Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

STUDI DENSITAS PLANKTON

Wiji Setyo Utami


K4312072 / B
Kelompok 8

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
STUDI DENSITAS PLANKTON

Wiji Setyo Utami


Program Studi S-1 Pendidikan Biologi Program Sarjana
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email: utamiws21.uw@gmail.com

ABSTRAK

Praktikum ini bertujuan untuk: 1) mengetahui definisi serta terminologi zooplankton dan
fitoplankton, 2) melakukan pencacahan plankton, dan 3) melakukan perhitungan densitas
plankton. Praktikum dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2016 bertempat di Danau Pertanian
Universitas Sebelas Maret. Prinsip kerja praktikum yaitu sampling plankton, pengamatan dan
pencacahan plankton, analisis data dan penyusunan laporan. Hasil analisis data menunjukkan
bahwa densitas total plankton sebesar 8880000 per liter, densitas stasiun I (permukaan)
sebesar 2700000 per liter dan densitas stasiun II (dalam) sebesar 6180000 per liter.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, diperoleh kesimpulan: 1) fitoplankton
merupakan plankton mirip tumbuhan, berperan sebagai produsen primer dalam lingkungan
perairan karena mampu mengkonversi energi cahaya dan bahan anorganik menjadi bahan
organik, 2) zooplankton merupakan plankton mirip hewan, pergerakannya pasif (mengikuti
arus air), berperan sebagai konsumen primer yang menghubungkan fitoplankton dengan
karnivora, 3) hasil pencacahan plankton dengan cara Total Strip Counting yaitu spesies
plankton yang ditemukan dalam praktikum berjumlah 148 (terdiri dari 10 spesies), 4) secara
keseluruhan spesies plankton yang memiliki densitas tertinggi adalah Oscillatoria limosa
(2520000 per liter) dan terendah Schizogonium murale (120000 per liter).

Kata Kunci: plankton, zooplankton, fitoplankton, densitas

PENDAHULUAN
Plankton merupakan organisme baik tumbuhan maupun hewan yang
umumnya memiliki ukuran relatif kecil (mikro), hidup melayang-layang di air,
tidak mempunyai daya gerak, kalau pun ada daya geraknya relatif lemah sehingga
distribusinya sangat dipengaruhi oleh daya gerak air, seperti arus dan lainnya
(Nontji, 2006). Plankton terdiri dari makhluk-makhluk yang hidupnya sebagai
hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan (fitoplankton) (Nugroho, 2013).
Plankton yang merupakan tumbuhan mikroskopis disebut fitoplankton.
Fitoplankton sebagian besar merupakan organisme autotropik dan menjadi
produsen primer dari bahan organik pada habitat akuatik. Fitoplankton terdiri dari

2
kumpulan tanaman mikro yang hampir tidak mempunyai kemampuan melawan
gerakan air. Beberapa fitoplankton dapat menggunakan flagel, silia dan lendir untuk
gerakannya, tetapi sebagian besar melayang bebas di perairan (Wetzel, 1975). Pada
ekosistem akuatik sebagian produktivitas dilakukan oleh fitoplankton (Persons,
dkk, 1984) dalam (Sumeni, 2012).
Zooplankton merupakan konsumen pertama yang memanfaatkan produksi
primer yang dihasilkan fitoplankton. Peranan zooplankton sebagai mata rantai
antara produsen primer dengan karnivora besar dan kecil dapat mempengaruhi
kompleksitas rantai makanan dalam ekosistem perairan (Nugroho, 2013). Menurut
Handayani dalam (Sumeni, 2012), zooplankton merupakan plankton hewani yang
terhanyut secara pasif karena terbatas kemampuan bergeraknya. Perubahan
lingkungan pada suatu perairan akan mempengaruhi keberadaan zooplankton baik
secara langsung dan tidak langsung.
Komunitas plankton (fitoplankton dan zooplankton) merupakan basis dari
terbentuknya suatu rantai makanan. Oleh sebab itu, plankton memegang peranan
sangat penting dalam suatu ekosistem (Yazwar, 2008) dalam (Saputra, Lestari, &
Hadisusanto, 2011). Keberadaan fitoplankton di suatu perairan dapat memberikan
informasi mengenai keadaan perairan. Fitoplankton merupakan parameter biologi
yang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan
suatu perairan (bioindikator) (Wijaya & Hariyati, 2005). Fitoplankton selain
berfungsi dalam keseimbangan ekosistem perairan budidaya, juga berfungsi
sebagai pakan alami di dalam usaha budidaya (Pirzan & Masak, 2008). Menurut
Kasmadji dalam (Sumeni, 2012), zooplankton memegang peranan penting dalam
jaring-jaring makanan di perairan, yaitu dengan memanfaatkan fitoplankton.
Fitoplankton memanfaatkan nutrien melalui proses fotosintesis dengan bantuan
sinar matahari. Zooplankton merupakan sumber makanan alami bagi larva ikan dan
mampu mengantarkan makanan ke jenjang tropik yang lebih tinggi.
Keberadaan plankton dipengaruhi oleh berbagai faktor fisikokimia
lingkungan perairan. Nybakken (1992) dalam (Saputra et al., 2011) menyatakan
bahwa sifat fisik dan kimia perairan sangat penting dalam ekologi. Faktor
fisikokimia yang mempengaruhi kehidupan plankton menurut Yazwar (2008)

3
dalam (Saputra et al., 2011) antara lain suhu, penetrasi cahaya, arus, oksigen
terlarut, BOD (Biological Oxygen Demand), pH, serta kandungan berbagai unsur
nutrisi.
Perubahan komposisi dan kemelimpahan plankton di perairan berhubungan
erat dengan tingkat salinitas perairan, suhu, penetrasi cahaya, ketersediaan nutrien,
kecepatan arus, kedalaman dan pemangsaan oleh predator (Mukherjee dan
Nivedita, 2010) dalam (Nugroho, 2013). Penyebaran plankton di dalam air tidak
sama pada kedalaman yang berbeda. Tidak samanya penyebaran plankton dalam
badan air disebabkan adanya perbedaan suhu, kadar oksigen, intensitas cahaya dan
faktor abiotik lainnya di kedalaman air yang berbeda. Selain itu kepadatan plankton
pada suatu badan air sering bervariasi antar lokasi. Pada lokasi bagian pinggir pada
suatu badan air kepadatan planktonnya biasanya lebih padat dibandingkan bagian
tengah (Nybakken, 1992) dalam (Sumeni, 2012).
Menurut Botkin dan Keller (2000) dalam (Sumeni, 2012), suatu
keanekaragaman merupakan diversitas atau perbedaan diantara anggota suatu
kelompok. Densitas atau kepadatan merupakan jumlah cacah individu persatuan
luas. Di antara densitas dan diversitas terdapat suatu hubungan yang saling
mempengaruhi apabila dikaji dari faktor lingkungan.
Densitas (kepadatan) plankton per liter ditentukan dengan rumus:
(𝑎 𝑥 1000)𝐶
𝑛=

Keterangan: n = jumlah plankton tiap-tiap liter
a = jumlah rata-rata plankton dalam 1 ml sub sampel
C = ml plankton pekat
ℓ = volume air semula (Sumeni, 2012)
Praktikum studi densitas plankton ini bertujuan untuk: 1) mengetahui
definisi serta terminologi zooplankton dan fitoplankton, 2) melakukan pencacahan
plankton, dan 3) melakukan perhitungan densitas plankton.

4
METODE
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2016 bertempat di Danau Pertanian
Universitas Sebelas Maret. Prinsip kerja praktikum yaitu sampling plankton,
pengamatan dan pencacahan plankton, analisis data dan penyusunan laporan.
A. Alat dan Bahan
Alat:
1. Alat tulis 11. Pipet tetes
2. Kertas label 12. SRCC (Sedgewick Rafter
3. Tabel pengamatan Counting Cell)
4. Kamera 13. Plankton net
5. Buku identifikasi 14. Termometer
6. Water sampler 15. GPS (Global Positioning
7. Ember System)
8. Botol flakon 16. pH meter
9. Plastik dan karet 17. Aluminium foil
10. Mikroskop
Bahan:
1. Formalin 4 % (untuk mengawetkan sampel plankton)
2. Sampel plankton (untuk diamati)

B. Cara Kerja
Prinsip kerja dalam praktikum ini adalah sampling plankton, pengamatan dan
pencacahan plankton, analisis data dan penyusunan laporan. Langkah kerja
dalam praktikum yaitu:

1. Sampling plankton
a. Menyiapkan alat dan bahan, kemudian menentukan titik stasiun
b. Melakukan sampling plankton menggunakan water sampler pada
permukaan dan kedalaman
c. Menyaring plankton dan menampungnya ke dalam botol flakon lalu
ditetesi dengan formalin 4 % sebanyak 2-3 tetes

5
d. Memberi label untuk setiap sampel
e. Melakukan inkubasi hingga pengamatan di laboratorium (perhitungan
dan identifikasi plankton)
f. Pengambilan sampel masing-masing dilakukan dengan tiga kali
ulangan.
2. Pengamatan dan pencacahan plankton
a. Menghomogenkan sampel air dalam botol
b. Mengambil air sampel dengan pipet dan diteteskan ke dalam ruang
SRCC (Sedgewick Rafter Counting Cell), kemudian meletakkannya di
bawah mikroskop.
c. Mengamati dari sudut baris pertama atas kiri secara horizontal kea rah
kanan, kemudian mengamati baris kedua dan seterusnya. Cara ini
dikenal dengan istilah Total Strip Counting. Prinsipnya menghitung
semua organisme yang ada di SRCC.
d. Melakukan penghitungan pada semua volume untuk tiap-tiap botol
sampel atau sebagian saja
e. Menghitung densitas (jumlah) plankton pada tiap-tiap liter air, dengan
rumus:
(𝑎 𝑥 1000)𝐶
𝑛=

Keterangan: n = jumlah plankton tiap-tiap liter
a = jumlah rata-rata plankton dalam 1 ml sub sampel
C = ml plankton pekat
ℓ = volume air semula

3. Analisis data
Data hasil pengamatan dianalisis secara kuantitatif menggunakan rumus
densitas plankton, kemudian dilakukan analisis secara kualitatif.

6
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Pengamatan Kelompok
Tabel 1. Hasil sampling plankton Stasiun I (permukaan)
Nama Spesies Jumlah Pengambilan Total Pengambilan
No
Plankton Pagi Siang Malam (Pagi+Siang+Malam)
1 Brachionus 2 1 - 3
plicatilis
2 Chaetomorpha - - 18 18
3 Schizogonium - - 2 2
murale
4 Nauplius 3 8 - 11
5 Nitzschia 2 4 - 6
vermicularis
6 Gonatozygon 1 4 - 5
kinahani

Tabel 2. Hasil sampling plankton Stasiun II (dalam)


Nama Spesies Jumlah Pengambilan Total Pengambilan
No
Plankton Pagi Siang Malam (Pagi+Siang+Malam)
1 Charasiosiphon 4 8 - 12
2 Nauplius - - 7 7
3 Chaetomorpha 7 13 - 20
4 Nitzschia - 4 11 15
vermicularis
5 Monostyla - 3 1 4
quadridentata
6 Cyclocypria 1 - 2 3
kinkaida
7 Oscillatoria 14 7 21 42
limosa

7
B. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif dengan rumus densitas plankton:
(𝑎 𝑥 1000)𝐶
𝑛=

Keterangan: n = jumlah plankton tiap-tiap liter
a = jumlah rata-rata plankton dalam 1 ml sub sampel
C = ml plankton pekat
ℓ = volume air semula

Tabel 3. Hasil sampling plankton Stasiun I dan II


Stasiun
No Nama Spesies Plankton Total
I (Permukaan) II (Dalam)
1 Brachionus plicatilis 3 0 3
2 Chaetomorpha 18 20 38
3 Schizogonium murale 2 0 2
4 Nauplius 11 7 18
5 Nitzschia vermicularis 6 15 21
6 Gonatozygon kinahani 5 0 5
7 Charasiosiphon 0 12 12
8 Monostyla quadridentata 0 4 4
9 Cyclocypria kinkaida 0 3 3
10 Oscillatoria limosa 0 42 42

8
Tabel 4. Densitas plankton Stasiun I dan II
Stasiun Densitas Densitas
Densitas Total
No Nama Spesies Plankton I II Total Permukaan Dalam
@Spesies
(Permukaan) (Dalam) @Spesies @Spesies
1 Brachionus plicatilis 3 0 3 180000 0 180000
2 Chaetomorpha 18 20 38 1080000 1200000 2280000
3 Schizogonium murale 2 0 2 120000 0 120000
4 Nauplius 11 7 18 660000 420000 1080000
5 Nitzschia vermicularis 6 15 21 360000 900000 1260000
6 Gonatozygon kinahani 5 0 5 300000 0 300000
7 Charasiosiphon 0 12 12 0 720000 720000
8 Monostyla quadridentata 0 4 4 0 240000 240000
9 Cyclocypria kinkaida 0 3 3 0 180000 180000
10 Oscillatoria limosa 0 42 42 0 2520000 2520000

TOTAL 148 2700000 6180000 8880000

9
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui nilai densitas total, densitas Stasiun I
(permukaan) dan densitas Stasiun II (dalam).
Densitas Total : 8880000 per liter
Densitas Stasiun I : 2700000 per liter
Densitas Stasiun II : 6180000 per liter
Adapun perbandingan densitas plankton masing-masing spesies dapat dilihat
pada gambar 1.

Perbandingan Densitas Plankton


Masing-Masing Spesies
3000000
2500000
2000000
1500000
1000000 Densitas Permukaan
500000 Densitas Dalam
0
Densitas Spesies

Gambar 1. Diagram perbandingan densitas plankton masing-masing spesies

C. Analisis Kualitatif
Praktikum studi densitas plankton ini bertujuan untuk: 1) mengetahui
definisi serta terminologi zooplankton dan fitoplankton, 2) melakukan
pencacahan plankton, dan 3) melakukan perhitungan densitas plankton. Pada
praktikum ini, alat yang digunakan dalam sampling dan pengamatan plankton
berupa plankton net, water sampler, dan SRCC. Fungsi masing-masing alat
tersebut adalah:
1. Plankton net, berbentuk panjang menyerupai saringan teh dengan jaring-
jaring yang sangat halus. Alat ini digunakan untuk menyaring air dari water
sampler. Air hasil saringan akan terkumpul di ujung bawah, kemudian air
tersebut dikeluarkan dan selanjutnya dimasukkan ke dalam flakon. Fungsi
dari plankton net adalah menyaring air sampel agar diperoleh air sampel
yang hanya mengandung plankton.
2. Water sampler, berbentuk tabung dengan kedua ujung yang dapat dibuka,
terdapat pemberat untuk melepaskan kedua ujung agar air terjebak di dalam
tabung water sampler. Selain itu, terdapat tali yang panjangnya bervariasi.
Fungsi dari water sampler adalah memudahkan mengambil air sampel
dengan kedalaman tertentu.
3. SRCC (Sedgewick Rafter Counting Cell), berbentuk persegi panjang,
berukuran sekitar 5 x 3 cm dengan bagian tengah terdapat garis kotak-kotak
berukuran 0,5 x 0,5 cm dan berjumlah 1000 kotak. Fungsi SRCC adalah
memudahkan penghitungan plankton.

Fitoplankton dan Zooplankton


Plankton dibagi menjadi 2 golongan yaitu fitoplankton dan zooplankton.
Fitoplankton merupakan plankton produsen primer dengan ukuran 2-200
mikron yang menyediakan makanan bagi organisme-organisme air karena
mampu mengkonversi energi cahaya dan bahan anorganik menjadi bahan
organik. Kelompok fitoplankton yang biasanya ditemukan yaitu diatom dan
dinoflagelat. Zooplankton merupakan plankton mirip hewan, hidup melayang-
layang di dasar air dan mempunyai pergerakan pasif, hanya bergerak dengan
mengikuti arus air. Kelompok zooplankton yang umum ditemukan yaitu
copepoda, eufasid, misid, amfifod, dan kaetognat. Zooplankton nantinya dapat
berubah menjadi nekton dan benthos. Masa plankton hanya terjadi di waktu
telur dan larva (Arinardi, 1995).
Keberadaan fitoplankton di suatu perairan dapat memberikan informasi
mengenai perairan. Fitoplankton merupakan parameter biologi yang dapat
dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu

11
perairan, serta mengetahui jenis-jenis fitoplankton yang mendominasi, adanya
jenis fitoplankton yang dapat hidup karena zat-zat tertentu yang sedang
blooming, dapat memberikan gambaran mengenai keadaan perairan yang
sesungguhnya (Sari, Hutabarat, & Soedarsono, 2014).
Zooplankton merupakan konsumen pertama yang memanfaatkan
produksi primer yang dihasilkan oleh fitoplankton. Peranan zooplankton
sebagai konsumen pertama yang menghubungkan fitoplankton dengan
karnivora kecil maupun besar, dapat mempengaruhi kompleks atau tidaknya
rantai makanan di dalam ekosistem perairan. Zooplankton seperti halnya
organisme lain, hanya hidup dan berkembang dengan baik pada kondisi perairan
yang serasi. Pola penyebaran dan struktur komunitas zooplankton dalam suatu
perairan dapat dipakai sebagai salah satu indikator biologi dalam menentukan
perubahan kondisi suatu perairan (Sari et al., 2014).

Analisis Hasil Praktikum Densitas Plankton dan Teori yang Relevan


Hasil praktikum menunjukkan bahwa densitas (kepadatan) plankton
yang terdapat di Danau Pertanian UNS yaitu: densitas total plankton sebesar
8880000 per liter, densitas stasiun I (permukaan) sebesar 2700000 per liter dan
densitas stasiun II (dalam) sebesar 6180000 per liter. Berdasarkan hasil tersebut,
dapat diketahui bahwa densitas plankton dalam lebih besar daripada densitas
plankton permukaan.
Spesies plankton yang ditemukan dalam praktikum berjumlah 148, yang
terdiri dari 10 spesies yaitu: Brachionus plicatilis (3), Chaetomorpha (38),
Schizogonium murale (2), Nauplius (18), Nitzschia vermicularis (21),
Gonatozygon kinahani (5), Charasiosiphon (12), Monostyla quadridentata (4),
Cyclocypria kinkaida (3), dan Oscillatoria limosa (42). Berdasarkan studi
literature (M. H. Siregar, 2010), spesies yang termasuk fitoplankton yaitu
Chaetomorpha, Schizogonium murale, Nitzschia vermicularis, Gonatozygon
kinahani, Charasiosiphon, Oscillatoria limosa. Spesies yang termasuk
zooplankton yaitu Brachionus plicatilis, Nauplius, Monostyla quadridentata,

12
Cyclocypria kinkaida. Pada praktikum ini fitoplankton lebih banyak ditemukan
daripada zooplankton (6 fitoplankton dan 4 zooplankton).
Berdasarkan diagram perbandingan densitas plankton masing-masing
spesies, dapat diketahui bahwa spesies plankton yang ditemukan memiliki
densitas yang beragam. Densitas total tertinggi dan terendah dimiliki oleh
kelompok fitoplankton, secara berturut-turut yaitu Oscillatoria limosa dan
Schizogonium murale. Oscillatoria merupakan salah satu genus alga yang
sangat toleran terhadap polutan dan dua spesies dari genus ini merupakan lima
spesies alga yang paling toleran terhadap polutan yaitu Oscillatoria limosa (B.
I. T. Siregar & Hermana, 2012).
1. Pada bagian permukaan air, spesies plankton yang memiliki densitas
tertinggi adalah Chaetomorpha (1080000 per liter) dan terendah
Schizogonium murale (120000 per liter). Chaetomorpha dan Schizogonium
murale termasuk kelompok fitoplankton.
2. Pada bagian dalam air, spesies plankton yang memiliki densitas tertinggi
adalah Oscillatoria limosa (2520000 per liter) dan terendah Cyclocypria
kinkaida (180000 per liter). Oscillatoria limosa termasuk kelompok
fitoplankton, sedangkan Cyclocypria kinkaida termasuk kelompok
zooplankton.
3. Secara keseluruhan (densitas total masing-masing spesies), spesies plankton
yang memiliki densitas tertinggi adalah Oscillatoria limosa (2520000 per
liter) dan terendah Schizogonium murale (120000 per liter). Oscillatoria
limosa dan Schizogonium murale termasuk kelompok fitoplankton.

Menurut teori, fitoplankton yang produktif hanya terdapat di lapisan-


lapisan air teratas. Hal ini karena lapisan air teratas memiliki intensitas cahaya
cukup bagi berlangsungnya fotosintesis. Kedalaman penetrasi cahaya di dalam
laut, yang merupakan kedalaman dimana produksi fitoplankton masih dapat
berlangsung, bergantung pada beberapa faktor, antara lain absorbsi cahaya oleh
air, panjang gelombang cahaya, kecerahan air, pemantulan cahaya oleh
permukaan laut, lintang geografik, dan musim (Sunarto, 2002).

13
Perubahan komposisi dan kemelimpahan plankton di perairan
berhubungan erat dengan tingkat salinitas perairan, suhu, penetrasi cahaya,
ketersediaan nutrien, kecepatan arus, kedalaman dan pemangsaan oleh predator
(Mukherjee dan Nivedita, 2010) dalam (Nugroho, 2013). Penyebaran plankton
di dalam air tidak sama pada kedalaman yang berbeda. Tidak samanya
penyebaran plankton dalam badan air disebabkan adanya perbedaan suhu, kadar
oksigen, intensitas cahaya dan faktor abiotik lainnya di kedalaman air yang
berbeda. Selain itu kepadatan plankton pada suatu badan air sering bervariasi
antar lokasi. Pada lokasi bagian pinggir pada suatu badan air kepadatan
planktonnya biasanya lebih padat dibandingkan bagian tengah (Nybakken,
1992) dalam (Sumeni, 2012).
Sifat fisik dan kimia sangat penting dalam ekologi perairan karena
mempengaruhi kualitas pada perairan tersebut. Sifat fisik dan kimia meliputi
faktor biotik dan abiotik antara lain suhu, pH, DO, BOD, dan intensitas cahaya
(Rudiyanti, 2009). Plankton menjadi bioindikator yang keberadaannya
dipengaruhi oleh lingkungan (Indrowati, 2012).

1. Suhu
Kelarutan berbagai jenis gas di air serta semua aktivitas biologis di dalam
ekosistem akuatik sangat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang sesuai dengan
fitoplankton berkisar antara 25-30°C, sedangkan suhu untuk zooplankton
berkisar antara 15 – 35°C (Barus, 1996).
2. Penetrasi cahaya
Nilai penetrasi cahaya sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari,
kekeruhan air serta kepadatan plankton di suatu perairan. Air yang keruh
menyebabkan sulitnya cahaya matahari masuk ke dalam air untuk
mempengaruhi kehidupan plankton (Barus, 1996).
3. Arus
Plankton sangat jarang ditemukan pada sungai yang beraliran deras, karena
derasnya aliran sungai menyebabkan semua organisme yang ada di
dalamnya terbawa oleh aliran air (Barus, 1996).

14
4. pH
pH berpengaruh terhadap kehidupan plankton. Pada perairan yang
cenderung asam, plankton yang mendominasi adalah zooplankton (Arnott
& Vanni, 1993).
5. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO)
Oksigen terlarut merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu
perairan yang dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar
organisme air. DO yang berkisar di antara 5,45-7,00 mg/l cukup baik bagi
proses kehidupan biota perairan dan nilai oksigen terlarut di perairan
sebaiknya berkisar antara 6,3 mg/l, makin rendah nilai DO maka makin
tinggi tingkat pencemaran suatu ekosistem perairan tersebut (Sanusi, 2004).
Tingkat DO juga mempengaruhi jenis plankton yang ada di suatu perairan
(Arnott & Vanni, 1993).
6. BOD (Biological Oxygen Demand)
Pengukuran BOD merupakan kemampuan mikroorganisme untuk
menguraikan senyawa organik, artinya hanya terdapat substansi yang
mudah diuraikan secara biologis seperti senyawa yang umumnya terdapat
dalam limbah rumah tangga (Barus, 1996). Nilai konsentrasi BOD
menunjukkan suatu kualitas perairan yang masih tergolong baik dimana
apabila konsumsi O2 selama periode 5 hari berkisar sampai 5 mg/l O2 dan
apabila konsumsi O2 berkisar antara 10 mg/l-20 mg/l O2 akan menunjukkan
tingkat pencemaran oleh materi organik yang tinggi dan untuk air limbah
nilai BOD umumnya lebih besar dari 100 mg/l.

KESIMPULAN
1. Fitoplankton merupakan plankton mirip tumbuhan, sebagai produsen primer
yang menyediakan makanan bagi organisme-organisme air karena mampu
mengkonversi energi cahaya dan bahan anorganik menjadi bahan organik.
Keberadaan fitoplankton di suatu perairan dapat memberikan informasi
mengenai perairan. Peranan fitoplankton:

15
- Sebagai parameter biologi yang dapat dijadikan indikator untuk
mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan;
- Mengetahui jenis-jenis fitoplankton yang mendominasi; dan
- Memberikan gambaran mengenai keadaan perairan yang sesungguhnya.
2. Zooplankton merupakan plankton mirip hewan, hidup melayang-layang di
dasar air dan mempunyai pergerakan pasif, hanya bergerak dengan mengikuti
arus air. Peranan zooplankton sebagai konsumen pertama yang menghubungkan
fitoplankton dengan karnivora kecil maupun besar, dapat mempengaruhi
kompleks atau tidaknya rantai makanan di dalam ekosistem perairan.
3. Pencacahan plankton dilakukan dengan cara Total Strip Counting. Prinsipnya
menghitung semua organisme yang ada di SRCC. Spesies plankton yang
ditemukan dalam praktikum berjumlah 148, yang terdiri dari 10 spesies yaitu:
Brachionus plicatilis (3), Chaetomorpha (38), Schizogonium murale (2),
Nauplius (18), Nitzschia vermicularis (21), Gonatozygon kinahani (5),
Charasiosiphon (12), Monostyla quadridentata (4), Cyclocypria kinkaida (3),
dan Oscillatoria limosa (42).
4. Pada praktikum ini fitoplankton lebih banyak ditemukan daripada zooplankton
(6 fitoplankton dan 4 zooplankton). Spesies yang termasuk fitoplankton yaitu
Chaetomorpha, Schizogonium murale, Nitzschia vermicularis, Gonatozygon
kinahani, Charasiosiphon, Oscillatoria limosa. Spesies yang termasuk
zooplankton yaitu Brachionus plicatilis, Nauplius, Monostyla quadridentata,
Cyclocypria kinkaida.
5. Densitas plankton hasil praktikum yaitu sebagai berikut:
- Pada bagian permukaan air, spesies plankton yang memiliki densitas
tertinggi adalah Chaetomorpha (1080000 per liter) dan terendah
Schizogonium murale (120000 per liter).
- Pada bagian dalam air, spesies plankton yang memiliki densitas tertinggi
adalah Oscillatoria limosa (2520000 per liter) dan terendah Cyclocypria
kinkaida (180000 per liter).

16
- Secara keseluruhan (densitas total masing-masing spesies), spesies plankton
yang memiliki densitas tertinggi adalah Oscillatoria limosa (2520000 per
liter) dan terendah Schizogonium murale (120000 per liter).
6. Keberadaan plankton dipengaruhi oleh berbagai faktor fisikokimia lingkungan
perairan. Faktor fisikokimia yang mempengaruhi kehidupan plankton antara
lain suhu, penetrasi cahaya, arus, oksigen terlarut (DO/Dissolved Oxygen),
BOD (Biological Oxygen Demand), pH, serta kandungan berbagai unsur nutrisi.

DAFTAR PUSTAKA
Arinardi. (1995). Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di
Sekitar Pulau Sumatera. Jakarta: LIPI.
Arnott, S. E., & Vanni, M. J. (1993). Zooplankton Assemblages in Fishless Bog
Lakes: Influence of Biotic and Abiotic Factors. Ecology, 74(8), 2361-2380.
Barus, T. A. (1996). Metode Ekologis Untuk Menilai Kualitas Suatu Perairan Lotik.
Medan: Fakultas MIPA USU.
Indrowati, dkk. (2012). Identifikasi Jenis Kerapatan dan Diversitas Plankton Bentos
sebagai Bioindikator Perairan Sungai Pepe Surakarta. Jurnal Bioedukasi,
5(2), 81-91.
Nontji, A. (2006). Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Nugroho, H. B. (2013). Kemelimpahan Fitoplankton dan Hubungannya dengan
Kandungan Nitrogen dan Fosfat di Kawasan Karamba Jaring Apung Waduk
Gajah Mungkur Wonogiri. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Pirzan, A. M., & Masak, P. R. P. (2008). Relationship between phytoplankton
diversity and water quality of Bauluang Island in Takalar Regency, South
Sulawesi. Biodiversitas, Journal of Biological Diversity, 9(3), 217–221.
http://doi.org/10.13057/biodiv/d090314
Rudiyanti, S. (2009). Kualitas Perairan Sungai Banger Pekalongan Berdasarkan
Indikator Biologis. Jurnal Saintek Perikanan, 4(2), 46-52.
Sanusi, H. (2004). Karakteristik Kimiawi dan Kesuburan Perairan Teluk Pelabuhan
Ratu pada Musim Barat dan Timur. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan
Perikanan Indonesia.

17
Saputra, A., Lestari, E., & Hadisusanto, S. (2011). Komposisi dan Kemelimpahan
Zooplankton di Laguna Glagah Kabupaten Kulonprogo Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. In Seminar Nasional X Pendidikan Biologi (pp. 1–7).
Sari, A. N., Hutabarat, S., & Soedarsono, P. (2014). Struktur Komunitas Plankton
pada Padang Lamun di Pantai Pulau Panjang, Jepara. Diponegoro Journal of
Maquares, 3, 82–91.
Siregar, B. I. T., & Hermana, J. (2012). Identifikasi Dominasi Genus Alga Pada Air
Boezem Morokembrangan Sebagai Sistem High Rate Algae Pond (HRAP).
Siregar, M. H. (2010). Studi Keanekaragaman Plankton Di Hulu Sungai Asahan
Porsea. FMIPA USU.
Sumeni. (2012). Biodiversitas Plankton dan Bentos di Waduk Cengklik
Hubungannya dengan Lingkungan Abiotik. Universitas Sebelas Maret.
Sunarto. (2002). Hubungan Intensitas Cahaya dan Nutrien dengan Produktivitas
Primer Fitoplankton. Jurnal Akuatika, 2(1), 24-48.
Wijaya, T. S., & Hariyati, R. (2005). Struktur Komunitas Fitoplankton sebagai Bio
Indikator Kualitas Perairan Danau Rawapening Kabupaten Semarang Jawa
Tengah.
Wetzel, B. E. (1975). Limnology, 2nd Edition. New York: Saunders College
Publishing Company.

LAMPIRAN
- 1 lembar laporan praktikum sementara
- 2 lembar dokumentasi

18

Anda mungkin juga menyukai