Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

A. DEFENISI
DHF merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk
golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina. (Alimul, 2011:119).
Demam berdarah dengue atau haemorragic fever adalah penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh virus dengue (albovirus) dan ditukarkan oleh nyamuk aedes, yaitu aedes
aegypti dan aedes albopictus (Wijayaningsih, 2013:233).

B. ETIOLOGI
Virus dengue sejenis arbo virus (Arthropod borne viruses ) artinya virus yang ditularkan
melalui gigitan antropoda misal nyamuk aedes aegypti ( betina ) .Infeksi yang pertama kali
dapat memberi gejala sebagai dengue fever dengan gejala utama demam,nyeri otot/sendi.
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae.Terdapat 4 serotipe virus yaitu
DEN-1, DEN-2,DEN -3,DEN-4. Keempatnya ditemukan diindonesia dengan DEN-3 serotype
terbanyak . Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody terhadap serotype yang
bersangkutan, sedangkan tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotype lain tersebut . Seorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh
3 atau 4 serotype selama hidupnya.Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan
diberbagai daerah di Indonesia ( sujono, 2010 )

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi DHF berdasarkan kriteria menurut WHO yaitu :
1. Derajat I ( ringan )
Demam mendadak dan sampai 7 hari di sertai dengan adanya gejala yang tidak khas
dan uji turniquet (+).
2. Derajat II ( sedang )
Lebih berat dari derajat I oleh karena di temukan pendarahan spontan pada kulit misal
di temukan adanya petekie, ekimosis, pendarahan
3. Derajat III ( berat )
Adanya gagal sirkulasi di tandai dengan laju cepat lembut kulit dngin gelisah tensi
menurun manifestasi pendarahan lebih berat( epistaksis, melena)
4. Derajat IV ( DIC )
Gagal sirkulasi yang berat pasien mengalami syok berat tensi nadi tak teraba.
D. PATOFISIOLOGI
Virus dongue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
aedes dan menginfeksi pertama kali member gejala DF. Pasien akan mengalami gejala
viremia, sakit kepala, mual, nyei otot, pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorokkan,
timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pasa RES seperti pembesaran kelenjar
getah bening, hati dan limfa. Reaksi yang berbeda Nampak bila seseorang mendapatkan
infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Berdasarkan hal itu timbullah the
secondary heterologous infection atau sequential infection of hypothesis. Re- infeksi akan
menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibody, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks
antigen antibody (kompleks virus antibody) yang tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai
berikut:
- Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen, yang berakibat
dilepasnya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut,
suatu keadaan yang sangat berperan terjadinya renjatan.
- Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami metamorphosis.
Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis akan dimusnahkan oleh system
retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan
agregasi, trombosit akan melepaskan vasokoaktif (histamine dan serotonin) yang bersifat
meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit factor III yang
merangsang koagulasi intravascular.
- Terjadinya aktivasi factor hegamen (factor XII) dengan akibat kahir terjadinya
pembentukan plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan
penghancuran fibrin menjadi fibrinogen degradation product. Disamping itu aktivasi
akan merangsang system kinin yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas
dindin pembuluh darah.
(Padila, 2012)

E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam tinggi selama 5-7 hari
2. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit; ptechie, ekhimosis, hematoma
3. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria
4. Trombositopenia <100.000/ul
5. Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, konstipasi
6. Nyeri otot,tulang sendi,abdomen dan ulu hati
7. Sakit kepala
8. Pembengkakan sekitar mata
9. Pembesaran hati,limpa,dan kelenjar getah bening
10. Tanda – tanda renjatan ( sianosis,kulit lembab dan dingin ,tekanan darah
menurun,gelisah, capillary refill lebih dari dua detik .
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Darah lengkap :
- Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat 20 % / lebih ),
- Trombositopenia 100.000/mmᶾ atau kurang .
- Hemoglobin meningkat lebih dari 20%.
- Lekosit menurun (lekopenia) pada hari kedua atau ketiga.
- Masa perdarahan memanjang.
- Protein rendah (hipoproteinemia)
- Natrium rendah (hiponatremia)
- SGOT/SGPT bisa meningkat
- Astrup : Asidosis metabolic
b. Serologi : uji HI ( hemoaglutination inhibition test )
c. Rontgen thoraks : Efusi pleura
d. Urine : Kadar albumin urine positif (albuminuria)
H. KOMPLIKASI
1. Perdarahan luas
2. Syok (rejatan)
3. Pleural Effusion
4. Penurunan kesadaran
I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Terapeutik
a. Minum banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan air teh ,gula, atau susu dan diberi
makanan lunak
b. Antipireutik jika terdapat demam
c. Antikonvulsan jika terdapat kejang
d. Memberikan cairan melalui infuse, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan
minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat .
e. Tirah baring
2. Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan :
a. Pemasangan infuse RL/Asering dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah
renjatan diatasi
b. Observasi keadaan umum (Tanda – tanda Vital ) tiap 3 jam jika kondisi pasien
memburuk, observasi ketat tiap jam.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
 Umur: DHF merupakan penyakit tropik yang sering menyebabkan kematian
pada anak dan remaja.
 Jenis kelamin: secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada penderita
DHF. Tetapi kematian lebih sering ditemukan pada anak perempuan daripada
anak laki-laki.
 Tempat tinggal: penyakit ini semula hanya ditemukan di beberapa kota besar
saja, kemudian menyebar kehampir seluruh kota besar di Indonesia, bahkan
sampai di pedesaan dengan jumlah penduduk yang padat dan dalam waktu
relatif singkat. biasanya nyamuk pembawa vector banyak ditemukan pada
daerah yang banyak genangan air atau didaerah yang lembab.
2. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan demam tinggi mendadak dan terus menerus
selama 2-7 hari, terdapat petechie pada seluruh kulit, perdarahan gusi, neyri
epigastrium, epistaksis, nyeri pada sendi-sendi, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual
dan nafsu makan menurun
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh,
sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terinfeksi penyakit DHf bisa terulang terjangkit
DHF lagi, tetapi penyakit ini tak ada hubungan dengan penyakit yang perna diderita
dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan,
Penyakit DHF dibawah oleh nyamuk jadi bila terdapat anggota keluarga yang
menderita penyakit ini dalam satu rumah besar kemungkinan tertular karena penyakit
ini ditularkan lewat gigitan nyamuk.

6. Riwayat Kesehatan Lingkungan


Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat tinggal nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air, vas
bunga yang jarang diganti airnya, kaleng bekas tempat penampungan air, botol dan
ban bekas. Tempat –tempat seperti ini biasanya banyak dibuat sarang nyamuk Janis
ini. Perlu ditanyakan pula apakah didaerah itu ada riwayat wabah DHF karena inipun
juga dapat terulang kapan-kapan
7. Pengkajian Per Sistem
a. Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan
dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
b. Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV
dapat trjadi DSS
c. Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni,
pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi,
cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan
tekanan darah tak dapat diukur.
d. Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan,
mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
e. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan
nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
f. Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada
uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan
pada kulit.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi hubungan dengan proses penyakit.
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia dan sakit menelan.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.

C. INTERVENSI
1. Hipertermi hubungan dengan proses penyakit.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pasien dengan
hipertermi diharapkan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
 NOC - Temperature Regulation 3900
a. Suhu dalam rentang normal (36-37)
b. Nadi dan RR dalam rentang normal (nadi 60-100x/menit.RR:16-24X/Menit)
c. Tidak ada perubahan warna kulit,dan tidak pusing tidak merasa mual
 NIC - Thermoregulation 0800
a. Monitor suhu maksimal 4 jam sekali
b. Monitor TTV (TD,N.Suhu,RR)
c. Monitor intake dan output cairan.
d. Selimuti pasien
e. Tingkatkan sirkulasi udara
f. Catat adanya fluktasi tekanan darah
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia dan sakit menelan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pasien dengan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh diharapkan dapat
teratasi dengan kriteria hasil :
 NOC - Nutritional Status (status nutrisi)
a. Intake nutrisi meningkat sesuai dengan diit
b. Intake makanan dan cairan meningkat sesuai dengan diet
a. Menunjukkan perubahan prilaku/pola hidup untuk
menigkatkan/mempertahankan BB.

 NIC - Nutrition Management


a. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan,catat turgor kulit.BB,Intergritas
mukosa oral,kemampuan menelan,riwayat mual/muntah/diare
b. Pastikan pola diet biasa pasien
c. Awasi masukan dan pengeluaran nutrisi dan BAB secara periodik
d. Selidiki adanya anoreksia

3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan


intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pasien dengan
resiko kekurangan volume cairan diharapkan dapat teratasi dengan kriteria
hasil :
 NOC - Balance Fluid
a. Tekanan darah dalam batas normal
b. Intake output 24 jam seimbang
c. Tidak ada suara nafas tambahan
d. Tidak ada asites
e. Tidak ada edema
f. Tidak gelisahh/cemas
 NIC - Fluid Management
a. Monitor BB setiap hari
b. Set tetesan infus permenit
c. Tingkatkan oral intake
d. Monitor hasil lab yang relevan (BUN, HMT, albumin)
e. Monitor status hemodinamik
f. Monitor TTV
g. Monitor tanda dan gejala retensi cairan
h. Berikan diet

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. A. A. (2011). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan


Padila. (2012). Keperawatan Medikal Bedah . Yogyakarta: Nuha Medika
Riyadi, Sujono dan suharsono . 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit . Yogyakarta :
Gosyen publishing .

Wijayaningsih, K. S. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai