Anda di halaman 1dari 16

Bayu et al., Perilaku Investor Saham Individual Dalam Pengambilan Keputusan Investasi .....................................

16

Perilaku Investor Saham Individual Dalam Pengambilan


Keputusan Investasi: Studi Hermeneutika-Kritis (Individual
Stock Investors Behaviour In Investment Decision Making:
Critic-Hermeneutic Study)

Bayu Aprillianto, Novi Wulandari, Taufik Kurrohman Jurusan Akuntansi,


Fakultas Ekonomi, Universitas Jember (UNEJ) Jln. Kalimantan 37, Jember
68121 E-mail: aprilliantbay@gmail.com

Abstrak
Pengambilan keputusan investasi adalah suatu proses yang kompleks dan vital dalam berinvestasi. Keputusan investasi
dipengaruhi oleh banyak faktor yang melandasinya. Informasi akuntansi sebagai salah satunya, secara teori juga memiliki
relevansi nilai yang bermanfaat bagi investor dalam keputusan investasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
menganalisis realitas atau praktik penggunaan informasi akuntansi oleh investor saham individual di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Penelitian ini menggunakan pendekatan studi hermeneutika-kritis. Hermeneutika digunakan untuk menginterpretasi
teks yang disampaikan investor saham individual dalam wawancara. Ada 8 informan yang diwawancara dalam penelitian ini
dengan berbagai latar belakang, yaitu broker, wirausahawan, dan mahasiswa. Hasil studi ini menunjukan bahwa informasi
akuntansi sebagai nilai yang bermanfaat bagi investor ternyata tidak sepenuhnya dimanfaatkan oleh investor saham
individual, khususnya investor yang menggunakan analisis teknikal dan analisis non fundamental lainnya dalam analisis
saham mereka. Ketidakcanggihan investor dalam menganalisis informasi akuntansi (naive investor), turut mempengaruhi
investor sehingga tidak menganalisis informasi akuntansi. Ketika informasi akuntansi tidak berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan investasi investor, no-effect hypothesis berlaku. Sedangkan sophisticated investor yang memiliki
kecanggihan dalam menganalisis informasi akuntansi, mempertimbangkan informasi akuntansi dalam pengambilan
keputusan investasi mereka. Ketika informasi akuntansi berpengaruh terhadap keputusan investasi investor, mechanistic
hypothesis berlaku.
Kata kunci: analsis saham, informasi akuntansi, investor saham individual, keputusan investasi.

Abstract
Investment decision making is a complex and vital process in investment. Investment decision was influenced by many
factors. Accounting information as one of them, also has theoritically value relevance for investor in investment decision.
This study aimed to know and analize the reality or practice of accounting information usage by individual stock investors
in Indonesia Stock Exchange (BEI). This study used critic-hermeneutic study approach. Hermeneutic was used for
interpretation of text which told by individual stock investors in the interview. There were 8 informant were interviewed in
this study, who had different backgrounds i.e brokers, entrepreneurs, and college students. This result showed that
accounting information as usefull value for investors, actually didn’t entirely used by individual stock investors, especially
for investors who used technical analysis and another non-fundamental analysis in their stock analysis. Investor’s
sophistication in acoounting information analysis (naive investor) also influenced the investor, so they didn’t analize
accounting information. When accounting information didn’t influence to the investment decision of investor, no-effect
hypothesis was applied. Whereas sophisticated investor who had sophistication in accounting information analysis,
considered accounting information in their investment decision. When accounting information influenced to the investment
decision of investor, mechanistic hypothesis was applied.
Keyword: accounting information, individual stock investor, investment decision, stock analysis.

Pendahuluan (BEI) hingga tahun 2013 menunjukan track record yang


positif. Penilaian tersebut berdasarkan pengamatan terhadap
Dunia investasi dan pasar modal selalu menjadi topik fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI,
pembahasan menarik di era globalisasi seperti saat ini. karena IHSG merefleksikan kinerja BEI secara keseluruhan.
Investasi dan pasar modal sudah menjadi bagian dari Fakta tersebut menunjukan bahwa aktivitas investasi di
fundamental ekonomi tidak hanya di negara maju, bahkan Indonesia sudah mulai tumbuh pesat. Maka hal tersebut
juga negara berkembang. Indonesia pun saat ini sudah mulai tidak terlepas dari keputusan investasi yang dilakukan oleh
muncul dengan kekuatan barunya di sektor investasi dan para investor. Sorotan utamanya adalah pada proses
pasar modal. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia pengambilan keputusan investasi oleh investor.

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 16-31


Bayu et al., Perilaku Investor Saham Individual Dalam Pengambilan Keputusan Investasi .....................................17

Oleh karena itu, keputusan investasi yang diambil oleh kerugian. Kemudian, bagaimana dengan praktiknya? Apakah
investor Indonesia harus benar-benar dengan pertimbangan investor sudah benar-benar memanfaatkan dan
yang matang, akurat, dan bukan sekedar main-main. menggunakan informasi akuntansi dalam pengambilan
Kemudian bagaimana proses pengambilan keputusan keputusan investasinya?
investasi yang dilakukan oleh investor Indonesia? Apakah
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa investor
investor domestik sudah paham mengenai proses
institusional Indonesia menggunkan informasi akuntansi
pengambilan keputusan investasi yang benar sesuai dengan
dalam pengambilan keputusan investasi (Cecilia Natapura,
teori manajemen investasi dan pasar modal? Apa saja yang
2009) dan investor asing yang berinvestasi di BEI juga
menjadi landasan investor dalam mengambil keputusan
menggunakan informasi akuntansi dalam keputusan
investasi?
investasinya (Rudi Chandra, 2010). Lantas bagaimana
Fenomena investasi yang ada di Indonesia dalam artikel dengan investor saham individualnya?
Okezone.com Rabu, 5 Agustus 2009 memberitakan bahwa
Berdasarkan pemikiran tersebut, penelitian ini dibuat untuk
menurut Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito
mengetahui realitas penggunaan informasi akuntansi dalam
Warsito dalam, tingkah laku investor serta sekuritas
pengambilan keputusan investor saham individual. Studi ini
domestik tersebut seperti gerombolan kawanan hewan liar.
menggunakan teknik wawancara kepada para investor dan
"Mentalnya seperti mentality kawanan hewan. Kalau ada
memaknai pendapat-pendapat yang disampaikan para
yang satu ke sana yang lain ikut, tidak tahunya di sana ada
informan tersebut mengenai pengambilan keputusan
buaya," katanya dalam acara Diskusi Penel bertajuk The
investasi. Setiap pemaknaan ”teks” selalu memerlukan
New World Order after The Crisis di FE UI, Depok, Rabu
upaya penafsiran yang bertujuan untuk memperoleh
(5/8/2009). Benarkah demikian? Apakah investor domestik
pemahaman atas ”teks” yang bersangkutan. Upaya
cenderung mengabaikan teknik pengambilan keputusan
penafsiran teks untuk memperoleh pemahaman ini disebut
investasi?
sebagau hermeneutika atau hermeneutic (Schmidt, 2007).
Informasi akuntansi sebagai salah satu basis informasi Penelitian ini menggunakan jenis hermeneutika-kritis.
dalam pengambilan keputusan investasi, merupakan Penelitian ini bertujuan untuk mengkritisi perilaku investor
kandungan internal yang dapat diperoleh dari laporan dan kemudian diberikan sebuah saran tentang perilaku
keuangan perusahaan melalui teknik analisis fundamental. investor yang baik dalam pengambilan keputusan investasi.
Analisis fundamental atau analisis laporan keuangan
(finacial statements analysis) bertujuan untuk menyediakan Metode Penelitian
data yang berhubungan dengan perusahaan yang diperlukan
dalam proses pengambilan keputusan investasi. Keputusan Jenis Penelitian
investasi yang dimaksud adalah keputusan untuk membeli, Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, dengan
menjual, atau pun mempertahankan kepemilikan saham. menggunakan pendekatan hermeneutika. Penelitian ini
Konsep yang mendasari ialah bahwa nilai saham untuk suatu menginterpretasi apa yang dipahami oleh para informan
perusahaan dipengaruhi oleh prestasi keuangan perusahaan tentang pengambilan keputusan investasi saham? Bagaimana
yang bersangkutan (Wignjiharto, 1995; Puspitaningtyas, realitas penggunaan informasi akuntansi dalam pengambilan
2006, 2011; Weston dan Copeland, 2010, dalam keputusan investasi mereka? Jawaban atas pertanyaan-
Puspitaningtyas 2011). pertanyaan tersebut adalah persoalan yang terkait dengan
Secara teori. konsep decision usefulness of accounting pemaknaan ”teks”. Setiap pemaknaan ”teks” selalu
information menekankan pada “how financial statements memerlukan upaya penafsiran yang bertujuan untuk
can be more useful?”. Konsekuensi dari konsep ini adalah memperoleh pemahaman atas ”teks” yang bersangkutan.
bahwa informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan Upaya penafsiran teks untuk memperoleh pemahaman ini
keuangan harus memberikan nilai manfaat (useful) kepada sebagai hermeneutika (hermeneutics).
para penggunanya (users) dalam hal pengambilan Jenis dan Sumber Data
keputusan. Konsep relevansi nilai informasi akuntansi
menjelaskan tentang bagaimana investor bereaksi terhadap Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data
pengumuman informasi akuntansi. Reaksi ini akan subjek yang meliputi opini, sikap, pengalaman, atau
membuktikan bahwa kandungan informasi akuntansi karakteristik dari para informan yang terdiri dari para
merupakan isu yang sangat penting dan menjadi praktisi terkait. Berdasarkan sumber datanya, penelitian ini
pertimbangan penting dalam proses pengambilan keputusan menggunakan data primer, merupakan sumber data
investasi, sehingga dapat dikatakan bahwa informasi penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli
akuntansi bermanfaat (useful) bagi investor (Scott, 2009). (tidak melalui media perantara). Dalam penelitian ini data
primer diperoleh dari penelusuran langsung dan melalui
Puspitaningtyas (2010) meneliti hal yang sama dengan teori
wawancara dengan para investor saham individual.
tersebut dan menyatakan bahwa informasi akuntansi yang
terkandung dalam laporan keuangan memiliki relevansi nilai
dan bermanfaat bagi investor dalam hal pengambilan
keputusan investasi. Investor dapat menjadikannya sebagai
acuan dalam berinvestasi agar kegiatan investasinya dapat
menghasilkan keuntungan, bukan malah mendapatkan

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 16-31


Bayu et al., Perilaku Investor Saham Individual Dalam Pengambilan Keputusan Investasi .....................................18

Informan Penelitian Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan delapan informan investor Analisis data dalam penelitian ini melalui berbagai tahapan
saham individual. Pemilihan para informan tersebut atau proses analisis, yaitu :
dilakukan secara sengaja, berdasarkan kriteria-kriteria
1. Proses Coding Data
tertentu, yaitu (a) setiap investor individual saham yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), (b) investor saham Proses pengkodean data atau coding data dilakukan
yang memiliki kartu identitas investor yang diterbitkan oleh untuk mempermudah proses analisis data, dimana data hasil
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), (c) Investor yang wawancara akan dikelompokkan berdasarkan tingkat
memiliki portofolio saham di BEI, (d) investor yang aktif kesamaan data. Pengelompokan data tersebut terbagi
dalam perdagangan, minimal melakukan 1 kali perdagangan menjadi (a) tujuan investasi., (b) landasan investasi yang
dalam satu bulan atau minimal melakukan 12 kali digunakan dalam membeli saham pada permulaan aktivitas
perdagangan dalam satu tahun, (e) investor yang pernah investasi investor, (c) identifikasi investor terhadap risiko,
melakukan aksi beli, jual, dan mempertahankan saham, (f) (d) analisis saham yang lebih sering investor gunakan, (e)
investor yang sudah melakukan investasi saham di BEI realitas dari perolehan return yang paling tinggi dari analisis
setidaknya tidak lebih dari satu tahun, (g) Investor yang saham yang ada, (f) realitas dari risk investasi yang paling
sudah pernah memperoleh return dari capital gain, (h) tinggi dari analisis saham yang ada realitas dari abnormal
investor yang sudah pernah mengalami tidak tercapainya return yang mereka gunakan dengan menggunakan analisis
hasil perolehan dengan apa yang diharapkan (terjadinya saham yang ada, (g) pemahaman investor mengenai definisi
risk), (i) investor yang sudah pernah atau pernah informasi akuntansi, (h) realitas penggunaan informasi
menggunakan analisis teknikal dan analisis fundamental akuntansi oleh investor, (i) realitas informasi akuntansi yang
dalam pengambilan keputusan investasinya, dan (j) investor sering dijadikan acuan oleh investor.
yang memiliki latar belakang dari kalangan yang identik
dengan pasar modal atau yang tidak identik dengan pasar
Tabel 1. Informan Penelitian

Identitas Informan Usia Latar Belakang Permulaan Nasabah Dari


(Tahun) Status/Pekerjaan Investasi
Ilham Wahyudi 31 Broker 2008 PT. OSO Securities
Suharto 47 Dosen 1997 PT. OSO Securities
Mr. X* 67 Wiraswasta 2000 PT. OSO Securities
Lisa Amaliah R 39 Broker 2006 PT. OSO Securities
Endrik Wahyudi 32 Broker 2003 PT. OSO Securities
Cristian Efendi 21 Mahasiswa 2012 PT. Reliance
Sendra Tirta P 21 Mahasiswa 2102 PT. Reliance
Bayu Wibisono 39 Wirausahawan 2001 PT. OSO Securities
*Informan tidak berkenan disebut namanya
modal. 2. Analisis Dengan Pendekatan Hermeneutika-Kritis :
Interpretasi Teks
Setelah data tersebut dikelompokan, tahap selanjutnya
Teknik Pengumpulan Data
adalah proses interpretasi teks. Pada mulanya opini para
Pengumpulan data atau informasi dilakukan melalui informan yang berupa teks dianalisis sesuai tiga komponen
wawancara. Wawancara dalam penelitian ini termasuk pokoknya, yaitu teks, konteks, dan kontekstualisasi.
dalam wawancara pembicaraan informal dimana pertanyaan Kemudian dilakukan sebuah interpretasi atas praktik
yang diajukan sangat bergantung pada wawancara itu investasi oleh para informan secara kritis, dimana
sendiri, jadi bergantung pada spontanitasnya dalam analisisnya berusaha lebih menyorot dan membahas lebih
mengajukan pertanyaan kepada terwawancara. Wawancara rinci untuk menemukan kesenjangan antara teori dan
dilakukan secara tidak terstruktur, tidak terjadwal, dan praktek. Jika dikaitkan dengan penelitian ini dimana
dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam memberikan penelitian ini berupaya untuk menemukan realitas
informasi, para informan tidak cenderung mengolah atau penggunaan informasi akuntansi dalam pengambilan
mempersiapkan informasi tersebut lebih dulu, serta dapat keputusan investor. Bagaimana yang seharusnya dilakukan
memberikan penjelasan apa adanya. oleh investor berdasarkan teori manajemen investasi dan
Setelah wawancara dilakukan, hasil voice data dari proses pasar modal, kemudian dibandingkan dengan yang terjadi
wawancara diolah menjadi data teks atau yang disebut semestinya secara faktual. Jadi pada tahap analisis kritis ini
proses transkrip. Proses ini bertujuan untuk mengetahui berusaha menemukan kesalahan yang ada pada investor
apakah data hasil wawancara tersebut sudah sesuai dengan dalam penggunaan informasi akuntansi yang seharusnya.
standar informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini yang Apabila terdapat kesalahan, maka hasil tersebut kemudian
tercermin dalam pertanyaan-pertanyaan wawancara. akan ditelaah secara filosofis.

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 16-31


Bayu et al., Perilaku Investor Saham Individual Dalam Pengambilan Keputusan Investasi .....................................19

Analisis filosofis berusaha untuk memahami lagi secara - “Tujuan utama saya adalah mencari keuntungan dari
lebih cermat dan mendalam. Tujuannya untuk mengetahui capital gain” (Lisa Amaliah Ruham),
filosofi para informan dalam berargumen. Pada bagian ini, - “... kemudian untuk memperoleh gain dalam jangka
peneliti berusaha memahami dan mempelajari karakter
waktu lama” (Endrik Wahyudi),
individu, kesadaran, dan motivasi informan dalam
berinvestasi. Analisis filosofis ini juga bermanfaat apabila - “Tujuannya ya mesti ingin dapat untung dari capital gain.
terjadi perbedaan opini oleh para informan dengan Karena aku cenderung jangka pendek, jadi lebih pada
mempelajari filosofi opini mereka sehingga dapat capital gain” (Cristian Efendi),
ditemukan konklusi diantara perbedaan tersebut. - “Tujuan saya berinvestasi sama seperti yang lain pada
umumnya, tujuan yang pasti kekayaan untuk sendiri itu
yang pasti” (Sendra Tirta),
3. Penyajian Data
- “Tujuan sich mengembangkan aset/nilai kekayaan dari
Setelah data teks tersebut dianalisis secara kritis dan
capital gain” (Bayu Wibisono).
filosofis. Hasil kedua analisis tersebut akan dipadukan
sehingga terbentuk sebuah konklusi. Diharapkan konklusi Mereka sepakat bahwa tujuan untuk melakukan kegiatan
tersebut akan memunculkan sebuah gagasan baru atau investasi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah
bahkan rekomendasi baru dalam dunia investasi dan pasar peluang untuk mendapatkan capital gain. Hal ini sesuai
modal, yang mana akan disampaikan dan dikemas dalam dengan tujuan investasi yang dikemukakan oleh Tandelilin
nilai-nilai retorik. Hal tersebut memiliki tujuan persuasif (2001: 4), bahwa tujuan orang melakukan investasi adalah
terhadap para pembaca (khususnya para investor) yaitu untuk ‘menghasilkan sejumlah uang’, atau lebih luas
untuk mempengaruhi mereka agar membuat keputusan dinyatakan bahwa untuk meningkatkan kesejateraan
investasi yang benar-benar matang dan sehat melalui investor. Kata kesejateraan dalam hal ini lebih berkaitan
penyampaian hasil penelitian (rekomendasi) yang dikemas dengan kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan
dengan gaya khas retorika. Penyampaian secara retorik, penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini
dalam arti banyak menggunakan metafora dan analogi- pendapatan masa datang.
analogi yang diharapkan akan mudah dipahami. Sebagai makhluk ekonomi, hakikatnya manusia itu ingin
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data selalu mendapatkan tambahan kesejahteraan dalam
hidupnya, tidak terkecuali pada setiap jenis
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam profesi/pekerjaan mereka. Pada penelitian ini baik informan
penelitian ini adalah teknik triangulasi dengan toeri. Dalam dari kalangan broker, wirausahawan, maupun mahasiswa,
penelitian ini, triangulasi dengan sumber yang diterapkan mereka cenderung sama dalam alasan berinvestasi di BEI.
adalah dengan membandingkan dan mengecek balik derajat Memperoleh capital gain adalah tujuan utama mereka. Hal
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu ini wajar jika para investor menyatakan bahwa tujuan utama
yang berbeda. Peneliti melakukan dua kali wawancara mereka dalam berinvestasi adalah mencari untung melalui
dimana wawancara kedua dimaksudkan untuk memeriksa capital gain. Mereka adalah investor saham, sedangkan
keabsahan data wawancara yang pertama. Jika hasil hasil dalam saham ada dua jenis return yang ditawarkan yaitu
wawancara kesatu dan kedua adalah sama/cenderung sama, capital gain dan dividen. Ketika ditanya mengenai tujuan
maka data dinyatakan sah. Selain itu, triangualasi ini juga investasi mereka, seluruh informan menyatakan bahwa
dilakukan dengan cara membandingkan dengan teori. mereka termotivasi untuk mengembangkan modal dan
Triangulasi ini dilakukan berdasarkan anggapan bahwa fakta kekayaan mereka dari return investasi yang mereka
tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu dapatkan dari capital gain.
atau lebih teori.
Jika ditelaah lebih dalam, ternyata diketahui bahwa
tambahan pendapatan yang diperoleh mereka dari capital
Hasil Penelitian Dan Pembahasan gain lebih diproyeksikan untuk masa depan. Seperti yang
dibahas Tandelilin (2001:5), bahwa tujuan lain investor yang
A. Tujuan Investasi berkaitan dengan masa depan mereka adalah untuk
Seluruh investor yang menjadi informan dalam penelitian mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.
ini sependapat bahwa yang utama dalam sebuah tujuan Mereka menginginkan tambahan kekayaan dari kegiatan
investasi saham adalah memperoleh keuntungan/profit dari investasi saham yang mereka lakukan. Keputusan
capital gain. Berikut adalah pernyataan-pernyataan mereka: berinvestasi mereka tergolong keputusan yang bijaksana,
karena dalam kebijakan mereka dalam memperlakukan uang
- “Pertama untuk mengembangkan modal saya, saya yang mereka memiliki sekarang. Mereka tidak
mencari keuntungan/profit di pasar modal” (Ilham menghabiskan semua uang mereka untuk kebutuhan mereka,
Wahyudi), melainkan juga ada saving untuk masa depan mereka
- “Menanamkan modal dalam rangka memperoleh return melalui kegiatan investasi, yang diharapkan mampu
dari capital gain” (Suharto), menambah kekayaan mereka di masa mendatang.
- “Cari untung dari capital gain” (Mr. X), Selain berorientasi pada masa mendatang, selanjutnya
pernyataan mereka juga menyuratkan bahwa tujuan mereka

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 16-31


Bayu et al., Perilaku Investor Saham Individual Dalam Pengambilan Keputusan Investasi .....................................20

berinvestasi untuk mengurangi tekanan inflasi. Orang pasti tahu, mereka rela menyisihkan uang jajan mereka sedikit
akan takut jika kekayaan yang mereka miliki akan berkurang demi sedikit hanya untuk menjadi seorang investor dan
nilainya di masa mendatang. Melalui kegiatan investasi memiliki pengalaman baru dengan status barunya sebagai
mereka, mereka berusaha melakukan saving terhadap kekayaan investor yang tidak dimiliki mahasiswa lainnya.
mereka, mereka alokasikan dana atau kekayaan mereka
Dua informan lain selanjutnya memaparkan tambahan
terhadap investasi saham. Manfaatnya adalah selain investor
tujuan lain dalam berinvestasi saham di BEI:
dapat melakukan saving, mereka juga berpotensi mendapatkan
tambahan kekayaan dan juga terhindar dari penurunan nilai “Semenatara tujuan lain sich lebih kepada alternatif investasi
kekayaan akibat adanya inflasi. selain di tabungan. Saya memilih saham, karena lebih aman.
Selanjutnya, ada hal yang perlu diketahui lebih lanjut, Aman dalam artian kan sekarang banyak aturan itu yang
bahwa ternyata tujuan investor berinvestasi saham tidak lebih mengamankan nasabah dibandingkan dengan dulu.
hanya fokus pada tujuan secara ekonomi. Selain Jadi saya lihat ini amat paling liquid. Karna tiga hari uang
mendapatkan tambahan kekayaan aset dari capital gain, kita sudah cair” (Lisa Amaliah Ruham).
ternyata para investor juga mendapat ilmu dari kegiatan Dari kutipan percakapan tersebut dapat dijabarkan bahwa
investasi saham mereka. Tidak bisa dipungkiri, bahwa pasar dengan berinvestasi saham di BEI dapat menambah
modal bukanlah suatu hal yang umum di masyarakat, diversifikasi aset yang dimiliki investor agar lebih produktif
bahkan bagi mereka yang kesehariannya tidak berkaitan khususnya di sektor non riil. Informan tersebut berupaya
sama sekali dengan saham. untuk berpikir logis bahwa asetnya tidak bisa hanya
dibiarkan diam tanpa digerakan. Endrik Wahyudi juga
Memang keberadaan pasar modal saat ini masih belum
menyatakan hal yang sama “Pertama untuk mengembangkan
meluas ke masyarakat. Pasar modal hanya didominasi oleh
modal saya, saya mencari keuntungan/profit di pasar
orang-orang borjuis. Sementara bagi masyarakat awam
modal”. Dia juga berupaya menjadikan kegiatan
bahkan masyarakat ekonomi menengah ke bawah masih
investasinya sebagai lahan untuk untuk menambah asetnya.
belum ikut andil dalam meramaikan pasar modal Indonesia.
Dalam hal ini, ia ingin menambah diversifikasi asetnya di
Hal demikian yang memicu para investor yang menjadi
sektor nonriil. Memang cukup berisiko bila kita hanya
informan dalam penelitian ini berpendapat bahwa dengan
memiliki hanya satu jenis aset atau satu jenis instrumen
berinvestasi di BEI, selain mendapatkan tambahan uang juga
investasi.
mendapatkan tambahan ilmu khususnya tentang ilmu pasar
modal. “Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui”, Ibarat membawa satu lusin telur dalam satu keranjang,
seperti itu yang bisa menggambarkan apa yang didapatkan semua telur itu akan pecah semua jika keranjang itu jatuh.
investor dalam trading di BEI. Cukup berisiko bukan? Maka dari itu, pernyataan Endrik
Wahyudi menggambarkan pemikiran yang tepat, ia berusaha
“Yang kedua kita juga untuk memperoleh ilmu dari produk
lain di pasar modal seperti obligasi, reksadana, dll. mengantisipasi kejatuhan satu aset agar tidak mempengaruhi
aset lainnya yang dia memiliki. Pemilihan saham juga
Kemudian setelah dipelajari untuk mencapai return yang
cepat dan prosentase juga tinggi akhirnya saya memilih termasuk tepat, karena menurut Lisa Amaliah Ruham dan
Ilham Wahyudi dianggap paling liquid dan lebih aman,
saham, jadi saham lebih liquid” (Ilham Wahyudi). Rupanya,
Ilham Wahyudi meskipun sudah menjalankan transaksi di terlebih dengan banyak aturan-aturan yang semakin
mengamankan para investor. Maka dari itu, investasi saham
pasar modal cukup lama sejak tahun 2008, dia masih tetap
berkeinginan mengembangkan pengetahuannya di dunia adalah salah satu pilihan yang potensial dan paling diminati
para investor dalam rangka mendatangkan return dari capital
pasar modal, tujuannya agar dapat lebih memperkuat
strategi investasinya. Hal ini mencerminkan karakternya gain.
yang ingin selalu ingin berkembang khususnya dalam
pengetahuannya tentang investasi saham. Selain hal
B. Landasan Investor Pada Permulaan Investasi
tersebut, keinginannya utnuk menambah pengetahuannya di
dunia pasar modal juga berkaitan dengan pekerjaannya Berdasarkan hasil analisis wawancara, ada sembilan
sebagai broker yang memediasi antara investor dan BEI. landasan investor yang mereka gunakan sebagai acuan pada
Broker dalam tugasnya juga berperan dalam mengarahkan awal permulaan mereka mengenal investasi diantaranya
dan merekomendasi investor atau nasabahnya dalam adalah analisis teknikal, analisis fundamental, follower
mengambil keputusan investasi. teman, folllower asing, follower tren pasar, realitas produk
Selain Ilham Wahyudi, ada pula dua informan dalam emiten di pasar riil, rekomendasi, isu global, dan memilih
penelitian ini yang termotivasi untuk menambah saham blue chip.
pengetahuannya di pasar modal: “Kemudian motivasi Sebuah pengambilan keputusan investasi, khususnya terkait
lainnya adalah ingin memperdalam ilmu pasar modal keputusan investasi menjadi sebuah hal yang signifikan dan
(Cristian Efendi), “Salah satunya juga ingin mengerti seluk penting bagi investor saham. Seharusnya berdasarkan teori
beluk pasar modal” (Sendra Tirta). investasi, mereka harus melakukan analisis saham yang
Dari pendapat mereka dapat dianalisis secara filosofis bahwa sesuai. Pada penelitian ini, tercatat ada 4 investor yang
cenderung sebagai follower pada permulaan investasi
tujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang pasar modal
mereka, ada yang mengikuti teman, investor asing, bahkan
didasarkan pada keluguannya terhadap pasar modal. Sebagai
tren.
mahasiswa, mereka ibarat anak-anak kecil yang selalu ingin

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 16-31


Bayu et al., Perilaku Investor Saham Individual Dalam Pengambilan Keputusan Investasi .....................................21

Lisa Amaliah Ruham menyatakan, “awalnya dulu saya lebih sinyal positif dan negatif dari apa yang disampaikan teman,
pada ikut tren. Jadi gini ketika saya memutuskan untuk di investor asing, dan tren pasar.
saham dan awal sebagai follower dan juga mengikuti tren, Asumsinya teman sebagai penerima langsung sinyal yang
pada perkembangannya kan keputusan saya berubah, jadi disampaikan perusahaan, sedangkan investor yang mengikuti
lebih melihat fundamental, saya lebih melihat ke feeling dan teman adalah peneriman sinyal yang disampaikan teman. Jadi
eksternal faktor dari indikasi regional dan dalam negeri.” masih ada keterkaitan dengan signalling theory. Sedangkan
Lisa Amaliah Ruham sebelum dia menjadi broker, dia sudah investor yang mengikuti pergerakan asing, mereka juga sebagai
mengenal investasi saham lebih awal. Ternyata penerima sinyal yang tidak langsung. Asumsinya seperti dalam
keawamannya dalam investasi saham menjadikannya penelitian Rudy Chandra (2010) dinyatakan bahwa investor
sebagai follower tren. Namun kemudian dia menambahkan asing yang berinvestasi di BEI cenderung mempertimbangkan
dan menyuratkan bahwa follower ini sebagai investor yang devident yield, beta, dan book to market dalam mengambil
tidak sehat, pengalamannya perlahan mengubah stigmanya keputusan investasi. Ketiganya adalah bagian dari informasi
terhadap pengambilan keputusan investasi saham. akuntansi, investor asing sebagai analis teknikal dan
Selanjutnya, Suharto menyatakan, “Dulu saya awalnya ikut fundamental. Investor asing adalah peneriman sinyal yang
temen, waktu pertama kali IPO telkom. Saya beli sahamnya disampaikan perusahaan. Kemudian para pengikut asing
telkom, tapi saya nggak tahu bagaimana cara jualnya. sebagai penerima sinyal yang disampaikan investor asing.
Sampai saya tinggalkan bertahun-tahun, kemudian saya tahu Maka sinyal yang disampaikan perusahaan mempengaruhi
cara transaksinya, sampai sekarang saya aktif investasi”. secara tidak langsung terhadap keputusan investasi yang
Sama halnya dengan Suharto, Mr. X juga menyatakan hal diambil oleh follower asing.
yang sama, “Saya biasanya mengikuti asing, dari pergerakan
Selanjutnya, trend follower juga ternyata juga sebagai
harganya. Kalau asing jual, ya saya ikut jual”. Keduanya
penerima sinyal tidak langsung dari sinyal yang disampaikan
hampir sama, mereka juga sebagai follower investor juga,
perusahaan kepada investor. Trend follower adalah mereka
namun Suharto sebagai follower teman dan Mr. X sebagai
yang berusaha membaca tren kenaikan atau penurunan dari
follower asing. Analisis filosofisnya menyatakan bahwa
sebuah emiten. Asumsinya ada satu emiten mengumumkan
karena investasi dianggap sebagai mata pencaharian utama
ekspansi perusahaan, pasar merespon positif dengan
mereka, mereka terkesan menganggap keputusan investasi
kenaikan harga yang kontinyu, kemudian trend follower
sebagai sebuah hal yang tidak vital.
akan mengikuti pasar untuk juga membeli saham emiten
Seperti halnya dedaunan yang terenggut dari tangkainya, tersebut. Maka trend follower juga sebagai penerima sinyal
daun itu bergelayutan membiarkan angin membawanya ke tidak langsung dari apa yang disampaikan perusahaan, atau
dasar, mereka hanya sebagai follower terhadap apa yang dengan kata lain mereka menerima sinyal yang disampaikan
mereka jadikan acuan, tanpa mengetahui kejelasan tingkat perusahaan melalui media perantara teman, investor asing,
return dan risiko yang akan mereka terima. Sebaliknya dan tren pasar.
keputusan mereka tergolong berisiko tinggi yang berpotensi
Berdasarkan penalaran tersebut, follower investor memang
membawa mereka pada kerugian investasi. Hal tersebut berpeluang memperoleh return dan meminimalisir risiko
senada dengan ungkapan Dirut BEI Ito Warsiti, "Mentalnya karena acuan mereka memiliki informasi yang jelas. Namun
seperti mentality kawanan hewan. Kalau ada yang satu ke bagaimana apabila informasinya menyesatkan dan tidak
sana yang lain ikut, tidak tahunya di sana ada buaya". dapat dipertanggungjawabkan. Boleh saja
Tiga investor diatas telah menyatakan diri sebagai follower mendengarkannya, tapi hanya karena mereka awam dalam
investor pada permulaan investasi mereka, begitu juga berinvestasi, bukan berarti boleh mengambil keputusan yang
dengan Cristian Efendi yang melanjutkan bahwa dalam seenaknya. Kritik pada follower investor, seharusnya
permulaan investasinya, “Yang pertama mungkin lebih ke keputusan investor asing, teman, dan arah pergerakan tren
isu-isu pasar. Dimana suatu pasar itu merespon gimana, kita pasar tidak mereka jadikan sebagai acuan utama. Mereka
sebagai investor ikut. Karena investor Indonesia lebih ikut- seharusnya menggali lagi informasi yang lebih dapat
ikutan”. Pernyataannya lebih diplomatis, sebagai mahasiswa dipertanggungjawabkan berdasarkan teori yang ada.
ia berusaha mengaplikasikan ilmu pasar modal yang ia Hakikatnya teori yang ada adalah untuk membawa investor
dapatkan di bangku kuliahnya. Ia mengacu pada efficiency pada posisi yang aman dalam berinvestasi.
market theory, ia menganggap harga saham merespon setiap Beralih terhadap landasan-landasan investor yang lain,
isu yang ada di pasar. Maka dia mengikuti pergerakan yang
selanjutnya diketahui bahwa ternyata ada investor yang
ada di pasar atau disebut trend follower.
kreatif. Mereka memang awam terhadap segala dalam pasar
Terkait dengan teori, follower investor juga memiliki modal, namun mereka memiliki pola pokir yang kreatif.
keterkaitan dengan signalling theory. Dalam signalling Berikut beberapa cuplikan dengan mereka:
theory, Godfrey et al. (2010:374) menyebutkan bahwa
- “Awalnya coba-coba. Jadi kalau pemilihan sahamnya jadi
berdasarkan signalling theory, if managers expexted a high
melihat pada realitasnya, wujud produk perusahaan yang go
level of future growth by the firm, they would try to signal
public di kehidupan riil” (Endrik Wahyudi).
that to investors via the acoounts. Keterkaitannya dengan
follower investor adalah dari sinyal yang diberikan oleh - “Kemudian juga mengikuti rekomendasi dari para broker,
perusahaan. Follower investor adalah penerima sinyal yang perusahaan sekuritas, dan riset” (Cristian Efendi).
tidak langsung dari perusahaan. Mereka hanya mengetahui

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 16-31


Bayu et al., Perilaku Investor Saham Individual Dalam Pengambilan Keputusan Investasi .....................................22

- “Kemudian isu-isu global yang beredar terkait dengan seseorang yang dapat memberikan informasi yang jelas dan
sektor dari emitennya” (Sendra Tirta). dapat dipertanggunjawabkan. Selain itu, investor ini juga
memiliki keterkaitan dengan teori sinyal, dimana dia sebagai
- “Kalau itu berkembang sesuai pengetahuan kita. Kalau
peneriman sinyal tidak langsung perusahaan, dimana dia
awal pasti yang diincer yang blue chip. Tapi setelah itu kan
menerima sinyal tersebut melalui media perantara broker,
berkembang, kalau sekarang sudah nggak gitu lagi. Blue
perusahaan sekuritas, dan riset yang ada. Sehingga
chip sudah nggak saya sentuh. Cari yang lain lagi!” (Bayu
rekomendasi-rekomendasi dari sumber-sumber tersebut yang
Wibisono).
ia jadikan sebagai acuan.
Dapat dilihat dari keempat pernyataan tersebut, meskipun
Beralih lagi, Cristian Efendi menambahkan isu global dalam
mereka awam terhadap investasi saham. Tapi motivasi
landasan keputusan investasinya. Dia menilai bahwa kondisi
mereka cukup kuat untuk mendapat return investasi
global akan mempengaruhi kinerja perdagangan saham.
sehingga mendorong mereka untuk berpikir kreatif. Mereka
Sehingga isu global dijadikannya sebagai acuan.
berusaha membuat cara analisis sendiri agar mereka yakin
Selanjutnya, Sendra Tirta ternyata telah menerapkan analisis
dengan saham yang akan mereka beli. Seperti Endrik
fundamental pada awal kegiatan investasinya. Pada
Wahyudi, pola pikirnya mengacu pada logika. Dia melihat
percakapannya dia menyatakan bahwa “Awal pasti
pada pasar riil, dia berusaha menilai emiten berdasarkan
berdasarkan laporan keuangan, pasti” (Sendra Tirta).
produk-produk yang beredar di pasaran. Seperti contoh
Berbeda lagi dengan Ilham Wahyudi, ia menyatakan bahwa
produk-produk Indofood, dia termotivasi untuk memiliki
“sebenarnya itu sudah ada patokannya, jadi kita harus
saham Indofood karena produk-produknya yang beredar
mempelajari dulu untuk sistem pengambilan keputusannya,
secara luas di pasaran. Pernyataannya menyuratkan bahwa
apa secara fundamental, apa secara teknikal. Terutama yang
dia memiliki pola pikir yang cerdas, dia mengasumsikan
saya jadikan pertimbangan itu teknikal, jadi secara teknikal
sendiri bahwa perusahaan yang produknya beredar luas di
kita bisa mempelajari harga tahun-tahun kemarin, harga
pasar menunjukan kinerja perusahaan yang baik. Sehingga
tertinggi berapa, terus terendah berapa. Sebagai investor kan
dia tertarik untuk memiliki saham yang dipublikasikan oleh
kita ingin beli pada harga yang paling rendah untuk
Indofood.
mendapatkan keuntungan yang maksimal. Ya secara teknikal
Sama halnya dengan Endrik Wahyudi, Bayu Wibisono juga kita bisa mengetahui.”
menggunakan logikanya dengan baik. Dia menjadikan daftar
Dua investor tersebut memang sudah sesuai dengan teori
saham yang tergolong blue chip untuk dibeli pada permulaan
investasi sebelum mengambil keputusan investasi, khususnya
investasinya. Menurutnya, saham blue chip adalah saham yang
pada saat awal pengambilan keputusan investasi mereka.
memiliki kinerja yang bagus. Saham blue chip identik dengan
Berdasarkan uraian pendapat mereka, dapat diterjemahkan
kinerja keuangan perusahaan yang sangat baik dan memiliki
bahwa sebagai calon investor, mereka berupaya membekali
prospek positif dalam kinerja harga sahamnya, sehingga dia
mereka dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang.
berani memutuskan untuk memiliki saham-saham blue chip. Ini
Mereka menggunakan analisis-analisis yang memang sudah
sesuai dengan teori pasar modal (Capital Market Theory),
disarankan dalam teori pengambilan keputusan investasi. Ilham
dimana dalam Gumanti (2007) dijelaskan bahwa investor dalam
Wahyudi menggunakan analisis teknikal, sedangkan Sendra
mengambil keputusan investasi mempertimbangkan risk and
Tirta lebih cenderung menggunakan fundamental. Dapat
return (risk return trade off ). Jika dianalisis secara filosofis,
direfleksikan bahwa keduanya cenderung sebagai pengambil
investor ini berupaya menghindari investasi yang tinggi risiko,
keputusan yang bijaksana. Meskipun mereka mengincar untung
karena dia mengambil saham-saham blue chip yang sudah
yang banyak, tapi mereka tidak gegabah dan instant. Mereka
diakui kinerja keuangannya. Sementara dia juga berekspektasi
berupaya mencari saham-saham yang memang berprofitabilitas
akan mendapatkan return yang tinggi dari saham-saham blue
tinggi dan mendatangkan return bagi mereka. Mereka berupaya
chip tersebut jika melihat dari harga-harga sahamnya yang
mengumpulkan keyakinan dalam hati mereka mengenai
berada pada level lebih tinggi dari saham-saham biasa lainnya.
keberadaan saham yang akan mereka beli. Analisis teknikal dan
analisis fundamental berusaha mereka pahami dan terapkan
Kemudian Cristian Efendi, hanya karena dia adalah new dalam rangka memperoleh penilaian saham yang sesuai dengan
comer dalam pasar modal, bukan berarti dia buta. Dia tujuan mereka dalam berinvestasi.
berusaha mengenali saham -saham yang akan ia beli.
Meskipun belum melakukan analisis investasi sesuai teori
Jadi mereka sebagai calon investor, mereka berusaha mencari
analisis saham. Namun, dia berusaha mencari hasil analisis
sendiri peluang investasi mereka dari saham yang akan mereka
investasi/saham dari para broker, perusahaan sekuritas, dan
pilih. Sebagai mahasiswa Sendra berusaha lebih smart dalam
riset. Secara filosofis, dasar dia memilih menggunakan
keputusan investasi, ia juga sama dengan Cristian
rekomendasi sebagai acuan keputusan investasi adalah pada
mengaplikasikan ilmu tentang pasar modalnya. Ilham Wahyudi
pola pikirnya yang mengasumsikan bahwa para broker,
yang sedianya dia sebagai broker, dia memang dari awal sudah
perusahaan sekuritas, dan riset sudah jelas menganalisis
paham mengenai investasi sekuritas dan ia
saham perusahaan berdasarkan teori investasi yang ada.
mengaplikasikannya. Seperti pepatah “berhambakan tangan,
Kemudian hasil analisisnya yang berupa rekomendasi
bersaksikan mata, berhakimkan hati”, mereka berupaya menjadi
dijadikan sebagai acuan pengambilan keputusan. Investor
bijaksana dengan menerapkan teori pengambilan keputusan
ini juga sesuai dengan teori pasar modal, dimana dalam
investasi yang ada dan mengabaikan prinsip cara instant,
rangka mendatangkan return dan risk, dia berupaya mencari
tujuannya agar menghasilkan keputusan

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 16-31


Bayu et al., Perilaku Investor Saham Individual Dalam Pengambilan Keputusan Investasi .....................................23

investasi yang matang, tidak sembarangan dan tidak pertimbangan investasi. Tinggi rendahnya tingkat risiko
menyesatkan mereka sendiri. suatu saham tidak menjadi permasalahan yang dominan
Sebagai investor, mereka tergolong mandiri. Mereka dalam keputusan investasi mereka. Sehingga mereka
menggunakan kemampuannya sendiri dalam menganalisis menyatakan diri sebagai neutral risk.
saham. Kritik pada investor-investor mandiri seperti ini, Beralih ke pernyataan ketiga oleh Bayu Wibisono,
karena mereka masih tergolong new comer yang masih pernyataannya mengisyaratkan bahwa usahanya menjadi
memiliki pengalaman yang cukup sedikit. Sebaiknya mereka investor yang pintar dan memahami investasi telah
juga berusaha mencari informasi lain dari luar atau juga membentuknya menjadi karakter investor yang memahami
membandingkan dengan rekomendasi para broker atau risiko. Dia tidak menutup diri terhadap risiko, dia menyadari
perusahaan sekuritas yang notabene sudah berpengalaman. bahwa investasi saham mengandung risiko. Kemudian
Tujuannya agar mereka terhindar dari capital loss dan tambahan pengetahuan mengenai risiko dia jadikan landasan
berprospek positif untuk mendapatkan return yang tinggi. untuk mulai membatasi diri terhadap risiko investasi. Dia
memahami bahwa risiko adalah kemungkinan terjadinya
kerugian dalam berinvestasi. Jenis investor seperti ini adalah
C. Identifikasi Investor Terhadap Risiko mereka yang biasanya meperhitungkan tingkat return yang
Teori pasar modal (capital maret theory) seperti yang sama dengan risiko investasinya.
dijelaskan oleh Gumanti (2007) bahwa tujuan berkaitan Dari pernyataan 4 informan diatas dalam identifikasinya
dengan pengujian bagaimana pasar modal menetapkan harga terhadap risiko. Mereka mengasumsikan risiko seperti
sekuritas dengan mempelajari bagaimana investasi individu memanjat sebuah tebing yang curam. Ibaratnya ada 8
memilih di antara berbagai macam aset keuangan pendaki yang ingin menaklukkan puncak Mahameru dan
berdasarkan tingkat kesukaannya pada risiko dan return. mereka belum pernah naik ke puncak. Ada 1 pendaki yang
Risiko adalah hal yang vital dalam sebuah investasi, langsung membatalkan niat karena medan cukup curam dan
khususnya investasi saham. Risiko identik dengan berbahaya. Ada pula 3 pendaki yang mencoba mendaki,
kemungkinan terjadinya kerugian. Ketika para informan namun setelah mengetahui ternyata medan memang curam,
ditanya mengenai identifikasi mereka terhadap risiko berbahaya, dan over capacity, sehingga mereka turun
investasi, jawaban mereka cukup beragam. Diketahui bahwa kembali. Namun, ternyata ada 4 pendaki yang cenderung
ternyata keberadaan risiko bagi informan 7 yaitu Sendra sebagai risk taker. Mereka tidak peduli seberapa curam
Tirta, dengan tegas dia menyatakan “Saya anti risiko” kondisi medan dan tetap mendaki dengan harapan
(Sendra Tirta). Dalam ungkapannya tersebut, dengan tegas menaklukan puncak mahameru yang indah.
dia menyatakan bahwa dia adalah investor anti risiko.
Sebagai mahasiswa yang notabene memiliki banyak Seperti perumpamaan tersebut, ternyata ada 4 investor yang
tanggung jawab terkait tugas kuliahnya sehingga tenor menyatakan diri sebagai risk taker. Risiko yang tinggi tidak
waktu transaksi sahamnya menjadi cukup lama. Sehingga menjadi masalah bagi mereka. Bahkan semakin tinggi risiko
dia lebih memilih saham yang fluktuasinya tidak terlalu adalah lebih baik. Alasannya karena semakin tinggi risiko,
signifikan, melainkan yang cenderung stabil dengan semakin tinggi pula tingkat abnormal return yang akan
fluktuasi positif. Dasar pemikiran tersebut dikarenakan dia berpotensi mereka peroleh. Berikut beberapa pernyataan
tidak ingin mendapati sahamnya jatuh terlalu tajam ketika investor yang cenderung sebagai risk taker:
dia akan bertransaksi kembali. Sebagai penjelas, bahwa risk - “Saya cenderung sebagai risk taker, jadi kita dalam
averse akan memilih saham yang berisiko rendah dari pada berinvestasi saham kita sudah tahu risikonya gimana?
risiko tinggi meskipun dengan tingkat return yang sama. Risikonya kita beli ya nanti pasti ada turunnya, nggak
Selain risk averse, ternyata ada 3 investor yang cenderung langsung naik, pasti ada turunnya. Jadi kita sudah pahami
risikonya dulu, jadi kita sudah siap kalau harga akan turun.
sebagai neutral risk.
Tapi kita harus punya patokan harga, dimana kita harus jual
- “Saya netral aja pada risiko. Tingkat risiko tidak menjadi rugi. Saya cenderung berani, tapi kalau menurut saya sudah
masalah” (Mr. X). turun jauh dan kemungkinan lama untuk kembali lagi.
- “Saya suka risiko. Tapi ya nggak suka-suka banget. Netral Dijual aja nggak apa-apa, karna kita bisa cari ke sektor lain”
lah” (Cristian Efendi). (Ilham Wahyudi).
- “Saya sadar bahwa investasi pasar modal berisiko. Saya - “Dalam berinvestasi harus siap rugi, lebih siap pada risiko
berusaha menambah ilmu terus dari baca, seminar agar saya dan tidak masalah dengan investasi yang memiliki risiko
lebih bisa membatasi terhadap risiko. Jadi lebih ke arah yang tinggi. Saya cenderung memperhitungkan dan
netral saja” (Bayu Wibisono). mempertimbangkan return dan risk sebelum melakukan aksi
trading, apakah itu jual, beli, atau mempertahankan”
Dari 3 pernyataan tersebut, nampak bahwa Mr. X dan (Suharto).
Cristian Efendi menyikapi risiko sebagai sesuatu hal yang
tidak berpengaruh signifikan pada keputusan investasi - “Saya siap sich dengan risiko, jadi lebih sebagai risk taker.
mereka. Risiko tidak disikapi dengan respon positif, tapi Saya pikir di setiap investasi itu pasti ada risiko apakah itu
juga tidak negatif, bahkan terkadang tidak ada respon. Maka emas, ataupun properti, apalagi saham. Jadi saya memang
jika dianalisis lebih mendalam, dua investor ini cenderung siap dengan risiko investasi. Semua pasti memiliki risiko”
tidak mempertimbangkan risiko sebagai salah satu (Lisa Amaliah Ruham).

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 16-31


Bayu et al., Perilaku Investor Saham Individual Dalam Pengambilan Keputusan Investasi .....................................24

- “Saya lebih sebagai pengambil risiko” (Endrik Wahyudi). Kedua investor tersebut menyatakan bahwa mereka
berorientasi pada investasi jangka pendek. Capital gain
Berdasarkan opini-opini tersebut, dapat jelas diketahui bahwa
sebagai acuan mereka membuat mereka ketika telah
kegiatan investasi menurut mereka tidak lepas dari risiko,
mendapatkan capital gain, kemudian langsung menjual
apalagi investasi saham. Mereka tidak anti terhadap saham-
saham tersebut. Analisis teknikal dipilih karena analisis
saham yang berisiko tinggi, dalam artian mereka tidak anti
teknikal dianggap lebih dinamis. Ilham Wahyudi
terhadap saham -saham yang berpotensi mengalami penurunan
menambahkan bahwa analisis fundamental lebih dinamis,
harga saham yang cukup tinggi. Hal tersebut lebih dikarenakan
dalam artian bahwa analisis teknikal memiliki batasan-
tingkat return dan abnormal return yang ditawarkan juga
batasan dimana investor harus cut loss ketika harga saham
tinggi. Ketika mengetahui risiko tinggi, mereka berupaya
mengalami penurunan ataupun kenaikan. Hal tersebut
mengantisipasinya dengan keputusan investasi yang matang
dikarenakan karena menurutnya analis teknikal harus
agar risiko tidak terjadi, dan expected return akan tercapai.
disiplin dengan prinsip analisis teknikal. Jadi investor harus
Salah satunya seperti yang dinyatakan oleh Ilham Wahyudi,
patuh dan disiplin pada patokan harga cut loss-nya.
bahwa sebagai investor harus memiliki patokan-patokan harga
Tujuannya untuk menghindari kejatuhan harga saham yang
yang jelas ketika dalam keadaan jual rugi, agar terhindar dari
lebih banyak, dan menghindari kehilangan mendapatkan
kejatuhan harga yang lebih banyak. profit yang maksimal ketika harga saham mengalami
Jenis investor yang risk taker seperti ini akan memilih rebound karena telat beberapa saat saja untuk menjual
saham yang berisiko tinggi dari pada yang rendah meskipun sahamnya akan berpotensi mengalami rugi jika harga saham
memiliki tingkat return yang sama. Para penyuka risiko ini turun kembali. Pola pikir yang rinci seperti ini dipengaruhi
termotivasi pada tujuan investasi mereka untuk menambah oleh kecanggihannya dalam menganalisis saham, tentu saja
nilai kekayaan yang sebanyak-banyaknya. Sehingga tertarik ini ditunjang oleh profesinya sebagai broker.
membeli saham yang berisiko tinggi, karena tingkat return Ada 1 investor yang menggunakan analisis teknikal secara
yang ditawarkan juga tinggi. Saran bagi para risk taker
dominan, tetapi dia juga mempertimbangkan analisis
dalam pengambilan keputusan investasi, agar tidak hanya
fundamental. Adapun pernyataannya adalah:
berpikiran bahwa dibalik risiko yang tinggi tersimpan return
yang tinggi pula. Namun, keputusan investasinya harus juga “Kalau saya yang paling utama memakai teknikal, tapi saya
memperhatikan aspek-aspek lain yang menyertai saham- juga melihat pada fundamental perusahaannya. Jadi saya
saham tersebut dalam rangka memperoleh penilaian yang hanya berinvestasi pada perusahaan yang sudah jelas
tepat terhadap suatu saham. Optimis sich boleh, tapi juga fundamental perusahaannya gimana? Jadi untuk saham-
harus realistis! saham kecil saya tidak berani memakai analisis teknikal
untuk membelinya. Untuk analisis teknikal saya disini
cenderung untuk short term, sementara kalau fundamental
D. Analisis Saham untuk long term. Kemudian saya juga mempertimbangkan
Pada subbab sebelumnya telah diuraikan mengenai landasan karakter sahamnya, sejauh ini saya hanya berinvestasi pada
investor dalam permulaan investasinya. Selanjutnya pada saham-saham yang sudah kenal saja, dalam artian yang
subbab ini akan dipaparkan lagi mengenai landasan investasi
sudah biasa saya beli, saya berusaha mengenal pola
pergerakan/fluktuasi harga tiap-tiap sahamnya” (Suharto).
yang mereka lakukan dalam menganalisis saham di masa kini.
Beberapa ada yang mengalami perubahan, sedangkan ada setia Opini tersebut diungkapkan karena dia sebelum menilai
dengan cara analisis investasinya sendiri. saham, dia berusaha melihat fundamental perusahaannya
dulu. Dia cenderung membeli saham yang sudah jelas
Analisis investasi dikatakan sebagai suatu alat untuk menilai
fundamental perusahaannya. Perusahaan yang besar lebih
suatu investasi. Dalam menganalisis saham, sedikitnya ada
banyak dipilih daripada perusahaan yang kecil. Penilaian
dua analisis saham yang lazim digunakan, yaitu: analisis
besar-kecilnya perusahaan tersebut didasarkan pada tingkat
teknikal dan analisis fundamental. Namun pada penelitian
besar kecil operasional perusahaannya.
ini, ternyata ada analisis-analisis lain yang muncul selain
kedua analisis tersebut seperti sentimen/follower asing dan Setelah memahami fundamental perusahaannya, kemudian
intuisi. Suharto menggunakan analisis teknikal untuk menilai
sahamnya berdasarkan pola pergerakan harga sahamnya.
Dari hasil wawancara terhadap para informan, ada 2
Jadi dia lebih berusaha menggunakan analisis teknikal
investor yang hanya menggunakan analisis teknikal saja:
dengan mengenali karakter sahamnya dari pola pergerakan
- “Teknikal lebih dinamis, dalam arti harga bergerak terlalu harga. Maka analisis teknikal dan analisis fundamental
jauh, kita bisa cut loss cari di sektor lain. Sementara digunakan secara bersama-sama oleh Suharto. Rupanya
biasanya orang fundamental itu cenderung long term, background status sebagai dosen turut menjadikan
berdasarkan berita saham dan beritanya juga nggak terlalu pemikirannya semakin kritis dalam menganalisis saham.
sering. Jadi menurut saya teknikal itu lebih dinamis. Kita
Mengenai kombinasi antara analisis teknikal dan analisis
bisa cut loss, pindah ke saham lain dengan memperhatikan
fundamental, ternyata ada 2 investor yang juga
teknikalnya. Jadi berita saham nggak terlalu berpengaruh,
mengkombinasikan keduanya namun dengan kecenderungan
tapi juga jadi patokan” (Ilham Wahyudi).
lebih didominasi oleh fundamental. Berikut pernyataan-
- “Saya lebih cenderung ke teknikal, alasannya cenderung pernyataan kedua investor tersebut:
trading-nya ke jangka pendek” (Bayu Wibisono).

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 16-31


Bayu et al., Perilaku Investor Saham Individual Dalam Pengambilan Keputusan Investasi .....................................25

- “Saya cenderung fundamental, 75% fundamental dan 25% keuangan perusahaan yang bagus akan mendorong harga
teknikal. Alasannya karena fundamental kan berdasarkan saham untuk rebound kembali.
laporan keuangan ya. Berarti paling nggak kita bisa lihat Pemaparan-pemaparan di atas merefleksikan bahwa ketujuh
perusahaan ini sehat apa nggak. Mulai dari neraca, modal investor tersebut sudah mengalami perubahan dalam
yang dimiliki berapa dan hutangnya berapa. Kalau perilaku investasinya, pengalaman dan pengetahuan mereka
hutangnya lebih tinggi daripada modalnya ya saya nggak mengenai investasi memicu mereka untuk menjadi investor
pilih” (Endrik Wahyudi). yang berhati nurani, dengan menggunakan analisis-analisis
- “Lebih mudah teknikal, gampang analisisnya. Sudah ada yang sesuai dengan teori investasi. Namun ada satu yang
pola grafiknya. Tapi untuk saya yang lebih pas nya itu unik, ada 1 investor yang tetap dengan perspektifnya
fundamental. Jadi saya menggunakan keduanya. 70% mengenai intuisi. Mr. X masih tetap setia dengan alat
fundamental, 30% teknikal. Saya menggunakan analisisnya yaitu intuisi. “Ya itu, saya biasanya mengikuti
fundamental, karena ketika saya beli saya biarkan cukup asing. Kalau asing jual, ya saya ikut jual. Tapi semuanya
lama, jadi saya memantau fundamental perusahaannya” tergantung feeling”, ucapnya.
(Sendra Tirta). Seperti yang diungkapkan oleh Dirut BEI, Ito Warsito
Jadi mereka berusaha mengkombinasikan kedua analisis mengenai follower asing. Jadi pertimbangan investasinya
tersebut, namun dengan porsi yang berbeda dan didominasi Mr. X dipengaruhi oleh investor asing. Namun investor ini
oleh analisis fundamental. Keyakinan investor tersebut menggunakan intuisi dalam pertimbangan investasinya.
didasarkan pada kondisi keuangan perusahaan berdasarkan Sentimen asing tidak sekedar diikuti, namun dianalisis
analisis mereka terhadap laporan keuangan. Lebih spesifik, berdasarkan intuisinya. Ibarat ada segerombolan kijang lapar
Sendra Tirta menggunakan analisis fundamental lebih yang sedang menyeberang sungai. Jika dia juga lapar dan
dominan karena sifat investasinya yang lebih berorientasi yakin di seberang banyak rumput hijau, maka dia pun ikut
pada jangka panjang. Menurutnya, ketika dia meninggalkan menyeberang, kalau tidak ya tetap tinggal ditempat.
sahamnya cukup lama, maka dia harus memilih saham yang
kondisi keuangannya bagus, sehingga dapat terhindar pada
risiko kejatuhan saham yang signifikan. Adapun Endrik E. Realitas Perolehan Return Investasi
Wahyudi dalam menilai fundamental perusahaannya, dia Dalam berinvestasi saham, return investasi merupakan hal
mengungkapkan bahwa saham -saham yang dia pilih salah utama dari kegiatan investasi investor. Dalam penelitian ini,
satunya adalah yang memiliki jumlah modal lebih banyak dari 8 inevestor yang diwawancarai, memberikan jawaban
daripada jumlah hutangnya, tidak mungkin membeli saham yang beragam mengenai perolehan investasi mereka dengan
yang besar pasak daripada tiangnya. menggunakan alat analisis investasi yang mereka gunakan.
Berdasarkan pemaparan tersebut, Ilham Wahyudi dan Berdasarkan pengalaman mereka selama bertransaksi
Sendra Tirta ini berusaha juga menjadi investor yang saham, diketahui sebanyak dua investor berpendapat bahwa
berusaha menjadi selektif dalam memilih saham. Secara analisis teknika lebih memberikan return yang lebih dari
filosofis, hal ini ditunjang oleh background mereka sebagai analisis lainnya. Berikut pernyataan mereka:
broker dan mahasiswa. Background tersebut membuat - “Kalau menurut saya teknikal ya lebih banyak. Analisis
mereka harus mengadakan pertimbangan investasi yang teknikal lebih memberikan return yang lebih banyak
matang dan rinci. daripada analisis fundamental. Volume transaksi yang
Berdasarkan analisis hasil wawancara berikutnya, diketahui dilakukan oleh analis teknikal lebih sering daripada analisis
bahwa ada 1 lagi investor yang hanya menggunakan analisis fundamental. Sehingga akumulasi return-nya lebih banyak
fundamental dalam pengambilan keputusan investasi teknikal, sementara saham saya yang diproyeksikan untuk
mereka. Dia adalah Lisa Amaliah Ruham: “Semakin kesini jangka panjang tidak lebih banyak memberikan return”
saya ke fundamental. Kalau dulu awal kan saya tren, saya (Suharto)
ikut-ikutan aja. Menurut saya dengan fundamental itu risiko
- “Selama saya menggunakan fundamental, saya rasa kurang
lebih bisa diperkecil dibandingkan teknikal. Saya juga
maksimal. Jadi kalau menurut saya lebih banyak teknikal”
melihat orang-orang teknikal itu malah lebih berani, take
(Sendra Tirta).
risk nya lebih berani dari pada orang fundamental.
Sementara fundamental tidak terpengaruh oleh naik- Dua opini tersebut menyatakan bahwa analisis teknikal lebih
turunnya market sejauh saham saya beli bagus. [Lisa mendatangkan return dari pada analisis lainnya. Alasan
Amaliah Ruham – Broker]. berbeda diungkapkan oleh dua investor tersebut. Suharto
Dalam opininya, dia menyatakan tentang perubahan lebih berlandaskan pada akumulasi return analis teknikal
pemikirannya tentang analisis investasi, khususnya saham. Dia untuk dibandingkan dengan analisis fundamental. Hasilnya
mengungkapkan kecenderungannya yang semakin ke arah
dia mengatakan bahwa return analis teknikal lebih tinggi
dari analis fundamental. Sementara Sendra Tirta berargumen
analisis fundamental. Pengalamannya mengatakan bahwa
lain, ia lebih menilai pada pengalaman faktual yang dialami
dengan menggunakan analisis fundamental akan lebih
temannya Cristian Efendi. Meskipun sebagai analis
meminimalisir adanya risiko. Dia juga menambahkan bahwa
fundamental, dia merasakan return yang dia peroleh kurang
seorang analis fundamental itu tidak terpengaruh terhadap
optimal jika berlandaskan analisis fundamental. Hal tersebut
sentimen pasar, walaupun harga turun namun analis
fundamental tetap berusaha calm, dan yakin bahwa kinerja

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 16-31


Bayu et al., Perilaku Investor Saham Individual Dalam Pengambilan Keputusan Investasi .....................................26

dikarenakan Cristian Efendi sebagai analis teknikal lebih lama. Kalau teknikal ada return bulanan, jadi kalau
sering mendapat capital gain. diakumulasi sama aja dengan fundamental”, tandasnya.
Kemudian, bagaimana dengan opini Cristian Efendi? Melalui pemaparannya, dia memberikan pandangan yang
Berikut pernyataannya: “Berdasarkan pengalaman saya lebih bijak. Berdasarkan pengalaman dan penalaran
lebih banyak ke fundamental. Karena fundamental logikanya, dia berpendapat bahwa baik analisis teknikal dan
mencakup keseluruhan, secara global jangka panjang. Jadi analisis fundamental memiliki tingkat return investasi yang
return lebih banyak” (Cristian Efendi). cenderung sama. Sebagai analis teknikal, dia memperoleh
return bulanan (short term return) dari transaksi sahamnya.
Bagaikan hitam dan putih, pernyataan Sendra Tirta
Tetapi bagi analis fundamental, return jangka pendek
berbanding terbalik dengan yang diungkapkan oleh Cristian
tersebut tidak diperoleh, hanya return jangka panjang yang
Efendi. Dia malah berpendapat bahwa analisis fundamental
didapat. Kemudian jika dianalisis berdasarkan logikanya,
lebih mendatangkan return dari pada analisis teknikal. Dia
akumulasi keduanya akan cenderung sama, analisis teknikal
beralasan karena tenor waktu analis fundamental yang lebih
memiliki tingkat profitabitas yang sama saja dengan analisis
panjang dari analis teknikal, sehingga jika ada kenaikan
fundamental.
saham yang bersifat kontinyu. Maka analisis fundamental
lebih berpeluang memperoleh return. Jadi setiap alat investasi memiliki tingkat profitabilitas yang
cenderung sama. Sama halnya dengan apa yang dipaparkan
Selain Cristian Efendi, ada 3 investor lagi yang sependapat
Mr. X ketika ditanya mengenai perolehan return investasi
bahwa analisis fundamental lebih mendatangkan return
dengan menggunakan analisis intuisi, ia menjawab “Nggak
daripada analisis teknikal:
mesti tiap tahun, tapi kalau di total lebih banyak untung, tapi
- “Kalau kita di saham, kita harus punya patokan rentang tahun ini masih rugi”.
waktu investasi. Seorang teknikal cenderung short term, kita
Opininya mengatakan bahwa kegiatan investasi itu
sudah punya patokan untung berapa kita harus lepas. Jadi
tidak berlaku konstan. Tiap investor memiliki cara analisis
biasanya memang time frame-nya lebih pendek orang
masing-masing dan return yang didapatkan juga tidak sama
teknikal. Dalam segi keuntungannya memang orang
antara yang satu dengan yang lainnya, juga tidak selalu
fundamental itu lebih banyak keuntungannya, cuma
untung dan juga selalu rugi. Dalam hal ini, ia menyuratkan
waktunya bisa lama. Karna saya teknikal, jadi lebih nggak
bahwa aktivitas investasi tidak akan sama hasilnya antara
terlalu banyak keuntungannya, mungkin 10%-20% kalau
orang yang satu dengan yang lain walau menggunakan
memang menurut saya sudah tinggi, ya cut loss” (Ilham
analisis yang sama.
Wahyudi).
- “Sekarang saya menggunakan fundamental, dan better
sekarang” (Lisa Amaliah Ruham). F. Realitas Risk Investasi
- “Berdasarkan pengalaman saya lebih ke fundamental” Pada subbab 4.3 telah dibahas mengenai identifikasi
(Endrik Wahyudi). investor terhadap adanya risiko dalam berinvestasi. Para
Ketiga informan tersebut sepakat mengatakan bahwa informan menyadari bahwa dalam berinvestasi khususnya
analisis fundamental lebih memiliki profotabilitas tinggi saham, memang tidak terhindarkan dari adanya risiko.
daripada analisis teknikal. Ilham Wahyudi mengutarakan Mereka juga menyadari adanya risiko dibalik analisis
bahwa analis fundamental lebih banyak return-nya, namun investasi yang mereka gunakan. Dari wawancara yang
waktu tunggunya lama. Sebagai analis teknikal, dia lebih dilaksanakan pada 8 informan, 6 informan menyatakan
pada patokan harga dimana harus cut loss. Apabila ada bahwa analisis teknikal cenderung lebih berisiko dari pada
kenaikan harga saham, jika sudah mencapai 10-20% harus yang lain. Berikut pemaparan mereka:
dijual. Sehingga secara return masih lebih tinggi analisis - “Untuk risiko orang teknikal, ya kita harus berani jual rugi.
fundamental. Hal tersebut dikarenakan kecenderungan analis Harus berani disiplin. Disiplin dalam arti take profit-nya
fundamental yang lebih berperilaku tenang dan tidak berapa punya hitungan, cut loss juga di berapa. Biasanya
tergesa-gesa menjual sahamnya. Melainkan masih tetap perbandingannya bisa 2:1. Jadi orang teknikal harus. Benar-
dipertahankan sampai dan berpeluang memperoleh return benar disiplin pada angka berapa harus take profit dan cut
yang lebih daripada analis teknikal. loss” (Ilham Wahyudi).
Setali tiga uang dengan pernyataan-pernyataan tersebut, - “Teknikal lebih berisiko, karena teknikal nggak lihat
Endrik Wahyudi juga berargumen sama dengan Cristian kondisi internal perusahaan itu sendiri” (Endrik Wahyudi).
Efendi, Ilham Wahyudi, dan Lisa Amaliah Ruham. Dia
- “Teknikal lebih mudah goyang. Isu sedikit sudah
berasumsi berdasarkan pengalamannya melakukan trading
menggoyahkan pasar. Jadi risikonya lebih banyak” (Cristian
di BEI bahwa memang analisis fundamental lebih
Efendi).
mendatangkan return yang lebih tinggi.
- “Teknikal lebih berisiko” Sendra Tirta).
Setiap investor memang memiliki pengalaman berbeda dan
pendapat yang berbeda pula. Tetapi Bayu Wibisono - “Teknikal risikonya lebih tinggi. Karena saham-saham
memberikan pendapatnya yang lebih tidak berat sebelah: yang kita analisa secara teknis jadi rentan terhadap sentimen
“Sebenarnya kalau menurut saya sama. Katakanlah dalam pasar. Jadi lebih mudah dipengaruhi oleh pasar” (Bayu
setahun sama-sama bisa 50% cuma harus sabar nunggunya Wibisono).

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 16-31


Bayu et al., Perilaku Investor Saham Individual Dalam Pengambilan Keputusan Investasi .....................................27

Pernyataan-pernyataan tersebut menyuratkan bahwa analisis Keempat investor tersebut sepakat menyatakan bahwa
teknikal lebih berisiko dari analisis fundamental dan analisis dengan menggunakan analisis teknikal berpeluang
yang lain. Analisis teknikal lebih diartikan sebagai analisis mendapatkan abnormal return. Pernyataan-pernyataan
yang berorientasi pada pergerakan harga saham, yang rentan tersebut berdasarkan pengalaman mereka dalam
dipengaruhi oleh sentimen-sentimen yang ada di pasar. berinvestasi. Seorang analis teknikal memiliki expected
Maka, mereka menyatakan bahwa analisis teknikal lebih return sebelum mereka bertransaksi. Kemudian pengalaman
berisiko. mereka mengatakan bahwa mereka lebih sering
Lisa Amaliah Ruham menambahkan dari pengalamannya mendapatkan return yang lebih dari apa yang mereka
selama perubahan dirinya yang asalnya sebagai analis ekspekstasikan.
teknikal kemudian berubah menjadi lebih didominasi oleh Sementara tiga informan lain, memiliki jawaban
analisis fundamental: “Dari pengalaman saya analisis yang berbeda. Mereka menyatakan bahwa analisis
fundamental lebih rendah”, ucapnya. Pernyataan tersebut fundamental lebih berpotensi mendapatkan abnormal return.
menyatakan hasil metamorfosisnya dalam berinvestasi Berikut jawaban-jawaban mereka:
mendukung pemaparan informan lainnya bahwa analisis
- “Pernah mendapatkan tapi fundamental cenderung lebih
teknikal lebih berisiko daripada analisis lainnya, karena
banyak mendapatkan abnormal return, karna jangka
analisis teknikal tidak melihat kondisi keuangan perusahaan.
waktunya lama, kalau teknikal short term. Jadi kita sudah
Ibarat membeli barang dalam karung, investor yang
jual, ada berita harga naik. Orang teknikal nggak bisa sakit
menggunakan analisis teknikal langsung melakukan aksi
beli ketika banyak orang yang menawar, meskipun tidak hati, karna begitu dijual naik, begitu kita cut loss ternyata
mengetahui keadaan barang didalamnya. naik lagi” (Ilham Wahyudi).
- “Fundamentallah lebih banyak. Ya itu tadi kalau
Sementara 1 informan lain berpendapat bahwa risiko
diantara analisis teknikal dan analisis fundamental itu sama fundamental kan lebih lama jangka waktunya, jadi ya kalau
saja, dia menilai demikian berdasarkan pengalamannya harga naik, fundamental bisa lebih banyak untungnya”
dalam berinvestasi: “Ya risiko sama aja, misalkan aja saya (Suharto).
beli XL, sampai sekarang nggak nyampek-nyampek di harga - “Saya menggunakan fundamental dan saya mendapatkan
tinggi padahal sudah 4 bulanan. Ya itu, bagian dari kenaikan yang lebih dari apa yang saya ekspektasikan” (Lisa
permainan” (Suharto). Dia mengungkapkan bahwa tingkat Amaliah Ruham).
risiko itu sama saja. Sebagai contoh saham XL yang dia nilai
Ilham Wahyudi dan Suharto meskipun sebagai analis
sebagai perusahaan yang kinerja keuangannya terkategori
teknikal, tapi mereka beropini bahwa analis fundamental
baik. Tetapi dia tidak mendapatkan expected return-nya,
yang lebih berpotensi mendapatkan abnormal return. Hal
meskipun sudah cukup lama. Dari penalaran tersebut dapat
tersebut dikarenakan tenor waktu analis fundamental yang
dijabarkan bahwa analisis fundamental pun juga berisiko
lebih lama dari analis teknikal. Sehingga ketika ada
mengalami salah penilaian. Perusahaan yang terkategori
kenaikan harga yang berlangsung cukup panjang. Seorang
memiliki kinerja keuangan yang baik, namun harga
analis teknikal langsung terburu-buru untuk menjual,
sahamnya tidak berfluktuasi positif.
asumsinya harga akan turun kembali, Sementara analis
Sedangkan informan Mr X ketika ditanya mengenai risiko fundamental tetap menjadi investor yang slow, tidak terburu-
investasi dengan menggunakan analisis intuisinya menyatakan, buru menjual dan tetap bertahan. Kemudian jika terjadi
“Nggak mesti juga”, tambahnya. Pandangannya mengatakan kenaikan tersebut tetap berlanjut, maka analis teknikal tidak
bahwa analisis intuisinya juga tidak selalu berisiko, dan tidak boleh sakit hati dengan hal tersebut, sementara analis
selalu tidak berisiko. Menurutnya, analisis intuisi pun tingkat fundamentak bisa tersenyum sumringah terhadap abnormal
risikonya juga belum tentu. return yang mereka dapatkan. Sementara Lisa Amaliah
Ruham sebagai analis fundamental mendukung pernyataan
tersebut, argumennya berdasarkan realitas abnormal return
G. Realitas Perolehan Abnormal Return yang dia peroleh. Dia mengungkapkan bahwa memang
Mengenai perolehan abnormal return, jawaban investor selama dia berubah menjadi analis fundamental, dia lebih
cukup beragam. Berdasarkan pemahaman dan banyak mendapatkan return bahkan abnormal return.
pengalamannya, 4 investor beropini jika analisis teknikal Adapun 1 investor intuisi menyatakan bahwa selama dia
lebih perpeluang mendapatkan abnormal return. menggunakan analisis intuisi, dia berpendapat bahwa dia
- “Kalau untuk abnormal return lebih banyak pada teknikal” juga sering mendapatkan abnormal return, “Saya sering
(Endrik Wahyudi) juga mendapatkan abnormal return” (Mr. X).
- “Kalau untuk abnormal return lebih banyak cenderung ke
teknikal. Karena berdasarkan pengalaman saya pernah H. Pemahaman Investor Terhadap Informasi Akuntansi
mendapatkan abnormal return yang cukup tinggi dalam
Sebanyak 7 dari 8 investor diketahui sudah mengetahui dan
setengah hari” (Cristian Efendi)
memahami mengenai informasi akuntansi. Ketika ditanya
- “Lebih bagus kalau pakai teknikal” (Sendra Tirta). mengenai definsi informasi akuntansi menurut mereka
- “Teknikal jelas lebih sering” (Bayu Wibisono). adalah:

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 16-31


Bayu et al., Perilaku Investor Saham Individual Dalam Pengambilan Keputusan Investasi .....................................28

- “Informasi terkait laporan keuangan. Yang paling jadi jelas memberikan return dan meminimalisir risiko” (Lisa
pertimbangan yang terkait dengan return adalah laba bersih Amaliah Ruham).
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya” (Ilham - “Ya, berpengaruh, dan saya gunakan” (Endrik Wahyudi).
Wahyudi).
- “Jarang saya gunakan. Alasannya saya cenderung ke
- “Informasi akuntansi berasal dari laporan keuangan,
teknikal. Sehingga cenderung ke isu-isu harian saja”
mengacu pada untung apa nggak, gitu aja” (Suharto).
(Cristian Efendi).
- “Informasi yang ada di laporan keuangan” (Lisa Amaliah
- “Berpengaruh, saya gunakan, jelas” (Sendra Tirta).
Ruham).
- “Sering saya gunakan. Pertama saya untuk memilih secara
- “Informasi yang terkandung di laporan keuangan” (Endrik
makro saya melihat tetap pakai fundamental. Saya harus
Wahyudi). tahu perusahaan itu bisnisnya apa dan fundamentalnya bagus
- “Informasi yang dianalisis berdasarkan laporan keuangan nggak. Baru momentum beli, pada harga berapa baru saya
emiten” (Cristian Efendi). pakai teknikal” (Bayu Wibisono).
- “Informasi yang dianalisis berdasarkan laporan keuangan Dengan berbagai intensitas, para informan menyatakan
emiten” (Sendra Tirta). bahwa mereka tetap menggunakan informasi akuntansi.
Ilham Wahyudi, Suharto, dan Cristian Efendi meskipun
- “Sering saya gunakan. Pertama saya untuk memilih secara
sebagai analis teknikal, mereka tetap menggunakan
makro saya melihat tetap pakai fundamental. Saya harus
informasi akuntansi meskipun dengan intensitas yang
tahu perusahaan itu bisnisnya apa dan fundamentalnya
tergolong jarang. Laporan keuangan perusahaan mereka
bagus nggak. Baru momentum beli, pada harga berapa baru
jadikan juga sebagai salah satu pertimbangan meskipun
saya pakai teknikal” (Bayu Wibisono).
pengaruhnya cukup kecil.
Pernyataan-pernyataan tersebut menyiratkan bahwa mereka
Ungkapan mereka lebih tekait pada teknik analisis mereka.
sudah mengerti dan memahami mengenai informasi
Filosofisnya mereka sebagai analis teknikal, jadi mereka
akuntansi. Walau beberapa sebagai analis teknikal, namun
mengutamakan pendekatan teknikal pada harga historis.
itu bukan alasan untuk tidak memahami informasi
Sementara untuk aspek fundamental perusahaannya mereka
akuntansi. Mereka memahami apa itu informasi akuntansi,
jadikan hanya sebagai “tambahan informasi saja” dan tidak
dimana menurut mereka, informasi akuntansi adalah
memiliki nilai yang signifikan dalam keputusan investasi
informasi mengenai fundamental perusahaan yang dapat
mereka. Sebagai contoh adalah pernyataan Suharto, dia
dianalisis dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh
secara tersurat menyatakan bahwa cenderung menghindari
emiten per periodenya.
analisis informasi akuntansi yang lebih mendalam. Selain
Secara umum, tidak ada perbedaan pendefinisian informasi karena sebagai analisis teknikal, pernyataan mereka juga
akuntansi menurut pandangan mereka. Semua pernyataan lebih dipengaruhi oleh tingkat kerumitan dalam
mereka cenderung sama. Meskipun ada 1 informan yaitu menganalisis informasi akuntansi dan kemampuan
Bayu Wibisono yang berlatarbelakang sebagai analisisnya. Ketersediaan waktu untuk menganalisisnya juga
wirausahawan dan sebagai sarjana teknik. Ia berusaha turut menjadi pemicunya, apakah investasi adalah sumber
mempelajari dan akhirnya memahami apa itu informasi pendapatan utama juga mempengaruhi dalam alokasi waktu
akuntansi. yang mereka sediakan untuk analisis investasi mereka.
Sementara Lisa Amaliah Ruham, Endrik Wahyudi, Sendra
I. Realitas Penggunaan Informasi Akuntansi Tirta, dan Bayu Wibisono yang memang basic-nya adalah
analis fundamental, mereka jelas menyatakan bahwa mereka
Berdasarkan hasil analisis wawancara, sebanyak 7 investor pasti menggunakan informasi akuntansi dalam setiap
yang mengerti dan memahami mengenai informasi pengambilan keputusan investasi mereka. Informasi
akuntansi, mereka juga menyatakan bahwa mereka akuntansi jelas berpengaruh dalam pengambilan keputusan
menggunakan informasi akuntansi dalam pengambilan mereka. Baik-buruknya kinerja keuangan suatu perusahaan
keputusan mereka. Informasi akuntansi dinyatakan mereka jadikan pertimbangan dalam keputusan investasi
berpengaruh dalam keputusan investasi mereka. Berikut mereka.
pemaparan-pemaparan mereka:
Berkaitan dengan relevansi informasi akuntansi terhadap
- “Itu sangat berpengaruh untuk orang fundamental. Untuk keputusan investasi mereka, ini sesuai dengan The
orang teknikal pengaruhnya sangat kecil, tapi tetap Mechanistic Hypotehesis. Watts dan Zimmerman (1986:74-
informasi akuntansi saya jadikan acuan” (Ilham Wahyudi). 76) menjelaskan bahwa dalam The Mechanistic Hypothesis
- “Saya tidak menggunakan informasi akuntansi yang mengasumsikan bahwa ketika emiten menyampaikan
sampek akuntansi banget, nggak. Saya cuma liat untung apa informasi akuntansi yang kepada investor melalui laporan
nggak. Udah itu aja. Saya nggak pernah menggunakan keuangannya, maka investor akan merespon informasi
hitung-hitungan sampai detail, nggak” (Suharto). tersebut. Sepertinya hal ketujuh investor tersebut, teori ini
sesuai dengan apa yang diimplikasikan oleh investor
“Pasti, pasti akan menjadi pertimbangan dalam keputusan tersebut. Ketujuh investor tersebut akan bereaksi terhadap
investasi saya. Dengan menganalisis informasi akuntansi

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 16-31


Bayu et al., Perilaku Investor Saham Individual Dalam Pengambilan Keputusan Investasi .....................................29

setiap informasi akuntansi yang disampaikan oleh emiten J. Realitas Informasi Akuntansi yang Sering Digunakan
kepada pasar. Investor
Selanjutnya apabila dispesifikasi terhadap respon investor Ada banyak informasi akuntansi yang terkandung dalam
terhadap informasi akuntansi yang disampaikan perusahaan laporan keuangan. Ada berbagai cara analisis yang dapat
kepada pasar, maka ini perlu pengkajian dari signalling theory. digunakan investor dalam menganalisis informasi akuntansi.
Jika disesuaikan dengan signalling theory, maka dapat Berikut pernyataan-pernyataan para informan yang
diuraikan lagi bahwa apabila ada informasi akuntansi yang menggunakan informasi akuntansi dalam keputusan
bersifat positif disampaikan oleh perusahaan kepada pasar, investasi mereka:
maka investor akan menangkap sinyal posfitif tersebut dan
- “Yang paling jadi pertimbangan yang terkait dengan return
mendorong adanya aksi beli. Sebaliknya apabila investor
adalah laba bersih dibandingkan dengan tahun-tahun
menerima sinyal negatif dari perusahaan, maka investor akan
sebelumnya” (Ilham Wahyudi).
merespon negatif dengan melakukan aksi jual.
- “Kalau keuntungannya besar, katakanlah naik 3x lipat,
Sementara satu informan yang awalnya memang belum
mengerti dan memahami informasi akuntansi, dia signifikan banget ya saya berani masuk” (Suharto).
menyatakan bahwa dirinya tidak menggunakan informasi - “Sales+laba, PBV, PER dan itu dibandingan dengan tahun
akuntansi dalam keputusan investasi mereka. Intuisi, itulah lalu dan perusahaan sejenis” (Lisa Amaliah Ruham).
satu hal yang dominan dalam keputusan investasinya. Dari - “EPS yang selalu saya perhatikan, karena paling nggak ini
informan ini, dapat dianalisis bahwa informasi akuntansi
mencerminkan dari tahun ke tahun bagaimana dan ini
yang disampaikan oleh perusahaan melalui laporan
mencerminkan kinerja perusahaannya. Kemudian juga
keuangan tidak berefek pada pengambilan keputusannya.
berdasarkan ROI” (Endrik Wahyudi).
Hal ini sesuai dengan The No-Effects Hypothesis yang
dinyatakan oleh Watts dan Zimmerman (1986:72-74). The - “Kalau laba bersihnya besar yang bisa saya
No-Effects Hypotheses menyebutkan bahwa tidak ada pertimbangkan” (Cristian Efendi).
keterkaitan antara perubahan harga saham dengan informasi - “Kalau saya cuma ngeliat perubahan laba rugi per tahun,
akuntansi yang disampaikan oleh emiten. Dalam hal ini, sama rasio harga atau PER, dan DER” (Sendra Tirta).
ketika emiten berusaha menyampaikan sinyal positif terkait
kinerjanya, namun investor jenis ini tidak memberi respon - “Yang umum dipakai ya EPS, PER, PBV, Profit Margin,
terhadap sinyal tersebut, atau dengan kata lain tidak dan rasio hutang. Tapi yang paling dominan saya gunakan
menggunakan informasi akuntansi. EPS sama PER” (Bayu Wibisono).
Investor jenis ini pula cenderung tidak canggih dalam Laba bersih menjadi akun dalam laporan laba-rugi yang
menganalisa laporan keuangan perusahaan. Investor jenis ini sering digunakan investor-investor dalam pengambilan
tergolong sebagai naive investor dimana informasi akuntansi keputusan investasi mereka. Sebanyak 5 investor
tidak bisa diinterpretasikan karena ketidakmampuannya menyatakan menggunakannya. Mereka menganalisisnya
dalam menganalisis laporan keuangan yang diterbitkan dengan menggunakan analisis indeks dengan dibandingkan
perusahaan (Watts dan Zimmerman, 1986-160). Sebagai dengan tahun-tahun sebelumnya. Mereka merespon terhadap
contoh, investor jenis ini pun tidak bisa membandingkan perubahan laba bersih emiten. Jika ada kenaikan, maka
laba akuntansi yang dilaporkan perusahaan dengan dianggap sebagai sinyal positif dan mereka melakukan aksi
kebijakan akuntansi yang berbeda. Jika dibandingkan beli. Sementara jika ada penurunan, dianggap sebagai sinyal
dengan tujuh investor lainnya, investor ini tergolong tidak negatif dan mereka tidak melakukan aksi beli atau
canggih dan tujuh investor lainnya adalah sophisticated melakukan aksi jual.
investor. Dimana sophisticated investor ini memiliki Laba akuntansi tampaknya menjadi acuan utama dalam
kecanggihan dalam menganalisa informasi akuntansi, menganalisis laporan keuangan emiten. Jika ini dikaitkan
bahkan mampu merespon setiap perubahan informasi dengan teori, maka ini sejalan dengan Earning Response
akuntansi, bahkan kebijakan akuntansi yang diterapakan Coefficients (ERC). Dalam Scott (2000-152) dinyatakan
manajemen perusahaan (Stein, 2009). bahwa: ERC mengukur besarnya tingkat abnormal return
Kritik khusus pada naive investor, karena aktivitas dalam merespon komponen tak terduga dari laba yang
investasinya tergolong berisiko tinggi. Maka seharusnya ada dilaporkan perusahaan. Maka disini, laba sifatnya dominan
sebuah upaya lagi untuk lebih memahami mengenai dan vital bagi para investor yang menjadikan laba sebagai
keputusan investasi, khususnya dalam menganalisis saham. acuan analisis informasi akuntansi perusahaan.
Saham identik dengan risiko. Kerugian investasi pasti Selanjutnya, rasio pasar dengan menggunakan PER dipilih
membayangi dalam setiap keputusan investasinya. Jika oleh 3 investor. Mereka memilih saham yang nilai PER-nya
investor paham mengenai acuan keputusan investasinya, tinggi. Karena semakin tinggi nilai PER, semakin
investor jenis ini akan terhindar dari risiko dan akan mengindikasikan pertumbuhan kinerja perusahaan di masa
mengoptimalisasi return yang akan didapatkan di masa mendatang. Kemudian rasio profitabilitas dengan
datang. menggunakan EPS dipilih oleh 2 investor. EPS
mengindikasikan pengembalian investasi atas investasi.
Semakin tinggi nilai EPS, semakin baik pengembalian
investasinya.

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 16-31


Bayu et al., Perilaku Investor Saham Individual Dalam Pengambilan Keputusan Investasi .....................................30

Selain ketiga rasio di atas, DER, PBV, dan analisis indeks adalah salah satu basis informasi vital dalam pengambilan
dengan menggunakan penjualan sebagai acuan dipilih oleh keputusan investasi, tetapi ternyata tidak sepenuhnya
masing-masing 1 investor. DER menjadi acuan karena proporsi investor menggunakannya, bahkan ada yang tidak
utang terhadap ekuitas dianggap mempengaruhi kinerja memahaminya. Seharusnya pengambilan keputusan
perusahaan. Semakin besar proporsi utang/kewajiban dianggap investasi adalah proses yang komplek dan tidak praktis.
lebih berisiko. Sehingga semakin besar nilai DER, Investor saham individual harus memanfaatkan dan
mencerminkan proporsi utang yang besar dalam perusahaan menggunakan berbagai analisis saham dan informasi yang
terhadap ekuitasnya. Kemudian PBV, semakin rendah nilai ada di pasar dan emiten agar memperoleh return yang
PBV mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki maksimal dan terhindar dari kerugian investasi. Background
kinerja yang buruk. Yang terakhir adalah analisis indeks dengan pekerjaan dan status tidak menjadi hambatan dan alasan
menggunakan penjualan sebagai acuan. Satu investor untuk menjadi naive investor, asal bersedia belajar juga
menjadikannya sebagai acuan dengan membandingkan dengan mampu menjadi sophisticated investor.
tahun-tahun lalu. Kenaikan dianggap sebagai sinyal positif dan
penurunan dianggap sebagai sinyal negatif.
Keterbatasan
Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah
Kesimpulan dan Keterbatasan terletak pada fokus penelitiannya yang hanya berfokus pada
investor saham individual saja, sehingga pada penelitian
selanjutnya dapat memperluas atau mengambil fokus
Kesimpulan penelitian lain, misalnya investor saham institusional,
Perilaku investor saham dalam pengambilan keputusan investor obligasi, dan instrumen lain di pasar modal;
investasi cenderung dipengaruhi oleh teknik analisis saham wawancara tidak dilakukan secara intensif, sehingga
mereka. Informasi akuntansi sebagai nilai yang bermanfaat penelitian selanjutnya diharapkan mempertajam analisis dan
bagi investor khususnya investor saham individual, ternyata lebih intensif lagi dalam mewawancarai argumen-argumen
tidak selalu menjadi acuan utama dalam pengambilan investor dalam mengambil keputusan investasi: saran
keputusan investasi. Bahkan intensitas penggunaan informasi mengenai perilaku investor dalam penelitian ini adalah hasil
akuntansi dalam keputusan investasi mereka tidak selalu intens analisis perbandingan teori dengan faktual dan saran
dan dominan. Faktor kerumitan dalam menganalisis informasi pengambilan keputusan investornya adalah dengan
akuntansi adalah faktor penyebabnya. Keberadaan aktivitas mengarahkannya pada penerapan teori, sehingga pada
investasi sebagai penghasilan sampingan menjadi faktor penelitian selanjutnya dapat dilengkapi dengan adanya
dominan yang membuat mereka menerapkan prinsip investasi bahasan mengenai pendapat dan saran dari pakar investasi
praktis dan tidak rumit. terkait keputusan investasi yang benar sesuai dengan teori
investasi; dan penelitian ini tidak ada subbab yang
Analis fundamental sebagai analis informasi akuntansi yang membahas mengenai pendapat para akademisi akuntansi
ada di laporan keuangan emiten memang cenderung intens terkait hasil penelitian, sehingga penelitian selanjutnya akan
dalam menggunakan informasi akuntansi. Bahkan dominasi semakin lengkap jika dilengkapi dengan pendapat para pakar
informasi akuntansinya pun lebih dominan dalam keputusan di bidang akuntansi terkait hasil penelitian bahwa informasi
investasinya. Setiap perubahan angka akuntansi akuntansi cenderung tidak dijadikan landasan yang dominan
mempengaruhi pengambilan keputusan mereka. Hal ini dalam keputusan investasi.
sesuai dengan teori mechanistic hypothesis. Sebaliknya,
analis teknikal sebagai analis historis berdasarkan harga
saham emiten cenderung lebih jarang menggunakan
Daftar Pustaka
informasi akuntansi, bahkan tidak bersifat dominan dalam
landasan keputusan investasinya. Sehingga hal ini membuat Agustian, Widi. 2009. Perilaku Investor Domestik Cenderung Ikut
Pemain Asing.
perubahan angka akuntansi tidak mempengaruhi
http://autos.okezone.com/read/2009/08/05/278/245238/perilaku-
pengambilan keputusan mereka atau yang biasa disebut investor-domestik-cenderung-ikut-pemain-asing. [15 September 2013]
dengan teori no-effect hypothesis.
Chandra, Rudy. 2010. Analisis Pemilihan Saham oleh Investor Asing di
Dalam hal ini para broker, dosen dan mahasiswa (fakultas Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi Volume
ekonomi) yang sedianya adalah orang-orang yang identik 17, Nomor 2 ISSN 0854-3844
dengan pasar modal lebih canggih dan menggunakan Godfrey, Jayne, dkk. 2010. Acoounting Theory 7th Edition. Milton: John
informasi akuntansi dalam pertimbangan keputusan Willey & Sons.
investasi mereka. Sementara dari kalangan wirausahawan Gumanti, Tatang Ary. 2007. Manajemen Investasi. Jember: Center of
masih belum canggih dalam menganalisis informasi Society Studies.
akuntansi, namun pengalaman dan pembelajaran cukup bisa Natapura, Cecilia. 2009. Analisis Perilaku Investor Institusional dengan
membantu mereka dalam menganalisis informasi akuntansi. Pendekatan Analytical Hierarchy Process (PHP). Jakarta: Jurnal Ilmu
Administrasi dan Organisasi Volume 16, Nomor 3 ISSN 0854-3844.
Hasil ini juga membuktikan bahwa keberadaan laporan
Puspitaningtyas, Zarah. 2010. Relevansi Nilai Informasi Akuntansi dan
keuangan sebagai penyedia informasi yang bermanfaat bagi Manfaatnya Bagi Investor. Jember: Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan
investor tidak sepenuhnya berbanding lurus dengan Keuangan ISSN 1411-0393.
pemikiran para investor. Sejatinya informasi akuntansi

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 16-31


Bayu et al., Perilaku Investor Saham Individual Dalam Pengambilan Keputusan Investasi......... 31

Schmidt, D.J. 2007. Speaking of Language: On The Future of Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.
Hermeneutics. Research in Phenomenology 37: 271-284. Yogyakarta: BPFE.
Scott, W.R. 2000. Financial Accountung Theory. 2nd ed. Prentice-Hall Watts, Ross L., Zimmerman, Jerold L. 1986. Positive Accounting Theory.
Canada Inc.:Scarborough, Ontario. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Salemba Empat.
Scott, W.R. 2009. Financial Accounting Theory. 4th ed. Pearson
Education Canada Inc.: Toronto.

e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) : 16-31

Anda mungkin juga menyukai