Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Laporan ILMU TERNAK PERAH ini
disusun secara ringkas dan jelas sehingga memudahkan pembaca untuk memahaminya. Penulis
menyadari bahwa dengan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung yang telah mendukung proses penulisan laporan ini sehingga membawa
hasil yang diharapkan.
Demikian pula dengan kerendahan hati saya selaku manusia menyadari dimana akan
kekurangan, untuk itu saya mengharapkan akan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
mencapai kesempurnaan bagi saya.
penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................... 2
1.3 TUJUAN ............................................................................................................................................ 2
1.4 MANFAAT ........................................................................................................................................ 2
BAB II .......................................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................................. 3
METODELOGI PRAKTIKUM ................................................................................................................ 6
PRAKTIKUM I....................................................................................................................................... 6
PRAKTIKUM II ..................................................................................................................................... 8
PRAKTIKUM III.................................................................................................................................. 10
PRAKTIKUM IV .................................................................................................................................. 11
PRAKTIKUM V ................................................................................................................................... 13
BAB IV ....................................................................................................................................................... 15
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................................. 15
PRAKTIKUM I..................................................................................................................................... 15
PRAKTIKUM II ................................................................................................................................... 18
PRAKTIKUM III.................................................................................................................................. 19
PRAKTIKUM IV .................................................................................................................................. 21
PRAKTIKUM V ................................................................................................................................... 22
BAB V ........................................................................................................................................................ 23
PENUTUP.................................................................................................................................................. 23
5.1 KESIMPULAN ......................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ternak perah merupakan ternak yang menghasilkan susu melebihi kebutuhan konsumsi
susu anak-anak sapi. Produksi susu tersebut dapat dipertahankan sampai waktu tertentu atau
selama masa hidupnya walaupun anak-anaknya sudah disapih atau sudah tidak disusui lagi.
Dengan demikian susu yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sapi perah adalah
suatu jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu. Terdapat beberapa
bangsa sapi perah yaitu Ayrshire, Guernsey, Jersey dan Friesian Holstein (FH) (Blakely dan
Bade, 1995). Sapi-sapi perah di Indonesia dewasa ini pada umumnya adalah sapi perah bangsa
FH import dan turunannya. Karakteristik sapi FH yaitu warna tubuhnya hitam belang putih
dengan pembatas yang jelas, terdapat warna putih berbentuk segitiga di dahi dengan kepala
panjang, dan sebagian kecil tubuhnya berwarna putih atau hitam seluruhnya (Syarief dan
Sumoprastowo, 1990). Turunan sapi FH dikenal dengan sebutan sapi perah Friesian lokal (PFH).
Bangsa sapi FH adalah bangsa sapi perah yang paling menonjol di Amerika serikat, jumlahnya
cukup banyak sekitar 80 - 90% dari seluruh jumlah sapi yang ada. Di antara jenis sapi perah yang
ada, FH mempunyai kemampuan produksi susu yang tinggi (Siregar, 1993).
Kita ketahui bahwa pengertian susu adalah bahwa susu hasil perahan sapi-sapi atau
hewan yang mempunyai kelenjar glandula mamae dan juga hewan yang menyusui yang layak di
konsumsi dengan pengolahan yang maksimal seperti memperhatikan karakteristik dari pada susu
tersebut apakah benar-benar layak untuk diminum. Secara umum penelitian susu adalah
pemeriksaan kesegaran dari pada kesegaran susu tersebut seperti uji warna, apakah warna susu
tersebut mempunyai warna yang sesuai dengan susu asli, dan juga bau susu tersebut,
kekentalannya dan juga rasa dari pada susu tersebut sehingga susu tersebut dapat di produksi
tubuh dengan cara kontiniu. Dan seharusnya komponen susu tersebut seharusnya tidak dikurangi
1
komponen-komponennya atau ditambah bahan-bahan lain sehingga mutu atau kualitas susu
tersebut juga maksimal. Pada umumnya bentuk Susu berupa cairan yang diproduksi oleh kelenjar
ambing hewan mamalia betina dengan warna putih kekuning-kuningan yang tidak tembus
cahaya, mempunyai rasa sedikit manis berasal dari laktosadan bau yang khasberasal dari lemak
susu, bersih, dan kosistensinya homogen tanpa ada bentuk gumpalan.
1.3 TUJUAN
Mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang bagai mana tekstur ataupun keamanan susu
yang layak konsumsi dengan berbagai cara seperti mengetahui warna, bau, rasa dan konsistensi
dengan menggunakan panca indra; untuk melihat kotoran yang terdapat didalam susu yang tidak
terlihat oleh mata, untuk mengetahui ph susu, untuk mengetahui uji daripada reduktase dengan
metilen, berat jenis dan uni kadar lemak pada susu.
1.4 MANFAAT
Sedangkan manfaat dari pada pemeriksaan kesegaran susu ini adalah selain membantu
mahasiswa dalam memahami mata kuliah Produksi Ternak Perah juga dapat menambah
wawasan yang lebih luas tentang susu, mahasiswa dapat juga memahami tentang bagaimana
karakteristik susu yang layak untuk di konsumsi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berat jenis suatu bahan adalah perbandingan antara berat bahan tersebut dwngan berat air
pada volume dan suhu yang sama. Berdasarkan batasan ini, maka berat jenis tidak bersatuan.
Berat jenis susu rata – rata 1,0320. Berat jenis susu dipengaruhi oleh kadar padatan total dan
bahan padatan tanpa lemak. Kadar padatan total susu diketahui jika diketahui berat jenis dan
kadar lemaknya. Berat jenis susu biasanya ditentukan dengan menggunakan laktodensimeter atau
laktometer. Lamtodensimeter adalah hidrometer dimana skalanya sudah disesuaikan dengan
berat jenis susu. Prinsip kerja alat ini mengikuti hukum archimides yaitu jika suatu benda
dicelupkan ke dalam suatu cairan, maka benda tersebut akan mendapat tekanan keatas sesuai
dengan berat volume cairan yang dipindahkan
Persentase lemak susu bervariasi antara 2,4% – 5,5%. Lemak susu terdiri atas trigliserida
yang tersusun dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak (fatty acid) melalui
ikatan-ikatan ester (ester bonds). Asam lemak susu berasal dari aktivitas mikrobiologi dalam
rumen (lambung ruminansia) atau dari sintesis dalam sel sekretori. Asam lemak disusun rantai
hidrokarbon dan golongan karboksil (carboxyl group). Salah satu contoh dari asam lemak susu
adalah asam butirat (butyric acid) berbentuk asam lemak rantai pendek (short chain fatty acid)
yang akan menyebabkan aroma tengik (rancid flavour) pada susu ketika asam butirat ini
dipisahkan dari gliserol dengan enzim lipase.
Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL) atau zat padat bukan lemak adalah kadar bahan
kering dikurangi kadar lemak dalam susu dan terdiri dari laktosa, protein, dan mineral (Amin,
1997). Sebagian zat yang menyusun BKTL disintesa dalam kelenjar susu dari ikatan zat-zat
pakan yang diserap dari darah. Zat tersebut antara lain karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.
Korelasi antara BKTL sangat nyata dengan berat jenis susu, semakin tinggi kadar BKTL maka
berat jenis susu akan semakin besar atau sebaliknya.
3
Warna susu segar berkisar dari putih kebiruan sampai kuning keemasan bergantung jenis
hewan, pakan, dan jumlah lemak/ padatan dalam susu. Dalam jumlah besar, susu tampak keruh
(opaque). Dalam bentuk lapisan tipis, susu tampak sedikit transparan. Susu dengan kadar lemak
rendah atau susu yang sudah dipisahkan lemaknya berwarna kebiru – biruan. Warna putih susu
lemak, kalsium kaseinat, dan koloid fosfat. Karoten (pro - vitamin A) adalah pigmen yang
menyebabkan warna kekuningan pada susu yang berasal dari jennis pakan yang diberiakan.
Ketajaman warna karoten tergantung dari jumlah pigmen dalam darah yang disekresi bersama –
sama susu. Karoten yang terdapat dalam susu, secara identik dengan yang terdapat pada warna
tanaman. Warna kuning susu ini sangat dipengaruhi oleh pakan yang berikan pada ternak itu
sendiri. Pakan yang tinggi kadar karoten, misalnya wortel dan hijaun menyebabkan warna susu
lebih kuning daripada pakan jagung putih atau oats yang berkadar karoten rendah. Pigmen lain
yang terdapat dalam susu adalah riboflavin. Pigmen ini terlarut dalam susu tetapi hanya tampak
pada bagian whey dan menyebabkan warna kehijauan. Dalam susu normal, warna riboflavin
tertutup oleh komponen lain (Rachmawan, 2001).
Bau/ aroma/ flavour susu segar adalah khas bau susu, karena adanya kandungan asam
volatile dan lemak dalam susu. Selain itu, kandungan laktosa yang tinggi dan kandungan klorida
yang rendah diduga menyebabkan susu berbaru seperti garam. Penyimpangan bau susu sepeeti
bau asam, bau kotoran, bau pakan, dan bau obat – obatan dapat timbul karena penanganan yang
kurang baik. Oleh karena itu, setelah diperah susu dalam ember harus segera dibawa ke kamar
susu agar tidak terkontaminasi oleh bau – bau disekitar kandang. Susu mudah menyerap bau –
bauan dari sekelilingnya. Hal ini diakibatkan oleh sifat lemak dalam susu, yaitu oil in water type,
terutama flavor yang tajan dan menyimpang.
Susu segar yang normal berasa agak manis karena mengandung laktosa dan mempunyai
aroma yang spesifik. Aroma susu lenyap jika susu didiamkan beberapa jam atau susu
didinginkan. Cita rasa susu berhubungan dengan keseimbangan rasa antara rasa manis akibat
kandungan laktosa tinggi dan rasa asin dari kadar klorida. Susu dengan kandungan laktosa
rendah tetapi kadar kloridanya tinggi menyebabkan rasa susu menjadi asin. Susu sapi yang
dihasilkan pada akhir masa laktasi biasanya terasa asin. Susu yang masih segar dan berkualitas
baik tidak akan mengalami koagulasi apabila dipanaskan (dipasteurisasi). Sebaliknya, susu yang
kandungan asam laktatnya tinggi, sebagai hasil pemecahan laktosa oleh bakteri asam laktat, akan
4
terkoagulasi apabila dipanaskan. Demikian pula pada koagulasi terjadi pada kolostrum dan susu
yang berasal dari ambing yang terkena mastitis pada tingkatan tertentu (kadar garamnya
meningkat). Susu yang masih dalam kualitas yang baik itu tidak terdapat gumpalan – gumpalan
(bukan gelembung udara) pada susu. Sebaliknya, apabila terdapat gumpalan – gumpalan pada
susu hal ini dapat disebabkan karena susu sudah asam (derajat keasaman tinggi) atau dikatakan
susu sudah pecah, dan mastitis.
Uji alkohol merupakan uji paling sederhana yang bisa dilakukan dilapangan, yaitu untuk
mengetahui kondisi susu dalam keadaan rusak atau tidak. Apabila terdapat gumpalan berarti susu
tersebut sudah asam dan tidak baik untuk diolah atau untuk dikonsumsi. Hal tersebut dapat
disebabkan karena susu mulai masam atau telah masam dan permulaan adanya mastitis.
Derajat keasaman (pH) Susu segar mempunyai sifat amfoter dapat bersifat asam dan basa
sekaligus. Keasaman pada susu terutama disebabkan oleh kandungan asam laktat yang berasal
dari perombakan laktosa menjadi asam laktat oleh aktvitas bakteri.Untuk menentukan kadar
asam dalam susu digunakan cara titrasi dengan indikator PP
5
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
PRAKTIKUM I
PEMERIKSAAN TERHADAP SUSUNAN AIR SUSU
1. Laktodesimeter
2. 2 buah gelas beker/elemayer
3. 1 gelas ukur 500 ml
4. Thermometer
5. Susu sapid dan susu kambing
CARA KERJA:
6
2.Metode Praktikum Penetapan Kadar Lemak (L)
1. Babcook
2. Pipet 1ml
3. Centrifuge(pemusing)
4. Sumbat karet
5. Kompor
6. Pipet otomatis
7. Susu sapi dan susu kambing
8. H2SO4
9. Air panas
CARA KERJA:
1. Pada praktikum penentuan kadar bahan kering (BK) ini menggunakan metode perhitungan
dengan data yang sudah ada yang diperoleh dari data hasil uji praktikum yang sebelumnya.
2. Pada praktikum penentuan kadar bahan kering tanpa lemak (BKTL) sama seperti
penentuan bahan kering ini menggunakan metode perhitungan dengan data yang sudah ada
yang diperoleh dari data hasil uji praktikum yang sebelumnya.
7
PRAKTIKUM II
PEMERIKSAAN KEADAAN SUSU
1. Gelas beker
2. Sendok
3. Tisu
4. Susu sapi
5. Susu kambing
Cara kerja
1. Saringan
2. Botol yang dasarnya dilubangi
3. Kapas
4. Gelas beker
5. Susu sapi
6. Susu kambing
8
Cara Kerja
1. Paddle
2. Pipet tetes
3. Larutan CNT
4. Susu kambing
5. Susu sapi
Cara kerja
9
PRAKTIKUM III
UJI ALKOHOL
1. Pipet otomatis
2. Elemayer
3. Tabung reaksi
4. Alcohol 50% dan 70%
5. Formalin 4% 2ml
6. NaOH
7. Kalium oksalat
8. Titrasi
9. Susu sapid an kambing
CARA KERJA
1.Uji alcohol
1. Masukan 3 ml susu dalam tabung reaksi dan 3ml alcohol 70% dan di goyang-goyangkan
secara pelan-pelan
2.Uji Didih
10
3.Penetapan kadar protein
PRAKTIKUM IV
PRESENTASE KEASAMAN PH
1. Elemayer
2. Gelas baker
3. Pipet tetes
4. Alat titrasi
5. PH meter
6. Aquades
7. Susu sapi
11
CARA KERJA
3.Mengukur PH
12
PRAKTIKUM V
KALALASE DAN REDUKTASE
1. 2 tabung reaksi
2. 10 ml susu sapi
3. Methylen blue
4. Kapas
5. Waterbath 40oC
CARA KERJA
1. Masukan larutan methylene blue blue sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi dan 10 ml
susu sapid an sumbat dengan kapas
2. Kocok dan masukan ke dalam waterbath dengan suhu 40oC
3. Amati sampai warna birunya menghilang
13
2.PENETAPAN AKNGKA KATALASE
CARA KERJA
14
BAB IV
PENETAPANKADAR 1% 2%
LEMAK (L)
PENETAPANKADAR 7,77524 9,81567
BAHAN KERING (BK)
PENETAPAN (BKTL) 6,77524 7,81567
1).Suhu awal 25◦C pada pengulangan kedua suhu naik menjadi 26◦C,Berat jenis susu sapi 1,0295
pengulangan kedua menjadi 1,028.
Rata-rata:
1,0295+1,028
X= = 1,02875
2
25◦+26◦
X= = 25,5
2
1,02875 – ( 2 x 0,0002)
1,02875 – 0,0004
= 1,02835
< 1,0280
15
2).Suhu awal 28◦C pada pengulangan kedua naik menjadi 29◦C,Berat jenis susu kambing 1,0295
pengulangan kedua menjadi 1,030.
Rata-rata:
1,029+1,030
X= = 1,0295
2
28◦+29◦
X= = 28,5
2
1,0295 – ( 1 x 0,0002)
1,02875 – 0,0002
= 1,0293
> 1,0280
1).Pada praktikum Kadar lemak pada susu sapi menghasilkan kadar lemak 1%
2).Pada praktikum Kadar lemak pada susu Kambing menghasilkan kadar lemak 2%
16
2).(BK) SUSU SAPI
100 𝑏𝑗−1
BK = 1,23 (+2,71 )
𝑏𝑗
100 1,02475−1
BK = 1,23 -2 +2,71 )
1,02475
BKTL = BK – L
BKTL = BK – L
PEMBAHASAN
Bahan kering tanpa tanpa lemak susu dipengaruhi oleh laktosa dan protein menurut
(Zurriyanti et al,2011) .Apabila kadar laktosa dan protein susu tinggi maka bahan kering tanpa
lemak susu akan meningkat.protein susu terbentuk dari pakan konsentrat yang dikonsumsi oleh
ternak kemudian akan disintesis oleh mikroba dalam rumen menjadi asam amino dan asam amino
tersebut diserap dalam usus halus dan dialirkan ke darah dan masuk ke sel-sel sekresi ambing dan
nantinya menjadi protein susu (utari et al,2012). Penambahan pakan sumber protein dapat
meningkatkan kadar bahan kering tanpa lemak susu,karena kadar protein meningkat pula(Sukarini
et al,2012).
17
PRAKTIKUM II
PEMERIKSAAN KEADAAN SUSU
Warna susu
Rasa susu
Bau susu
Susu sapi : setelah diamati susu sapi tidak ada endapan memiliki warna kebiruan
Susu kambing : setelah diamati susu kambing tidak ada endapan memiliki warna
kebiruan
18
PEMBAHASAN
Pemeriksaan keadaan susu saat dilakukan uji fisik pada warna susu sapi berwarna putih
kekuningan dan tidak terdapat kotoran sehingga tidak terdapat endapan sedangkan susu kambing
yang berwarna putih pekat dan adanya kotoran saat uji kebersihan susu.Pada pengamatan aroma
menunjukkan bahwa susu kambing memiliki aroma yang lebih kuat dibandingkan susu sapi, dimana
aroma susu kambing ini memiliki aroma khas yang biasa disebut prengus. Aroma yang timbul dari susu
kambing ini disebabkan oleh asam-asam lemak kaprat, kapilirat, asam linoleat dan asam lemak kaproat
yang mudah menguap dalam sususan asam lemak susu kambing (Al-Baarri, 2005). Pada pengamatan uji
rasa susu sapi berasa manis dan susu kambing agak sedikit asinSusu segar juga umumnya memiliki rasa
yang sedikit manis dan sedikit asin. Rasa manis ini berasal dari laktosa sedangkan rasa asin berasal dari
klorida, sitrat, dan garam-garam mineral lainnya (Buckle, et. al., 1987).
PRAKTIKUM III
UJI ALKOHOL
19
3.hasil penetapan kadar protein
Blanko = 0,08
Susu sapi
Titrasi 2,31
Susu kambing
Titrasi 2,76
PEMBAHASAN
Uji alcohol pada susu sapi dan kambing sama sama mengandung alcohol 70% ,terdapat
gumbalan dan butiran/endapan pada dinding tabung saat uji didih dan kadar protein yang didapat
pada susu sapi (2,31-0,08)x1,7 = 3,8%. Untuk susu kambing kadar proteinnya (2,76-0,08)x1,7 =
4,87% yang berarti kadar protein dari susu kambing lebih tinggi dari susu sapi.
20
PRAKTIKUM IV
PRESENTASE KEASAMAN PH
a. 3,12x 4 = 12,48
b. 2,60 x 4 = 10,4
12,48 + 10,4
2
22,88
= 11,44 (susu tidak normal)
2
a. 4,39
b. 4,34
6,2
PEMBAHASAN
Terdapatnya kadar asam dalam susu diakibatkan karena terjadinya pembentukan asam
susu dari laktosa pada metabolisme kuma-kuman. Derajat asam ini diperlukan untuk menetralkan
susu. sehingga didaptkan presentase derajat asam susu sapi 11,44 (susu tidak normal) dan ph
susu sapi 6,2.
21
PRAKTIKUM V
KALALASE DAN REDUKTASE
PEMBAHASAN
Penetapan Waktu reductase dalam air susu sapi bahwa ditemukan adanya enzim-enzim
antara lain enzim reduktase yang dibentuk oleh kuman –kuman dan hasil dari Penetapan Waktu
reductase pada susu sapi yang dilakukan pada waktu yang paling singkat 30 menit yaitu 0,2 cm
sedangkan pada waktu yang paling lama 120 menit yaitu 0,7 cm dan didapat angka katalase 2,8.
22
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1. susu adalah bahwa susu hasil perahan sapi-sapi atau hewan yang mempunyai kelenjar
glandula mamae dan juga hewan yang menyusui yang layak di konsumsi dengan
pengolahan yang maksimal seperti memperhatikan karakteristik dari pada susu tersebut
apakah benar-benar layak untuk diminum.
2. Pemeriksaan keadaan susu saat dilakukan uji fisik pada warna susu sapi berwarna putih
kekuningan dan tidak terdapat kotoran sehingga tidak terdapat endapan sedangkan susu
kambing yang berwarna putih pekat dan adanya kotoran saat uji kebersihan susu.Pada
pengamatan aroma menunjukkan bahwa susu kambing memiliki aroma yang lebih kuat
dibandingkan susu sapi, dimana aroma susu kambing ini memiliki aroma khas yang biasa
disebut prengus.
3. Uji alcohol pada susu sapi dan kambing sama sama mengandung alcohol 70% ,terdapat
gumbalan dan butiran/endapan pada dinding tabung saat uji didih dan terdapatnya kadar
asam dalam susu diakibatkan karena terjadinya pembentukan asam susu dari laktosa pada
metabolisme kuma-kuman.
4. Penetapan Waktu reductase dalam air susu sapi bahwa ditemukan adanya enzim-enzim
antara lain enzim reduktase yang dibentuk oleh kuman –kuman dan hasil dari Penetapan
Waktu reductase pada susu sapi yang dilakukan pada waktu yang paling singkat 30 menit
yaitu 0,2 cm sedangkan pada waktu yang paling lama 120 menit yaitu 0,7 cm dan didapat
angka katalase 2,8.
23
DAFTAR PUSTAKA
24