Brsind 20170104015127 PDF
Brsind 20170104015127 PDF
Rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (P1) Maret 2016-September
2016 mengalami penurunan sebesar 0,024 poin (0,457 pada Maret 2016 menjadi 0,433 pada
September 2016), dan pada September 2015-September 2016 mengalami peningkatan sebesar
0,159 poin (0,274 pada September 2015 menjadi 0,433 pada September 2016).
Ketimpangan pengeluaran penduduk miskin (P2) turun sebesar 0,008 poin dari 0,083 menjadi
0,075 selama kurun Maret-September 2016 dan naik sebesar 0,031 poin dari 0,044 menjadi
0,075 selama kurun September 2015-September 2016.
Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan September 2016 sebesar 385,84 ribu orang (3,75
persen). Jika dibandingkan dengan Maret 2016 (384,30 ribu orang atau 3,75 persen), jumlah
penduduk miskin naik sebesar 1,54 ribu orang.
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.04/01/31/Th. XIX, 03 Januari 2016 1
Sedangkan dibandingkan dengan September 2015 dengan jumlah penduduk miskin sebesar 368,67
ribu orang (3,61 persen), jumlah penduduk miskin naik 17,17 ribu orang atau naik 0,14 poin.
Tabel 1.
Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin
di DKI Jakarta September 2015 - Maret 2016 - September 2016
Selama September 2015-Maret 2016-September 2016, Garis Kemiskinan naik sebesar 2,02 persen
dari Maret 2016-September 2016 (dari Rp 510.359 per kapita per bulan menjadi Rp 520.690 per
kapita per bulan), dan naik sebesar 3,51 persen dari September 2015-September 2016 (dari Rp
503.038 per kapita per bulan menjadi Rp 520.690 per kapita per bulan). Dengan memperhatikan
komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis
Kemiskinan Non-Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan lebih besar
dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
Namun demikian, selama periode Maret–September 2016, sumbangan GKM terhadap GK mengalami
perubahan yaitu mengalami penurunan sebesar 0,26 poin.
Komoditi Makanan yang paling penting bagi penduduk miskin adalah beras. Pada bulan September
2016, sumbangan pengeluaran beras terhadap Garis Kemiskinan Makanan sebesar 22,31 persen.
Selain beras, barang-barang kebutuhan pokok lain yang berpengaruh cukup besar terhadap Garis
Kemiskinan Makanan adalah rokok kretek filter (13,10 persen), daging ayam ras (7,04 persen), daging
sapi (6,52 persen), telur ayam ras (5,19 persen), mie instan (4,34 persen), ikan kembung (2,86
2 Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 04/01/31/Th.XIX, 03 Januari 2016
persen), cabe merah (2,62 persen), dan bawang merah (2,31 persen), serta kopi bubuk dan kopi
instan (sachet) (2,29 persen).
Gambar 1.
Sepuluh Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar Terhadap
Garis Kemiskinan Makanan beserta Kontribusinya (%), September 2016
Untuk komoditi bukan makanan, komoditi barang/jasa yang mempunyai peranan terbesar adalah
perumahan (36,73 persen), listrik (10,49 persen), angkutan (8,43 persen), pendidikan (6,98 persen),
bensin (6,94 persen), perlengkapan mandi (3,66 persen), pakaian jadi perempuan dewasa (3,05
persen), kesehatan (2,97 persen), pakaian jadi laki-laki dewasa (2,71 persen) dan pakaian jadi anak-
anak (2,60 persen).
Gambar 2.
Sepuluh Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar Terhadap Garis Kemiskinan
Non Makanan beserta Kontribusinya (%), September 2016
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.04/01/31/Th. XIX, 03 Januari 2016 3
3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar jumlah dan persentase penduduk miskin, dimensi lain
yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain harus mampu
memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga sekaligus dapat
mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.
Tabel 2
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
di DKI Jakarta, September 2015–Maret 2016–September 2016
Perubahan:
Maret 2016 – September 2016 -0,024 -0,008
September 2015-September 2016 0,159 0,031
Pada periode Maret 2016-September 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) menunjukkan penurunan, sedangkan pada periode September 2015–September
2016 menunjukkan peningkatan. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun sebesar 0,024 poin dari 0,457
pada Maret 2016 menjadi 0,433 pada September 2016, dan naik sebesar 0,159 poin dari 0,274 pada
September 2015 menjadi 0,433 pada September 2016. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan
turun 0,008 poin dari 0,083 menjadi 0,075 (Maret 2016-September 2016), dan naik sebesar 0,031
poin dari 0,044 menjadi 0,075 (September 2015-September 2016). Peningkatan nilai kedua indeks
tersebut pada periode September 2015-September 2016 ini mengindikasikan bahwa rata-rata
pengeluaran penduduk miskin cenderung menurun dan menjauhi garis kemiskinan, serta
ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin tinggi.
4 Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 04/01/31/Th.XIX, 03 Januari 2016
Gambar 3.
Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di DKI
Jakarta, 2013–2016 (Maret dan September)
Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.04/01/31/Th. XIX, 03 Januari 2016 5
BPS PROVINSI DKI JAKARTA
6 Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 04/01/31/Th.XIX, 03 Januari 2016