Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Posisi Indonesia hampir mendekati negara-negara bunuh diri, seperti Jepang, dengan
tingkat bunuh diri mencapai lebih dari 30.000 orang per tahun dan China yang mencapai
250.000 per tahun.Pada tahun 2005, tingkat bunuh diri di Indonesia dinilai masih cukup
tinggi. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2005, sedikitnya 50.000
orang Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap tahunnya. Dengan demikian, diperkirakan
1.500 orang Indonesia melakukan bunuh diri per harinya. Namun laporan di Jakarta
menyebutkan sekitar 1,2 per 100.000 penduduk dan kejadian bunuh diri tertinggi di Indonesia
adalah Gunung Kidul, Yogyakarta mencapai 9 kasus per 100.000 penduduk.
Adapun kejadian bunuh diri tertinggi berada pada kelompok usia remaja dan dewasa
muda (15 – 24 tahun), untuk jenis kelamin, perempuan melakukan percobaan bunuh diri
(attemp suicide) empat kali lebih banyak dari laki laki. Cara yang populer untuk mencoba
bunuh diri pada kalangan perempuan adalah menelan pil, biasanya obat tidur, sedangkan
kaum lelaki lebih letal atau mematikan seperti menggantung diri.Kelompok yang beresiko
tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri adalah mahasiswa, penderita depresi, para
lansia, pecandu alcohol, orang-orang yang berpisah atau becerai dengan pasangan hidupnya,
orang-orang yang hidup sebatang kara, kaum pendatang, para penghuni daerah kumu dan
miskin, kelompok professional tetentu, seperti dokter, pengacara, dan psikolog.
Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim kesehatan
diantaranya adalah : pertama, suicide merupakan perilaku yang bisa mematikan dalam seting
rawat inap di rumah sakit jiwa, Kedua, faktor – faktor yang berhubungan dengan staf antara
lain : kurang adekuatnya pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf
yang lemah, kurangnya orientasi dan training dan tidak adekuatnya informasi tentang pasien.
Ketiga, pengkajian suicide seharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat di rumah
sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen lainnya.
Keempat, hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta kesadaran diri perawat
terhadap cues perilaku pasien yang mendukung terjadinya resiko bunuh diri adalah hal yang
penting dalam menurunkan angka suicide di rumah sakit.
Oleh karena itu suicide pada pasien rawat inap merupakan masalah yang perlu
penanganan yang cepat dan akurat. Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai faktor resiko

1
terjadinya bunuh diri, instrument pengkajian dan managemen keperawatannya dengan
pendekatan proses keperawatanya.
1.2 Rumusan Masalah
Kelompok merumuskan masalah dalam makalah ini yaitu Bagaimanakah Konsep
asuhan keperawatan pada pasien dengn RBD?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan resiko bunuh
diri.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi resiko bunuh diri
2. Mengetahui klasifikasi dari resiko bunuh diri
3. Mengetahui pengelompokan resiko bunuh diri
4. Mengetahui rentang respon
5. Mengetahui tanda dan gejala resiko bunuh diri
6. Mengetahui penyebab terjadinya bunuh diri
7. Memahami susunan penatalaksanaan bunuh diri
8. Dan memahami tentang konsepasuhan keperawatan pada klien gangguan bunuh diri

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. (Vide Beck, 2008)

Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam
kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk
mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan
berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan
dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan
untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi
karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan
marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk
mengakhiri keputusasaan (Stuart, 2006).
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. (Maris, Berman, Silverman, dan Bongar, 2000)
Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Ann Isaacs, 2014).

2.2 Klasifikasi Bunuh Diri


1. Bunuh diri egoistik : Akibat seseorang yang mempunyai hubungan sosial yang buruk.
2. Bunuh diri altruistik :Akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan.
3. Bunuh diri anomik :Akibat lingkungan tidak dapat memberikan kenyamanan bagi
individu

2.3 Pengelompokan Bunuh Diri


1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh
diri, misalnya dengan mengatakan “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!”
atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.” Pada kondisi ini pasien mungkin sudah
memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, tetapi tidak disertai dengan ancaman dan percobaan

3
bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa
bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif
tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
2. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, yang berisi keinginan untuk
mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri,
tetapi tidak disertai dengan percobaan bunuh diri. Walaupun dalam kondisi ini pasien belum
pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja
dapat dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
3. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara
gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang
tinggi.

2.4 Rentang Respon


Respon Adaptif <-----------------------------------> Respon Maladaptif
Pikiran Logis Distorsi Pikiran Gangguan Pikiran
1. Persepsi Kuat 1. Ilusi 1. Sulit Berespon
2. Emosi Konsisten 2. Reaksi Emosi 2. Emosi
Dengan Pengalaman Berlebihan 3. Perilaku kacau
3. Perilaku Sesuai
4. Berhubungan Sesuai

2.5 Tanda dan Gejala


a. Keputusasaan.
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal, dan tidak berharga.
c. Alam perasaan depresi.
d. Agitasi dan gelisah.
e. Insomnia yang menetap.
f. Penurunan berat badan.
g. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.

4
2.6 Psikopatologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap membunuh
diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai
rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya
dibagi menjadi 4 kategori :
A. Isyarat Bunuh Diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan:”tolong jaga anak-anak karena saya akan
pergi jauh!” atau” segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri
hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien
umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak
berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negative tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
B. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk
bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian,
kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
Ancaman bunuh diri pada umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan
untuk mati,disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat
untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana
bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
C. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang
dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah. Pada kondisi ini pasien aktif
mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi,
atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu
individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu masalah yang
menjatuhkan harga dirinya.
D. Bunuh Diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau
terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung

5
ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada
waktunya.

2.7 Pohon Masalah


Resiko Kematian

Risiko bunuh diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Diagnosis
1. Risiko bunuh diri

2.8Penyebab

1. HDR ( Harga Diri Rendah )


a. Pengertian

Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti,


rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri.(keliat, 2011)
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya
diri dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan.(Herman, 2011)
b. Tanda dan Gejala
 Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan
mengkritik diri sendiri.
 Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa

6
 Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
 Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
 Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.( Yosep, 2009)
2. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (1997), faktor predisposisi bunuh diri antara lain :
1. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri,
mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2. Sifat kepribadian, tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya
resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
3. Lingkungan psikososial, Seseorang yang baru mengalami kehilangan,
perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial
merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
4. Riwayat keluarga/factor genetik, Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko
bunuh diri pada keturunannya serta merupakan faktor resiko penting untuk prilaku
destruktif.. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan
depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.
5. Faktor biokimia, Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif
diri.

3. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

7
5. Selain itu terdapat pula beberapa motif terjadinya bunuh diri, Motif bunuh diri ada
banyak macamnya. Disini penyusun menggolongkan dalam kategori sebab,
misalkan :
a. Dilanda keputusasaan dan depresi
b. Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
c. Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).
d. Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu)
e. Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.
Sebagai perawat perlu mempertimbangkan pasien memiliki resiko apabila
menunjukkan perilaku sebagai berikut :
a) Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh diri
b) Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh diri.
c) Memilki keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri.
d) Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa.
e) Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental
f) Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alcohol
g) Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik
h) Menunjukkan impulsivitas dan agressif
i) Sedang mengalami kehilangan yang cukup significant atau kehilanganyang
bertubi-tubi dan secara bersamaan
j) Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri missal pistol,
obat, racun.
k) Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif denganpengobatan
l) Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial.

2.9Penatalaksanaan

1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis: Penotizin
b. Obat anti depresi: Amitripilin
c. Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
d. Obat anti insomnia: Phneobarbital
2. Terapi modalitas
a. Terapi keluarga

8
 Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi
masalah klien dengan memberikan perhatian
 BHSP
 Jangan memancing emosi klien
 Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
 Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
 Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah
yang dialaminya
b. Terapi kelompok

Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau


aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan
klien karena masalah sebagian orang merupakan persaan dan tingkah laku
pada orang lain.

c. Terapi musik

Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain untuk mengebalikan


kesadaran klien
2.10 Sumber Koping

Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor,
baik faktor social maupun budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong
atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat
menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh
diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan
menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah
seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

2.11 Mekanisme Koping

9
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression, dan
magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa
memberikan koping alternatif.

10
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan Kesehatan Jiwa
I. Identitas Klien
Nama : Ny.April (L/P) Tanggal Dirawat : 16 Maret 2018

Umur : 28 thn Tanggal Pengkajian : 17 Maret 2018

Alamat : Blitar

Pendidikan : SMA

Agama : Islam Ruang Rawat :

Status : Lajang

Pekerjaan : Wiraswasta

JenisKel. : Perempuan

No RM : 365xxx

II. Alasan Masuk


Data Subjektif:
1) Mengungkapkan keinginan bunuh diri
2) Mengungkapkan keinginan untuk mati
3) Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4) Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga
5) Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan
6) Mengungkapkan adanya konflik interpersonal
7) Mengungkapkan telah terjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
Data Objektif:
1) Impulsif
2) Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( biasanya menjadi sangat patuh)
3) Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis)
4) Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam karier)
5) Status perkawinan yang tidak harmonis

11
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG dan FAKTOR PRESIPITASI
Ny. A pernah mengalami hal yang menyedihkan dimana ia kehilangan .

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
 Tidak
2. Pengobatansebelumnya
 Tidak pernah melakukan pengobatan tentang penyakit jiwa
3. a.Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
 Tidak
b. Pernah ada riwayat NAPZA

 Tidak
c. Riwayat Trauma

Usia Pelaku Korban Saksi

1. Aniayafisik 10 Ayah Pasien Ibu


2. Aniayaseksual - - - -
3. Penolakan 27 Suami pasien orang tua
4. Kekerasan dalam keluarga 27 Suami pasien Orang tua
5. Tindakan kriminal - - - -
6. Usaha Bunuh diri 28 Pasien Pasien Ortu
Jelaskan:

Pasien mengalami kesedihan batin yang dalam, dimana pasien ditinggal kan oleh
suaminya, Ny.A merasa kecewa dengan kehidupanya yang selalu saja membuatnya
kecewa.
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Waktu kecil, pasien mengalami kekerasan fisik oleh ayah nya sendiri yang
mudah sekali tersulut amarahnya karena kondisi ekonomi yang selalu mendesak. Saat
dewasa pasien menikah dengan seorang pria yang ia cintai. Tetapi suatu hari suami
Ny.A tidak bisa menerima kekurangan pasien, sehingga memilih untuk pergi. Pasien
mengalami depresi karena mengalami kegagalan dalam hidupnya, yaitu patah nya
harapan pasien untuk hidup bahagia setelah ia menikah.

12
Masalah/ DiagnosaKeperawatan :
1. Resiko bunuh diri

5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


1. Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
 Tidak ada
Masalah / Diagnosa Keperawatan:

 Koping keluarga tidak efektif :


ketidakmampuan
 Koping keluarga tidak efektif : kompromi

V. PEMERIKSAAAN FISIK
Tanggal :17-08-2018

1. Keadaan umum :
Pasien terlihat mengalami kesedihan yang berlarut-larut.
2. Tanda vital:
TD:120/80 mm/Hg

N: 84 x/m

S: 36.5

RR: 20 x/m

3. Ukur: BB 58 kg TB: 163 cm


 Naik

4. Keluhan fisik:
 Tidak ada keluhan
Jelaskan:

Pasien hannya merasa sedih akan jalan hidupnya.

13
VI. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dansesudahsakit)
1. Genogram:

Keterangan Gambar :

X = Meninggal

= Tinggal bersama

Jelaskan:

Ny.A tinggal bersama kedua orang tuanya dan saudara laki-laki nya. Komunikasi nya
dengan keluarga terbilang kurang baik, ayahnya selalu bersikap keras terhadap ibu
maupun pasien.

KonsepDiri

a. Citra tubuh :
Klien mengatakan bersyukur mempunyai bentuk tubuh yang normal, semuabagian tubuhnya
disukai karena masing-masing bermanfaat sesuai fungsinya.Klien mengatakan tak ada bagian
tubuh yang tidak disukai karena itu samasaja tidak mensyukuri nikmat Allah yang telah
menciptakannya.
b. Identitas :
Pasien mengatakan bersyukur diciptakan Allah sebagai seorang wanita dan diamerasa bersyukur.
Tapi klien juga kecewa karena pada umur 27 tahun ia harus mengalami sakit hati lagi seperti dulu.

14
Pasien di tinggalkan oleh suaminya. Klien juga kecewa atas jalan hidupnya yang selalu merasakan
kepedihan.

c. Peran :

Sebagai seorang anak yang tinggal dengan kedua oaring tua yang selalu bertengkar, klien sering
merasa sedih dan kecewa atas apa yang terjadi.
d. Ideal diri :
Klien ingin menjadi seorang guru meski bukan pegawai negeri dan ingin mengajari
anak-anak mengaji dan kalau bisa membuka sekolahan untuk anak tidak mampu.
e. Hargadiri :
Klien merasa sedih dan kecewa karena dalam hidupnya selalu merasakan kesedihan.
Klien mengatakan bisa berhubungan atau bersosialisasi dengan orang lain yang dapat
ia percayai dan yang menurutnya baik.

Masalah / DiagnosaKeperawatan :

2. Hubungansosial
a. Orang yang berarti/terdekat:
Klien mengatakan orang yang paling dekat adalah ibunya yang sangat
mencintainya,klien selalu bercerita kepada ibunya bila menghadapi suatu masalah.
Saudara-saudaranya yang lain juga cukup dekat dengan klien.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:
Klien sering mengikuti acara pengajian di kampungnya maupun di tempat lain.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Kurangnya sosialisasi klien kepada masyarakat yang membuat klien hanya dekat

dengan keluarganya saja.

Masalah / DiagnosaKeperawatan :

3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama Islam dan taat melakukan ibadah baik sebelum sakit
maupun selama sakit karena ibadah kepada Allah merupakan kewajiban manusia

15
meski dalam keadaan apapun. Klien mengatakan sangat fanatik terhadap agama
Islam.
b. Kegiatan ibadah
Klien taat melakukan ibadah baik sebelum sakit maupun selama sakit.

Masalah / DiagnosaKeperawatan:

 Distress spiritual
 Lain-lain, jelaskan..........

VII.STATUS MENTAL
1. Penampilan
 rapi
Jelaskan:

Klien berpenampilan rapi, bersih, penggunaan pakaian sesuai, selama di rumah sakit
klien selalu memakai seragam rumah sakit, peci dan sandal jepit.

Masalah / DiagnosaKeperawatan:

 Defisit perawatan diri (makan, mandi, berhias, toileting, instrumentasi)


 Lain-lain, jelaskan..........
2. Pembicaraan
 Cepat
 Keras
 Gagap
 Apatis
 Lambat
 Membisu
 Tidakmampu memulai pembicaraan
 Lain-lain………..
Jelaskan:(sesuai data fokus)

Pada awalnya pembicaraan klien terarah tetapi lama kelamaan kacau, berpindah-
pindah dari kalimat satu ke kalimat lain dan tidak sesuai dengan realitas (inkoheren).

16
Masalah / DiagnosaKeperawatan:

 Gangguan komunikasi verbal

3. Aktifitasmotorik/Psikomotor
Kelambatan :

 Hipokinesia,hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitasserea
Jelaskan:

Klien agak tremor dan mengeluh punggungnya nyeri, tapi klien masih bisa berjalan
dan memenuhi kebutuhan perawatan diri dengan bantuan minimal.
Peningkatan :

 Hiperkinesia,hiperaktifitas  Grimace
 Gagap  Otomatisma
 Stereotipi  Negativisme
 GaduhGelisahKatatonik  Reaksikonversi
 Mannarism  Tremor
 Katapleksi  Verbigerasi
 Tik  Berjalankaku/rigid
 Ekhopraxia  Kompulsif :sebutkan …………
 Command automatism
Jelaskan:

Klien mengatakan perasaannya baik-baik saja,klien merasa sedih, putus asa,


khawatir atau takut terhadap sesuatu. Tetapi kadang klien merasa marah atau jengkel
bila mendengar seseorang membicarakannya.

Masalah/ DiagnosaKeperawatan :

 Resiko tinggi kekerasan

17
4. Afek dan Emosi
Pertanyaan :
Bagaimana perasaan anda akhir akhir ini ?

Jika tidak ada respon, lanjutkan dengan pertanyaan : Bagaimana perasaan anda
senang apa sedih?

Jika pasien tampak sedih, tanyakan : bagaimana sedihnya? Dapatkah anda


menceritakannya?

Jika pasien menunjukkan gambaran depresi , lanjutkan dengan pertanyaan:

Bagaimana dengan masa depanmu?Apakah anda benar benar tidak punya harapan?

Jika “ya” Lanjutkan dengan : Bukankah hidup ini berharga?

Lanjutkan dengan pertanyaan : adalah keininginan untuk bunuh diri?

a. Afek

 Adekuat
 Tumpul
 Dangkal/datar
 Inadekuat
 Labil
 Ambivalensi
Jelaskan:

Klien berespon sesuai dengan stimulus yang diberikan, klien tampak tertawa bila
mendengar atau melihat sesuatu yang menyenangkan dan klien tampak sedih ketika
menceritakan pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.

Masalah / DiagnosaKeperawatan:

 gangguan isi pikir : waham curiga


b. Emosi

 MerasaKesepian
 Apatis
 Marah

18
 Anhedonia
 Eforia
 Cemas (ringan,sedang,berat,panic)
 sedih
 Depresi
 Keinginan bunuh diri

Jelaskan:

Klien merasa kesepian , marah, cemas apabila berbicara tentang pengalaman masa
lalu nya yang tidak menyenangkan.

Masalah / DiagnosaKeperawatan

 Ansietas
5. Interaksi selama wawancara
 Bermusuhan
 Tidakkooperatif
 Mudahtersinggung
 Kontakmatakurang
 Defensif
 Curiga
Jelaskan:

Klien tampak bersahabat selama wawancara, ada kontak mata dan selalu menjawab
sesuai pertanyaan yang diajukan. Tetapi kadang klien mengungkapkan bahwa
keputusan bunuh diri adalah yang terbaik.

Masalah / DiagnosaKeperawatan :

 Resiko Bunuh Diri

6. Persepsi – Sensorik
Pertanyaan pada pasien :
Apakah anda sering mendengar suara saat tidak ada orang atau saat tidak ada orang
yang berbicara?
ATAU : Apakah anda mendengar suara orang yang tidak dapat anda lihat.

19
Jika : ‘ya”
Apakah itu benar benar suara yang datng dari luar kepala anda atau dalam pikiran
anda.
Apa yang dikatakan oleh suara itu?
Berikan contohnya, apa yang anda denar hari ini atau kemarin

Halusinasi

 Pendengaran
Ilusi

 Ada
Depersonalisasi

 Ada
Derealisasi

 Tidakada

Jelaskan:
Klien mengatakan selalu mendengar suara atau bisikan yang tidak ada wujudnya,
klien juga tidak pernah melihat bayangan-bayangan atau mencium bau yang tidak
ada wujudnya. Klien pernah tampak berbicara sendiri atau tersenyum-senyum
sendiri.

Masalah / DiagnosaKeperawatan :

 Gangguan persepsi sensori : halusinasi........... (pendengaran, penglihatan,


perabaan , pengecapan, penciuman)
7. Proses Pikir
Pertanyaan :

1. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang atau suatu kekuatan di luar anda
memasukkan buah pikiran yang bukan milik anda ke dalam pikiran anda, atau
menyebabkan anda bertindak tidak seperti biasanya?
2. Pernahkan anda percaya bahwa anda sedang dikirimi pesan khusus melalui TV,
radio atau koran, atau bahwa ada seseorang yang tidak anda kenal secara pribdai
tertarik pada anda?
3. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang sedang membaca pikiran anda atau bisa

20
mendengar pikiran anda atau bahkan anda bisa membaca atau mendengar apa
yang sedang dipikirkan oleh orang lain?
4. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang sedang memata matai anda, atau
seseorang telah berkomplot melawan anda atau menciderai anda?
5. Apakah keluarga atau teman anda pernah menganggap keyakinan anda aneh atu
tidak lazim ?
a. Arus Pikir :
 Koheren
 Inkoheren
 Sirkumstansial
 Neologisme
 Tangensial
 Logorea
 Kehilanganasosiasi
 Bicaralambat
 Flight of idea
 Bicaracepat
 Irrelevansi
 Main kata-kata
 Blocking
 PengulanganPembicaraan/perseverasi
 Afasia
 Asosiasibunyi
Jelaskan:

Klien kadang-kadang berbicara kacau tak ada hubungan dan berpindah-


pindah(flight of ideas)antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain, kadang
klien juga mengulang kalimat yang sama, seperti, “saya bisa mendengar orang
membicarakan saya”
Masalah / DiagnosaKeperawatan:

 Gangguan komunikasi verbal

b. Isi Pikir
 Obsesif
 Ekstasi

21
 Fantasi
 Alienasi
 PikiranBunuhDiri
 Preokupasi
 PikiranIsolasisosial
 Ide yang terkait
 PikiranRendahdiri
 Pesimisme
 Pikiranmagis
 Pikirancuriga
 Fobia,sebutkan…………..

 Waham:
 Kejar / curiga
Jelaskan:

Klien meyakini bahwa semua kesedihan dan kekecewaan yang ia rasakan dapat
berakhir dengan pilihan mengakhiri hidupnya. Pasien juga berpikir, mengapa ia
melanjutkan hidupnya sedangkan iatidak bisa mendapatkan kebahagiaannya.

Masalah / DiagnosaKeperawatan:

 Resiko bunuh diri

8. Kesadaran
 Menurun:
 Compos mentis
Jelaskan:

Kesadaran klien composmentis, orientasi waktu, tempat dan orang baik.

Masalah / DiagnosaKeperawatan:

 Resiko bunuh diri

9. Orientasi
 Waktu

22
 Tempat
 Orang
Jelaskan:

Kien mampu mengingat tempat, waktu, dan orang yang membawanya ke rumah sakit
jiwa.

Masalah / DiagnosaKeperawatan:

 Resiko bunuh diri

10. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
 Gangguan daya ingat jangka pendek ( 1 hari – 1 bulan)
 Gangguan daya ingat saat ini ( < 24 jam)
 Amnesia
 Paramnesia:
 Konfabulasi
 Dejavu
 Jamaisvu
 Fause reconnaissance
 hiperamnesia

Jelaskan:

Klien mampu mengingat kejadian-kejadian yang sudah lama berlalu seperti ketika
klien lulus SMA. Klien juga mampu mengingat kejadian jangka pendek seperti
sebelum menderita sakit jiwa.Klien juga mampu mengingat kejadia ssaat, seperti tadi
pagi makan dengan lauk apa.

Masalah / DiagnosaKeperawatan :

 Resiko bunuh diri

11. Tingkat konsentrasi dan berhitung


 mampu berhitung sederhana

23
Jelaskan:

Klien mampu berkonsentrasi dengan baik yang dibuktikan dengan klien mampu
mengulang atau menjelaskan kembali apa yang telah dibicarakan dengan perawat.
Klien mampu berhitung angka-angka atau benda nyata dengan baik.

Masalah / DiagnosaKeperawatan :

 Resiko bunuh diri


12. Kemampuan penilaian
 Gangguan ringan
 Gangguanbermakna
Jelaskan:

Jika diberi penjelasan, klien mampu mengambil keputusan dengan tepat. Klien juga
mampu memutuskan alternatif tindakan yang mau dilakukan lebih dulu, misalnya
mau makan dulu atau mandi dulu.

Masalah / DiagnosaKeperawatan :

 Resiko bunuh diri

13. Dayatilik diri


 Mengingkaripenyakit yang diderita
 Menyalahkanhal-haldiluardirinya
Jelaskan:

Klien menyalahkan orang-orang diluar dirinya yang menyebabkan dia mengalami


gangguan jiwa.
Masalah / DiagnosaKeperawatan :

 Resiko bunuh diri


VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
 Mandiri
Jelaskan:

Klien makan 3 kali sehari, makan sendiri tanpa bantuan dan mampu membereskan
alat-alat makan setelah selesai makan.

24
Masalah / DiagnosaKeperawatan :

 Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh


2. BAB/BAK
 Bantuan minimal
Jelaskan:

Klien tidak memenuhi kebutuhan BAB dan BAK sendiri di kamar mandi, tidak
menjaga kebersihan diri dan pakaian

Masalah / DiagnosaKeperawatan :

 Defisit perawatan diri : makan, mandi, berhias, toiletting, instrumentasi)


3. Mandi
 Mandiri
4. sikat gigi
 Mandiri
5. keramas
 Bantuan minimal
Jelaskan

Klien mengatakan mandi dan gosok gigi satu kali sehari, keramas tiga hari sekali.
Klien tampak kotor dan bau badan

Masalah / DiagnosaKeperawatan :

 Defisit perawatan diri : makan, mandi, berhias, toiletting, instrumentasi)


6. Berpakaian/berhias
 Mandiri
Jelaskan:

Klien mampu memilih dan mengenakan pakaian sendiri, ganti pakaian setelah
mandi, penggunaan pakaian dan penampilan rapi

Masalah / DiagnosaKeperawatan :

 Defisit perawatan diri : berhias


7. Istirahatdantidur
 Tidur Siang, Lama : 1 s/d 3 jam
25
 TidurMalam, Lama : 4 s/d 6 jam
 Aktifitassebelum/sesudahtidur : berdoa ,berdoa
Jelaskan:

Klien mengatakan bisa istirahat tidur dengan cukup, baik siang atau malam, tak ada
gangguan tidur. Klien selalu berdoa sebelum dan ketika bangun tidur

Masalah / DiagnosaKeperawatan :

 Gangguan pola tidur


8. Penggunaan obat
 Bantuan Minimal
Jelaskan:

Klien mengatakan membutuhkan bantuanuntuk minum obat. Tiga macam obat


harus diminum 2 kali 1 tablet pada pagi dan malam hari.klien mengatakan apabila
tidak di ingatkan minu obat maka pasien tidak minum obat.

Masalah / DiagnosaKeperawatan :

 Ketidak patuhan
9. Pemeliharaankesehatan
Ya Tidak

PerawatanLanjutan 

Sistem pendukung Ya Tidak

Keluarga 

Terapis

Teman sejawat

Kelompok sosial

Jelaskan:

Klien mengatakan setelah pulang dari rumah sakit akan selalu kontrol dan minum
obat secara teratur agar penyakitnya tidak kambuh lagi. System pendukungnya adalah
keluarga yang selalu memperhatikan saat kapan dia harus kontrol dan minum obat

26
Masalah/ DiagnosaKeperawatan :

 Perilaku mencari bantuan kesehatan

10. Aktifitasdalamrumah
Ya Tidak

Mempersiapkanmakanan

Menjagakerapihanrumah

MencuciPakaian

Pengaturankeuangan

11. Aktifitas di luarrumah


Ya Tidak

Belanja

Transportasi

Jelaskan :

Klien mengatakan aktivitas di dalam rumah yang sering dia lakukan adalah
mengurusi ayam membantu bersih-bersih rumah dan mencuci pakaian sendiri
sedangkan, aktivitas klien di luar rumah adalah membantu mengurus sawah dan
berkunjung ke rumah saudara dengan naik sepeda motor sendiri.

Masalah/ DiagnosaKeperawatan :

 Perubahan pemeliharaan kesehatan


IX. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif

 Bicaradengan orang lain  Minumalkhohol


 Mampumenyelesaikanmasalah  Reaksilambat/berlebihan

27
 Teknikrelaksasi  Bekerjaberlebihan
 Aktifitaskonstruktif  Menghindar
 Olah raga  Mencideraidiri
 Lain-lain…………….  Lain-lain…………..
Jelaskan :

Bila mempunyai masalah, klien selalu bercerita kepada ibu atau saudara-saudaranya.
Tetapi kadang dia juga mudah tersinggung dan marah saat ada masalah. Klien pernah
mencederai dirinya sendiri, klien juga tidak pernah menghindari masalah, munum
alcohol dan lain-lain.

Masalah/ DiagnosaKeperawatan :

 Resiko tinggi prilaku kekerasan


X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
 Masalahdengandukungankelompok, spesifiknya
Klien memiliki keluarga yang selalu mendukung klien dalam berbagai masalah yang
di hadapi klien.
 Masalahberhubungandenganlingkungan, spesifiknya

Klien mengatakan mempunyai masalah dengan lingkungan sekitar rumah. Masalah yang
paling dirasakan klien adalah ketika para tetangga mengunjing klien dan klien merasa
benar-benar kecewa.

 Masalahdenganpendidikan, spesifiknya
Klien tidak memiliki masalah tentang pendidikannya karena klien adalah lulusan
sarjana di perguran tinggi ternama.
 Masalahdenganpekerjaan, spesifiknya
Klien memang memiliki masalah tentang pekerjaan nya karenaklin belum
mendapatkan pekerjaan yang tetap.
 Masalahdenganperumahan, spesifiknya
Klien mengatakan tidak memiliki masalah tentang perumhan.
 Masalahdenganekonomi, spesifiknya
Klien mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan perekonomiannya karena klien
mempunyai penghasilan sampingan ari bekerja di sawan keluarga.
 Masalahdenganpelayanankesehatan, spesifiknya

28
Klien mengatakan tidak mempunyai masalah dengan pelayan kesehatan manapun.
 Masalahlainnya, spesifiknya
klien mengatakan hannya mempunyai masalah dengan tetangganya yang selalu
menuuhnya membunuh adik kandungnya sendiri.
Masalah/ DiagnosaKeperawatan :

 Gangguan konsep diri (Gangguan identitas pribadi)


XI. ASPEK PENGETAHUAN
Apakahklienmempunyaimasalah yang berkaitandenganpengetahuan yang
kurangtentangsuatuhal?

 Penyakit/gangguanjiwa
 Sistempendukung
 Faktorpresipitasi
 Mekanismekoping
 Penyakitfisik
 Obat-obatan
 Lain-lain, jelaskan
Jelaskan:

Klien mengatakan bahwa sakit jiwa yang dideritanya karena kekecewaannya yang
terlalu mendalam. Menurut klien sakit jiwa bisa sembuh dengan pengobatan secara
teratur, menenangkan hati dan pikiran serta berdoa kepada Allah. Klien mengatakan
ketika dirinya merasa sudah sembuh dan tidak minum obat, penyakitnya kambuh lagi.

Masalah / DiagnosaKeperawatan:

 Kurang pengetahuan tentang penyakit yang di derita

XII.ASPEK MEDIS
Diagnosis medik : Axis 1 : F. 20,13

Axis 2 : Kepribadian : Introvert

Axis 3 : -

Axis 4 : Pasien pengangguran

29
Axis 5 : 20-30

Terapimedik :

a. Penotizin
b. Obat anti depresi: Amitripilin
c. Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
d. Obat anti insomnia: Phneobarbital

3.2 ANALISA DATA


MASALAH / DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN

1. DS : Resiko Bunuh Diri

1. Mengungkapkan keinginan bunuh diri


2. Mengungkapkan keinginan untuk mati
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan
keputus asaan
4. Ada riwayat berulang percobaan
bunuh diri sebelumnya dari keluarga
5. Berbicara tentang kematian,
menanyakan tentang dosis obat yang
mematikan
6. Mengungkapkan adanya konflik
interpersonal
7. Mengungkapkan telah terjadi korban
perilaku kekerasan saat kecil

DO :

1. Impulsif
2. Menunjukkan perilaku yang
mencurigakan ( biasanya menjadi sangat
patuh)

30
3. Ada riwayat penyakit mental (depresi,
psikosis)
4. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan
pekerjaan, atau kegagalan dalam karier)
5. Status perkawinan yang tidak harmonis

3.3 Intervensi Keperawatan


Nama Klien : …………………… DX Medis
:…………………..

RM No. : …………………… Ruangan :


…………………..

No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Resiko bunuh TUM: Klien


diri melakukan
percobaan bunuh
diri

TUK:
1. Klien dapat
1. Setelah … kali 1.1 Bina hubungan saling
membina
interaksi, klien percaya dengan meng-
hubungan
menunjukkan tanda- gunakan prinsip komunikasi
saling percaya
tanda percaya kepada terapeutik :
dengan
/ terhadap perawat :
perawat. - Wajah cerah,  Sapa klien dengan
tersenyum ramah baik verbal
- Mau berkenalan maupun non verbal.
- Ada kontak mata  Perkenalkan diri
- Bersedia dengan sopan.
menceritakan  Tanyakan nama
perasaan lengkap dan nama
- Bersedia panggilan yang
mengungkapkan disukai klien.
masalahnya  Jelaskan tujuan
pertemuan.
 Jujur dan menepati
janji.
 Tunjukan sikap
empati dan

31
menerima klien apa
adanya.
 Beri perhatian dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien.
TUK: 2. Setelah … kali 2.1. Jauhkan klien dari
interaksi klien benda benda yang dapat
2. Klien dapat menyebutkan: membahayakan (pisau,
terlindungi silet, gunting, tali, kaca,
dari perilaku o Aspek positif dll)
bunuh diri dan kemampuan
yang dimiliki 2.2 tempatkan klien di
klien. tempat yang tenang dan
o Aspek positif selalu terlihat oleh
keluarga. perawat
o Aspek positif
lingkung-an klien. 2.3 awasi klien secara ketat
setiap saat

TUK : 3.1. Dengarkan keluhan


yang dirasakan
3. Klien dapat 3.2. Bersikap empati untuk
mengekspresi meningkatkan
kan ungkapan keraguan,
perasaannya ketakutan, dan
kepuusasaan.
3.3. Beri dorongan untuk
mengungkapkan
mengapa dan
bagaimana harapannya
3.4. Beri waktu dan
kesempatan untuk
menceritakan arti
penderitaan, kematian,
dll.
3.5. Beri dukungan pada
tindakan atau ucapan
klien yang
menunjukkan keinginan
untuk hidup
TUK: 4.1 bantu untuk memahami
bahwa klien dapat
4. Klien dapat mengatasi
Meningkatkan keputusannya
harga diri
4.2 kaji dan kerahkan
sumber-sumber internal
individu
4.3 bantu mengidentifikasi

32
sumber-sumber harapan
(mis: hubungan antar
sesame, keyakinan, hal-
hal untuk diselesaikan

TUK: 5.1. ajarkan untuk


mengidentifikasi
5. Klien dapat pengalaman-
menggunakan pengalaman yang
koping yang menyenangkan setiap
adaptif hari (mis: jalan-jalan,
membaca buku favorit,
menulis surat, dll)
5.2. bantu mengenali hal-
hal yang ia cintai dan
yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap
kehidupan orang lain,
menegsampingkan
kegagalan dalam
kesehatan.
5.3. Beri dorongan berbagi
keprihatinan pada
orang lain yang
mempunyai masalah
atau suatu penyakit
yang sama dan telah
mempunyai
pengalaman positif
dalam mengatasi
masalah tersebut
dengan koping yang
efiktif.
TUK: 6.1. kaji dan manfaatkan
sumber-sumber
6. Klien dapat eksternal individu
menggunakan
dukungan 6.2 kaji system pendukung
sosial keyakinan
6.3 lakukan rujukan sesuai
indikasi (konseling
pemuka agama)

33
3.4 Implementasi
Pasien

SP1:

 Pengawasan ketat
 Amankan benda berbahaya
 Kontrak treatment
 Cara mengendalikan dorongan bunuh diri
SP 2:

 Aspek positif diri


 Koping konstruktif 1 dst
SP 3:

 Koping konstruktif ...


 Rencana masa depan

Keluarga

SP 1:

 Masalah resiko bunuh diri


 Pengawasan ketat
 Amankan benda berbahaya
 Pemberian obat
 Rujuk segera

SP 2:

 Dukungan koping konstruktif


SP 3:

 Merencanakan masa depan


o Evaluasi

34
3.5 Evaluasi
SOAPIE:
S = Subyektif : Hasil pemeriksaan terakhir yang dikeluhkan oleh pasien biasanya data
ini berhubungan dengan criteria hasil
O = Obyektif : Hasil pemeriksaan terkhir yang dilakukan oleh perawat biasanya data ini
juga berhubungan dengan criteria hasil.
A = Analisa : Pada tahap ini dijelaskan apakah masalah kebutuhan pasien telah
terpenuhi atau tidak
P = Plan of Care : Dijelaskan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan terhadap
pasien.
I = Intervensi : tindakan perawat untuk mengatasi masalah yang ada
E = Evaluasi : evaluasi terhadap tindakan keperawatan

35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. (Vide Beck, 2008).Klasifikasi Bunuh Diri :Bunuh diri
egoistic, Bunuh diri altruistic, Bunuh diri anomik. Pengelompokan Bunuh Diri:Isyarat bunuh
diri, Ancaman bunuh diri, Percobaan bunuh diri. Tanda dan Gejala : Keputusasaan, Celaan
terhadap diri sendiri, perasaan gagal, dan tidak berharga, Alam perasaan depresi, dll.
Penyebab : HDR ( Harga Diri Rendah ). Penatalaksanaan secaraFarmakologi dan Terapi
modalitas.

4.2 Kritik dan Saran


Kami sebagai penulis dalam pembuatan makalah ini menyadari masih banyak
kekurangan dan ketidaksempurnaan maka perkenankan kami untuk meminta kepada
pembaca agar dapat memberikan kritik atau sarannya untuk kesempurnaan makalah ini.

36
DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Hermawan Surya. (2011). Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan dari Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Penatalaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika

Yosep, Iyus.2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

37

Anda mungkin juga menyukai