Anda di halaman 1dari 10

J. Hidrosfir Indonesia Vol.3 No.2 Hal.

95-104 Jakarta, Agustus 2008 ISSN 1907-1043

PENGELOLAAN DAS DENGAN PENDEKATAN


EKOSISTEM
Studi Kasus Analisis Debit Sungai Bone dan Bolango
di Kabupaten Bone Bolange, Propinsi Gorontalo

Hidir Tresnadi
Peneliti Bidang Hidro-Geologi
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Abstract

Water resources should be managed integratively in the term of forestry, agriculture,


social economy, conservation and civilian. Bone-Bolango Regency, in the center,
eastern and western part, passed by Bone dan Bolango Rivers. The upstream area
of Bone and Bolango Rivers is Nani Wartabone national conservation forest. The
watershed of Bone and Bolango Rivers are located among Bone Bolango, Gorontalo,
Limboto, and Gorontalo Major region in the Gorontalo Province, meanwhile in the
larger system, they have share watershed to the North Sulawesi Province.Until now
the watershed of Bone-Boelango is managed by Balai Pengelolaan DAS Boen
Bolango, whereas groundwater resources develepment managed by P2AT, and
local stakeholders such as Dinas Kimpraswil Tingkat I Propinsi Gorontalo and Dinas
Kimpraswil Pemda Tingkat II Kabupaten Bone Bolango. The analysis of the annual
debit of Bone and Bolango Rivers show that the trend of the average debit ratio to the
minimum debit of the same year show gradually higher than dan before because of
the deforestration of Bone and Bolango Rivers in the upstream of the rivers. So we
have to manage the DAS of Bone and Bolango Rivers by the ecosistem approach to
improve the deterioration of the the rivers.

Key Words : Watershed, Bone, Bolango, conservation, Ecosystem

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Kabupaten Bone Bolango merupakan permukaan dari Danau Perintis. Danau


bagian timur Propinsi Gorontalo yang perintis ini, meskipun pasokan airnya
berbatasan dengan Propinsi Sulawesi hanya bergantung pada curah hujan yang
Utara. Daerah ini dilalui oleh dua sungai terjadi sepanjang tahun, namun
besar, yaitu S. Bone dan S. Bolango, keberadaaanya cukup penting bagi
yang menjadi sumber air bagi penduduk, penduduk di sekitarnya. Potensi sumber
pertanian dan peternakan. Selain kedua air lain adalah air tanah dangkal dan air
sungai ini, terdapat pula sumber air tanah dalam.

Korespondensi Penulis :
HP. 0815 112 54353; hidir@webmail.bppt.go.id

Pengelolaan DAS....J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 (3) : 95 - 104


95
Dalam melakukan pengelolaan 1.2.Kebijakan DAS dalam
kebutuhan air bersih yang berasal dari air Pengelolaan Sumberdaya Air
permukaan dan air tanah maka harus
mempertimbangkan kondisi hidrologi Dalam Pengelolaan DAS secara
seperti siklus hidrologi, curah hujan dan terpadu yang dikembangkan dan disusun
hidrogeologi setempat seperti daerah oleh IHP, Unesco, UNEP International
resapan, bukaan lahan dll/ Keterkaitan Enviromental Technology Centre (UNEP-
yang erat antara daerah resapan sebagai ITC) dan Regional Bureau for Science in
daerah yang akan menjadi masukan Europe (ROSTE) – UNESCO mencakup
dalam sistim air tanah sangat penting. dua pendekatan, yaitu ecohydrology dan
Pengaruhnya dapat dilihat pada keluaran phytotechnology. 1) Secara ringkas
atau debit sungai pada musim kemarau. pendekatan Ecohydrology merupakan
Apabila resapan berkurang maka debit pendekatan holistik yang berdasarkan
sungai yang berasal dari pasokan air pada pemahaman interaksi antara ekologi
tanah atau aliran dasar (baseflow) akan dan proses hidrologi di daerah tangkapan
berkurang. Sehingga diperlukan sungai (catchment) yang ditujukan untuk
perlindungan daerah hulu sungai yang pengembangan pendekatan praktis dalam
berfungsi sebagai daerah konservasi bagi mengelola DAS yang berkelanjutan.
serapan air hujan untuk keberlanjutan Pendekatan Phytotechnology dalam
aliran air tanah dan air permukaan yang pengelolaan DAS terpadu merupakan
terdapat di bagian hilirnya. bagian komplemen pendekatan
ecohydrology.
Kerusakan daerah konservasi sebagai
daerah resapan bagi air tanah dapat dilihat Lingkup pengelolaan DAS meliputi
pada indikator rasio debit maksimum perencanaan, pengorganisasian,
terhadap debit minumum yang dicatat penerapan dalam rangka pelaksanaan,
pada stasiun pengukur debit yang ada. pemantauan dan evaluasi terhadap upaya
Rasio tersebut yang memiliki pola naik dari - upaya pokok berikut(5) :
tahun ke tahun menunjukkan adanya i). Pengelolaan ruang melalui usaha
penurunan aliran dasar (baseflow) pengaturan penggunaan lahan (land
terhadap sistim aliran sungai yang berasal use) dan konservasi tanah dalam arti
dari air tanah di daerah konservasinya. yang luas.
Sehingga rasio tersebut dapat ii). Pengelolaan sumberdaya air melalui
dipergunakan sebagai salah satu indikator konservasi, pengembangan,
dalam pengendalian dan pemantauan penggunaan dan pengendalian daya
rehabilitasi sistim aliran air sungai dan air rusak air.
tanah dalam pengelolaan sumberdaya air iii). Pengelolaan vegetasi yang meliputi
secara terintegrasi. Indikator ini pengelolaan hutan dan jenis vegetasi
merupakan salah satu bagian penting terestrial lainnya yang memiliki fungsi
pada pendekatan ekohidrologi yang produksi dan perlindungan terhadap
mengkarakterisasikan aliran sungai dan tanah dan air.
tanah, sebagai bagain penting siklus iv). Pembinaan kesadaran dan
hidrologi. Pada saat ini IHP Unesco dan kemampuan manusia termasuk
ROSTE UNEP telah memiliki panduan pengembangan kapasitas
pengelolaan DAS secara terpadu yang kelembagaan dalam pemanfaatan
berdasarkan pada integrasi pendekatan sumberdaya alam secara bijaksana,
echyidrology dan phytotechnology(1). sehingga ikut berperan dalam upaya
pengelolaan DAS.

96 Tresnadi, H. 2008
Sasaran wilayah pengelolaan DAS ekonomi dimana lembaga tersebut
adalah wilayah DAS yang utuh sebagai beroperasi. Apabila aktifitas pengelolaan
satu kesatuan ekosistem yang di bagian hulu DAS akan menimbulkan
membentang dari hulu hingga hilir. dampak yang nyata pada lingkungan
Sasaran dalam pengelolaan DAS yang biofisik dan/atau sosial ekonomi di bagian
ingin dicapai adalah(2): hilir dari DAS yang sama, maka perlu
(I). Terciptanya kondisi hidrologis DAS adanya desentralisasi pengelolaan DAS
yang optimal. yang melibatkan bagian hulu dan hilir
(ii). Peningkatan nilai produktivitas lahan, sebagai satu kesatuan perencanaan dan
diikuti oleh perbaikan kesejahteraan pengelolaan.
masyarakat. (ii) Eksternalities, adalah dampak
(iii).Penataan dan berkembangnya (positif/negatif) suatu aktifitas/program dan
kelembagaan formal dan informal atau kebijakan yang dialami / dirasakan
masyarakat dalam penyelenggaraan di luar daerah dimana program/kebijakan
pengelolaan DAS dan konservasi dilaksanakan. Dampak tersebut seringkali
tanah. tidak terinternalisir dalam perencanaan
(iv).Meningkatnya kesadaran dan kegiatan. Dapat dikemukakan bahwa
partisipasi mayarakat dalam negative externalities dapat mengganggu
penyelenggaraan pengelolaan DAS tercapainya keberlanjutan pengelolaan
secara berkelanjutan. DAS bagi :
(v). Terwujudnya pembangunan yang (a) masyarakat di luar wilayah kegiatan
berkelanjutan, berwawasan (spatial externalities),
lingkungan dan berkeadilan.
(b) masyarakat yang tinggal pada periode
Dalam pengelolaan DAS dipergunakan waktu tertentu setelah kegiatan
azas keterpaduan yang terkait erat berakhir (temporal externalities),
dengan pendekatan ekosistem(2). Karena (c) kepentingan berbagai sektor ekonomi
ekosistem DAS merupakan sistem yang yang berada di luar lokasi kegiatan
kompleks dan melibatkan berbagai (sectoral externalities).
komponen biogeofisik, sosial ekonomi
dan budaya yang saling berinteraksi satu (iii) Dalam kerangka konsep
dan lainnya. Kompleksitas ekosistem “externalities”, maka pengelolaan
DAS mempersyaratkan suatu pendekatan sumberdaya alam dapat dikatakan baik
pengelolaan yang bersifat multi-sektor, apabila keseluruhan biaya dan
lintas daerah, termasuk kelembagaan keuntungan yang timbul oleh adanya
dengan kepentingan masing-masing serta kegiatan pengelolaan tersebut dapat
mempertimbangkan prinsip-prinsip saling ditanggung secara proporsional oleh para
ketergantungan (1). Selain itu sebagai aktor (organisasi pemerintah, kelompok
sistem utuh maka pengelolaannya tidak masyarakat atau perorangan) yang
mungkin didasarkan kepada satu atau melaksanakan kegiatan pengelolaan
beberapa undang-undang yang sejenis. sumberdaya alam (DAS) dan para aktor
yang akan mendapatkan keuntungan dari
Menurut Asdak (1999)(2), keterkaitan adanya kegiatan tersebut.
biofisik wilayah hulu-hilir suatu DAS, perlu
adanya beberapa hal yang menjadi Pengelolaan DAS yang
perhatian, yaitu sebagai berikut : diselenggarakan oleh pemangku
kepentingan erat kaitannya dengan
(i) Kelembagaan yang efektif penataan ruang (wilayah) dan
seharusnya mampu merefleksikan penatagunaan tanah, yang dalam rangka
keterkaitan lingkungan biofisik dan sosial

Pengelolaan DAS....J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 (3) : 95 - 104


97
otonomi daerah haruslah disesuaikan Propinsi, dan/atau DAS yang secara
dengan Undang-undang No.22 tahun 1999 potensial dimanfaatkan oleh lebih dari satu
tentang Pemerintahan Daerah. Sehingga Daerah Propinsi, dan/atau; DAS Regional
UU ini memberikan dampak sangat yang atas usulan Pemerintah Propinsi
penting pada koordinasi pengelolaan yang bersangkutan, dan hasil penilaian
DAS. Karena batas DAS atau Wilayah ditetapkan untuk didayagunakan
Sungai tidak selalu bertepatan (coincided) (dikembangkan dan dikelola) oleh
dengan batas-batas wilayah administrasi. Pemerintah Pusat, dan/atau DAS yang
Oleh karena itu, perlu adanya klasifikasi secara potensial bersifat startegis bagi
DAS menurut hamparan wilayahnya dan pembangunan nasional.
fungsi strategisnya sebagai berikut: 2) DAS Lintas Negara: letaknya secara
DAS Kabupaten/Kota: terletak secara geografis melewati lebih dari satu negara,
utuh berada di satu Daerah Kabupaten/ dan/atau DAS yang secara potensial
Kota, dan/atau DAS yang secara dimanfaatkan oleh lebih dari satu negara,
potensial hanya dimanfaatkan oleh satu dan/atau DAS yang secara potensial
Daerah Kabupaten/Kota. bersifat startegis bagi pembangunan lintas
DAS Lintas Kabupaten/Kota : letaknya negara.
secara geografis melewati lebih dari satu Dalam melakukan analisis debit
daerah Kabupaten/Kota, dan/atau DAS sungai, maka yang dipergunakan sebagai
yang secara potensial dimanfaatkan oleh sebagai variabel tak bebas adalah data
lebih dari satu Daerah Kabupaten/Kota; nisbah. Nilai nisbah yang merupakan
dan/atau DAS lokal yang atas usulan variable yang dinilai pada analisis ini
Pemerintah Kabupaten/Kotayang adalah debit sungai. Sehingga nilai nisbah
bersangkut-an,kemudian hasil penilaian menunjukkan kondisi sungai, yang juga
ditetapkan untuk didayagunakan, menggambarkan kemampuan lahan dalam
(dikembangkan dan dikelola oleh menyimpan air. Semakin tinggi nilai
Pemerintah Propinsi), dan/atau DAS yang nisbah, kondisi sungai semakin buruk.
secara potensial bersifat strategis bagi Nilai nisbah yang tinggi menunjukkan
pembangunan regional. bahwa nilai debit maksimum besar dan
DAS Lintas Propinsi: letaknya secara debit minimum kecil. Bila kemampuan
geografis melewati lebih dari satu Daerah

Gambar 1 Curah hujan bulanan tahun 2000-2004(1)

98 Tresnadi, H. 2008
Gambar 2. Debit Rata-rata S. Bone di Bendung Alale(1)

Gambar 3. Rasio Debit Bulanan Debit S. Bone terhadap Debit Terkecil pada Tahun yang
Sama

menyimpan air dari suatu daerah masih iii. Fluktuasi debit antara debit maksimum
bagus maka fluktuasi debit air pada dan minimum kecil. Hal ini digambarkan
musim hujan dan kemarau adalah kecil. dengan nisbah.
Kemampuan menyimpan ini sangat iv. Ketinggian muka air tanah konstan dari
bergantung pada kondisi permukaan tahun ke tahun
lahan. Kondisi DAS dikatakan baik jika Dalam keterkaitan yang terpadu pada
memenuhi beberapa kriteria : 2) pengelolaan DAS, diperlukan batasan-
i. Debit sungai konstan dari tahun ke batasan mengenai DAS berdasarkan
tahun fungsi, yaitu pertama, DAS bagian hulu
ii. Kualitas air baik dari tahun ke tahun

Pengelolaan DAS....J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 (3) : 95 - 104


99
Gambar 4. Debit Rata-rata S. Bolango Di Bendung Lomaya1)

didasarkan pada fungsi konservasi yang dan evaluasi pengelolaan air


dikelola untuk mempertahankan kondisi permukaan dengan pendekatan
lingkungan DAS agar tidak terdegradasi pengelolaan DAS berdasarkan
Kedua DAS bagian tengah didasarkan ekosistemnya.
pada fungsi pemanfaatan air sungai bagi (2). Terkendalinya hubungan timbal balik
kepentingan sosial dan ekonomi. Ketiga sumberdaya alam dan lingkungan
DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi DAS dengan kegiatan manusia demi
pemanfaatan air sungai uk dapat kelestarian fungsi lingkungan dan
memberikan manfaat bagi kepentingan kesejahteraan masyarakat.
sosial dan ekonomi yang diindikasikan
melalui kuantitas dan kualitas air, 4. METODOLOGI
kemampuan menyalurkan air, ketinggian
Dalam melakukan kajian pengelolaan
curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan
sungai secara terintegrasi, dilakukan :
pertanian, air bersih, serta pengelolaan air
i. Studi literatur dan inventarisasi data-
limbah. serta terkait pada prasarana
data sekunder. Studi literatur dan
pengairan seperti pengelolaan sungai,
pengumpulan data sekunder
waduk, dan danau.
dilakukan untuk menganalisis
karakteristik curah hujan, debit sungai
3. TUJUAN
secara kontinyu pada perioda tertentu
Dalam pelaksanaan pengelolaan S. ii. Survey lapangan
Bone dan S. Bolango, maka tujuan dan Survey lapangan dilakukan untuk
sasaran yang diinginkan adalah : melakukan inventarisasi infrastruktur
karakterisasi curah hujan atauau
(1). Pengkoordinasian dan keterpaduan,
stasiun penakar curah hujan dan
keserasian pada perencanaan,
stasiun pengukur debit sungai Bone
pelaksanaan, pengendalian, pantauan
di Pohulongo, Pengukuran debit

100 Tresnadi, H. 2008


sungai secara diskontinyu dan mata Bone Bolango, yang berbatasan dengan
air yang terdapat di Kabupaten Bone Kabupaten Bolaang Mangondow,
Bolango. Sulawesi Utara. Daerah iini merupakan
iii. Pengolahan data melalui Analisis kawasan Hutan Lindung Nani Wartabone.
statistik dan penyajian melalui Secara hidrogeologi daerah kawasan
Statistik deskriptif. Pengolahan data hutan ini kurang memiliki potensi mata air.
dilakukan pada data-data sekunder Namun kawasan ini memiliki sumberdaya
yang berhasil dikumpulkan dan diolah air permukaan yang besar, yaitu Sungai
menggunakan statistik deskriptif, Bone, yang dengan anak-anak sungainya
yang bertujuan untuk mendapatkan telah dipergunakan oleh penduduk untuk
nilai nisbah dari debit sungai Bone dan air irigasi lahan pertanian. Sehingga
Bolango, sehingga kondisi kedua daerah ini telah berswasembada pangan
sungai tersebut dapat diketahui. dari hasil pertaniannya. Namun untuk
memenuhi kebutuhan pokok lainnya dan
4. ANALISIS dan PEMBAHASAN sekundernya maka penduduk daerah ini
melakukan perdagangan ke bagian daerah
Berdasarkan analisis regional curah hilirnya, yaitu kota Suwawa, yang menjadi
hujan yang diperoleh dari Stasiun BMG di pusat pemerintahan kabupaten Bone
Bandara Jalaludin, Limboto, maka di Bolango atau bahkan ke Gorontalo yang
Kabupaten Bone Bolango musim kemarau hanya berjarak sekitar 15 km, untuk
terjadi pada bulan Juni hingga Oktopber menjual hasil pertaniannya. Namun akses
sedang musim hujan terjadi pada bulan jalan ke Pinogu ke Suawa melalui
November hingga bulan Mei. Dilihat pada Lombongo harus melalui jalan dalam
curah hujan bulanan pada tahun 2000 kawasan hutan lindung Nani Wartabone.
hingga 2004, maka pada bulan yang sama Sehingga pengembangannya sebagai
terjadi penuruna curah hujan dari tahun ke sentra pertanian akan membutuhkan
tahun, yang ditunjukkan pada curah hujan pembangunan jalan beraspal yang dapat
yang makin menurun pada tahun dilalui oleh kendaraan beroda empat,
berikutnya, yaitu 2003 dan 2004 (Gambar yang selain membutuhkan biaya dalam
1). Untuk mengetahui apakah hal ini pembangunannya. Maka di sepanjang
dipengaruhi oleh cuaca global atau bukan, jalan penghubung daerah ini akan
maka harus dilihat analisis secara cros terbentuk kantong-kantong kegiatan
section dan interval dengan melihat curah perekonomian yang dapat memberikan
hujan yang tercatat pada stasiun penakar dampak yang kurang diinginkan bagi
curah hujan di daerah yang lebih luas, kawasan hutan lindung meski
misalnya di propinsi Sulawesi Utara dan meningkatkan tingkat pertumbuhan
Sulawesi Tengah . Perubahan curah hujan ekonomi.
yang semakin menurun ini akan Prasarana dan sarana serta
berpengaruh pada daur hidrologi yang ada, pembangunan infrastruktur baru yang
sehingga jumlah air yang meresap diperlukan dalam peningkatan manfaat
sebagai masukan air tanah akan sumberdaya air harus dilakukan secara
berkurang sehingga potensi kuantitas konsisten. Karena berbagai sarana seperti
akan berkurang. Jika dilihat lebih jauh pada stasiun penakar curah hujan adn
debit sungai bulanan maka akan pengukur yang terdapat di depan Sekolah
menunjukkan debit yang menurun, karena dasar Negeri Pinogu dan lokasi
penurunan baseflow yang masuk sungai. penyeberangan S. Bone di Pohulongo
Pinogu yang merupakan hulu DAS kondisinya kurang terawat bahkan sudah
Sungai Bone dan bagian timur Kabupaten tidak berfungsi lagi. Sehingga perlu ditilik

Pengelolaan DAS....J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 (3) : 95 - 104


101
6)
Gambar 5. Model Pengelolaan DAS yang berekosistem

6)
Gambar 6. Model Pengelolaan DAS yang berekosistem

102 Tresnadi, H. 2008


kembali siapa pengelola sebelumnya, dengan mengorbankan konservasi hutan.
apakah Instansi pemerintah pusat atau Di Kabupaten Bone Bolango yang
pemerintah Daerah. Karena keberadaanya berkembang barulah investasi pada
sangat penting dalam mengetahui kondisi pertanian dan sumberdaya air, sedang
hidrologi aktual daur hdirologi S Bone dan investasi pada kehutanan dan sumberdaya
S. Bolango di Kabupaten Bone Bolengo. mineral belum begitu berkembang.
Terlebih kedua stasiun penakar curah Tumpang tindih kegiatan perikanan dan
hujan ini terdapat di bagian hulu Sungai pertanian pada jaringan irigasi primer
Bone, yang potensinya besar bagi irigasi Sungai Bone dapat menurunkan kualitas
persawahan di hiilirnya. Sehingga dengan dan bangunan fisik sarana yang ada
mengetahui karakkterisitk hidrologi yang tersebut, karena kini di sepanjang saluran
ada, maka dapat diketahui perilaku cuaca irigasi primer tersebut terdapat banyak
setempat yang sangat penting bagi karamba pemeliharaan ikan.
kakraterisasi pertanian dan hidrogeologi
Terkait rancangan peraturan
suatu daerah. Karena dengan mengetahui
pemerintah tentang penetapan kriteria
karakteristik salah satu parameter siklus
wilayah sungai dan cekungan air tanah 5)
hidrologi ini dapat menjadi masukan
( versi 14 juli 2006), maka rancangan ini
dalam pengelolaan DAS dan sumberdaya
sangat penting bagi pengelolaan
air yang ada secara bijaksana dan
sumberdaya air permukaan dan air tanah
berorientasi ke depan. Sehingga setiap
secara terpadu. Karena saat ini peraturan
perubahan yang bersakala jangka pendek
terkait air permukaan berada di bawah
dan panjang dapat diketahui agar dapat
kementrian Kimpraswil sedang peraturan
melakukan perbaikan dalam pengelolaan
terkait pengelolaan air tanah berada di
sumberdaya air yang ada
bawah Departemen ESDM, baik pada
Dalam pengelolaan sumberdaya air tingkat pusat maupun daerah. Meskipun
melalui sistem pengelolaan daerah aliran demikian keterpaduan dalam pengelolaan
sungai (DAS) dengan menggunakan mengakibatkan pengelolaan yang berjalan
pendekatan yang menyeluruh dengan sendiri-sendiri.
memperhatikan seluruh pihak dan sektor Pengelolaan potensi sumbedaya air
yang ada di dalam DAS, maka ada empat dalam Konteks Otonomi Daerah, sesuai
sektor utama yang memiliki peranan dengan Undang-undang No.22 tahun 1999
penting, yaitu sektor kehutanan, tentang Pemerintahan Daerah, UU No 7
sumberdaya mineral, sumber daya air, dan Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dan
pertanian. Dalam prakterknya keempat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
sektor ini dapat saling memperburuk tentang Otonomi Daerah, maka peran
sistem pengelolaan yang ada, jika berjalan pada tingkat pusat dalam pengelolaan
sendiri-sendiri. Akibat tidak terintegrasinya sumberdaya air di Kabupaten Bone
dana pembangunan yang ditujukan pada Bolango terlihat melalui keberadaan Balai
empat sektor ini. Secara umum investasi Pengelolaan DAS Bone Bolango yang
sektor kehutanan dan sektor sumberdaya berada di bawah Departemen Kehutanan.
air yang berasal dari dana pembangunan Sedang kegiatan pengelolaan air tanah
cenderung memberikan pengaruh yang terlihat pada P2AT di Propinsi Gorontalo
baik pada sistim pengelolaan sumberdaya yang keberadaannya di bawah
air ini. Tetapi sektor pertanian cenderung Kementrian Kimpraswil Pada Daerah
memberikan pengaruh yang kurang baik Tingkat I dan II terlihat keberadaan Dinas
pada sistim pengelolaannya. Karena Pekerjaan Umum dan Kimpraswil yang
investasi sektor pertanian cenderung saling berhubungan. Begitu pula halnya
untuk memperluas lahan pertanian dengan Bappeda yang terdapat tingkat

Pengelolaan DAS....J. Hidrosfir Indonesia Vol. 3 (3) : 95 - 104


103
propinsi dan kabupaten sebagai regulator Pemeliharaan dan pengukuran
dalam tataruang di propinsi Gorontalo dan karakteristik hidrologi daerah Kabupaten
Kabupaten Bone Bolango. Selain itu Dirjen Bone Bolango harus dilakukan. Para
Sumberdaya Air memiliki berbagai proyek pemangku kepentinganh secara terpadu
kegiatan pada pengelolaan sumberdaya terlibat dalam pemeliharan insfrastruktur
air permukaan dan air tanah yang terdapat yang ada maupun yang akan dibangun.
di daerah ini. Sehingga dengan banyaknya
stakeholder (pemangku kepentingan) DAFTAR PUSTAKA
maka pengelolaan melalui pendekatan
ekosistem dapat dilakukan secara 1. Maciej Zalewski (ICEPAS) (Editor),
terpadu dalam tindakannya. Sehingga Iwona Wagner Lotkowska (CEHS-UL)
pemanfaatan Sungai Bone dan Sungai (Editor) Integrated Watershed
Bolango di Kabupaten Gorontalo, Management - Ecohydrology &
Kotamadya Gorontalo dan Kabupaten Phytotechnology, Regional Bureau for
Limboto harus dllakukan secara terpadu Science in Europe, UNESCO
pada tingkat propinsi. Sedang DAS International Hydrological Programme.
Sungai Bone dan Bolango yang tumpang 2. Pedoman Teknis Pengelolaan Daerah
tindih dengan propinsi Sulawesi Utara Aliran Sungai Terpadu, Draft Final,
dilakukan secara terpadu pada tingkat Sekneg, 2003
pemerintah pusat. 3. Data meterorologi, Stasiun
Meteorologi Jalaludin, Gorontalo.
5. KESIMPULAN DAN SARAN 4. Pengkajian Sumberdaya Air Bone
Bolango, Laporan Akhir, PT Sucofindo
Daerah Hulu Sungai Bone dan Bolango dan Badan Perencanaan dan
telah mengalami degradasi dan kerusakan Pembangunan daerah Kabupaten
lingkungan Bone Bolango, 2005.
Pengelolaan potensi sumberdaya air 5. Rancangan Peraturan Pemerintah
S. Bone dan S. Bolango menyiratkan Tentang Penetapan Kriteria Wilayah
pengelolaan DAS yang terintegrasi pada Sungai Dan Cekungan Air Tanah
tingkat pusat dan daerah karena fungsi (Draft14 Juli 2006)
konservasi dan manfaat yang terdapat 6. Effendi, Edi, Kajian Model Pengelolaan
pada lintas kabupaten dan propinsi. Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu,
Direktorat Kehutanan dan Konservasi
Pengembangan daerah Pinogu, yang
Sumberdaya Air, Bappenas
menjadi Hulu DAS Sungai Bone, yang
berbatasan dengan daerah kabupaten
Bolaang Mangondow, propinsi Sulawesi
Utara sebaiknya tidak dilakukan karena
akan merusak kawasan hutan lindung
Nani Wartabone yang berfungsi
konservasi dalam pengelolaan DAS.

104 Tresnadi, H. 2008

Anda mungkin juga menyukai