. Robert Dahl (1973:50), pemberdayaan
Kemiskinan merupakan salah satu masalah diartikan pemberian kuasa untuk
yang harus diperhatikan dalam mempengaruhi atau mengontrol. Manusia
pembangunan, sebab salah satu ukuran selaku individu dan kelompok berhak untuk
keberhasilan pembangunan adalah ikut berpartisipasi terhadap keputusan-
mengurangi kemiskinan. Oleh sebab itu kini keputusan sosial yang menyangkut
telah terjadi pergeseran makna komunitasnya. Sedangkan menurut Korten
pembangunan dari orientasi yang (1992) pemberdayaan adalah peningkatan
mengutamakan laju pertumbuhan menuju kemandirian rakyat berdasarkan kapasitas
pemerataan hasil pembangunan. dan kekuatan internal rakyat atas SDM baik
Kemiskinan merupakan masalah material maupun non material melalui
yang pada umumnya dihadapi hampir di redistribusi modal.
semua negara-negara berkembang, Sebagaimana kota-kota lain di
terutama negara yang padat penduduknya Indonesia, sebagai kota yang mengalami
seperti Indonesia. Masalah kemiskinan perkembangan, Kota Semarang tidak
dianggap sebagai salah satu faktor yang terlepas dari masalah kemiskinan. Berbagai
dapat menghambat pertumbuhan suatu program pengentasan kemiskinan telah
bangsa, termasuk Indonesia. Selama ini dilakukan. Namun dalam perkembangannya,
pemerintah terus berupaya untuk tingkat kemiskinan di Kota Semarang masih
menanggulangi masalah kemiskinan melalui cenderung tinggi. Tercatat angka kemiskinan
berbagai program yang dirancang di Kota Semarang mencapai 26,41% dari
sedemikian rupa. jumlah penduduk, yaitu sebanyak 111.558
Dimensi kemiskinan dalam keluarga atau 398 ribu jiwa dari total
kehidupan masyarakat muncul dalam penduduk sekitar 1.553.778 jiwa (Keputusan
berbagai bentuk, antara lain seperti dimensi Walikota Semarang Nomor 410/370 Tahun
politik yang terlihat dari tidak adanya wadah 2010 tentang Penetapan Warga Miskin Kota
organisasi yang mampu memperjuangkan Semarang Tahun 2010), yang tersebar di 177
aspirasi golongan miskin. Dimensi sosial kelurahan.
terlihat dari tidak terintegrasikannya Oleh karena kemiskinan merupakan
masyarakat miskin dalam institusi sosial masalah yang kompleks, maka
yang ada serta merebaknya budaya penanganannya diperlukan partisipasi serta
kemiskinan yag terus merusak kualitas sinergitas dari berbagai pihak pemangku
manusia dan etos kerja masyarakat. Dimensi kepentingan (stakeholders), yaitu melalui
ekonomi dalam bentuk rendahnya program Gerdu Kempling (Gerakan Terpadu
penghasilan masyarakat sehingga mereka Bidang Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan,
tidak mampu untuk memenuhi Infrastruktur dan Lingkungan) yang
kebutuhannya. Tingkat kemiskinan yang diluncurkan pada tanggal 24 Maret 2011.
terus meningkat menyadarkan semua pihak Kecamatan Semarang Timur merupakan

Teknik PWK; Vol. 4 ; No. 2 ; hal. 253-268 | 254


Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat … Nuskhiya Asfi dan Holi Bina Wijaya

salah satu kecamatan di Kota Semarang yang salah satu kelurahan di Kecamatan
telah melaksanakan Gerdu Kempling yaitu Semarang Timur yang memiliki jumlah
tahun 2012. Daerah penelitian ini adalah keluarga miskin
paling besar. Kelurahan yang melalui Program Gerdu Kempling di
menjadi tujuan penelitian ini adalah Kelurahan Kemijen Kota Semarang. adapun
kelurahan Kemijen. sasarannya yaitu mengidentifikasi kondisi
Program pemberdayaan masyarakat kemiskinan masyarakat sebelum Program
merupakan salah satu usaha dalam Gerdu Kempling dilaksanakan di Kelurahan
pengentasan kemiskinan yang melibatkan Kemijen, mengidentifikasi aspek
masyarakat didalamnya. Program Gerdu pemberdayaan masyarakat dalam Program
Kempling dibentuk dengan tujuan utama Gerdu Kempling di Kelurahan Kemijen,
adalah untuk mengurangi angka masyarakat menganalisis efektivitas pemberdayaan
miskin 2% per tahun. Efektivitas suatu masyarakat program Gerdu Kempling di
program dapat tercapai apabila programnya Kelurahan Kemijen dan merumuskan
tepat sasaran, tujuan tercapai dan kesimpulan dan rekomendasi bagi efektivitas
berdampak positif bagi masyarakat. pemebrdayaan masyarakat dalam
Sehubungan dengan hal itu maka perlu dikaji pengentasan kemiskinan melalui program
efektivitas program pemberdayaan Gerdu Kempling di Keluarahan Kemijen
masyarakat dalam pengentasan kemiskinan Ruang lingkup wilayah penelitian
di Kelurahan Kemijen. Berdasarkan kondisi di meliputi batas administrasi Kelurahan
atas, maka timbul suatu pertanyaan Kemijen. Kelurahan Kemijen secara
penelitian (research question) dalam studi adminitrasi termasuk dalam wilayah
ini, yaitu: Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang.
“Bagaimana efektivitas Kelurahan ini terdiri atas 82 (delapan puluh
pemberdayaan masyarakat dalam dua) wilayah Rukun Tetangga (RT) dan
pengentasan Kemiskinan melalui kegiatan 11(sebelas) wilayah Rukun Warga (RW).
Gerdu Kempling di Kelurahan Kemijen?”. Adapun luas wilayah Kelurahan adalah 141
Tujuan penelitian ini adalah Ha, dengan batas-batas administrasi dapat
mengkaji efektivitas pemberdayaan dilihat pada gambar 1
Masyarakat dalam Pengentasan Kemiskinan

Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2010


Gambar 1
Peta Administrasi Keurahan Kemijen

lurahan Kemijen
Teknik PWK; Vol. 4 ; No. 2 ; hal. 253-268 | 255
Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat … Nuskhiya Asfi dan Holi Bina Wijaya

KAJIAN LITERATUR tersebut dinyatakan oleh Kerkpatrick yang


Konsep Efektivitas dikutip oleh Cascio (1995) bahwa evaluasi
Efektivitas berasal dari kata efektif yang terhadap efektivitas program pelatihan
mengandung pengertian dicapainya dapat dilakukan, diantaranya melalui reaksi
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang peserta terhadap program yang diikuti.
telah ditetapkan. Efektivitas selalu terkait Bermanfaatkah dan puaskah peserta
dengan hubungan antara hasil yang pelatihan terhadap program. pelatihan
diharapkan dengan hasil sesungguhnya merupakan pertanyaan-pertanyaan yang
dicapai. Menurut Drucker (1964:5), dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur
efektivitas didefinisikan sebagai melakukan reaksi peserta terhadap program pelatihan
pekerjaan yang benar (doing the raight (Tulus,1996).
things), sedangkan efisien adalah melakukan
pekerjaan dengan benar (doing things right. Pemberdayaan Masyarakat
Dari kedua definisi yang dikemukakan oleh Secara umum pemberdayaan telah
Drucker tersebut, maka jelaslah perbedaan didefinisikan dengan berbagai pendapat.
antara efektivitas dengan efisiensi. Konsep pemberdayaan mencerminkan
Chung & Megginson (1981:506, paradigma baru pembangunan, yakni yang
dalam Siahaan, 1999:17) mendefinisikan bersifat “people-centered, participatory,
efektivitas sebagai istilah yang diungkapkan empowering, and sustainable” (Chambers,
dengan cara berbeda oleh orang-orang yang 1995 dalam Kartasasmita, 1996). Menurut
berbeda pula. Namun menurut Chung & pendapat akademis pemberdayaan dilihat
Megginson yang disebut dengan efektivitas sebagai masyarakat yang mendapat kontrol.
ialah kemampuan atau tingkat pencapaian Arti dari kontrol dapat diterapkan untuk
tujuan dan kemampuan menyesuaikan diri konteks tertentu tetapi umumnya
dengan lingkungan agar organisasi tetap menyiratkan pada menentukan pilihan dan
survive (hidup). Tingkat kualifikasi efektivitas kebebasan tindakan bagi orang lain yang
menurut Keputusan Menpan No terkena dampak (Somerville, 1998 dalam
Kep./25/M/MPan/2/2004, sebagaimana Lawson dan Kearns, 2010:1461). Sedangkan
yang disajikan pada Tabel II.1 menurut Gibson & Woolcock (2005:1) dalam
TABEL 1 Adiyoso (2009:23), pemberdayaan sebagai
TINGKAT KUALIFIKASI EFEKTIVITAS proses untu meningkatkan kapasitas individu
No. Nilai Interval Tingkat Efektivitas dalam menentukan pilihan dan mewujudkan
1 Dibawah 40 Sangat tidak efektif pilihan tersebut dengan tindakan nyata.
2 40-59,99 Tidak efektif Karena itu, World Bank (2001) mengartikan
3 60-79,99 Cukupefektif pemberdayaan sebagai upaya untuk
4 Diatas 79,99 Sangat efektif memberikan kesempatan dan kemampuan
Sumber : SK.Menpan
kepada kelompok masyarakat (miskin/tidak
No.25/M/MPan/2/2004
berdaya) untuk mampu dan berani bersuara
Penilaian terhadap tingkat kesesuaian (voice) atau menyarakan pendapat, ide tau
program merupakan salah satu cara untuk gagasan-gagasannya, serta kemampuan dan
mengukur efektivitas program. Efektivitas keberanian untuk memilih (choice) sesuatu
merupakan kriteria evaluasi yang dapat (konsep, metoda, produk, tindakan, dll) yang
diukur bilamana suatu kebijakan program terbaik bagi pribagi, keluarga, dan
dapat mencapai hasil (efek) dan memberi masyarakatnya. Dengan kata lain,
pengaruh yang diinginkan (Sawicki dalam pemberdayaan masyarakat merupakan
Awita, 1998). proses meningkatkan kemampuan dan sikap
Sementara itu pendapat peserta kemandirian masyarakat. Fokus dalam
program dapat dijadikan sebagai ukuran pemberdayaan adalah masyarakat, sehingga
untuk menentukan efektivitas program. Hal pemberdayaan masyarakat sangat
tergantung pada aktivitas yang dilakukan

Teknik PWK; Vol. 4 ; No. 2 ; hal. 253-268 | 256


Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat … Nuskhiya Asfi dan Holi Bina Wijaya

masyarakat dalam suatu kawasan Komponen pertama dalam model ini


permukiman. Sehingga pemberdayaan tentang pengembangan kesadaran sehingga
didefinisikan sebagai upaya untuk masyarakat mampu bersikap kritis dan
mengembangkan kemampuan sumber daya reflektif tentang apa yang mereka inginkan
lokal dan memperluas peran serta dan bagaimana mereka mencapai tujuan
masyarakat untuk menjadi aktor utama mereka. Mengembangkan kesadaran dapat
dalam pengembangan. membangun praktis dalam hal pelatihan dan
Sedangkan menurut Clegg dan peningkatan kapasitas untuk memperoleh
Marginn dalam Lawson dan Kearns pengetahuan dan keterampilan khusus
(2010:1462), pemberdayaan masyarakat untuk berbagai keperluan. Faktor-faktor lain
muncul karena bentuk kekalahan dan tidak seperti dukungan yang tepat (lokal dan
berdaya. Oleh karena itu dikembangkan organisasional), pengalaman, jaringan dan
model pemberdayaan masyarakat yang koneksi, atau yang lebih signifikan dalam hal
mengacu pada teori kekuasaan (power). meningkatkan atau mengembangkan
Masyarakat hanya memiliki potensi untuk kesadaran (Taylor dkk, 2007 dalam Lawson
melakukannya dan kemampuan masyarakat dan Kearns, 2010:1462). Sebuah dimensi
yang menjadi pengaruh yang dapat lebih lanjut dalam hal pengembangan
berfruktuasi tergantung berbagai faktor kesadaran berasal dari pengembangan
yakni kapasitas, kepercayaan, sumber daya masyarakat dan berkaitan dengan pemikiran
dan konteks organisasi sebagai pendukung. kritis dan refleksi. Hal ini memerlukan
Berikut ini model pemberdayaan masyarakat proses “penyadaran” dimana masyarakat
yang dibagi menjadi tiga bagian (lihat mengambil pandangan analitis situasi
gambar 2.1). Untuk diberdayakan, mereka dalam rangka untuk menentukan
masyarakat perlu meningkatkan kesadaran alasan sosial, politik dan ekonomi bagi
kritis, memiliki kesempatan untuk membuat ketidakberdayaan mereka (Freire dan
pilihan dan kemampuan untuk bertindak. Ledwith dalam Lawson & Kearns, 2010:1462.
Kesadaran
- Informasi, pengetahuan
dan keterampilan Kesempatan untuk
- Kapasitas membuat keputusan Kemampuan untuk
- Dukungan yang tepat bertindak
- Jenis pilihan :
- Strategi
dan jaringan mainstream, radikal, di
- Kebijakan
- Mengetahui luar/dalam sistem
lingkungan yang luas
kemungkinan yang akan - Tingkat yang diinginkan
- Pengetahuan dan
terjadi dan jenis partisipasi
keterampilan
- Keyakinan - Ketergantungan atau
masyarakat
- Politisasi kebebasan
- Sumber daya
- Kesadaran kritis dan - Kepemilikan dan control
- Koneksi dan jaringan
pendapat masyarakat
- Dukungan organisasi
Menjadi berfikir dan kritis Memutuskan
Prestasi
Sumber : Lawson & Kearns, 2010:1463

GAMBAR 2
MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Peluang untuk menentukan pilihan pemberdayaan adalah menempatkan warga


merupakan komponen kedua dalam rangka atau masyarakat dalam posisi di mana
pemberdayaan masyarakat. Somerville mereka dapat memilih cara yang mereka
(1998:253) dalam Lawson dan Kearns inginkan untuk perubahan. Ini mungkin
(2010:5), menyatakan bahwa dengan kunci melibatkan individu-individu dalam

Teknik PWK; Vol. 4 ; No. 2 ; hal. 253-268 | 257


Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat … Nuskhiya Asfi dan Holi Bina Wijaya

masyarakat dalam memilih jenis yang kurangnya akses ke air yang aman, sanitasi,
mereka sukai dan keterlibatan pada kesehatan dan pendidikan, pengetahuan dan
tingkatan partisipasi. pendapatan dasar untuk standar hidup yang
Komponen ketiga adalah layak. The Human Development Report
melembagakan tindakan berdasarkan (1997) dalam Akindola (2009:123)
keputusan yang dibuat sehingga masyarakat menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
mencapai tujuan mereka yaitu pilihan yang dapat menjadi sarana ampuh untuk
dapat membawa perubahan yang lebih baik. mengurangi kemiskinan, namun manfaatnya
Kemampuan untuk melembagakan tindakan tidak otomatis. Pada dasarnya, orang miskin
akan tergantung pada jenis dan sifat pilihan harus dididik dan memiliki kesehatan yang
yang dibuat, dan juga memiliki kerangka relatif baik. Dalam konteks ini, individu perlu
kerja kebijakan yang tepat, sumber daya, kemampuan untuk mengakses pekerjaan
organisasi mendukung dan konteks yang menguntungkan dan berpartisipasi
masyarakat yang mendukung yang penuh dalam masyarakat. Menurut Sen
mencakup pengetahuan, keterampilan dan (1999: 87-110) dalam Suyono (2006:11),
koneksi yang tepat/jaringan (Maginn, 2004: kemiskinan berada dalam sebuah labirin
184 dalam dalam Lawson dan Kearns, yang mengekplisitkan proverty as capability
2010:5). deprivation (hilangnya kebebasan).
Berdasarkan definisi-definisi Kemiskinan sama dan sebangun dengan
pemberdayaan di atas, dapat dinyatakan ketiadaan kemampuan dalam seluruh
bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dimensinya. Selain berada dalam tataran
dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan ketiadaan kemampuan dalam bidang
adalah serangkaian kegiatan untuk ekonomi, problema kemiskinan juga berada
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan pada tataran ketiadaan kemampuan dalam
kelompok lemah dalam masyarakat, bidang sosial, politik, hukum, dan budaya.
termasuk individu-individu yang mengalami Berdasarkan jenisnya kemiskinan
masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, secara umum dapat dibagi menjadi
pemberdayaan menunjuk pada keadaan kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah Kemiskinan absolut terjadi apabila tingkat
perubahan sosial; yaitu masyarakat miskin pendapatan seseorang di bawah garis
yang berdaya, memiliki kekuasaan atau kemiskinan absolut yang telah ditetapkan,
mempunyai pengetahuan dan kemampuan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik hidup minimum yang antara lain terdiri dari
yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial kebutuhan sandang, pangan, kesehatan,
seperti memiliki kepercayaan diri, mampu perumahan dan pendidikan. Kemiskinan
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata absolut didasarkan pada ketidakmampuan
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan individu untuk memenuhi kebutuhan dasar
sosial, dan mandiri dalam melaksanakan minimal untuk hidup layak. Konsep ini
tugas-tugas kehidupannya. Pengertian dikembangkan di Indonesia di dinyatakan
pemberdayaan sebagai tujuan seringkali sebagai “inability of the individual to met
digunakan sebagai indikator keberhasilan basic needs” (Marwoto, 2005: 97). Bank
pemberdayaan sebagai sebuah proses. Dunia (2000) dalam Akindola (2009: 125)
menganggap seseorang berada dalam
Kemiskinan kemiskinan absolut jika konsumsi atau
Kemiskinan menunjukkan situasi tingkat pendapatan berada di bawah tingkat
serba kekurangan yang terjadi bukan karena minimum yang diperlukan untuk memenuhi
dikehendaki oleh si miskin, melainkan kebutuhan dasar atau minimum. Sedangkan
karena tidak bisa dihindari dengan kekuatan kemiskinan relatif merupakan perbandingan
yang dimilikinya (Soegijoko, 1997:137). antara kelompok pendapatan dalam
Bentuk lain dari kekurangan, seperti masyarakat tersebut. Meskipun

Teknik PWK; Vol. 4 ; No. 2 ; hal. 253-268 | 258


Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat … Nuskhiya Asfi dan Holi Bina Wijaya

seseorang/masyarakat telah dapat Jenis pendekatan penelitian yang digunakan


memenuhi kebutuhan dasarnya secara layak adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian
(tidak miskin), tetapi masih rendah kuantitatif berdasarkan pada filsafat
kualitasnya dibandingkan masyarakat positivisme yang memandang
sekitarnya yang relatif lebih kaya (Soegijoko, realitas/gejala/fenomena itu dapat
1997:138; dan Esmara (1986) dalam Ridlo diklasifikasikan, relative tetap, konkrit,
(2001:10)). Menurut Badan Pusat Statistik teramati, dan hubungan gejala bersifat
(Laksana, 2012:12) kriteria untuk sebab akibat. Data yang digunakan dalam
menentukan keluarga/rumah tangga penelitian ini berupa data kualitatif dan data
dikategorikan miskin apabila sebagai berikut: kuantitatif yang diperoleh melalui
a. Luas lantai bangunan tempat tinggal pengumpulan data dengan mengkaji
kurang dari 8 m2 per orang dokumen-dokumen terkait, wawancara
b. Jenis lantai bangunan tempat tinggal mendalam kepada pihak terkait serta melalui
terbuat dari tanah/bamboo/kayu penyebaran kuisioner. Teknik yang
c. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari digunakan dalam pengambilan sampel
bambu, kayu berkualitas rendah/tembok adalah secara sengaja dan bertujuan
tanpa diplester. (purposive sampling), karena dalam
d. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ penelitian ini responden yang dipilih adalah
bersama-sama dengan rumah tangga masyarakat yang mendapatkan program
lain. Gedru Kempling. Penentuan jumlah sampel
e. Sumber penerangan rumah tangga tidak dalam suatu penelitian ilmiah sangat
menggunakan listrik ditentukan oleh teknik pengambilan data
f. Sumber air minum berasal dari (Singarimbun, 1995:14). Dalam menentukan
sumur/mata air tidak besarnya sampel, apabila populasi kurang
terlindung.sungai/air hujan dari 100, maka lebih baik seluruh populasi
g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari dijadikan sampel. Sedangkan jika lebih dari
adalah kayu bakar/arang/minyak tanah 100, maka dapat diterapkan antara 15%-20%
h. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam atau 25%-30% (Arikunto dalam Devi,
satu kali dalam seminggu 2003:16). Berdasarkan pedoman tersebut,
i. Hanya membeli satu stel pakaian baru jumlah populasi dalam penelitian ini yang
dalam setahun menjadi target penyebaran kuisioner
j. Hanya sanggup makan sebanyak berjumlah 40 KK jadi seluruh anggota
satu/dua kali dalam sehari populasi menjadi responden.
k. Tidak sanggup membayar biaya Teknik analisis yang digunakan
pengobatan di puskesmas/poliklinik adalah scoring, deskriptif kulitatif dan
l. Sumber penghasilan kepala rumah deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif
tangga adalam petani dengan luas lahan kuantitatif ini digunakan untuk memberikan
0,5 ha. Buruh tani, nelayan, buruh gambaran terkait obyek penelitian yang akan
bangunan, buruh perkebunan atau diolah dengan menggunakan cara-cara
pekerjaan lainnya dengan pendapatan penyajian grafik, diagram beserta
dibawah Rp 600.000 per bulan interpretasinya. Analisis skoring dilakukan
m. Pendidikan terakhir kepala rumah dengan memberikan nilai kepada indikator-
tangga: tidak sekolah/tidak tamat indiaktor dalam menentukan kondisi
SD/tamat SD kemiskinan responden sebelum program.
n. Tidak memiliki tabungan/barang yang Kategori skoring variabel kemiskinan dapat
mudah dijual dengan nilai Rp 500.000 dilihat pada (Tabel 2)
seperti sepeda motor, emas, ternak,
kapal motor, atau barang modal lainnya.

METODE PENELITIAN

Teknik PWK; Vol. 4 ; No. 2 ; hal. 253-268 | 259


Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat … Nuskhiya Asfi dan Holi Bina Wijaya

TABEL 2 Indikator Kriteria Skor Keterangan


SKORING VARIABEL KEMISKINAN Luas lantai ≥ 12
3
m2/orang
Indikator Kriteria Skor Keterangan Tanah/kayu
≤ Rp 1 BPS dan
Kriteria
1 Hasil
600.000,00/bulan masyarakat Jenis Lantai Plester 2
Pendapatan Rp 700.000- Rp miskin Analisa
2 Keramik 3 Penyusun
1.000.0000 menurut
≥ Rp 1.000.000 3 BPS Kayu/bambu 1 BPS dan
Tidak bekerja dan Jenis Hasil
atau bekerja tidak 1 Tembok tanpa plester 2
Dinding Analisa
Mata tetap Hasi analisa Tembok beton Penyusun
3
Pencaharian Pedagang/wiraswasta 2 penyusun
Buruh (bangunan, Kayu bakar/arang 1 BPS dan
3 Bahan
tani)/Pedagang Minyak tanah Hasil
bakar 2
Apabila tidak Analisa
memasak Gas
memiliki tabungan, 3 Penyusun
1
dan rumah tangga Sumber: Analisis Penyusun, 2014
memiliki pinjaman
Apabila Tidak
Hasil
memiliki tabungan ANALISIS EFEKTIVITAS PMEBERDAYAAN
Tabungan analisa
dan rumah tangga 2
tidak memiliki
penyusun MASYARAKAT DALAM PENGENTASAN
pinjaman KEMISKINAN PADA PROGRAM GERDU
Apabila memiliki KEMPLING
tabungan dan tidak 3
Analisis kondisi kemiskinan masyarakat
memiliki pinjaman
1 kali makan/hari penerima manfaat seblum program Gerdu
1
Hasil Kempling
2 kali makan/hari 2
Kesehatan Analisis Berdasarkan hasil analisis
3 kali lebih Penyeunsn
3 kemiskinan dengan menggunakan 14 kriteria
makan/hari
Tidak Sekolah/ tidak menentukan masyarakat miskin menurut
1
tamat SD Hasil BPS, terlihat bahwa kondisi responden atau
Pendidikan Tamatan SD 2 Anailisa masyarakat penerima manfaat sebelum
Penyusun program Gerdu Kempling termasuk dalam
Tamatan SMP/SMA 3
Tidak memilki
kategori rawan miskin. Dari tingkat
fasilitas jamban 1 pendapatan mereka masuk pada kategori
pribadi
BPS, Hasil
sedang karena sebagian besar
Memiliki jamban masyarakatnya berpendapatan berkisar
Saitasi Analisa
dengan kondisi tidak 2
Penyusun antara Rp 700.000,00 – Rp. 1.000.000,00.
layak
Memiliki jamban Sebagian dari mereka bekerja pada sektor
3
dengan kondisi layak informal yaitu pedagang/wiraswata.
Sumber air minum
Pendidikan kepala rumah tangga yang
dari sungai, sumur
1 rendah mengakibatkan kurangnya
atau sumber air yang
BPS, Hasil
Air Bersih
tidak aman
Analisa
ketrampilan mereka dalam mengakses
Sumber air minum pekerjaan.
2 Penyusun
dari membeli
Sumber air minum
Pada Keputusan Walikota Semarang
3 Nomor 400/451 tahun 2011 tentang
dari PDAM
Luas lantai rumah ≤ 8
1
BPS dan Penetapan Warga Miskin Kota Semarang
m2/orang Hasil Tahun 2011 terdapat 3 kategori penduduk
Rumah
Luas lantai 9 m2 – 12 Analisa
m2/orang
2
Penyusun yang mandapatkan bantuan dari pogram
rawan miskin. Sehingga masyarakat
penerima manfaat program Gerdu Kempling
di Kelurahan Kemijen sudah sesuai
Gerdu Kempling yaitu penduduk sangat mendapatkan bantuan dari program
miskin, penduduk miskin dan penduduk

Teknik PWK; Vol. 4 ; No. 2 ; hal. 253-268 | 260


Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat … Nuskhiya Asfi dan Holi Bina Wijaya

tersebut karena masuk dalam kategori Miskin Rawan Miskin Tidak Miskin
penduduk rawan miskin.

Jumlah skor tertinggi : 3 x 50 = 150 50 83,3 116,33 150


Jumlah skor terendah : 1 x 50 = 50 3 106,9
Jarak interval : (150-50)/3 = 33,33 1
Maka secara kontinum dapat digambarkan Sumber : Analisis Penyusun, 2014
sebagai berikut :

Kondisi Baik Kondisi Sedang Kondisi Buruk Kategori

Indikator F b fxb F b fxb F b fxb


Pekerjaan 5 3 15 37 2 74 8 1 8 97 Sedang
Pendapatan 1 3 3 24 2 48 25 1 25 76 Rendah
Pendidikan 14 3 42 32 2 64 4 1 4 110 Sedang
Kesehatan 50 3 150 0 2 0 0 1 0 150 Tinggi
Kondisi lantai
5 3 15 39 2 78 6 1 6 99 Sedang
bangunan
Luas lantai
4 3 12 39 2 78 7 1 7 97 Sedang
bangunan
Jenis tembok 6 3 18 37 2 74 7 1 7 99 Sedang
Bahan bakar
50 3 150 0 2 0 0 1 0 150 Tinggi
memasak
Kondisi sanitasi 0 3 0 40 2 80 10 1 10 90 Sedang
Kondisi air
35 3 105 6 2 12 9 1 9 126 Tinggi
minum
Kepemilikan
11 3 33 10 2 20 29 1 29 82 Rendah
Aset financial
Rawan
TOTAL 106,91
Miskin
Sumber : Analisis Penyusun, 2014 masyarakat program Gerdu Kempling
tersebut
Analisis Proses Pemberdayaan Masyarakat 1. Kesadaran
dalam Program Gerdu Kempling Tingkat kesadaran merupakan kunci
Analisis pemberdayaan masyarakat dalam pemberdayaan, karena pengetahuan
dalam program Gerdu Kempling untuk dapat memobilisasi tindakan bagi
mengetahui aspek pemberdayaan apa saja perubahan. Proses pemberdayaan yang
yang berpengaruh dalam program Gerdu dilakukan didasarkan pada potensi yang
Kempling. Analisis pemberdayaan dimiliki oleh sebagian besar masyarakat
masyarakat meliputi analisis kesadaran namun belum dimanfaatkan secara optimal.
masyarakat, kesempatan untuk menentukan Olehnya itu, langkah pertama yang
piliahan dan kemampuan bertindak pada dilakukan adalah menumbuhkan keinginan
pendekatan Tribina (manusia, lingkungan pada diri seseorang untuk berubah dan
dan usaha) di program Gerdu Kempling. Hal memperbaiki, yang merupakan titik awal
ini karena keberhasilan program perlunya pemberdayaan.
pemberdayaan dapat dilihat dari Bentuk penyadaran yang dilakukan
keberhasilan pemerintah dalam adalah dengan mengundang masyarakat
melaksanakan proses pemberdayaan penerima manfaat untuk hadir pada
pertemuan/sosialisasi yang diprakarsai oleh

Teknik PWK; Vol. 4 ; No. 2 ; hal. 253-268 | 261


Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat … Nuskhiya Asfi dan Holi Bina Wijaya

TKPKD di Kelurahan Kemijen. Hasil yang dari pemberdayaan masyarakat. Kehadiran


diharapkan dari proses sosialisasi adalah masyarakat miskin dalam kegiatan
dimengerti dan dipahaminya secara utuh penyadaran ini akan menjadi tolok ukur
tentang konsep-konsep, prinsip prosedur, keberhasilan program, karena merupakan
kebijakan, tujuan dan tahapan-tahapan bentuk keinginan masyarakat untuk
dalam pelaksanaan program Gerdu Kempling mengembangkan dirinya.
oleh sasaran penerima program. Dalam pelatihan yang diberikan dari
Dari hasil wawancara dengan pemerintah ataupun swasta, tidak semua
narasumber, didapat keterangan bahwa masyarakat miskin penerima manfaat hadir
komunikasi yang terjalin di antara para agen dalam kegiatan tersebut. Hal ini disebabkan
pelaksana program dan warga miskin karena warga miskin penerima manfaat
sebagai penerima manfaat masih sangat sebagian besar bekerja pada sektor informal.
kurang. Sosialisasi program hanya dilakukan Pendapatan yang mereka dapatkan tidak
sekali sebelum program terlaksana sehingga menentu setiap harinya. Sehingga jika
terjadi kurang sinkronisasi bantuan yang mereka tidak bekerja sehari hanya untuk
dibutuhkan oleh masyarakat dengan mengikuti pelatihan atau ketrampilan,
bantuan yang telah diberikan. mereka tidak dapat uang untuk memenuhi
Penyadaran ini dilanjutkan dengan kebutuhan hidupnya. Berikut ini bentuk
pemberian pelatihan ataupun kursus singkat kegiatan dalam upaya pemberdayaan
yang akan menambah keterampilan mereka manusia (Tabel 3).
seperti pelatihan boga, salon, pelatihan
pengolahan pangan dll. Disamping itu, pada TABEL 3
pelatihan-pelatihan yang diberikan, disajikan JENIS KEGIATAN PEMBERDAYAAN MANUSIA
pula materi mengenai pengelolaan KELURAHAN KEMIJEN
No. Jenis Kegiatan Pengampu
(manajemen) usaha yang baik yang akan
1 Pelatihan Bapermasper KB
menambah kepercayaan masyarakat miskin
Kewirausahaan Boga
bahwa usaha ini memang prospektif untuk 2 Pelatihan Montir Bapermasper KB
dikembangkan dan akan menambah 3 Palatihan Salon Bapermasper KB
penghasilan mereka serta membantu 4 Palatihan Sablon Disperindag
mereka untuk keluar dari lingkaran 5 Pelatihan Boga Disperindag
kemiskinan. 6 Pelatihan Disperindag
Pada dasarnya, proses penyadaran pengolahan pangan
yang akan dilakukan memiliki potensi untuk 7 Pelatihan Menjahit Bank BI
berhasil. Hal ini dapat dilihat dari tingkat Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2012
partisipasi masyarakat yang cukup tinggi
dalam setiap rapat dan kegiatan pelatihan 1. Kesempatan dalam Menentukan Pilihan
yang dilaksanakan. Pertispasi masyarakat Peluang untuk menentukan pilihan
merupakan salah satu bagian dari prinsip- merupakan komponen kedua dalam rangka
prinsip pemberdayaan yang dikemukakan pemberdayaan masyarakat. Somerville
oleh Rappaport, et al yang dirangkum dalam (1998:253) dalam Lawson dan Kearns
Suharto (2010) yaitu masyarakat harus turut (2010:5), menyatakan bahwa dengan kunci
andil berpartisipasi dalam pemberdayaan pemberdayaan adalah menempatkan warga
masyarakat mereka sendiri dan mereka atau masyarakat dalam posisi di mana
harus mampu merumuskuan tujuan, cara mereka dapat memilih cara yang mereka
dan hasil. Ersing (2010) juga menambahkan inginkan untuk perubahan. Ini mungkin
bahwa partisipasi mayarakat merupakan melibatkan individu-individu dalam
kunci terjadinya keberlanjutan kondsepsi
masyarakat dalam memilih jenis yang Partisipasi masyarakat dalam
mereka sukai dan keterlibatan pada menentukan pilihan masih sangat kurang.
tingkatan partisipasi. Masyarakat miskin penerima manfaat

Teknik PWK; Vol. 4 ; No. 2 ; hal. 253-268 | 262


Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat … Nuskhiya Asfi dan Holi Bina Wijaya

kurang berpartispasi dalam membuat memberdayakan usaha adalah dengan


keputusan dalam program Gerdu Kempling. pemberian bantuan alat usaha mikro dan
Pemberdayaan Masyarakat melalui program kecil. Pemberian alat usaha ini disesuaikan
Gerdu Kepling kurang menjadikan dengan kebutuhan dan usaha yang digeluti
masyarakat mampu mengidentifikasi oleh masyarakat (penerima manfaat).
masalah/penyebab kemiskinan dan Diharapkan dengan pemberian alat, dapat
alternatif penyelesaiannya, mampu meningkatkan usaha dan pendapatan
mengidentifikasi sumber daya yang tersedia mereka serta membuka lapangan pekerjaan
di wilayahnya, mampu memutuskan baru. Pemberdayaan usaha ini melanjutkan
tindakan yang harus dilaksanakan. Adapun program yang telah dilakukan pada program
masyarakat yang terlibat aktif adalah kader- pemberdayaan manusia. masyarakat yang
kader RW,pengurus BKM, maupun tokoh- mendapatkan pelatihan sebelumnya,
tokoh masyarakat tertentu. Oleh karena itu mendapatkan bantuan alat yang diharapkan
dapat dikatakan bahwa inisiator program dapat meningkatkan perekonomian
hanya melibatkan partisipasi kelompok masyarakat miskin.
dominan tertentu dimana kelompok ini Akan tetapi yang ditemukan
belum mampu menyuarakan apa yang dilapangan, sebagian masyarakat
menjadi kebutuhan masyarakat. Sedangkan mendapatkan bantuan alat usaha yang tidak
masyarakat yang tidak termasuk pada sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh
kelompok dominan berpartisipasi pasif warga miskin sasaran program sehingga
dengan mengetahui apa yang akan terjadi bantuan terkesan salah sasaran dan kurang
dan yang telah terjadi tanpa memberi efektif. Bantuan yang kurang sesuai dengan
tanggapan apapun. Dalam tahap apa yang diharapkan warga miskin sasaran
pelaksanaan, terjadi peningkatan tingkat program sehingga tidak dapat meningkatkan
partisipasi masyarakat dimana sebagian usaha yang mereka geluti selama ini.
besar masyarakat yang tidak terlibat dalam Namun, disatu sisi terdapat warga miskin
tahap perencanaan mulai terlibat dalam sasaran program yang sudah mendapatkan
pelaksanaan kegiatan. pelatihan tetapi tidak mendapatkan bantuan
2. Kemampuan Dalam Bertindak alat usaha. Hal tersebut karena terbatasnya
Komponen ketiga dari bantuan dana dan sarana, baik anggaran dari
pemberdayaan masyarakat adalah Pemkot Semarang maupun dari para
melembagakan tindakan berdasarkan stakeholders.
keputusan yang dibuat sehingga masyarakat Selain itu, permasalahan yang
mencapai tujuan mereka yaitu pilihan yang dihadapi masyarakat miskin dalam
dapat membawa perubahan yang lebih baik. kemampuan bertindak adalah sumber daya
Kemampuan untuk melembagakan tindakan financial masyarakat yang kurang dalam
akan tergantung pada jenis dan sifat pilihan upaya pengembangan usaha yang akan
yang dibuat, dan juga memiliki kerangka mereka geluti. Sehingga bantuan yang telah
kerja kebijakan yang tepat, sumber daya, diberikan sebelumnya seperti pelatihan dan
organisasi mendukung dan konteks peralatan usaha terkesan sia-sia karena tidak
masyarakat yang mendukung yang dimanfaatkan dalam peningkatan
mencakup pengetahuan, keterampilan dan pendapatan.
koneksi yang tepat/jaringan (Maginn, 2004:
184 dalam dalam Lawson dan Kearns, TABEL 4
2010:5). JENIS KEGIATAN PEMBERDAYAAN USAHA
KELURAHAN KEMIJEN
Pemberdayaan usaha bertujuan No. Jenis Kegiatan Pengampu
untuk menciptakan wirausaha-wirausaha 1 Bantuan Peralatan Bapermasper KB
baru sehingga dapat membuka kesempatan Sablon
kerja dan mendorong perbaikan pendapatan 2 Bantuan peralatan Bapermasper KB
keluarga. Kegiatan yang dilakukan untuk Salon

Teknik PWK; Vol. 4 ; No. 2 ; hal. 253-268 | 263


Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat … Nuskhiya Asfi dan Holi Bina Wijaya

No. Jenis Kegiatan Pengampu setelah adanya program Gerdu Kempling


3 Bantuan Peralatan Disperindag dan juga besarnya prosentase jumlah
Usaha
Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2012
responden yang menyatakan ada hubungan
antara peningkatan kondisi masyarakat
Analisis Efektivitas Pemberdayaan tersebut dengan program Gerdu Kempling.
Masyrakat dalam Program Gerdu Kempling Efektivitas pemberdayaan
Efektivitas pemberdayaan masyarakat dalam masyarakat dalam pengentasan kemiskinan
pengentasan kemiskinan pada program pada program Gerdu Kempling di Kelurahan
Gerdu Kempling dinilai berdasarkan Kemijen diperoleh berdasarkan hasil survey
peningkatan kondisi masyarakat setelah tingkat kondisi masyarakat dengan
mendapatkan bantuan dengan pendekatan menggunakan kuesioner yang diisi oleh 40
Tribina (bina manusia, lingkungan dan orang responden penerima bantuan di
usaha) dan dihubungkan dengan Kelurahan Kemijen, selanjutnya dari hasil
karakteristik masyarakat serta proses pengolahan data terhadap jawaban
pemberdayaan dalam Gerdu Kempling di responden tersebut diperoleh data
Kelurahan Kemijen. Secara kuantitatif dinilai efektivitas pemberdayaan masyarakat di
dari besarnya masyarakat yang menyatakan Kelurahan Kemijen seperti pada tabel 5.
adanya peningkatan kondisi masyarakat

TABEL 5
EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM
PENGENTASAN KEMISKINAN PADA PROGRAM GERDU KEMPLING
DI KELURAHAN KEMIJEN
Kondisi Masyarakat Setelah Presentase
Program Gerdu Kempling Responden yg
Efektivitas
Menyatakan
Indikator Pemberdayaa
Peningkatan
Pemberdayaan n Masyarakat Keterangan
Menurun Tetap Meningkat Kondisi Ada Hub
Masyarakat dalam Gerdu
dgn Program
Kempling
Gerdu Kempling
(%)
Pemberdayaan manusiayang terdiri
dari aspek pendidikan dan kesehatan
dalam program Gerdu Kempling
Pemberdayaan
0,3 10,7 29 72.3% Cukup Efektif cukup berpengaruh dalam
Manusia
meningkatkan quality of life
masyarakat miskin penerima manfaat
program
Pemberdayaan lingkungan yang
terdiri dari aspek infrastruktur dan
lingkungan dalam program Gerdu
Kempling cukup berpengaruh dalam
Pemberdayaan
0 3,3 6,7 66,7% Cukup Efektif meningkatkan kualitas lingkungan
Lingkungan
masyarakat miskin penerima manfaat
sehingga dalam menjalani hidup
sehari –hari masyarakat lebih nyaman
dan aman
Pemberdayaan ekonomi pada
Pemberdayaan
0 18 22 50% Tidak Efektif program Gerdu Kempling kurang
Usaha
berpengaruh dalam peningkatakan

Teknik PWK; Vol. 4 ; No. 2 ; hal. 253-268 | 264


Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat … Nuskhiya Asfi dan Holi Bina Wijaya

Kondisi Masyarakat Setelah Presentase


Program Gerdu Kempling Responden yg
Efektivitas
Menyatakan
Indikator Pemberdayaa
Peningkatan
Pemberdayaan n Masyarakat Keterangan
Menurun Tetap Meningkat Kondisi Ada Hub
Masyarakat dalam Gerdu
dgn Program
Kempling
Gerdu Kempling
(%)
pendapatan masyarakt miskin
penerima program
Pemberdayaan masyarakat dalam
upaya pengentasan kemikinan di
Kelurahan Kemijen melalui program
Nilai Efektivitas 63% Cukup Efektif Gerdu Kempling cukup efektif.
Masyarakat miskin penerima
manfaat program merasakan adanya
perubahan quality of life
Sumber: Hasil Pengolahan Data dan Kuisioner, 2014

Dari tabel di atas terlihat persentase Pengaruh dari program Gerdu


responden yang menyatakan ada hubungan Kempling bagi masyarakat miskin penerima
antara peningkatan tersebut dengan Gerdu manfaat di Kelurahan Kemijen paling besar
Kempling sebesar 63 % hal ini berarti pada pemberdayaan manusia yaitu aspek
pemberdayaan dalam Gerdu Kempling cukup pendidikan dan kesehatan. Pemberdayaan
efektif terhadap peningkatan kondisi yang dilakukan memberikan dampak yang
pemberdayaan masyarakat atau positif bagi perbaikan kesehatan, pendidikan
pengentasan kemiskinan. Adanya bantuan dan juga kualitas masyarakat miskin itu
peralatan usaha, perbaikan kondisi sendiri. Pada peringkat kedua yang
infrastruktur, pelatihan atau peningkatan mempengaruhi adalah pemberdayaan
pengetahuan dan ketrampilan bagi lingkungan yaitu aspek infrastruktur dan
masyarakat miskin hanya efektif untuk lingkungan. Perbaikan infrastruktur yang
meningkatkan kualitas sumber daya dilaksanakan di Kelurahan Kemijen yaitu
manusia, akses terhadap pelayanan perbaikan MCK komunal. Sedangkan
kesehatan dan peningkatan infrastruktur perbaikan pada aspek lingkungan yaitu
masyarakat. perbaikan rumah kurang berpengaruh,
Sedangkan untuk kondisi lainnya tidak karena bentuk bantuan rehabnya hanya
efektif, kesungguhan atau konsistensi sebagian saja sehingga rumah masih kurang
masyarakat sebagai target atau sasaran yang layak. Sehinngga program ini kurang
masih belum baik. Agenda kegiatan yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
dijalankan sering kali hanya terkesan aktif perumahan masyarakat miskin yang ada.
saat awal pelaksanaan saja. Dalam temuan Pemberdayaan ekonomi kurang
di lapangan tidak sedikit masyarakat setelah berpengaruh terhadap pengentasan
mendapatkan pelatihan ketrampilan dan kemiskinan di Kelurahan Kemijen. Dari hal
bantuan peralatan tidak segera tersebut, maka beberapa aspek yang
diaplikasikan dalam kehidupannya. Sehingga dianggap kurang berpengaruh dan perlu
terkesan program terlaksana hingga dilakukan perbaikan adalah program-
pelatihan ketrampilan saja. Selain hal itu program yang ada di aspek ekonomi dan
juga, bantuan yang tidak sesuai dengan apa lingkungan.
yang dibutukan masyarakat untuk
mengemabngkan usaha mereka.

Teknik PWK; Vol. 4 ; No. 2 ; hal. 253-268 | 265


Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat … Nuskhiya Asfi dan Holi Bina Wijaya

KESIMPULAN itu dikembangkan model pemberdayaan


Penilaian efektivitas pemberdayaan masyarakat yang mengacu pada teori
masyarakat dalam program Gerdu kempling kekuasaan (power). Masyarakat memiliki
di Kelurahan Kemijen dilakukan dengan potensi untuk melakukannya dan
menghubungkan proses pemberdayaan kemampuan masyarakat yang menjadi
masyarakat dalam Gerdu kempling dengan pengaruh tergantung berbagai faktor yakni
perubahan kondisi masyarakat (kemiskinan). kapasitas, kepercayaan, sumber daya dan
Pada dasarnya mekanisme pelaksanaan konteks organisasi sebagai pendukung.
Gerdu Kempling telah mengakomodasi Untuk diberdayakan, masyarakat perlu
terciptanya peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran kritis, memiliki
mengembangkan potensi diri dan kesempatan untuk membuat pilihan dan
lingkungannya. Secara umum pemberdayaan kemampuan untuk bertindak. Dalam proses
masyarakat dalam Gerdu Kempling di pemberdayaan program Gerdu Kempling di
Kelurahan Kemijen cukup efektif yaitu 63% Kelurahan Kemijen masyarakat sudah
masyarakat yang mendapatkan bantuan mempunyai kesadaran berubah atau
program Geru Kempling mengalami meningkatkan hidup mereka dengan
peningkatan kondisi kualitas hidupnya mengikuti setiap program yang
setelah mendaptkan program bantuan dilaksanakan. Akan tetapi masyarakat
Gerdu Kempling. Pengaruh dari program kurang dilibatkan dalam menentukan
Gerdu Kempling bagi masyarakat miskin program yang akan dilaksanakan di
penerima manfaat di Kelurahan Kemijen Kelurahan Kemijen. Hanya aparat
paling besar pada pemberdayaan manusia pemerintah dan tokoh masyarakat sebagai
yaitu aspek pendidikan dan kesehatan. perwakilan masyarakt miskin yang dilibatkan
Pemberdayaan yang dilakukan memberikan dalam membuat keputusan. Sehingga
dampak yang positif bagi perbaikan kegiatan atau bantuan yang diberikan
kesehatan, pendidikan dan juga kualitas kurang bermanfaat bagi mereka karena
masyarakat miskin itu sendiri. kuang sesuai dengan apa yang diinginkan
Pemberdayaan lingkungan juga berpengaruh masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh
pada peningkatan kualitas lingkungan Somerville (1998:253) dalam Lawson dan
permukiman sehingga masyarakat dalam Kearns (2010:5), bahwa dengan kunci
menjalani kehidupannya lebih nyaman dan pemberdayaan adalah menempatkan warga
aman. Pemberdayaan ekonomi kurang atau masyarakat dalam posisi di mana
berpengaruh terhadap pengentasan mereka dapat memilih cara yang mereka
kemiskinan di Kelurahan Kemijen. Hal inginkan untuk terjadinya perubahan. Ini
tersebut karena masyarakat belum mungkin melibatkan individu-individu dalam
mengaplikasikan bantuan yang mereka masyarakat dalam memilih jenis yang
dapatkan untuk meningkatkan usaha dan mereka sukai dan keterlibatan pada
pendapatan mereka. tingkatan partisipasi.
Prosses pemberdayaan masyarakat Hal tersebut mengakibatkan
dalam Gerdu Kempling yang kurang efektif kemampuan masyarakat dalam
tersebut terutama disebabkan oleh memanfaatkan bantuan yang diberikan
kapasitas masyarakat yang belum mampu masih sangat kurang. Masyarakat kurang
mengambil peran yang besar dalam bisa memanfaatkan bantuan untuk
pembangunan. Besar atau kecilnya peran meningkatakn perekonomian mereka.
masyarakat dalam membangun ditentukan Sehingga bantuan terkesan sia-sia dan tidak
oleh kemauan dan kemampuan masyarakat. berdampak pada penyelesaikan kemiskinan.
Menurut Clegg dan Marginn dalam Lawson Banyak faktor yang menyebakan masyarakat
dan Kearns (2010:1462), pemberdayaan seperti itu yaitu, bantuan yang tidak sesuai
masyarakat muncul karena bentuk dengan yang dibutukan masuyarakat,
kekalahan dan tidak berdaya. Oleh karena

Teknik PWK; Vol. 4 ; No. 2 ; hal. 253-268 | 266


Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat … Nuskhiya Asfi dan Holi Bina Wijaya

kurangnya modal usaha (financial) dan sifat Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi
masyarakat yang malas berusaha. Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Astuti, Winny. 2009. Slum and Squatter
REKOMENDASI Settlements in Surakarta (Institutional
Berdasarkan kesimpulan tersebut di constraints and Potencies for self-help
atas, dapat disampaikan rekomendasi Housing Development) Dalam
sebagai berikut: Prosseding Sustainable (slum
1. Jenis program pengentasan kemiskinan upgrading in urban area) Informal
yang dilaksanakan seharusnya sesuai settlements and affordable housing.
dengan kebutuhan masyarakat/keluarga Di publikasikan oleh unit of research
miskin yang menjadi sasaran program. and empowerment of housing and
Melibatkan mereka dalam menentukan human settlements resources PIPW
jenis program yang dibutuhkan LPPM UNS: ITS CIB REPORT
merupakan salah satu kunci ketepatan PUBLICATION.
menentukan jenis program yang Bappenas. 2004. Rencana Strategik
dibutuhkan dan masyarakat/keluarga Penanggulangan Kemiskinan di
yang berhak menerima program tersebut. Indonesia. Jakarta.
2. Pemberdayaan dalam program Bappenas. 2007. Laporan Perkembangan
pengentasan kemiskinan sebaiknya Pencapaian Millenium Development
diposisikan sebagai proses, sehingga Goals Indonesia. Jakarta:Kementerian
diharapkan masyarakat mengikuti setiap Negara Perencanaan Pembangunan
proses dalam pengentasan kemiskinan. Nasional/Badan Perencanaan
Seperti masyarakat penerima manfaat Pembangunan Nasional
ikut terlibat dalam memutuskan kegiatan Mikkelsen, Britha. 2003. Metode Penelitian
atau program yang sesuai dengan Partisipatoris dan Upaya-Upaya
kebutuhan masyarakat. Hal ini agar Pemberdayaan. Terjemah: Matheos
tujuan dari pemberdayaan masyarakat Nalle. Jakarta: Yayasan Obor
tercapai yaitu menjadikan masyarakat Indonesia.
miskin yang tidak berdaya menjadi Mubyarto. 2003. ”Penanggulangan
berdaya untuk keluar dari lingkaran Kemiskinan di Indonesia”. Jurnal
kemiskinan. Ekonomi Rakyat, Th. 02/ April 2003.
3. Memberikan pendampingan kepada Lawson, Louise dan Ade Kearns. 2010.
masyarakat setelah program Gerdu Community Empowerment in The
Kempling terlaksana. Sehingga Context of the Glasgow Housing Stock
masyarakat mempunyai keyakinan dan Transfer. Urban Studies, Vol.47 (7),
kemauan untuk memanfaatkan apa yang Januari, hal. 1459-1478.
mereka peroleh guna meningkatkan taraf Panudju, Bambang. 1999. Pengadaan
hidup mereka. Perumahan Kota dengan Peran serta
Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
DAFTAR PUSTAKA Bandung: Penerbit Alumni.
Adiyoso, Wignyo. 2009. Menggugat Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat
Perencanaan Partisipatif dalam Memberdayakan Rakyat. Bandung:
Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Refika Aditama.
ITS Press. Tulus, Agus.1996. Manajemen Sumber Daya
Akindola, Rufus B. 2009. Towards a Manusia. Jakarta : Gramedia Pustaka
Definition of Poverty : Poor People's Utama
Perspectives and Implications for World Bank. 2001. Causes of Poverty and
Poverty Reduction. Journal of a Framework for Action. Chapter 2 in
Developing Societies, Vol. 25 (2), hal. The World Development Report
121-150.

Teknik PWK; Vol. 4 ; No. 2 ; hal. 253-268 | 267


Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat … Nuskhiya Asfi dan Holi Bina Wijaya

2000.2001: Attacking Proverty. The


World Bank/Oxford University Press

Teknik PWK; Vol. 4 ; No. 2 ; hal. 253-268 | 268

Anda mungkin juga menyukai