Anda di halaman 1dari 5

Bekeria dalam sebuah kelompok yang terdiri dari tiga taulebih anggota pada hakikatnya dapat

memberikan daya dan manfaat tersendiri. Hal ini pernah dikemukakan oleh Roger Johnson dari
Universitas Minnesota (ohnson dan Johnson, 1974). Robert Slavin (1983) dari Universitas John Hopkins
dan Shlomo Sharan dari Universitas Tel Aviv (1980) juga menyatakan hal yang sama. Dengan
menggunakan strategi yang sedikit berbeda, baik tim Johnson dan Slavin melakukan serangkaian
investigasi yang secara langsung menguji asumsi mengenai model pengajaran sosial. Secara khusus,
mereka menelitiapakah tugas kerja samadan strukturrewarddapat memengaruhi hasil pembelajaran
secara positif ataukah tidak. Selain itu, mereka juga merekomendasikan adanya peningkatan kesatuan
kelompok, tingkah laku bekerja sama, dan relasi antarkelompok melalui prosedur pembelajaran yang
kooperatif salah satu asumsi yang mendasari pengem bangan pembelajaran kooperatif
(cooperativelearning) adalah bahwa sinergi yang muncul melalui kerja sama akan meningkatkan motivasi
yang jauh lebih besar dari pada melaluilingkungan kompetitifindividual. Kelompok kelompok
sosialintegratifmemiliki pengaruh yang lebih besar daripada kelompok yang dibentuk secara ber
pasangan. Perasaan saling keterhubungan (feelings of Connected ne menurut mereka, dapat
menghasilkan energi yang positif.

PENGADAAN MODEL MODEL 1: Persiapan Kelompok metode, teknik, dan struktur perm hap Guru
kooperatif untuk pembela o lajaran ruang kelas Guru menata lompok untuk pembent Guru merangking
siswa lompok kelompok a Guru menentukan jumlah a Guru membentuk kelompok-kelompok Tahap 2:
Pelaksanaan Pembelajaran o Siswa merancang team building dengan identi kelompok o Siswa
dihadapkan pada persoalan O Siswa mengeksplorasi persoalan a Siswa merumuskan tugas dan
menyelesaikan per- soalan o Siswa bekerja mandiri, lalu belajar kelompok Tahap 3: Penilaian Kelompok a
Guru menilai dan menskor hasil kelompok a Guru memberi penghargaan pada kelompok o Guru dan
siswa mengevalulasi perilaku anggota kelompok b. Sistem Sosial Sistem sosial dalam modelkooperatif
begitu menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis yang didasarkan pada ke- sepakatan kolektif antaranggota
dalam setiap kelompok. 112 l

Aktivitas kelompok disajikan melalui struktur eksternal minimalisyang dimediasi oleh seorang guru. Siswa
maupun guru memiliki status yang sama namun peran yang ber- beda dalam mengefektifkan
pembelajaran kooperatifini. siswa berperan sebagai pelaksana diskusi, sementara guru bertugas sebagai
fasilitator dalam mendesain ling kungan kooperatif yang kondusif c. Peran/Tugas Guru Dalam modelini,
guru terkadang berperan sebagai kon- selor, konsultan, dan terkadang pula sebagai pemberi kritik yang
ramah. Dia harus membimbingdan merefleksi- kan pengalaman kelompok dalam beberapa tingkatan
berikut ini pertama, pemecahan masalah atau level tugas (Apa masalahnya? Apa saja faktor yang terlibat
di dalam- mya?), kedua, level managemen kelompok (Informasiapa yang dibutuhkan saat ini? Bagaimana
mengatur kelompok untuk membicarakan informasi tersebut?), dan ketiga, level pribadi (Apa tanggapan
masing-masing anggota mengenai kesimpulan yang telah diperoleh kelompok? Langkah lain apa yang
akan dilakukan setelah mem- peroleh kesimpulan tersebut?) d. Sistem Dukungan Sistem dukungan
dalam pembelajaran kooperatif harus lah ekstensif dan responsif terhadap semua kebutuhan siswa.
Sekolah harus dilengkapi dengan sebuah ruang perpustakaan yang menyediakan informasi dari ber-
bagai macam media sekolah juga harus bisa menyediaMODEL MODEL PENGAIARAN DAN
PEMBELAIARAN kan akses terhadapreferensi referensi luar. Siswa h lah didorong untuk melacak dan
menghubungi or orang yang bisa dijadikan referensi di luar sekolah e. Pengaruh Model ini sangatlah
menarik dan bermanfaat, erta komprehensif, ia memadukan antara tujuan penelitian akademik, integrasi
sosial, pembelajaran, proses kolektit Model ini bisa diterapkan untuk semua subjekpelajaran pada siswa
dalam semua tingkat umur, jika gurumemang berkeinginan untuk menekankan proses formulasi dan
pemecahan masalah dalam beberapa aspek ilmu pe- ngetahuan dibanding memasukkan infomasiyang
belum tersturuktur dan belum ditetapkan. Di antara pengaruh instruksional model ini adalah efektivitas
pengelolaan kelompok, konstruksi pengetahuan, dan kedisiplinan dalam penelitian kolaboratif
Sementara itu, pengaruh pengiringnya antara lain: kemandirian sebagai pem belajar, penghargaan pada
hak orang lain, penelitian sosial sebagai pandangan hidup, dan kehangatan dan inter pretasi
interpersonal.

3. Cooperative Integrated Reading AndComposition (CIRC) Pembelajaran Cooperative Integrated Reading


and Com dkk. (1987), Metode ini dapat dikategorikan sebagai metode pembelajaran terpadu. Kelebihan
dari model CIRC antara ajar siswa akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak; 2) kegiatan
yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat dan kebutuhan siswa;3)seluruh kegiatan belajarlebih
bermakna bagi siswa sehingga hasil belajar siswa akan dapat bertahan lebih lama; 4) pembelajaran
terpadu dapat menumbuh kembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) pembelajaran terpadu
menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (ber manfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering
ditemui dalam lingkungan siswa; 6) embelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa ke
arah belajar yang dinamis, optimal, dan tepat guna;7) pembelajaran terpadu dapat
menumbuhkembangkan interaksi sosialsiswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan respek
terhadap gagasan orang lain; 8) membangkitkan motivasi belajar serta memperluas wawasan dan
aspirasi guru dalam mengajar (Saifulloh, 2003) Dalam pembelajaran CIRC, setiap siswa bertanggung
jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untukmemahami
suatu konsep dan menyelesaikan tugas, sehingga terbentuk pemahaman dan pengalaman belajar yang
lama. Model pembelajaran rus mengalami perkembangan mulaidaritingkat SekolahDasar (SD) hingga
sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi dengan lingkungan. Model CIRc
memiliki langkah-langkah penerapan se- bagai berikut (Stevens, dkk. 1991): Guru membentuk kelompok-
kelompok yang masing masing terdiri dari 4 siswa. o Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pem
belajaran Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemu kan ide pokok kemudian memberikan
tanggapan ter- hadap wacana yang ditulis pada lembar kertas. o Siswa mempresentasikan/membacakan
hasil diskusi kelompok. o Guru memberikan penguatan (reinforcement) Guru dan siswa bersama-sama
membuat kesimpulan Dari setiap fase tersebut di atas, kita dapat melihat be- berapa tahap sebagai
berikut: Tahap 1: Pengenalan konsep O Pada fase ini, guru mulai mengenalkan suatu konsep atau istilah
baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan
guru, buku paket, atau media lainnya Tahap 2: Eksplorasi dan Aplikasi o Tahap ini memberi peluang pada
siswa untuk meng ungkap pengetahuan awal, mengembangkan pengeta huan baru, dan menjelaskan
fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif
sehingga mereka akan ber usaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk men- jelaskan hasil
observasi. Pada dasarnya, tujuan fase ini adalah untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa
serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang
konkret. Selama proses ini, siswa belajar melalui tin dakan-tindakan dan reaksi-reaksi mereka sendiri
dalam situasi baru yang masih berhubungan, dan hal ini ter- bukti sangat efektif untuk menggiring siswa
merancang eksperimen serta demonstrasi untuk diujikan. Tahap 3: Publikasi. Pada fase ini, siswa mampu
mengomunikasikan hasil temuan-temuan serta membuktikan dan memperagakan materi yang dibahas.
Penemuan dapat bersifat sesuatu yang baru atau sekadar membuktikan hasilpengamatan. Siswa dapat
memberikan pembuktian terkaan gagasan- gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelas.
Dalam hal ini, siswa harus siap memberi dan menerima kritik atau saran untuk saling memperkuat
argumen.

Buku ii

Pengertian Collaborative Learning proses belajar secara kolaborasi atau ive learning bukan sekedar
bekerja sama dalam suatu kelompok tetap penekanannya lebih kepada suatu proses pembelajara yang
melibatkan proses komunikasi secara utuh dan adil i dalam kelas. proses itu meliputi: Bagaimana guru
berkomunikasi dengan murid dalam kaitannya dengan informasi yang akan diajarkan dan bagaimana
criteria penilaian Bagaimana murid berkomunikasi dengan guru dan dengan murid lainnya. Apakah
komunikasi di kelas adalah komunikasi satu arah, dua arah, atau multi arah Apakah komunikasi dalam
bentuk tulisan, ucapan, atau sentuhan dan peragaan? Ada lima elemen penting yang harus ada dalam
suatu collaborative learning Interdependen yang positif (perasaan kebersamaan) nteraksi face-to-face
atau tatap muka, yang saling mendukung (saling membantu saling mengharga memberikan selamat dan
merayakan sukses bersamaTanggung jawab individu dan kelompok (demi keberhasilan pembelajaran)
Kemampuan komunikasi antarpribadi dan komunikasi dalam suatu kelompok kecil (komunikasi, rasa
percaya kepemimpinan, pembuatan keputusan dan manajemen serta resolusi konflik) Pemrosesan
secara kelompok (melakukan refleksi terhadap fungsi dan kemampuan mereka bekerja sama sebagai
suatu kelompok, dan bagaimana untuk mampu berprestasi lebih baik lagi.) Lalu bagaimana cara yang
efektif dan benar untuk bisa Melakukan proses pemebalajaran kooperatif dan kolaboratif di dalam kelas
untuk bisa melakukan hal ini, guru perlu memperhatikan tiga hal berikut 1. pengelompokkan yang
dilakukan dengan menggunakan acuan level kemampuan harus dilakukan dengan hati-hati Satu hal yang
sering menjadi kendala adalah bagaimana kita membuat kelompok yang efektif dalam praktek di dalam
kelas usahakan membuat kelompok yang terdiri dari beberapa murid dengan kemampuan yang berbeda.
Jangan hanya mengelompokkan murid yang "lambat" dengan murid yang "lambat" lainnya. Efek
pengelompokkan seperti ini akan sangat buruk karena hasil pembelajarannya akan tidak memuaskan.
Usahakan untuk bisa menggabungkan dengan maksud agar tejadi pelatihan silang (cross-training) 2.
Jumlah anggota kelompok harus diusahakan sedikit. Dari hasil praktek dan pengamatan yang telah
dilakuakan selama ini jumlah idea dan paling efektif adalah bila dalam suatu kelompok berisi 3, 4 dan
maksimal 5 orang murid
3. Collaborative Learning harus diterapkan secara konsisten dan sistematik, tetapi tidak boleh digunakan
secara belebihan. Penggunaan model belajar kolaboratif akan sangat efektif bila guru mengerti waktu
dan situasi yang tepat. Bila digunakan dalam frekuensi yang berlebihan, justru akan memberikan efek
yang tidak diharapkan. Mengapa ini karena murid juga membutuhkan privas membutuhkan waktu untuk
menyendiri, untuk berfikir, memproses dan mengasimilas materi pembelajaran yang telah mereka
dapatkan

dan semakin plus dan Minus Collaborative Learning banyak keuntungan yang bisa didapatkan oleh
murid, antara a lain Melatih rasa perduli, perhatian dan kerelaan untuk berbagi Meningkatkan rasa
penghargaan terhadap orang lain. Melatih kecerdasan emosional Mengutamakan kepentingan kelompok
dibandingkan kepentingan pribadi Mengasah kecerdasan interpersonal Melatih kemampuan bekerja
sama, team work Melatih kemampuan mendengarkan pendapat orang lain Manajemen konflik
Kemampuan komunikasi Murid tidak malu bertanya kepada temannya sendiri Kecepatan dan hasil
belajar meningkat pesat Peningkatan daya ingat terhadap materi yang dipelajari Meningkatkan motivasi
dan suasana belajar. Sisi negative yang mungkin muncul dalam collaborative learning Murid yang lebih
pintar, bila belum mengerti tujuan sesungguhnya dari pros ini, akan merasa sangat dirugikan karena
harus repot-repot membantu temannya.

Murid ini juga akan merasa keberatan karena nilai yang ia peroleh ditentukan oleh prestasi atau pencapa
kelompoknya Bila kerja sama tidak dapat dijalankan dengan baik, maka yang akan bekerja hanyalah
beberapa murid yang pintar dan aktif saja.

pembelajaran cooPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) ini merup salah satu tipe
dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok kelompok kecil dengan jumlah
anggota tiap kelompok 4.5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan pemberian keliping pada siswa,
lalu Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran, kemudian peserta didik
bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan member tanggapan terhadap
wacana/kliping dan ditulis dalam selembar kertas serta mempr hasil kelompok dan diakhiri dengan
pengambilan kesimpulan secara bersama (guru dan siswa) slavin (dalam Nur, 2000: 26) menyatakan
bahwa pada model pembelajaran ini siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang
merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan
kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai
pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberikan testentang materi tersebut pada saat tes
diperbolehkan saling membantu Langkah-langkah Agar pembelajaran yang dilakukan dengan
menggunakan mode COOPERATIVE INTEGRATED READING AND coM (cIRc) terukur dan sistematis. maka
harus mengkus langkah yang sesuai dengan kaidah dari penggunaan tersebut Adalah langkah-langkah
terukur dan sistematis model pembelajaran ini sebagai berikut Langkah-langkah: Membentuk kelompok
yang anggotanya 4 orang heterogen. 2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topk
pembelajaran 3. Peserta didik bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis dalam selembar kertas. 4.
Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok. S. Guru membuat kesimpulan bersama. 6. Penutup
Kelebihan. Model pembelajaran ini baik digunakan manakala menginginkan siswa mendalami atau lebih
memahami secararinci dan detail dari apa materi yang diajarkan kepadanya. Sehubungan dengan itu,
kebaikan model pembelajaran ini adalah: Membuat suasana belajar lebih m karena siswa dikelompokkan
dalam kelompok yang hiterogen. Jadi ia tidak cepat bosan sebab mendapat kawan atau teman baru
dalam pembelajaran eruk b. Dapat membuat anak lebih rilek dalam belajar karena ia ditempatkan dalam
kelompok yang hiterogen. c. Dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa, sebab dalam
pembelajarannya siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam suatu kelompok. d. Dengan
adanya persentase akan dapat meningkatkan ana semangat anak untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan. Kekurangan. Sedangkan yang menjadi kekurangan model pembelajaran ini, yaitu i tanman
harems a. Tidak mudah bagi guru dalam menentukan kelompok yang hiterogen. b. Karena kelompok ini
bersifat hiterogen, maka adanya ketidak cocokan diantara siswa dalam satu kelompok, sebab siswa yang
lemah merasa minder ketika digabungkan dengan siswa yang kuat. Atau adanya siswa yang merasa tidak
pas, jika ia digabungkan dengan yang dianggapnya bertentangan dengannya.

C. Dalam diskusi adakalanya hanya dikerjakan oleh beberapa siswa saja, sementara yang lainnya hanya
sekeder pelengkap Saja. d. Dalam persentase sering terjadi kurang efektif karena memakan waktu yang
cukup lama sehingga tidak semua kelompok dapat mempersentasekannya.

Anda mungkin juga menyukai