PENDAHULUAN
Kelahiran buah hati adalah sebuah kebahagiaan bagi setiap pasangan suami istri. Dan
kebahagiaan menyambut kelahiran bayi tentunya harus selalu disyukuri. Anak adalah karunia
yang teramat indah dan tak mampu diungkapkan dengan kata-kata. Proses melahirkan bayi
adalah sebuah perjuangan mulia bagi seorang ibu karena harus mempertaruhkan nyawanya.
Islam sebagai agama yang menggariskan panduan hidup yang sempurna patut dijadikan
pedoman kepada semua penganutnya. Adab-adab menyambut kelahiran bayi seharusnya menjadi
amalan kepada semua ibu dan bapak. Terdapat beberapa panduan yang patut dilakukan oleh ibu
dan bapak dalam menyambut buah hati yang dikandung oleh Ibu hingga selamat lahir ke dunia.
Namun begitu, tidak banyak perbedaan dalam melaksanakan adab menyambut kelahiran bayi
dalam Islam sesuai dengan sifat agama Islam itu yang mudah dan praktikal.
Panggilan menyambut anak lelaki adalah disebut "Salamun Zakrun" yang berarti: Salam
sejahtera anak lelaki. Sedangkan panggilan untuk menyambut anak perempuan adalah "Salamun
An-Nisaa" yang berarti: Salam sejahtera anak perempuan.
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
sebagai berikut :
1. Apa saja yang dilakukan dalam menyambut kedatangan bayi sesuai ajaran Agama Islam ?
1.3 Tujuan
1. Sebagai pengetahuan bagi para calon orang tua tentang cara Agama Islam dalam menyambut
kedatangan bayi
2. Sebagai sebuah referensi atau media alternatif untuk mempelajari Agama Islam
3. Tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
1.4 Manfaat
1. Pembaca dapat mengetahui cara menyambut bayi yang sesuai dengan ajaran Agama Islam
BAB II
PEMBAHASAN
Adab Menyambut Kelahiran Bayi Menurut Islam
Anak adalah karunia Allah yang tiada terhingga bagi semua keluarga. Keberadaannya sangat
dinantikan karena akan menjadi penerus sejarah manusia, dan menjadi salah satu penguat ikatan
berumah tangga. Banyak pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak sangat berharap agar
segera mendapatkannya. Ini menunjukkan demikian penting kehadiran anak bagi semua umat
manusia.
Agama Islam telah memberikan perhatian yang sangat detail tentang anak, sejak proses konsepsi,
kehamilan, kelahiran, sampai pendidikan ketika anak lahir dan masa tumbuh kembang hingga
dewasa. Semua mendapatkan perhatian dan tuntunan yang teliti. Ini menunjukkan demikian
penting menjaga, merawat, serta mendidik anak sejak awal.
Dalam agama Islam, ada beberapa adab atau tuntunan dalam menyambut kelahiran bayi.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mendoakan Bayi
Hendaknya orang tua mendoakan untuk kebaikan bagi bayi yang baru lahir. Bukan hanya orang
tua, bahkan orang lain turut mendoakan ketika mendengar berita kelahiran bayi. Dalam rubrik
www.konsultasisyariah.com dijelaskan, ada beberapa tuntunan doa bagi bayi yang baru lahir.
Pertama, doa memohon keberkahan untuk si anak.
Dari Abu Musa Ra, beliau mengatakan, “Ketika anakku lahir, aku membawanya ke hadapan
Nabi saw. Beliau memberi nama bayiku, Ibrahim dan men-tahnik dengan kurma lalu
mendoakannya dengan keberkahan. Kemudian beliau kembalikan kepadaku. (HR. Bukhari 5467
dan Muslim 2145).
Hal yang sama juga dilakukan oleh Rasulullah saw kepada putra Asma bintu Abu Bakr, yang
bernama Abdullah bin Zubair. Sesampainya Asma hijrah di Madinah, beliau melahirkan
putranya, Abdullah bin Zubair. Bayi ini dibawa ke hadapan Nabi saw. Asma mengatakan, “…
Kemudian Nabi saw minta kurma, lalu beliau mengunyahnya dan meletakkannya di mulut si
bayi. Makanan pertama yang masuk ke perut si bayi adalah ludah Rasulullah saw, kemudian
beliau mendoakannya dan dan memohon keberkahan untuknya” (HR. Bukhari 3909).
Tidak ada teks doa khusus yang isinya permohonan berkah untuk anak. Dalam Fatawa Syabakah
Islam dinyatakan, “Tidak terdapat dalil – sepengetahuan kami – yang menunjukkan
dianjurkannya membaca ayat Al-Quran atau doa tertentu ketika seorang anak dilahirkan. Baik
doa dari ibunya, bapaknya, atau doa dari orang lain” [Fatawa Syabakah Islam, di bawah
bimbingan Dr. Abdullah Al-Faqih, no. 13605].
Karena itu, kita bisa berdoa dengan bahasa apapun yang kita pahami. Misalnya dengan
membaca, “Baarakallahu fiik” (semoga Allah memberkahi kamu) atau semacamnya.
Kedua, doa memohon perlindungan dari godaan setan.
Salah satu contohnya adalah doa yang dipraktekkan oleh istri Imran, ibunya Maryam. Allah
menceritakan kejadian ketika istri Imran melahirkan Maryam:
Tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesunguhnya aku
melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu;
dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai Dia
Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada
(pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk.” (QS. Ali Imran: 36).
Satu hal yang istimewa, karena doa ibu Maryam inilah ketika Maryam lahir, dia tidak diganggu
setan, demikian pula ketika Nabi Isa dilahirkan. Allah mengabulkan doa ibunya Maryam. Dari
Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, “Setiap bayi dari anak keturunan adam akan ditusuk
dengan tangan setan ketika dia dilahirkan, sehingga dia berteriak menangis, karena disentuh
setan. Selain Maryam dan putranya (HR. Bukhari 3431).
Kemudian Abu Hurairah ra, membaca surat Ali Imran ayat 36 di atas.
Kita bisa meniru doa istri Imran ini. Hanya saja, perlu disesuaikan dengan jenis kelamin bayi
yang dilahirkan. Karena perbedaan kata ganti dalam bahasa arab antara lelaki dan perempuan.
Jika bayi yang dilahirkan perempuan, bisa membaca doa:
الر ِج ِيم
َّ انِ طَ ش ْيَّ اَللَّ ُه َّم إِنِِّي أ ُ ِعيذُهَا بِكَ َوذُ ِ ِّريَّتَ َها ِمنَ ال
Jika bayi yang lahir laki-laki, bisa membaca doa:
الر ِج ِيم
َّ ان
ِ طَ ش ْي َّ اَللَّ ُه َّم إِنِِّي أ ُ ِعيذُهُ بِكَ َوذُ ِ ِّريَّتَهُ ِمنَ ال
“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu untuknya dan untuk keturunannya dari setan
yang terkutuk.”
Kita juga bisa memohon perlindungan untuk anak dari gangguan setan, dengan doa seperti yang
pernah dipraktekkan Nabi saw, ketika mendoakan cucunya Hasan dan Husain.
Ibnu Abbas menceritakan, bahwa Rasulullah saw membacakan doa perlindungan untuk kedua
cucunya,
َو ِم ْن ُك ِِّل َعي ٍْن ََل َّم ٍة،ٍان َوهَا َّمة
ٍ ط َ ش ْي َ ِم ْن ُك ِِّل،َّللاِ التَّا َّم ِة
َّ ت ِ أ ُ ِعيذ ُ ُك َما ِب َك ِل َما
“Aku memohon perlindungan dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari semua godaan
setan dan binatang pengganggu serta dari pAndangan mata buruk” (HR. Abu Daud 3371, dan
dishahihkan al-Albani).
Kita bisa meniru doa beliau ini, dengan penyesuaian jenis kelamin bayi.
Jika bayi yang dilahirkan perempuan, bisa dibaca doa:
َو ِم ْن ُك ِِّل َعي ٍْن ََل َّم ٍة،ٍان َوهَا َّمة
ٍ ط َ ش ْي َ ِم ْن ُك ِِّل،َّللاِ التَّا َّم ِةَّ ت ِ أ ُ ِعيذ ُ ِك بِ َك ِل َما
Dengan lafazh : U’iidzuki …..
Jika bayi yang lahir laki-laki, bisa membaca doa:
َو ِم ْن ُك ِِّل َعي ٍْن ََل َّم ٍة،ٍان َوهَا َّمةٍ ط َ ش ْي َ ِم ْن ُك ِِّل،َّللاِ الت َّا َّم ِةَّ ت ِ أ ُ ِعيذُكَ ِب َك ِل َما
Dengan lafazh : U’iidzuka …..
3. Tahnik
Kita perhatikan tindakan yang dilakukan Rasulullah saw terhadap bayi yang baru saja lahir,
sebagaimana penuturan istri beliau, Aisyah ra:
“Apabila didatangkan bayi yang baru lahir ke hadapan Rasulullah saw, maka beliau mendoakan
barakah kepadanya dan mentahniknya” (HR. Imam Bukhari no. 5468 dan Imam Muslim no.
2147).
Yang dimaksud dengan tahnik adalah mengunyah kurma sampai lumat hingga bisa ditelan,
kemudian menyuapkan kurma lembut tersaebut ke mulut bayi. Apabila tidak didapatkan kurma,
maka diganti dengan makanan manis lain yang bisa digunakan untuk mentahnik. Para ulama
bersepakat bahwa istihbab (disenangi) melakukan tahnik pada hari kelahiran anak. Demikian
dijelaskan oleh Imam An Nawawi rahimahullah ketika menerangkan tahnik ini.
Perbuatan Rasulullah saw ini bisa kita lihat dalam hadits Anas bin Malik ra, “Aku membawa
Abdullah bin Abi Thalhah al Anshari kepada Rasulullah saw pada hari kelahirannya, dan waktu
itu beliau menggunakan mantelnya sedang mengecat untanya dengan ter. Lalu beliau bertanya:
“Apakah engkau membawa kurma?” Aku menjawab: “Ya.”
Kemudian kuberikan pada beliau beberapa buah kurma, lalu beliau masukkan ke mulut dan
mengunyahnya. Kemudian beliau membuka mulut bayi dan meludahkan kurma itu ke mulut
bayi. Mulailah bayi itu menggerak-gerakkan lidahnya untuk merasakan kurma tersebut. Maka
Rasulullah saw bersabda, “Kesukaan Anshar adalah kurma,” dan beliau memberinya nama
Abdullah” (HR. Imam Bukhari no. 5470 dan Imam Muslim no. 2144).
Hadits Anas bin Malik di atas juga memberikan penjelasan kepada kita bahwa tahnik dilakukan
dengan menggunakan kurma, dan ini yang utama. Tahnik hendaknya dilakukan oleh orang yang
shalih, baik laki-laki ataupun perempuan. (Syarh Shahih Muslim)
Begitu pula bisa kita simak kisah-kisah tentang pelaksanaan tahnik yang datang dari sahabat-
sahabat yang lainnya. Abu Musa Al Asy’ari ra menceritakan: Telah lahir anak laki-lakiku, lalu
aku membawanya kepada Nabi saw kemudian beliau memberinya nama Ibrahim dan
mentahniknya dengan kurma (HR. Imam Bukhari no. 5467 dan Imam Muslim no. 2145).
Asma’ binti Abi Bakr ra mengisahkan ketika dia mengandung anaknya, Abdullah ibnu Az Zubair
di Mekkah:
“Aku keluar (untuk hijrah), sementara telah dekat waktuku melahirkan. Maka aku pergi ke
Madinah dan aku singgah di Quba’, serta melahirkan di sana. Kemudian aku mendatangi
Rasulullah saw lalu beliau meletakkan anakku di pangkuannya. Kemudian beliau meminta
kurma, dan mengunyahnya lalu meludahkannya ke dalam mulut anakku. Maka yang pertama kali
masuk ke perutnya adalah ludah Rasulullah saw. Beliau mentahniknya dengan kurma, kemudian
mendoakannya dan memintakan barakah baginya. Dan dia adalah bayi pertama yang dilahirkan
dalam Islam (dari kalangan Muhajirin)” (HR. Imam Bukhari no. 5469 dan Imam Muslim no.
2146).
Tujuan tahnik adalah persiapan agar bayi nantinya mudah untuk merasakan manisnya air susu
ibu dan juga agar mulut bayi kuat sehingga mampu menghisap air susu ibunya. Cara mentahnik
bayi adalah dengan meletakkan sedikit buah kurma di atas jari telunjuk dan dimasukkan ke mulut
bayi serta dengan perlahan-lahan digerakkan ke kanan dan kiri. Ini dilakukan agar kurma tadi
bisa menyentuh seluruh mulut bayi hingga terkena rongga tekaknya.
4. Aqiqah
Menurut bahasa kata ‘aqiqah berarti memotong. Dinamakan ‘aqiqah, karena dipotongnya leher
binatang. Ada yang mengatakan bahwa aqiqah adalah nama bagi hewan yang disembelih,
dinamakan demikian karena lehernya dipotong. Ada pula yang mengatakan bahwa ‘aqiqah itu
asalnya ialah : rambut yang terdapat pada kepala si bayi ketika ia keluar dari rahim ibu, rambut
ini disebut ‘aqiqah, karena ia mesti dicukur.
Hukum aqiqah adalah sunnah (muakkad) sesuai pendapat Imam Malik, penduduk Madinah,
Imam Syafi′i dan sahabat-sahabatnya, Imam Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur dan kebanyakan ulama
ahli fiqih (fuqaha).
Dalil aqiqah ini dari Samurah bin Jundab dia berkata : Rasulullah saw bersabda : “Semua anak
bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari ketujuh disembelih hewan (kambing), diberi
nama dan dicukur rambutnya” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad).
Jumlah kambing aqiqah bayi bisa dilihat dari hadits Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw telah
bersabda : “Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua kambing yang sama dan bayi perempuan satu
kambing” (HR Ahmad Tirmidzi, Ibnu Majah).
BAB III
1. Simpulan
Islam sebagai agama yang menggariskan panduan hidup yang sempurna patut dijadikan
pedoman kepada semua penganutnya. Adab-adab menyambut kelahiran bayi seharusnya menjadi
amalan kepada semua ibu dan bapak. Terdapat beberapa panduan yang patut dilakukan oleh ibu
dan bapak dalam menyambut buah hati yang dikandung oleh Ibu hingga selamat lahir ke dunia.
Dengan kita mengenal beberapa panduan menyambut kelahiran anak, maka diharapkan bisa
memberikan kita manfaat serta kita juga bisa mengamalkan sunnah Rasululullah SAW dalam
kelahiran bayi ini.
2 Saran
Sebagai umat Islam sebaiknya kita meyakini sekaligus mengamalkan ajaran yang terdapat dalam
kitab suci Al-Qur`an. Kita yang berpegang teguh pada Aqidah sebaiknya tidak ikut melakukan
ajaran dalam menyambut bayi yang biasa dilakukan oleh masyarakat pada umumnya dimana
ajaran tersebut tidak sesuai dengan ajaran Agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA
http://pama.karangkraf.com/bayi/menyambut-kelahiran-bayi-menurut-islam-1.13832
http://ms.wikipedia.org/wiki/Adab_menyambut_kelahiran_bayi_menurut_Islam
http://abufarras.blogspot.com/2013/02/Tuntunan-Islam-Menyambut-Kelahiran.html
http://rossacalla.blogspot.com/2013/02/adab-adab-menyambut-kelahiran-
bayi.html#axzz2nK3C