Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

TETAPAN RYDBERG

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3

Meivy Nadya Tirajoh ( 15 505 016 )

Jarene C Mamadoa ( 15 505 031 )

Gestiyani Rombe ( 15 505 043 )

Ni Nyoman Sintiani ( 15 505 013 )

Lilia Salombe ( 15 505 009)

Stela Serang ( 15 505 018 )

KELAS A/ SEMESTER V

PENDIDIKAN FISIKA

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN FISIKA

2017
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mentukan tetapan Rydberg dengan spectrum atom Mercury dan spectrum atom
Helium.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Spektrometer 1buah
2. Sumber cahaya helium 1buah
3. Kisi difraksi (300 linnes/mm) 1buah
4. Kumparan Rhumkorf 1buah
5. Power Supply (110-220 , Vs = 1500 V 1buah

III. DASAR TEORI

Suatu sifat gelombang yang menarik adalah bahwa gelombang dapat dibelokkan
oleh rintangan.Secara makroskopis, difraksi dikenal sebagai gejala penyebaran arah yang
dialami seberkas gelombang ketika menjalar melalui suatu celah sempit atau tepi tajam
sebuah benda. Gejala ini juga dianggap sebagai salah satu ciri khas gelombang yang tidak
memiliki partikel, karena sebuah partikel yang bergerak bebas melalui suatu celah tidak
akan mengalami perubahan arah. Ditinjau secara makroskopis, gelombang elektromagnet
yang tiba pada permukaan sebuah layar (screen) akan menggetarkan elektron bagian luar
dari atom-atom layar itu. Diumpamakan cahaya yang ditinjau bersifat monokromatis yang
berarti bahwa medan listriknya berosilasi dengan frekuensi tertentu. Maka setelah tercapai
keadaan stasioner dalam waktu singkat, elektron-elektron tersebut akan berosilasi dengan
frekuensi tertentu dan dengan frekuensi yang sama. Antara gelombang datang dan semua
gelombang radiasi elektron akan terjadi proses interferensi yang mantap.
Kisi difraksi merupakan suatu piranti untuk menganalisis sumber cahaya. Alat ini
terdiri dari sejumlah besar slit-slit paralel yang berjarak sama. Suatu kisi dapat dibuat
dengan cara memotong garis-garis paralel di atas permukaan plat gelas dengan mesin
terukur berpresisi tinggi. celah diantara goresan-goresan adalah transparan terhadap cahaya
dan arena itu bertindak sebagai celah – celah yang terpisah.
Difraksi adalah penyebaran gelombang, contohnya cahaya, karena adanya
halangan.Semakin kecil halangan, penyebaran gelombang semakin besar. Hal ini bisa
diterangkan oleh prinsip Huygens, tiap bagian celah berlaku sebagai sebuah sumber
gelombang, dengan demikian , cahaya dari satu bagian celah dapat berinterferensi dengan
cahaya dari bagian yang lain dan intensitas resultannya pada layar bergantung pada arah θ
yang dirumuskan sebagai berikut:
I = Io sin [β/ β]2
dengan Io adalah intensitas cahaya awal dan β beda fase yang besarnya adalah β= (πd/λ)
sin θ. Agar mendapatkan pola interferensi cahaya pada layar maka harus digunakan dua
sumber cahaya yang koheren (cahaya dengan beda fase tetap). Percobaan Young
menggunakan satu sumber cahaya tetapi dipisahkan menjadi dua bagian yang koheren,
sedangkan percobaan Fresnel menggunakan dua sumber koheren, sehingga pada layar
terjadi pola-pola terang (interferensi konstruktif = maksimum) dan gelap (interferensi
destruktif = minimum).
Pembelokan gelombang yang disebabkan oleh adanya penghalang berupa celah disebut
difraksi gelombang. Sama halnya dengan gelombang, cahaya yang dilewatkan pada sebuah
celah sempit juga akan mengalami lenturan. Difraksi cahaya terjadi juga pada celah sempit
yang terpisah sejajar satu sama lain padajarak yang sama. Celah sempit yang demikian
disebut kisi difraksi. Semakin banyak celah pada sebuah kisi, semakin tajam pola difraksi
yang dihasilkan pada layar. (Widiatmoko, 2008)

Jika berkas cahaya monokhromatis dijatuhkan pada sebuah kisi, sebagian akan
diteruskan sedangkan sebagian lagi akan dibelokkan. Akibat pelenturan tersebut, apabila
kita melihat suatu sumber cahaya monokhromatis dengan perantaraan sebuah kisi, akan
tampak suatu pola difraksi berupa pitapita terang. Intensitas pita-pita terang mencapai
maksimun pada pita pusat dan pita-pita lainnya yang terletak dikiri dan kanan pita pusat.
Intensitas pita berkurang untuk warna yang sama bila pitanya jauh dari pita pusat. Pita-pita
terang terjadi bila selisih lintasan dari cahaya yang keluar dari dua celah kisi yang
berurutan memenuhi persamaan :
m λ= d sin θ atau d.Y/L = m λ
Seberkas cahaya sejajar yang mengenai celah sempit yang berada di depan layar, maka
pada layar tidak terdapat bagian yang terang dengan luas yang sama dengan luas celahnya,
melainkan terdapat terang utama yang kiri kanannya dikelilingi garis/pita gelap dan terang
secara berselang-seling. Peristiwa ini disebut difraksi. Suatu alat optik yang terdiri dari
banyak sekali celah sempit pada jarak yang sama disebut kisi.

Apabila sebuah sinar tegak lurus mengenai sebuah kisi maka akan timbul difraksi. Difraksi
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu difraksi Fresnel dan difraksi Fraunhoffer.
Disebut difraksi Fresnel jika jarak layar kisi relatif dekat dan disebut difraksi Fraunhoffer
jika jarak layar kisi relatif jauh. Difraksi Fraunhoffer dapat juga terjadi walaupun layar
tidak jauh letaknya, dengan cara meletakkan sebuah lensa positif dibelakang kisi dan layar
diletakkan pada titik api lensa tersebut.

Jika jarak antara dua celah yang beraturan (konstanta kisi) d dan sinar yang digunakan
adalah monokromatis dengan panjang gelombang maka disuatu tempat pada layar akan
terang apabila dipenuhi persamaan :

d sin θ = n λ

Apabila sinar yang digunakan polikromatis maka terjadilah garis spektrum yang letaknya
satu sama lain berdampingandengan warna yang bermacam-macam tergantung pada
panjanggelombangnya.Dengan menggunakan metode triangulasi maka besarnya dapat
diperoleh dengan mengukur jarak kisi ke layar dan jarak antara garis spektrum dan terang
utama.

 Difraksi Cahaya pada Kisi

Kisi adalah celah sangat sempit yang diuat dengan menggores sebuah lempengan kaca dengan
intan. Sebuah kisi dapat dibuat 300 sampai 600 celah setiap 1 mm. pada kisi, setiap goresan
merupakan celah. Sebuah kisi memiliki konstanta yang menyatakan banyaknya goresan tiap satu
satuan panjang, yang dilambangkan dengan d, yang juga sering dikatakan menjadi lebar celah.
Dalam sebuah kisi, lebar celah dengan jarak antara dua celah sama apabila banyaknya goresan tiap
satuan panjang dinyatakan dengan N.

Pada sebuah kisi yang disinari cahaya yang sejajar dan tegak lurus kisi, dan di belakang kisi
ditempatkan sebuah layar, maka pada layar tersebut akan terdapat garis terang dan gelap, jika
cahaya yang dipakai dalah monokromatik. Kemudian akan terbentuk deretan spektrum warna jika
cahaya yang digunakan sinar putih (polikromatik). Garis gelap dan terang atau pembentukan
spektrum akanlebih jelas dan tajam jika lebar celahnya semakin sempit atau konstanta kisinya
semakin banyak/besar. Garis gelap dan terang dan spectrum tersebut merupakan hasil interferensi
dari cahaya yang berasal dari kisi tersebut yang jatuh pada layar titik atau tempat tertentu.

Difraksi cahaya juga terjadi jika cahaya melalui banyak celah sempit terpisah sejajar satu sama lain
dengan jarak konstan. Celah semacam ini disebut kisi difraksi atau sering disebut dengan kisi. Kisi
difraksi merupakan piranti untuk menghasilkan spektrum dengan menggunakan difraksi dan
interferensi, yang tersusun oleh celah sejajar dalam jumlah sangat banyak dan memiliki jarak yang
sama (biasanya dalam orde 1.000per mm). Dengan menggunakan banyak celah, garis-garis terang
dan gelap yang dihasilkan pada layar menjadi lebih tajam. Bila banyaknya garis (celah) per satuan
panjang, misalnya cm adalah N, maka tetapan kisi d adalah

d = 1/n

Jika pada difraksi digunakan cahaya putih atau cahaya polikromatik, pada layar akan tampak
spectrum warna, dengan terang pusat berupa warna putih.

Gambar. Difraksi cahaya putih akan menghasilkanpola berupa pita-pita spectrum

Cahaya merah dengan panjang gelombang terbesar mengalami lenturan atau pembelokan paling
besar.Cahaya ungu mengalami lenturan terkecil karena panjang gelombang cahaya atau ungu
terkecil.Setiap orde difraksi menunjukkan spectrum warna.

1. Difraksi Cahaya pada Celah Sempit

Bilacahaya monokhromatik (satu warna) dijatuhkan pada celah sempit, maka cahaya akan di
belokan /dilenturkanseperti gambar berikut

Difraksi pada celah sempit, bila cahaya yang dijatuhkan polikhromatik (cahaya putih\banyak
warna), selain akan mengalami peristiwa difraksi, juga akan terjadi peristiwa interferensi, hasil
interferensi menghasilkan pola warna pelangi
2. Difraksi Cahaya pada Celah Tunggal

Berkas cahaya jatuh pada celah tunggal, seperti pada gambar , akan dibelokan dengan sudut belok
θ. Pada layar akan terlihat pola gelap dan terang.Pola gelap dan terang akan terjadi bila mengalami
peristiwa interferensi

Rumus, hasil interferensi pada celah tunggal dapat dituliskan Sbb :

Interferensi Maksimum (terjadinya pola terang )

d sin θn = (2n – 1) ½ λ

atau

d.p/l= (2n – 1) ½ λ ,

keterangan :
d = lebar celah,
θn = sudut belok,
n = bilangan asli,
λ = panjang gelombang,
l = jarak celah ke layar,
p = jarak antara dua terang atau gelap
n = 1, 2, 3, ……dst
3. Difraksi Terhadap Perbesaran Alat Optik (Difraksi pada celah berlubang)

Difraksi yang terjadi jika cahaya dilewatkan melalui lubang sempit berbentuk lingkaran.seperti
lubang pupil mata manusia, D = diameter pupil, S1 dan S2 dua sumber cahaya, seperti dua lampu
sorot pada mobil.Pola difraksi yang dihasilkan berbentuk lingkaran pada layar atau retina mata
.Pada retina mata ada dua bayangan yang berbentuk lingkaran di S1′ dan S2′, Seperti gambar
berikut/gambar daya urai suatu lensa mata/daya urai alat optic.

4. Difraksi Celah Majemuk (Kisi Difraksi)

Kisi difraksi merupakan piranti untuk menghasilkan spektrum dengan menggunakan


difraksi dan interferensi, yang tersusun oleh celah sejajar dalam jumlah sangat banyak dan
memiliki jarak yang sama (biasanya dalam orde 1.000 per mm).

Gambar. Kisi difraksi.

Dengan menggunakan banyak celah, garis-garis terang dan gelap yang dihasilkan pada
layar menjadi lebih tajam. Bila banyaknya garis (celah) per satuan panjang, misalnya cm
adalah N, maka tetapan kisi d adalah:

d = 1/N
Bila cahaya dilewatkan pada kisi dan diarahkan ke layar, maka pada layar akan terjadi hal-
hal berikut ini.
a. Garis terang (maksimum), bila:d.sin θ = n. λ ; n = 0, 1, 2,
b. Garis gelap (minimum), bila:d.sin θ = (n - 1/2) λ ; n = 1, 2, 3,
Kemampuan lensa untuk membebaskan bayangan dari dua titik benda yang sangat
dekat disebut resolusi lensa. Jika dua titik benda sangat dekat, maka pola difraksi bayangan
yang terbentuk akan tumpang tindih. Kriteria Rayleigh menyatakan bahwa “dua bayangan
dapat diuraikan jika pusat piringan difraksi salah satunya persis di atas minimum pertama
pola difraksi yang lainnya”.
Ukuran kemampuan alat optik untuk membentuk bayangan terpisahkan dari benda-benda
rapat atau untuk memisahkan panjang gelombang radiasi yang rapat disebut daya urai.
Jika atom hidrogen merupakan atom yang paling sederhana, terdiri dari sebuah proton dan
sebuah electron.
Pada tahun 1931 Niels Bhor mengajukan postulat tentang atom hidrogen sebagai berikut:
1) Atom hidrogen terdiri dari sebuah electron yang bergarak dalam suatu lintas edar
berbentuk lingkaran mengelilingi inti atom, gerak electron tersebut di pengaruhi oleh gaya
tarik columb sesuai dengan kaidah mekanika klasik.
2) Lintas edar electron dalam atom hydrogen yang mantap hanyalah yang mempunyai
harga momentum anguler L yang merupakan kelipatan dari tetapan planck di bagi 2𝜋.
dengan tetapan Planck nilainya : 6,626 x 10-34
L=nh
Atau
Mvr = n h / 2𝜋

Dalam lintas edar yang mantap electron yang mengelilingi inti atom tidak memancarkan
energi elektromagnet ; dalam haltersebut energi totalnya tidak berubah. Energi
elektromagnet dipancarkan oleh sistim atom apabila suatu elektron Yangmelintasi orbit
mantap dengan energi E; secara tali sinambungpindahkesuatu orbit mantap lain yang
berenergi Ef; pancaran energi elektromagnetnya memiliki prekuensi memiliki frekuensi
v yang besarnya sama dengan :
𝐸𝑖 −𝐸𝑓
𝑣𝑖 𝑓 =

Kita dapat menghitung radius orbit dan energi total sistem sebagai berikut :
Gaya tarik menarik antara elektron dan inti (gaya columb) besarnya sama dengan gaya
sentripental

1 𝑒 2 𝑚𝑣 2
=
4𝜋𝜀0 𝑟 2 𝑟

berdasarkan postulat dua Niels Bhor m v r = n h

dengan n = bilangan kuantum utama

Maka dari kedua persamaan tersebut dapat di peroleh radius orbit electron sebagai berikut
:

𝑛2 4𝜋𝜀0 ℎ
𝑟=
𝑒 2𝑚

𝑒2
Dengan kecepatan electron meneglilingi inti 𝑟 = 4𝜋𝜀
0 𝑛ℎ

Dengan mengetahui r dan V maka energi total sistem di peroleh sebagai berikut:

1
𝐸𝑛 =
8𝜋𝜀02 𝑛2 ℎ2

Persamaan tersebut secara langsung menunjukan besar energi sistim keadaan statsioner yang
diperbolehkan. energi atom Garis La, Lß adalah deret Lyman Ba, Bß dsb adalah deret Balmer dan
Pa, Pß dan seterusnya adalah deret paschen garis-garis yang diamati pada spectrum berhubungan
dengan transisi antara tingkat-tingkat energi tersebut, menunjukan semua kemungkinan transisi.

Energi suatu garis–garis yang diberikan oleh :

dimana subkrip I dan f masing-masing menyatakan keadaan awal dan akhir. Berdasarkan postulat
Niels Bohr ke empat yang bahwa :

E = hf

dan hubungan antara panjang gelombang dan frekuensi


1/λ = v/c

maka dari persamaan persamaan di atas diperoleh :

1 1 1
= 𝑅 ( 2 − 2 ) 𝑛 = 2,3,4
𝜆 2 𝑛

dengan R menyatakan konstanta rydberg.

Bila nf = 1 dan ni = 2 maka seluruh garis – garis jatuh didaerah cahaya tampak
membentuk deret yang dinamakan deret Lyman.Bila nf = 2 dan ni = 3 seluruh garis –
garis akan jatuh didaerah cahaya tampak membentuk deret yang dinamakan deret Balmer
Garis dengan panjang gelombang terbesar terletak didaerahmerah, disebut Ha yang
bersesuaian dengan ni = 3, selanjutnya Hß bersesuaian dengan ni = 4; Hγ bersesuaian
dengan ni = 5 masing-masing terletak didaerah biru dan hijau;demikian seterusnya dan
yang terkecil adalah H yang terletak di daerah ultra ungu.

IV. JALANNYA PERCOBAAN

1. Mengatur spektrometer sehingga sumbu kolimator tepat berhimpit dengan sumbu


teropong yaitu dengan cara mengarahkan Kolimator pada cahaya lampu tertentu.
2. Mengatur celah Kolimator setipismungkin dan posisinya tepat pada tengah-tengah garis
silang. Mengatur lensa okuler pada teropong agar benda ditak terhingga dapat terlihat jelas.
3. Mengamati skala spektrometer.
4. Meletakan lampu He didepan celah kolimator dan meletakkan kisi dimeja Spektrometer
sehingga bidang kisi tegak lurus terhadap cahaya yang datang dari Kolimator.
5. Menarik teropong ke samping kanan sehingga tampak spektrum warna yang paling kecil
sudut difraksinya kemudian mengamati skala spektrometer.
6. Menarik teropong ke samping kiri sehingga diperoleh warna spektrum yang sama dengan
di posisi kanan dan mengamati skala spektrometer.
7. Mengulangi langkah 3 dan 4 untuk warna spektrum lainnya pada orde satu dan dua.
8. Mengamati skala sudut untuk semua spektrum di langkah 5.
9. Mengulangi langkah 2 s/d 6 untuk lampu gas Natrium.

V. DATA HASIL PENGAMATAN


 Untuk lampu Helium

Sudut pelurus :
 Kanan = 20
 Kiri = 1820
 N = 300 Lines/mm
 n =1
Teropong ditarik ke kanan Teropong ditarik ke kiri
Warna
Nonius Kanan Nonius Kiri Nonius Kanan Nonius Kiri

Merah 356,50 18” 174° 0” 190 - 1990 0”

Kuning 3570 0’’ 178,50 17’’ 17,50 7” 197,50 0”

Hijau 3590 0’’ 1790 0’’ 160 6” 1960 0”

 Untuk Lampu Merkuri


Kanan = 7,50
Kiri = 187,50
N = 300 Lines/mm
n =1

Teropong ditarik ke kanan Teropong ditarik ke kiri


Warna Nonius Nonius Nonius Nonius
Kanan Kiri kanan Kiri
Kuning 3510 2” 1790 0” 180 15” 197,50 14”

Hijau 3580 5” 179,50 1” -170 5” 1970 1”

Ungu 50 25” 179,50 20” 150 20” 194,50 17”

VI. PENGOLAHAN DATA

 Untuk lampu Helium

 Warna merah

Diketahui :
𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝. 𝑘𝑖𝑟𝑖 = 1990
𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝. 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 = 1740

3𝑥103
𝑛= = 3𝑥10−6
10−3
Ditanya : R
Penyelesaian :
𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝.𝑘𝑖𝑟𝑖− 𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝.𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛
ϴkuning =
2
199 − 174
= = 12,50
2
 𝑛𝜆 = 𝑑 sin 𝜃
𝑑
𝜆 = sin 𝜃
𝑛
𝑑
𝜆 = sin 12,5°
𝑛
𝜆 = (3𝑥10−6 )(0.216)
𝜆 = 0.648𝑥10−6 𝑚 = 6,48𝑥10−7 𝑚
1 1 1
 = 𝑅( − )
𝜆 4 9
0,154𝑥10−7 = 𝑅(0,25 − 0,111)
0,154 𝑥10−7
𝑅=
0.139
𝑅 = 1,107𝑥10−7

 Warna Kuning

Diketahui :

𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝. 𝑘𝑖𝑟𝑖 = 197,50


𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝. 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 = 176,78°

3𝑥103
𝑛= = 3𝑥10−6
10−3
Ditanya : R
Penyelesaian :
𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝.𝑘𝑖𝑟𝑖− 𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝.𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛
ϴkuning =
2
197,5 − 178,78
= = 9,360
2
 𝑛𝜆 = 𝑑 sin 𝜃
𝑑
𝜆 = sin 𝜃
𝑛
𝑑
𝜆 = sin 9,36°
𝑛
𝜆 = (3𝑥10−6 )(0,16)
𝜆 = 0.48𝑥10−6 𝑚 = 4,8𝑥10−7 𝑚
1 1 1
 = 𝑅( − )
𝜆 4 16
0.208𝑥10−7 = 𝑅(0,25 − 0,06)
0,208 𝑥10−7
𝑅=
0.19
𝑅 = 1,094𝑥10−7

 Warna Hijau

Diketahui :
𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝. 𝑘𝑖𝑟𝑖 = 1960
𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝. 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 = 179°

3𝑥103
𝑛= = 3𝑥10−6
10−3
Ditanya : R
Penyelesaian :
𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝.𝑘𝑖𝑟𝑖− 𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝.𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛
ϴkuning =
2
196 − 179
= = 8,50
2
 𝑛𝜆 = 𝑑 sin 𝜃
𝑑
𝜆 = sin 𝜃
𝑛
𝑑
𝜆 = sin 8,5°
𝑛
𝜆 = (3𝑥10−6 )(0,147)
𝜆 = 0.441𝑥10−6 𝑚 = 4,41𝑥10−7 𝑚
1 1 1
 𝜆
= 𝑅 (4 − 25)
0,226𝑥10−7 = 𝑅(0,25 − 0,04)
0,226 𝑥10−7
𝑅=
0,21
𝑅 = 1,076𝑥10−7

 Warna ungu
Diketahui :

𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝. 𝑘𝑖𝑟𝑖 = 195,680


𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝. 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 = 179,7°

3𝑥103
𝑛= = 3𝑥10−6
10−3
Ditanya : R
Penyelesaian :
𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝.𝑘𝑖𝑟𝑖− 𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝.𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛
ϴkuning =
2
195,68 − 180,7
= = 7,490
2
 𝑛𝜆 = 𝑑 sin 𝜃
𝑑
𝜆 = sin 𝜃
𝑛
𝑑
𝜆 = sin 7,49°
𝑛
(3𝑥10 −6 )(0,13)
𝜆=
𝜆 = 0.39𝑥10−6 𝑚 = 3,9𝑥10−7 𝑚
1 1 1
 𝜆
= 𝑅 (4 − 49)
0,239𝑥10−7 = 𝑅(0,25 − 0,02)
0,256 𝑥10−7
𝑅=
0,23
𝑅 = 1,113𝑥10−7

 Untuk lampu Merkuri

 Warna Kuning
Diketahui :
𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝. 𝑘𝑖𝑟𝑖 = 197,730
𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝. 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 = 176,330
3𝑥103
𝑛= = 3𝑥10−6
10−3
Ditanya : R?
Penyelesaian :
𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝.𝑘𝑖𝑟𝑖− 𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝.𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛
ϴkuning =
2
197,73 − 179
= = 9,360
2
 𝑛𝜆 = 𝑑 sin 𝜃
𝑑
𝜆 = sin 𝜃
𝑛
𝑑
𝜆 = sin 9,36°
𝑛
𝜆 = (3𝑥10−6 )(0.162)
𝜆 = 0.486𝑥10−6 𝑚 = 4,86𝑥10−7 𝑚
1 1 1
 = 𝑅( − )
𝜆 4 16
0.205𝑥10−7 = 𝑅(0,25 − 0,06)
0,205 𝑥10−7
𝑅=
0.19
𝑅 = 1,078𝑥10−7

 Warna Hijau
Diketahui :
𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝. 𝑘𝑖𝑟𝑖 = 197,010
𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝. 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 = 178,510
3𝑥103
𝑛= = 3𝑥10−6
10−3
Ditanya : R?
Penyelesaian :
𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝.𝑘𝑖𝑟𝑖− 𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝.𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛
ϴhijau =
2
197,01 − 179,51
= = 8,750
2

 𝑛𝜆 = 𝑑 sin 𝜃
𝑑
𝜆 = sin 𝜃
𝑛
𝑑
𝜆= sin 8,75°
𝑛
𝜆 = (3𝑥10−6 )(0.152)
𝜆 = 0.456𝑥10−6 𝑚 = 4,56𝑥10−7 𝑚
1 1 1
 𝜆
= 𝑅 (4 − 25)
0.219𝑥10−7 = 𝑅(0,25 − 0,04)
0,219 𝑥10−7
𝑅=
0.21
𝑅 = 1,042𝑥10−7

 Warna Ungu
Diketahui :
𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝. 𝑘𝑖𝑟𝑖 = 194,780
𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝. 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 = 180,830

3𝑥103
𝑛= = 3𝑥10−6
10−3
Ditanya :R?
Penyelesaian :
𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝.𝑘𝑖𝑟𝑖− 𝛳𝑘𝑖𝑟𝑖 𝑝.𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛
ϴungu =
2
194,78 − 179,83
= = 7,47°
2
 𝑛𝜆 = 𝑑 sin 𝜃
𝑑
𝜆 = sin 𝜃
𝑛
𝑑
𝜆 = sin 7,47°
𝑛
𝜆 = (3𝑥10−6 )(0.13)
𝜆 = 0.39𝑥10−6 𝑚 = 3,9𝑥10−7 𝑚
1 1 1
 𝜆
= 𝑅 (4 − 49)
0.256𝑥10−7 = 𝑅(0,25 − 0,02)
0,256 𝑥10−7
𝑅=
0.23
𝑅 = 1,113𝑥10−7
VII. TEORI KESALAHAN

 Untuk Lampu Helium


 Warna Merah
1,097 ×10−7 −1,107 ×10−7
X= × 100 %
1,097 ×10−7
= 0,91 %
 Warna kuning
1,097 ×10−7 −1,094 ×10−7
X= × 100 %
1,097 ×10−7
= 0,27 %
 Warna Hijau
1,097 ×10−7 −1,07 ×10−7
X= × 100 %
1,097 ×10−7
= 2,46 %
 Warna ungu
1,097 ×10−7 −1,113×10−7
X= × 100 %
1,097 ×10−7
= 1,45 %

0,91+0,27+2,46+3,28+1,45
∑= = 1,67 %
5

 Untuk Lampu Merkuri


 Kuning
1.097𝑥10−7 − 1.078𝑥10−7
𝑥=( ) 𝑥100% = 1,7 %
1.097𝑥10−7

 Hijau
1.097𝑥10−7 − 1,042𝑥10−7
𝑥=( ) 𝑥100% = 0,5 %
1.097𝑥10−7
 Ungu
1.097𝑥10−7 − 1,113𝑥10−7
𝑥=( ) 𝑥100% = 1,45 %
1.097𝑥10−7

1,7 % + 0,5 % + 1,45 %


∑= = 1,2 %
3

Dari hasil diatas, presentasi kesalahan untuk kedua lampu gas <5%, adapun untuk presentasi
kesalahan terbesar adalah pada lampu gas helium. Adapun faktor-faktor kesalahan yang
mempengaruhi praktikan selama melakukan praktikum antara lain:

1. Kesalahan Pengamatan
Praktikum tetapan Rydberg ini dilakukan pada ruangan yang gelap dan memungkinkan untuk
terjadinya kesalahan pembacaan. Dalam praktikum yang dilakukan praktikan dan kelompoknya
sendiri telah beberapa kali salah membaca skala sebelum dikoreksi oleh asisten/pengawas
praktikum serta, terjadi juga 2 kali pengambilan data sebelum di serahkan kepada dosen
penanggungjawab.
2. Kesalahan Instrumen/Alat
Dalam praktikum yang dilakukan, praktikan dan kelompoknya kesulitan menggunakan
spektrometer karena keadaan alat yang sudah tua dan kurang akurat dan indikator penunjuk di
depan kolimator (berupa sehelai rambut/benang tipis) tidak dapat berdiri tegak dan seringkali
bergeser sehingga harus dilakukan kalibrasi kembali. Selain itu, piringan skala spektrometer
seringkali bergeser sendiri karena screw lock yang tidak terpasang dengan mantap. Praktikan harus
melakukan pengamatan dengan anggota kelompok lain untuk memastikan bahwa spektrum warna
yang diinginkan telah didapat.

3. Keterkaitan Materi
Dalam praktikum tetapan rydberg, konsep dasar yang digunakan adalah difraksi cahaya. Difraksi
adalah pelenturan muka gelombang ketika melewati celah sempit, pola difraksi gelombang cahaya
dapat diamati dengan menggunakan eksperimen kisi difraksi. Kisi difraksi sendiri terdiri atas
banyak celah dengan lebar yang sama. Lebar tiap celah pada kisi difraksi disebut konstanta kisi
dan dilambangkan dengan d.

Jika dalam sebuah kisi sepanjang 1 cm terdapat N celah konstanta kisinya adalah
Analogi dengan pola interferensi celah ganda Young, pola terang difraksi celah tunggal diperoleh
jika:

d sin θ = n λ, dengan n = 0, 1, 2, 3, …

dengan d adalah lebar celah.

Kemudian, konsep selanjutnya adalah spektrum garis atomik, jika sebuah gas diletakkan di dalam
tabung kemudian arus listrik dialirkan ke dalam tabung, gas akan memancarkan cahaya dalam
bentuk spektrum garis dan bukan spektrum yang kontinu.

Spektrum garis membentuk suatu deretan warna cahaya dengan panjang gelombang berbeda.
Misalnya, untuk gas hidrogen yang merupakan atom yang paling sederhana, deret panjang
gelombang ini ternyata mempunyai pola tertentu yang dapat dinyatakan dalam bentuk
persamaan matematis. Balmer menyatakan deret untuk gas hidrogen sebagai persamaan
berikut ini. selanjutnya, deret ini disebut deret Balmer.

Beberapa orang yang lain kemudian menemukan deret-deret yang lain selain deret Balmer
sehingga dikenal adanya deret Lyman, deret Paschen, Bracket, dan Pfund. Pola deret-deret
ini ternyata serupa dan dapat dirangkum dalam satu persamaan. Persamaan ini disebut deret
spektrum hidrogen.

Dimana R adalah konstanta Rydberg yang nilainya 1,097 × 107m−1.


Lalu, kita kaji postulat Bohr tentang atom hidrogen sebagai berikut:

1. Atom hidrogen terdiri dari sebuah elektron yang bergerak dalam suatu lintas edar
berbentuk lingkaran mengelilingi inti atom, gerak elektron tersebut dipengaruhi oleh gaya tarik
Coulomb.
2. Lintas edar elektron dalam atom hidrogen yang mantap hanyalah yang mempunyai harga
momentum anguler L yang merupakan kelipatan dari tetapan Planck dibagi 2𝜋.

Atau

Dalam lintas edar yang mantap elektron yang mengelilingi inti atom tidak memancarkan energi
electromagnet, dalam hal tersebut energi totalnya tidak berubah. Energi elektromagnet
dipancarkan oleh sistim atom apabila suatu elektron melintasi orbit mantap dengan energi E i,
secara berkesinambung

pindah ke suatu orbit mantap lain yang berenergi E f, pancaran energi elektromagnetnya
memiliki frekuensi 𝜋 yang besarnya sama dengan :

Kita dapat menghitung radius orbit dan energi total system sebagai berikut:

Gaya tarik menarik antara elektron dan inti (gaya coulomb) besarnya sama dengan gaya sentripetal:

Berdasarkan postulat dua Niels Bohr

Maka dari kedua persamaan tersebut dapat diperoleh radius orbit elektron sbb:
dan kecepatan elektron mengelilingi inti

Dengan mengetahui r dan 𝜋 maka energi total sistim diperoleh sebagai berikut:

Energi suatu garis pada tiap-tiap deret diberikan oleh persamaan berikut :

dimana subkrip i dan f masing-masing menyatakan keadaan awal dan akhir. Berdasarkan
postulat Niels Bohr ke empat yang bahwa :

dan hubungan antara panjang gelombang dan frekuensi

Sehingga dari persamaan persamaan di atas diperoleh :

dengan R menyatakan konstanta rydberg.

VIII. PEMBAHASAN
Dari hasil penamatan dia atas di peroleh nilai R pada lampu helium berwara merah
yaitu 1,107x10−7 𝑚−1, warna kuning yaitu 1,094x10−7 𝑚−1 , warna hijau 1,07x10−7 𝑚−1 , dan
untuk warna ungu yaitu 1,113x10−7 𝑚−1 . Sedangan nilai R pada lampu merkuri untuk
warna kuning yaitu 1,078x10−7 𝑚−1 , untuk warna hijau 1,042x10−7 𝑚−1, dan terakhir untuk
warna ungu yaitu 1,113x10−7 𝑚−1 . Dengan diperolehnya nilai R tersebut maka kita dapat
menemukan berapa presentase kesalahan dari [engolahan data yang telah dilakukan.

Presentase kesalahan untuk lampu helium, yang pertama untuk warna merah yaitu
0,9%, untuk warna kuning yaitu 0,27%, untuk warna hijau yaitu 2,46%, warna biru 3,28%,
dan terakhir di lamu helium yaitu warna ungu memperoleh presentasi kesalahan sebesar
1,47%. Dan total presentase kesalahan pada lampu helium yaitu bernilai 1,67%.

Prersentase kesalahan pada lampu merkuri yaitu yang pertama untuk warna kuning
memperoleh presentase kesalahan sebesar 1,7%, untuk warna hijau yaitu sebesar 0,5%,
dan terakhir untuk warna ungu yaitu sebesar 1,45%. Dan total presentase kesalahan untuk
lmpu merkuri yaitu sebesar 1,2%.

IX. KESIMPULAN

Dari eksperimen yang telah dilakukan dapat disimpulkan :

1. Spektrum warna merah memiliki panjang gelombang terpanjang dan semakin


mendekati spektrum warna ungu maka panjang gelombangnya akan semakin pendek.
2. Semakin besar panjang gelombang, maka sudut difraksi yang terbentuk akan semakin
kecil. Sebaliknya, semakin kecil panjang gelombang, maka sudut difraksi yang
terbentuk akan semakin besar.
3. Tetapan/Konstanta Rydberg untuk setiap spekrum gas nilainya sama, yaitu 1,097
.107𝑚−1, dalam praktikum ini praktikan tidak dapat menemukan nilai yang persis
sama, namun ada beberapa nilai yang mendekati nilai tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
• Dra.J.Tumangkeng,M.Si. 2014. Penuntun Praktikum Laboratorium Fisika I. Tondano:
Fisika FMIPA UNIMA.
• Budiyanto. Joko, 2010, Fisika untuk SMA/MA kelas XII, Pustaka Perbukuan: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
• http://id.wikipedia.org/wiki/Difraksi
• http://fisikamemangasyik.wordpress.com/fisika-3/optik-fisis/c-difraksicahaya/

• P,M. Mondigir. 2013.Laporan Praktikum Laboratorium Fisika I. Jurusan Fisika: FMIPA


UNIMA

Anda mungkin juga menyukai