Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia atau individu yang terlahir ke dunia mempunyai hak-hak dasar
yang melekat sejak lahir sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak tersebut
bersifat mendasar dan fundamental yang secara kodrati tidak bisa terlepas dari
kehidupan manusia.
Sebagai negara yang berlandaskan pada UUD 1945 yang dalam
Pembukaannya telah menetapkan pancasila sebagai dasar negara, seperti halnya yang
termaktub dalam alenia keempat Pembukaan UUD 1945, maka sangat jelas bahwa
negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat atau negara demokrasi . HAM
adalah salah satu tiang yang sangat penting untuk menopang terbangun tegaknya
sebuah negara demokrasi.
Sejalan dengan jiwa dan semangat Pembukaan UUD 1945 yang
mengamanatkan hendak dibangunnya negara demokrasi tersebut, maka UUD 1945
mengimplementasikan kedalam pasal-pasalnya tentang hak asasi manusia. Bangsa
Indonesia sejak awal mempunyai komitmen yang sangat kuat untuk menjunjung
tinggi HAM. Dimasukkannya materi HAM di dalam UUD 1945 telah membawa
konsekuensi bahwa HAM merupakan hak konstitusional yang dijamin oleh hukum.
Meski memiliki komitmen yang tinggi terhadap penegakan HAM, namun
fakta berkata lain. Masih banyak kita jumpai kasus pelanggaran HAM di sekeliling
kita. Bahkan kasus-kasus besar terkait pelanggaran HAM dimasa lalu juga masih
menyisakan misteri.
Untuk itu kita akan mengupas lebih dalam terkait penegakan HAM
sebagaimana yang diamanatkan dalam pancasila yang termaktub pada sila kedua
yakni kemanusiaan yang adil dan beradab.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian HAM menurut para ahli?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan HAM?
3. Bagaimana hubungan antara pancasila dengan HAM?
4. Bagaimana upaya penegakan HAM di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian HAM
Istilah hak asasi manusia menurut bahasa Prancis ”droit de’home”. Menurut
bahasa Inggris adalah ”human rights”. Sedangkan menurut bahasa Belanda ”memen
rechten”. Secara umum hak asasi manusia diartikan sebagai hak-hak dasar yang
dimiliki setiap manusia yang dibawa sejak lahir sebagai anugrah dari Tuhan Yang
Maha Esa yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun.
Artinya hak asasi ini bukan diberikan atau pemberian orang lain, golongan, atau
negara. Oleh karena itu pula hak asasi manusia tidak dapat diambil atau dicabut,
diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh suatu kekuasaan melainkan harus dihormati,
dipertahankan dan dilindungi.
Berikut ini beberapa pengertian hak asasi manusia yang dikemukakan oleh para ahli:
a. John Locke
Hak asasi manusia adalah hak yang dibawa sejak lahir yang secara kodrati melekat
pada manusia dan tidak dapat diganggu gugat atau sifatnya mutlak.
b. Koentjoro Poerbapranoto
Hak asasi adalah hak yang sifatnya asasi yaitu dimiliki manusia menurut kodratnya
dan sifatnya suci.
c. Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hokum, pemerintah dan
setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia.
d. Menurut Mirriam Budiarjo
Hak asasi adalah hak yang diperoleh dan dibawa bersamaan dengan kelahiran atau
kehadiran manusia didalam kehidupannya di masyarakat.
5) Menurut Piagam Hak Asasi Internasional konsepsi HAM yang tercantum dalam
Universal Declaration of Human Rights (UDHR) sebenarnya merupakan
perkembangan dari ajaran F.D. Roosevelt, yaitu The four Freedom yang terdiri atas:
Kebebasan mengeluarkan pendapat dan berkarya
Kebebasan beragama
Kebebasan dari rasa takut
Kebebasan dari kemiskinan
Dari istilah dan pandangan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa HAM memiliki
beberapa ciri khusus, yaitu sebagai berikut:
a. Hakiki (ada pada setiap diri manusia sebagai mahkluk tuhan)
b. Universal, artinya hak itu berlaku untuk semua orang dimana saja, tanpa
memandang status, ras, harga diri, jender atau perbedaan lainnya.
c. Permanen dan tidak dapat dicabut, artinya hak itu tetap selama manusia itu hidup
dan tidak dapat dihapuskan oleh siapapun.
d. Tak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak, apakah
hak sipil atau hak politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

2. Sejarah dan Perkembangan HAM


Sejarah dan perkembangan mengenai HAM sudah ada dari dahulu, dimulai
dari pemikiran – pemikiran tentang HAM pasca Perang Dunia II yang dibagi ke
dalam empat generasi, yaitu :
a. Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada bidang
hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan
politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang dunia II, totaliterisme dan adanya
keinginan Negara-negara yang baru merdeka untuk menciptakan sesuatu tertib hukum
yang baru.
b. Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga
hak-hak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua
menunjukan perluasan pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa
generasi kedua, hak yuridis kurang mendapat penekanan sehingga terjadi
ketidakseimbangan dengan hak sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik.
c. Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga
menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan hukum
dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan.
Dalam pelaksanaannya hasil pemikiran HAM generasi ketiga juga mengalami
ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan terhadap hak ekonomi dalam arti
pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya terabaikan
sehingga menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat lainnya yang
dilanggar.
d. Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominan dalam
proses pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan
dampak negative seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat. Selain itu program
pembangunan yang dijalankan tidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan
melainkan memenuhi kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat
dipelopori oleh Negara-negara di kawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan
deklarasi hak asasi manusia yang disebut Declaration of the basic Duties of Asia
People and Government
Dari pemikiran – pemikiran tersebut, nantinya akan menghasilkan hal – hal penting
mengenai perkembangan HAM di dunia. Hal – hal tersebut yaitu :
1. Magna Charta (1215)
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM di
kawasan Eropa dimulai dengan lahirnya magna Charta yang antara lain memuat
pandangan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolute (raja yang
menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak terikat dengan hukum yang dibuatnya),
menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat diminta pertanggung jawabannya
dimuka hukum ( Mansyur Effendi, 1994 ).
2. Declaration of Independence of The United States (1776)
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American
Declaration of Independence yang lahir dari paham Rousseau dan Montesquuieu.
Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah merdeka sejak di dalam perut ibunya,
sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir ia harus dibelenggu.
3. Declaration des Droits de Il ‘Homme et du Ctoyen (1789)
Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration (Deklarasi
Perancis), dimana ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi sebagaimana dimuat dalam
The Rule of Law yang antara lain berbunyi tidak boleh ada penangkapan tanpa alasan
yang sah. Dalam kaitan itu berlaku prinsip presumption of innocent, artinya orang-
orang yang ditangkap, kemudian ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan tidak
bersalah, sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang
menyatakan ia bersalah.
4. Atlantic Charter (1941)
Atlantik Charter muncul setelah perang dunia ke II oleh F.D. Roosevelt. Pada
Atlantic Charter terdapat empat hak kebebasan utama yang harus dimiliki oleh setiap
orang tanpa terkecuali, yang disebut The Four Freedom, yaitu :
a. Hak untuk memiliki kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat,
b. Hak untuk memiliki kebebasan memeluk agama dan beribadah sesuai dengan
ajaran agama yang diperlukannya,
c. Hak untuk memiliki kebebasan dari kemiskinan, yang dapat diartikan bahwa
setiap bangsa berhak untuk berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan
sejahtera bagi penduduknya,
d. Hak untuk memiliki kebebasan dari ketakutan, yang meliputi usaha, pengurangan
persenjataan, sehingga tidak satupun bangsa berada dalam posisi berkeinginan untuk
melakukan serangan terhadap negara lain ( Mansyur Effendi,1994).
5. Universal Declaration of Human Rights (1948)
Merupakan deklarasi yang diumumkan oleh PBB, mengenai hak – hak dasar yang
dimiliki oleh setiap manusia. Deklarasi ini terdiri dari 30 pasal yang mengatur
mengenai hak – hak tersebut.
Sementara itu, untuk perkembangan HAM di Indonesia dapat digolongkan menjadi :
1. Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol pada
Indische Partij adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan
perlakukan yang sama hak kemerdekaan.
2. Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku 3
UUD dalam 4 periode, yaitu :
a. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945
b. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku konstitusi Republik
Indonesia Serikat
c. Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950
d. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku Kembali UUD 1945

3. Hubungan pancasila dan HAM


Pancasila merupakan jiwa dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang terdiri dari 5 sila :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kemanusiaan yang adil dan beradab sebagai sila kedua Pancasila mengandung
nilai kemanusiaan, yaitu pengakuan terhadap adanya martabat manusia dengan segala
hak asasinya yang harus dihormati oleh siapapun, dan perlakuan yang adil terhadap
sesama manusia. Pengertian manusia beradab adalah manusia yang memiliki daya
cipta, rasa, karsa dan iman, sehingga nyatalah bedanya dengan makhluk lain (Suhadi,
2003: 42). Nilai-nilai kemanusiaan ini merupakan sumber nilai bagi HAM. Tanpa
nilai kemanusiaan, HAM akan mengakibatkan manusia ke luar dari jatidirinya sebagai
manusia. Untuk itu, kemanusiaan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia adalah
berkeadilan dan berkeadaban. Karena itu perwujudan HAM harus meningkatkan
keadilan dan peradaban manusia. Sila kedua Pancasila inilah yang melandasi
sejumlah hak dan kebebasan mendasar bagi seluruh individu yang berada dalam
wilayah Indonesia.
Prinsip yang terkandung dalam sila kedua Pancasila menjadi landasan untuk
berperilaku terhadap sesama (Harkristuti Harkrisnowo, 2002:8), yang pada dasarnya
antara lain adalah:
a. Setiap individu memiliki kebebasan mendasar yang dijamin Negara dan hanya
dibatasi oleh kebebasan orang lain.
b. Setiap individu harus diberlakukan sama oleh Negara tanpa melihat asal-usul
biologis maupun sosialnya.
c. Hak atas hidup yang berkualitas, hak atas rasa aman dari ancaman, serangan atau
derita apapun dimiliki oleh setiap individu.
d. Setiap individu harus dilindungi dan berhak untuk tidak disiksa secara psikis
maupun psikologis dan pejabat publik.

4. Upaya penegakan HAM di Indonesia


Sebagai bentuk upaya penegakan HAM di Indonesia, maka dibentuk lembaga yang
mengawasi proses penegakan HAM, diantaranya :
a. Mahkamah Konstitusi
Lembaga tinggi negara ini dalam sistem ketatanegaraan Indonesia merupakan
pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung. Sebagai
lembaga yang diamanatkan oleh Perubahan Ketiga UUD 1945 (tahun 2001) dan baru
bekerja sejak akhir tahun 2003, mekanisme nasional penegakan hak asasi manusia
oleh Mahkamah Konstitusi masih harus ditunggu kecenderungannya. Selain itu,
pengujian undang-undang pun belum merupakan tradisi yang mapan dan kehidupan
konstitusional yang baru, pascaamandemen konstitusi, masih dalam tahap
pembentukan.
b. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
Komnas HAM dibentuk melalui Keppres No. 5 Tahun 1993 pada tanggal 7 Juni
1993. Enam tahun kemudian, atau dua tahun setelah pemerintahan Soeharto jatuh,
dasar hukum dirubah dengan peraturan perundang-undangan yang lebih kuat,
yaitu Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Undang-Undang ini juga memberi wewenang yang lebih kuat pada lembaga
tersebut. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 75 Undang – Undang Nomor 39
Tahun 1999, Komnas HAM memiliki mandat untuk :
 Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi
manusia, baik yang ada dalam perangkat hukum nasional maupun
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan Piagam PBB
 Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna
berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya
berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan
c. Pengadilan Hak Asasi Manusia
Pengadilan Hak Asasi Manusia dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan hak asasi manusia,Pengadilan Hak Asasi Manusia
merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan Pengadilan umum dan
berkedudukan di daerah Kabupaten atau Kota.Pengadilan HAM adalah pengadilan
khusus terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Pengadilan HAM
bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran Hak Asasi
Manusia yang berat. Pengadilan HAM juga berwenang memeriksa dan memutus
perkara pelanggaran HAM yang berat yang dilakukan di luar batas territorial wilayah
Negara Republik Indonesia oleh warga Negara Indonesia.
d. Pengadilan HAM Ad Hoc
Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc dibentuk atas usul dari DPR berdasarkan
peristiwa tertentu dengan Keputusan Presiden untuk memeriksa dan memutuskan
perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terjadi sebelum
diundangkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia.
e. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 memberikan alternative bahwa
penyelesaian pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat dapat dilakukan di luar
Pengadilan Hak Asasi Manusia, yaitu melalui Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
yang dibentuk berdasarkan undang-undang.
f. Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Lembaga independen yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak dalam rangka meningkatkan efektifitas penyelenggaraan
perlindungan anak. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (yang selanjutnya akan disebut
dengan KPAI) dibentuk untuk merespon berbagai laporan tentang adanya kekerasan,
penelantaran dan belum terpenuhinya hak-hak dasar anak di Indonesia. KPAI memiliki tugas
sebagai berikut :
a. melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan perlindungan anak, mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan
masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi, dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak,
b. memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada Presiden dalam rangka
perlindungan anak.

6. Komisi Nasional Perempuan


Institusi hak asasi manusia yang dibentuk oleh negara untuk merespon isu hak-hak
perempuan sebagai hak asasi manusia, khususnya isu kekerasan terhadap perempuan.
Komnas Perempuan didirikan pada tahun 1998 berdasarkan Keputusan Presiden No. 181
tahun 1998, sebagai jawaban pemerintah atas desakan kelompok perempuan terkait dengan
peristiwa yang dikenal sebagai tragedi Mei 1998--di mana terjadi perkosaan massal terhadap
perempuan etnis Tionghoa di beberapa daerah di Indonesia.Pada saat itu, negara dianggap
telah gagal memberi perlindungan kepada perempuan korban kekerasan. Oleh karena itu,
negara, dalam hal ini pemerintah yang diwakili oleh Presiden RI, Habibie, menganggap
bahwa negara harus bertanggung jawab kepada korban dan kemudian melakukan upaya yang
sistematis untuk mengatasi kekerasan terhadap perempuan. Berdasarkan Keputusan Presiden
No. 181 tahun 1998 yang diperbaharui dalam Peraturan Presiden (PerPres) No. 65 tahun
2005, maka keberadaan Komnas Perempuan bertujuan untuk :
a. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan dan penegakan hak-hak asasi perempuan di Indonesia,
b. Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan di Indonesia.

8. Komisi Ombudsman Nasional


Kemunculan Komisi Ombudsman Nasional lebih didasari oleh semangat reformasi yang
bertujuan menata kembali perikehidupan berbangsa dan bernegara serta dalam rangka
melakukan reformasi birokrasi yang telah mandeg selama puluhan tahun.

Semangat untuk melakukan reformasi birokrasi inilah yang sangat terasa dan pada saat
dimunculkannya Komisi Ombudsman Nasional sedang menjadi pembicaraan meluas di
kalangan masyrakat. Walaupun tidak serta merta tujuan perlindungan hak asasi manusia tidak
ada, namun secara formal dibentuknya Komisi Ombudsman Nasional lebih dikarenakan
tuntutan reformasi birokrasi. Dilihat dari mekanisme pertanggung jawabannya, ombudsman
dapat dibedakan menjadi :

1. Ombudsman Parlementer, yaitu Ombudsman yang dipilih pleh parlemen dan


bertanggungjawab (laporan) kepada Parlemen.
2. Ombudsman Eksekutif, yaitu Ombudsman yang dipilih oleh Presiden, Perdana Menteri atau
Kepala Daerah, dan bertanggungjawab (laporan) kepada Presiden, Perdana Manteri atau
Kepala Daerah.

Komisi Ombudsman, memiliki tujuan :


a. Membantu menciptakan dan/atau mengembangkan kondisi yang kondusif dalam
melaksanakan pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
b. meningkatkan perlindungan hak-hak masyarakat agar memperoleh pelayanan umum,
keadilan dan kesejahteraan secara lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai