BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan rumah sakit yang berkualitas
menjadi pilihan utama untuk mendapat pelayanan terbaiknya.
Salah satu bagian pelayanan rumah sakit dari penunjang medis adalah Instalasi
Radiologi. Instalasi Radiologi adalah bagian dari penunjang medis yang memiliki
peranan sangat penting dalam menegakkan diagnosa suatu penyakit. Peranan
radiologi sangat besar tatkala pasien memerlukan pemeriksaan lanjutan dari hasil
pemeriksaan radiologi, karena dari hasil pemeriksaan radiologi akan dilanjutkan
apakah perlu pembedahan untuk dilakukan operasi ataukah pasien dalam kondisi
normal untuk dapat beraktfitas kembali.
B. Tujuan Pedoman
Untuk meningkat pelayanan radiologi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum
Daerah dr Achmad Diponegoro. Dengan selalu mengacu pada protap-protap yang telah
ditetapkan dan selalu menjaga komunikasi baik internal maupun external.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Radiologi meliputi :
1. Pelayanan Radiodiagnostk
Adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan menggunakan radiasi
sinar-x, seperti pelayanan pemeriksaan rontgen.
NO JENIS PEMERIKSAAN
1 Cranium AP / Lat
2 Os Nasal
10 Pelvis AP
11 Babygram
13 Manus Dx / Sin
15 Antebrachi Dx / Sin
16 Elbow/Cubiti Dx / Sin
17 Humerus Dx / Sin
18 Shoulder Dx / Sin
19 Clavicula Dx / Sin
20 Scapula
22 Femur Dx / Sin
23 Genu Dx / Sin
24 Cruris Dx / Sin
25 Ankle Dx / Sin
26 Pedis Dx / Sin
27 Calcaneus Dx / Sin
33 USG Testis
34 USG Appendix
35 USG Urologi
36 USG Mammae
37 USG Extremitas
38 USG Thorax Marker
39 USG Gaster
40 USG Kepala
43 USG Guiding
44 USG Kandungan
D. Batasan Operasional
Instalasi Radiologi menyelenggarakan pelayanan radiodiagnostik dan imaging selama
24 jam sehari dan 7 hari seminggu, yang melayani :
1. Pasien Rawat Jalan
2. Pasien Rawat Inap
3. Pasien IGD
4. Pasien dari Luar Rumah Sakit Umum Daerah dr Achmad Diponegoro.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993
tentang berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/Menkes/Per/XI/
2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen
Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159B/Menkes/Per/II/
1998 tentang Rumah Sakit Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2008 tentang
Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang
Standar Pelayanan Radiologi Diagnostk di Sarana Pelayanan Kesehatan.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 780/MENKES/Per/VIII/2008 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan
kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion.
11. Undang -Undang No 29 Tahun 2004 tentang praktek Kedokteran.
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 375/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar
Profesi Radiografer.
Kerja Radiografer.
14. Keputusan Kepala Bapeten Nomor 01/Ka–Bapeten/V/99 tentang Ketentuan
Keselamatan Kerja terhadap Radiasi.
15. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 1995 tentang Tunjangan
Bahaya Radiasi.
B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan di Instalasi Radiologi diatur sebagai berikut :
1. Untuk Dinas Pagi
Yang bertugas berjumlah 4 (empat) orang, dengan kategori
C. Pengaturan Jaga
1. Penyelenggaraan pelayanan Instalasi Radiologi dilaksanakan 24 jam dalam
sehari dan tujuh hari dalam seminggu dengan pengaturan petugas radiologi
dibuat 3 shif (dinas pagi, dinas siang dan dinas malam).
2. Untuk Dokter Spesialis Radiologi dalam melakukan tindakan pemeriksaan
radiologi dan expertise. Dokter Spesialis Radiologi sebagai kepala Instalasi
Radiologi melakukan pelayanan pada jam kerja dinas pagi.
3. Tindakan pemeriksaan radiologi yang memerlukan Dokter Spesialis Radiologi di
luar jam kerja yang ditentukan berdasarkan kebijakan Rumah Sakit Umum
Daerah dr Achmad Diponegoro diberlakukan oncall.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
5) Toilet/WC
Ruangan toilet untuk keperluan petugas, sedangkan untuk
pasien ada toilet umum disamping ruangan radiologi.
sudah digunakan.
11. Dokter Spesialis Radiologi melakukan expertise terhadap film imaging /
kertas USG yang dicetak pada Form Expertise.
12. Hasil radiologi diserahkan ke pasien/keluarganya dengan terlebih dahulu
memperlihatkan nota pembayaran di cap lunas dan telah menandatangani
pada Buku expedisi hasil radiologi.
13. Radiografer membuat Laporan Harian.
2. Simpan form expertise yang asli di dalam amplop dan salinan di staples
diluar amplop (yang oleh Perawat Ranap akan disimpan di status pasien).
3) Periksa dan koreksi form expertise yang akan di WA dengan kesesuaian data
nama pasien, pemeriksaan radiologi dan nama dokter spesialis radiologi yang
melakukan expertise.
5. Batas waktu hasil radiologi pada hari kerja dan hari libur Dokter Spesialis
Radiologi setelah jam 13.00 WIB, diambil maksimal keesokan harinya pada
jadwal dinas pagi.
6. Diluar waktu yang telah ditentukan, Dokter Spesialis Radiologi berlaku on
call atau dikirim melalui WA.
7. Ketentuan batasan waktu hasil radiologi dimungkinkan adanya
penambahan waktu, jika ditemukan klinis penyulit sehingga perlu analisa
lebih lanjut.
untuk pekerja radiasi yaitu 10 mSv ( sepuluh mili sievert ) per tahun atau 0,2
mSv ( nol koma dua mili Sievert ) per minggu
- Untuk anggota masyarakat sebesar ½ ( satu per dua ) dari nilai batas dosis per
tahun yaitu 0,5 mSv ( nol koma lima mili Sievert ) per tahun atau 0,01 mSv ( nol
koma nol satu mili Sievert ) per minggu.
- Untuk pendamping pasien dosis radiasi yang diterima diupayakan tidak melebihi
2 mSv ( dua mili Sievert ) selama masa pemeriksaan pasien dan dalam
melaksanakannya harus menerapkan optmisasi tndakan proteksi untuk
pendamping pasien selama pemeriksaan radiologi.
7. Hasil expertise yang dikembalikan oleh DPJP karena ketdaksesuaian dengan kondisi
klinik merupakan indikator kualitas layanan radiologi
8. Buat pelaporan ketdaksesuaian bila ditemukan ketdaksesuaian kualitas
9. Lakukan evaluasi untuk peningkatan mutu hasil imaging 3 bulan sekali.
10. Jika ada pasien ranap yang dirujuk ke luar RSUD dr Achmad Diponegoro, maka
hasil radiologinya sebaiknya diserahkan terlebih dahulu ke Instalasi Radiologi untuk
dapat dievaluasi apakah hasil imagingnya sudah sesuai dengan mutu imaging yang
diharapkan.
N. Komplen Atas Pelayanan Radiologi
1. Petugas Penanggung Jawab
1. Petugas Radiologi s/d Kabid Penunjang Medis
2. Pelaksana di luar Instalasi Radiologi s/d ke atasannya
3. Subag Mutu
2. Perangkat Kerja
1. Form Kuesioner
2. Lembar LKS
3. Tata Laksana Penanganan Komplen Pelayanan Radiologi
1. Penanganan Komplen External :
1) Pasien/keluarganya datang ke Instalasi Radiologi mengadukan
permasalahan pelayanan radiologi yang dialami kepada petugas radiologi
saat itu.
2) Petugas radiologi menenangkan perasaan pasien/keluarganya
dengan menghampiri dan mempersilahkan duduk di ruangan Administrasi
radiologi
3) Petugas radiologi melakukan komunikasi dan menanyakan apa yang
menjadi keluhan pasien/keluarganya.
4) Petugas radiologi mendengarkan keluhan pasien/keluarganya dengan
penuh perasaan dan menjaga sikap dengan baik.
5) Jika keluhannya diperkirakan mampu diatasi oleh petugas radiologi
yang berdinas pada saat itu, maka lakukan komunikasi dan berilah
solusi yang terbaik.
6) Jika petugas radiologi yang berdinas saat itu “tdak mampu
mengatasinya” sampaikan kepada pasien/keluarganya bahwa
komplen akan diteruskan ke atasan (berdasarkan struktural) dan berikan
informasi agar dapat menunggu di ruang tunggu untuk menunggu hasil
solusi yang tepat dari atasan.
7) Jika langkah diatas belum diperoleh solusi yang tepat dan cepat,
minta kepada pasien/keluarganya nomor telpon yang dapat dihubungi.
Dan petugas radiologi yang menerima komplen tersebut membuat
kronologis atas kejadian yang menimbulkan komplen lalu serahkan ke
atasannya.
8) Instalasi Radiologi akan menerima lembar LKS dari Bagian Mutu
RSUD dr Achmad Diponegoro untuk ditindaklanjut atas komplen pasien
tersebut.
9) Jika dapat menyelesaikan komplen, maka petugas radiologi
menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan dalam
pelayanan radiologi kepada pasien/keluarganya.
6. Pihak luar RSUD dr Achmad Diponegoro datang sesuai yang dijanjikan dengan
membawa 2 (dua) buah dirigen kosong.
7. Pihak luar RSUD dr Achmad Diponegoro menyerahkan 2 (dua) buah dirigen
kosong dan menukarnya dengan 2 (dua) buah dirigen yang berisi limbah
cairan developer dan fixer.
8. Dibuatkan berita acara penyerahan limbah radiologi.
Pelayanan radiologi akan berjalan baik dan lancar, jika didukung oleh penyediaan BHP, ATK
dan ART yang selalu tersedia.
1. Penyediaan Bahan Habis Pakai (BHP) Instalasi Radiologi, yaitu
g. Laporkan pada petugas radiologi shif berikutnya (saat operan), baik laporan
lisan maupun tertulis pada buku laporan harian kegiatan instalasi
radiologi akan keberadaan dan kondisi alat.
h. Pastkan alat-alat radiologi selalu dalam kondisi siap pakai, sehingga
pelayanan radiologi berjalan baik dan lancar
BAB VI
PENINGKATAN MUTU
PELAYANAN INSTALASI RADIOLOGI RSUD dr. ACHMAD
DIPONEGORO
3. Dimensi Mutu
Dimensi atau aspeknya adalah
a. Keprofesian
b. Efsiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek Sosial Budaya
3. Indikator Mutu
Indikator mutu Instalasi Radiologi RSUD dr. Achmad Diponegoro meliputi
indikator klinik, indikator yang berorientasi pada waktu dan indikator rato
yang berdasarkan pada efektiftas (effectvenes), efsiensi (efciency),
keselamatan (safety) dan kelayakan (appropriateness). Indikator yang dipilih
a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output dari pada input dan proses
b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok dari pada
untuk perorangan.
4. Strategi
c. Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus di tanggung oleh pekerja
dalam melaksanakan tugasnya. Contoh ; pekerja yang bekerja melebihi
waktu kerja maksimum dll.
d. Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja. Contoh ;
seorang yang bekerja di instalasi radiologi maka lingkungan kerjanya adalah
ruangan-ruangan yang berkaitan dengan proses pekerjaannya di instalasi
radiologi.
2. Bahaya Potensial (Potental Hazards)
Bahaya – bahaya potensial di rumah sakit yang disebabkan oleh faktor biologis
(Virus, bakteri, jamur, dll), faktor ergonomi (cara kerja yang salah), faktor
psikososial (kerja shif, hubungan sesama pekerja/atasan) dapat mengakibatkan
penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
Penyakit akibat kerja (PAK) umumnya berkaitan dengan faktor biologi (kuman
patogen yang berasal umumnya dari pasien), kulit, faktor ergonomi (cara duduk
yang salah, cara mengangkat pasien salah), faktor fsik (panas pada kulit,
tegangan tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada sistm produksi sel darah),
faktor psikologis.
Sumber bahaya yang ada dirumah sakit harus diidentifkasi dan dinilai untuk
menentukan tingkat resiko, yang merupakan tolak ukur kemungkinan
tejadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
a. Identifikasi sumber bahaya
Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
2) Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi
b. Penilaian faktor risiko
Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan
melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan
keselamatan
c. Pengendalian faktor risiko
Dilaksanakan melalui 4 tingkatan pengendalian risiko yakni menghilangkan
bahaya, menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat
risikonya lebih rendah / tidak ada (engineering / rekayasa), administrasi
dan alat pelindung pribadi (APP).
Bahaya –bahaya potensial di rumah sakit berdasarkan lokasi dan
pekerjaan diantaranya
Pekerja yang paling
No Bahaya Potensial Lokasi
berisiko
1 FISIK : Bising IPS-RS, laundri, dapur, CSSD, Karyawan yang bekerja lokasi
gedung genset-boiler, IPAL tsb
tulis.
5 Semua area Semua karyawan
PSIKOSOSIAL
Sering kontak
dengan pasien, kerja
bergilir, kerja
berlebih, ancaman
secara fisik.
A. Kesehatan Kerja
Pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilaksanakan setap rumah sakit seperti
tercantum pada pasal 23 dalam UU kesehatan No. 23 tahun 1992 dan Peraturan
Mentri Tenaga kerja & transmigrasi RI No. 03 / men /989 tentang pelayanan
kesehatan kerja meliputi :
1. Pemeriksaan kesehatan.
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala
c. Pemeriksaan kesehatan khusus.
a. Kalibrasi dilakukan secara periodik 1 (satu) tahun sekali pada atau sesuai
dengan kebutuhan yang ada.
b. Pelaksanaan kalibrasi dilakukan oleh pihak luar yang ditunjuk.
c. Pelaksanaan kalibrasi oleh pihak luar dilakukan mengikut prosedur
Pembelian yang ada yaitu Bagian Logistk mendata alat ukur & monitor yang
harus dilakukan kalibrasi alat ukur & monitor dan mengajukannya ke Ka. Si.
Perencanaan & Pengembangan untuk dilanjutkan ke Ka. Bag. ADM Umum
& Keuangan dalam Form permohonan kalibrasi alat ukur & monitor
untuk disetujui. Bagian logistic menjadwalkan pelaksanaan kalibrasi dan
mengundang pihak luar yang ditunjuk.
d. Pada saat kalibrasi berlangsung Koordinator / Ka. Unit / Bidang unit
pengguna dan petugas PSRS mendampingi pihak luar yang melakukan
kalibrasi
e. Setiap Kepala Ruangan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa alat
tersebut telah dikalibrasi dengan memeriksa tanda status hasil kalibrasi (bila
ada)
f. Bagian Logistk mencatat waktu dan hasil pelaksanaan kalibrasi dari alat
tersebut pada Daftar Alat Ukur & Monitor sesuai dengan Laporan Hasil
Kalibrasi yang ada.
g. Alat yang tidak dapat dikalibrasi atau rusak akan diberi label yang sesuai
dan / atau dipisahkan.
6. Korosif
Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, menyebakan proses
pengkaratan pada lempeng baja dengan laju korosi lebih besar dari 6,35
mm/tahun dengan temperatur uji 55°C mempunyai pH sama atau kurang
dari 2 (asam),dan sama atau lebih dari 12,5 (basa).
7. Karsinogenik
Sifat bahan penyebab sel kanker yakni sel luar yang dapat merusak jaringan tubuh.
8. Iritasi
Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput lender.
9. Teratogenik
Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembantukan dan pertumbuhan embrio.
10. Mutagenik
Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom yang berarti
dapat merubah genetka.
11. Arus listrik
D. PENANGGULANGAN BENCANA
1. Definisi
Panduan Perencanaan Penyiagaan Bencana bagi Rumah Sakit (P3B-RS) merupakan
suatu sistem dari system perencanaan penanganan bencana secara nasional.
Perencanaan perlu memperhatikan efektifitas dan efisiensi (organisasi,
anggaran, SDM) berdasarkan pada pengalaman dari institusi lain yang pernah
mengalami bencana.
Dalam keadaan bencana, Rumah Sakit harus tetap menjalankan tugas dan fungsinya
untuk menangani pasien Rumah Sakit dan korban bencana, kecuali Rumah Sakit
mengalami kelumpuhan struktur dan fungsinya. Dalam pelaksanaannya
Rumah Sakit harus memperhatikan aspek medikolegal.
P3B-RS disesuaikan dengan kemampuan/kapasitas Rumah Sakit dengan membuat
prioritas berdasarkan risiko ancaman bencana yang dihadapi dan kondisi daerah
setempat.
2. Bencana
Bencana dapat disebut juga musibah massal adalah suatu keadaan dimana
terjadi kecelakaan atau bencana alam dan atau bencana yang dibuat oleh manusia
yang dalam waktu relatif singkat terdapat korban dalam jumlah banyak, yang
tidak dapat ditanggulangi oleh hanya satu unit kerja/bagian tertentu, sehingga
harus mendapat pertolongan segera. Bencana yang dimaksud diatas bisa berasal
dari dalam/luar bangunan RSUD dr. Achmad Diponegoro.
3. Berbagai Bencana
Berbagai bencana yang menimbulkan ancaman bagi rumah sakit
a. Bencana Internal kebakaran, ledakan.
b. Bencana External Minor bencana yang melibatkan korban dalam jumlah kecil.
c. Bencana External Mayor bencana yang melibatkan korban dalam jumlah besar.
d. Bencana yang mengancam baik rumah sakit maupun lingkungannya kebakaran
yang besar atau dekat, banjir, ancaman bom.
e. Bencana di lingkungan lain.
Supervisor
Teknisi Security
Ka Ruangan / Ka
Shif
Upaya Preventf
Agar terhindar dari bencana yang tdak diinaginkan, maka beberapa hal yang
harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pelatihan Kebakaran
Seluruh karyawan rehabilitasi medik harus bersedia dan aktif
mengikut pelatihan kebakaran (yang diselenggarakan oleh
RSUD dr. Achmad Diponegoro) yang bekerja sama dengan Dinas
Kebakaran, dengan adanya pelatihan ini diharapkan siap
mengantisipasi dan mencegah terjadinya kebakaran yang besar
agar tidak timbul kerugian atau korban yang lebih besar.
b. Pelatihan Evakuasi
Dalam pelatihan evakuasi yang diselenggarakan oleh RSUD dr.
Achmad Diponegoro, karyawan radiologi akan diberikan
pengetahuan dan praktek mengenai tehnik-tehnik evakuasi dan
prosedur evakuasi yang harus dilakukan.
2. Gempa Bumi
Jenis korban yang dapat timbul pada saat terjadinya gempa bumi
adalah trauma, luka bakar, sesak nafas dan meninggal.
Jika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut petunjuk yang
dapat dijadikan pegangan :
a. Di dalam Ruangan
Merunduklah, lindungi kepala anda dan bertahan di tempat
aman. Beranjaklah beberapa langkah menuju tempat aman
terdekat. Tetaplah di dalam ruangan sampai goncangan berhenti
dan yakin telah aman untuk keluar, menjauhlah dari jendela. Pasien
yang tidak bisa mobilisasi lindungi kepala pasien dengan bantal.
b. Di luar Gedung
Cari titik aman yang jauh dari bangunan, pohon dan kabel. Rapatkan
badan ke tanah. Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari
kepanikan. Ikut semua petunjuk dari petugas atau satpam.
3. Ancaman Bom
Ancaman bom bisa tertulis dan bisa juga lisan atau lewat telepon. Ancaman bom
ada dua jenis :
a. Ancaman bom yang tidak spesifik pengancam tidak menyebutkan secara
detail tentang ancaman bom yang disampaikan.
b. Ancaman bom spesifik pengancam menyebutkan tempat ditaruhnya bom,
jenis bom yang digunakan, kapan bom akan meledak dan lain lain.
Semua ancaman bom harus ditanggapi secara serius sampai ditentukan oleh tim
penjinak bom bahwa situasi aman.
Jika anda menerima ancaman bom
a. Tetap tenang dan dengarkan pengancam dengan baik karena informasi
yang diterima dari pengancam sangat membantu tim penjinak bom.
b. Jangan tutup telepon sampai pengancam selesai berbicara.
c. Panggil teman lain untuk ikut mendengarkan telepon ancaman, atau
jika memungkinkan gunakan Hp anda untuk menghubungi orang lain.
d. Hubungi satpam bahwa ada ancaman bom dan tempat/ruangan yang
menerima ancaman.
e. Ancaman bom tertulis simpan kertas yang berisi ancaman dengan baik
dan laporkan kepada satpam.
f. Ancaman bom lewat telepon usahakan tetap bicara dengan penelepon dan
beri kode pada teman yang terdekat dengan anda bahwa ada ancaman bom.
g. Bila ada benda yang mencurigakan sebagai bom
1) Jangan menyentuh atau memperlakukan apapun terhadap benda
tersebut.
2) Sampaikan kepada koordinator, bahwa ada benda yang mencurigakan.
3) Lakukan evakuasi diruangan tersebut dan ruangan sekitarnya segera.
4) Buka pintu dan jendela segera.
5) Lakukan evakuasi sesuai prosedur
Bencana yang terjadi didalam RSUD dr. Achmad Diponegoro dapat menjadi 2 hal, yaitu
1. Bencana yang tidak memerlukan evakuasi :
Alasan evakuasi
1. Untuk memindahkan pasien atau staf dari tempat dimana bahaya mengancam.
2. Untuk mempersiapkan tempat tidur bagi korban kecelakaan yang
memerlukanya.
2. Dalam kondisi kebakaran atau bencana internal lain, semua pasien atau
staf rumah sakit harus segera dipindahkan ke tempat lain yang aman di
sama, lalu jika area tersebut dia anggap tidak lagi aman, dilakukan
d. Tindak Lanjut
Setelah semua pasien dan korban akibat bencana tersebut sudah terkumpul di
tempat yang aman, Ketua Penanggulangan bencana mengatur pengiriman
pasien dan korban ke Rumah Sakit terdekat atau ke Rumah Sakit rujukan.
KELOMPOK EVAKUASI
Tugas utamanya adalah memimpin dan membantu para penghuni meninggalkan ruang
menuju ketempat yang aman melalui jalan dan tangga yang disediakan untuk evakuasi.
Dalam kelompok pencari dan penyelamat mempunyai anggota yang menjadi pelacak
jalan, meyakinkan bahwa jalan didepan aman dan tdak ada jebakan bahaya ataupun
jebakan pintu tertutup.
e. Bersikap tenang dan berwibawa, agar yang dipandu tdak mudah panik.
KELOMPOK PENGAMANAN
Tugas kelompok pengaman adalah mengamankan daerah kebakaran dari
kemungkinan tindakan kejahatan oleh seseorang, misalnya mencuri barang-
barang yang sedang diselamatkan, mencopet penghuni yang sedang panik, dan
sebagainya. Dan juga memberikan peluang agar petugas lain dapat bekerja tidak
terganggu oleh pengungsi atau penonton dari luar.
KELOMPOK PENYELAMAT
Tugas utama kelompok penyelamat adalah menyelamatkan dokumen / harta benda RS.
Mitra Plumbon yang sangat pentng. Hal-hal yang harus diperhatkan oleh petugas
penyelamat adalah
Seleksi dokumen-dokumen yamng perlu penting untuk diselamatkan, dokumen tidak
penting tidak perlu dibawa karena akan menyulitkan dalam pelaksanaan penyelamatan.
Membawa dokumen dokumen yang perlu disesuaikan dengan batas kemampuan (tidak
boleh melebihi batas kemampuan).
G. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEBAKARAN
Latihan adalah merupakan suatu hal yang sangat penting, untuk itu setiap
anggota regu penanggulangan kebakaran harus melaksanakan/mengikut latihan
secara kontinyu dan efektif, baik latihan yang bersifat teori maupun yang bersifat
praktek. Mereka harus diberi petunjuk dalam cara penggunaan dari setiap peralatan
pemadam kebakaran dan peralatan penyelamat yang bersedia, serta cara kerja
instalasi pemadam kebakaran yang terpasang di tempat kerjanya. Program latihan
harus disesuaikan dengan tujuan regu tertentu. Program itu harus meliputi
pemadaman kebakaran dengan alat pemadam api ringan, penggunaan selang hos,
ventilasi bangunan, operasi pembongkaran, dan operasi penyelamatan.
Tujuan latihan adalah sebagai kesiap siagaan di dalam menghadapi kebakaran agar
mampu bekerja secara efektif dan efisien.
Latihan praktek adalah latihan yang bersifat praktek harus diberikan dengan tujuan
untuk mengetahui kemampuan/kecakapan anggota dalam melaksanakan tugas yang
diharapkan. Latihan harus dilaksanakan/dilakukan kadangkala seolah-olah dalam
keadaan yang sebenarnya (simulasi) untuk mengetahui prosedur yang khusus dalam
keadaan yang demikian. Dan pada peralatan akhir praktek pemadaman harus
disiapkan kembali sehingga bisa digunakan dengan cepat dan tepat sewaktu terjadi
kebakaran.
Pengendalian latihan adalah latihan praktek harus dilaksanakan di bawah
pengawasan serta pengendalian instansi Kepala Pemadaman Kebakaran Daerah.
Mengoperasikan Peralatan
Di dalam lathan sejauh mungkin harus mengoperasikan peralatan dan instalasi
pemadam kebakaran misalnya alat pemadam api ringan harus benar-benar
disemprotkan, apabila mempunyai alat pelindung pernapasan harus dipakai dan air
harus dialirkan kedalam selang hos dan sebagainya.
Kurikulum latihan, kurikulum latihan sedapat mungkin harus meliputi :
1. Sebab musabab kebakaran
2. Pokok dasar pengetahuan pemadaman
3. Pengetahuan tentang alat pemadam api
4. Tehnik pemadaman kebakaran
5. Tehnik pengamanan area kebakaran
6. Tehnik penyelamatan jiwa yang terancam dalam kebakaran
7. Pertolongan pertama bagi korban kebakaran
8. Praktikum / demonstrasi
2. Secara otomatis
a. Heat Detector (Deteksi panas)
Dipasang pada plafon disetiap ruangan yang bekerja secara otomatis
apabila mendapat rangsangan panas pada titik panas 680 C.
b. Smoke Detector (Deteksi asap)
Dipasang pada plafon di ruangan-ruangan tertentu yang bekerja secara
otomats apabila mendapat rangsangan asap.
3. Control Panel
Bangunan RSUD dr. Achmad Diponegoro terbagi menjadi 3 bagian yaitu Wing
timur, Wing tengah, dan Wing barat panel control. Alarm yang ada di RSUD dr.
Achmad Diponegoro penempatannya di bagian atas gedung.
PROTEKSI RADIASI
Adapun alat pelindung diri di Instalasi Radiologi RSUD dr. Achmad Diponegoro memiliki
Jenis APD
No Ruangan Thyroid Kaca Mata
Ket Hand scoon Pendose
Apron Masker Protector Pb
1 Rontgen Tersedia 1
Jumlah 1 Tersedia 1
Pelayanan Radiologi RS RSUD dr. Achmad Diponegoro saat ini sudah ada perbaikan
dan perlu ditingkatkan lagi kualitasnya sesuai dengan standar pelayanan radiologi rumah
sakit, sehingga dapat memberikan kontribusi terwujudnya tujuan dan peningkatan mutu
pelayanan di RSUD dr. Achmad Diponegoro yang berorientasi kepada kepuasan
pelanggan.
Dengan adanya buku pedoman ini diharapkan pelayanan radiologi lebih optimal, tanpa
mengabaikan patient safety yang merupakan prioritas utama dari pelayanan radiologi serta
menjadi acuan bagi petugas radiologi untuk melaksanakan koordinasi dalam rangka
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien secara profesional serta acuan
bagi managemen dalam upaya pengembangan pelayanan rumah sakit agar lebih baik lagi.