Adelia 201511171
Mirany 201511311
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyusun tugas “Analisis Manajemen Strategi Dalam Pendidikan”
Studi Kasus Manajemen Strategi Dalam Pendidikan.
Analisis Manajemen Strategi Dalam Pendidikan ini kami susun untuk memenuhi
tugas mata kuliah “Manajemen Strategi” yang diberikan oleh dosen kami Bapak Dedy
Tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengelolaan
pendidikan di TK Pah Tsung. Tujuan yang lain dari kegiatan ini adalah Menjelaskan analisis
SWOT (Strenght, Weakness, Opprtunity, Threats) yang dilakukan TK Pah Tsung. Dengan
begitu kita akan mengetahui kelebihan, kekurangan dan peluang serta hambatan yang dialami
dalam pelaksanaan pengelolaan pendidikan di TK Pah Tsung pengelolaan pendidikan di TK
Pah Tsung. Dengan begitu SWOT yang kita buat akan terlaksana dengan efektif dan efisien
dalam pencapaian tujuan pengelolaan pendidikan di TK Pah Tsung.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan
kemampuan kami. Untuk itu bimbingan dari bapak sangat kami harapkan.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan Penelitian
C. Manfaat Penelitian
D. Lokasi Penelitian
A. Kajian Teoritik
B. Kajian Empirik
A. Gambaran Umum
B. Profil Sekolah
C. Visi, Misi dan Tujuan
A. Telaah RKAS
B. Kelebihan dan Kekurangan RKAS
C. Evaluasi Diri Sekolah ( EDS )
BAB VI.PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan merupakan salah satu hal yang sangat harus dilakukan di dalam dunia
pendidikan khususnya di sekolah. Sekolah merupakan salah satu lembaga formal
penyelenggara pendidikan. Maka dari itu sekolah harus mampu menghasilkan produk atau
lulusan yang berkualitas sesuai dengan tuntutan dan tujuan pendidikan. Untuk mewujudkan
tercapainya tujuan pendidikan maka diperlukan pengelolaan yang yang baik di sekolah dalam
memberikan pendidikan kepada setiap peserta didiknya.
Setiap sekolah khususnya Sekolah memiliki sistem, gaya dan cara mengelola
pendidikan di sekolahnya berbeda-beda, namun tujuannya sama yaitu untuk menghasilkan
lulusan yang berkualitas dan sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu manusia dewasa, sitem
dan cara tersebut akan mempengaruhi keberhasilan pengelolan pendidikan yang dilaksanakan
oleh sekolah tersebut. Melalui makalah ini penulis mencoba untuk menjelaskan dan
mendeskripsikan sistem pengelolaan pendidikan di TK Pah Tsung, harapan penulis dapat
mengungkapkan kelemahan dari pengelolaan pendidikan di Sekolah tersebut sehingga
penulis dapat memberikan masukan yang bermanfaat untuk perkembangan Sekolah tersebut.
C. Manfaatnya
1. Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Manajemen Strategi
Pendidikan di TK Pah Tsung
2. Bagi Sekolah
Untuk meminimalisir Hambatan yang terjadi dalam rangka mencapai tujuan.
Hasil dari analisis data penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pengelola
pendidikan, khususnya di TK Pah Tsung Pah Tsung.
D. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian studi kasus ini di TK Pah Tsung, Jl. Komplek City Park Blok A4 Kel.
Cengkaren Timur Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat 11730. Dan untuk memperoleh
data yang akurat. Data-data yang dapat dijadikan referensi peneliti bersumber dari :
1. Kepala Sekolah
2. Dewan Guru
3. Staff Karyawan
4. Komite Sekolah
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
Sarana dan prasarana yang ada di TK Pah Tsung sudah sesuai dengan kebutuhan di
masa sekarang. Banyak fasilitas yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran yang sudah
terpenuhi seperti media pembelajaran, komputer, LCD Proyektor. Tetapi penggunaannya
belum baik.
Pengelolaan sarana dan prasarana di TK Pah Tsung sudah memenuhi prinsip-prinsip
pengelolaan sarana dan prasarana yakni prinsip tujuan, efisiensi, adminstratif, kejalasan
tanggung jawab dan kehohesifan.
A. Gambaran Umum
TK Pah Tsung berasal dari kata Pah Tsen artinya “Batavia” dan Tsung Sio artinya
Sekolah Menengah yang maksudnya yaitu Sekolah Menengah yang terletak di daerah
Batavia. Dikarenakan mayoritas siswanya adalah keturunan ras Tiong Hoa maka bahasa yang
digunakan adalah bahasa Mandarin. Gedung TK Pah Tsung berada di area Kompleks City
Park blok A4, Cengkareng, Jakarta Barat. TK Pah Tsung mendapat dukungan penuh dari para
alumni dalam wadah sebuah yayasan yang bernama Yayasan Panca Cemerlang. Yayasan ini
adalah lembaga yang menyelenggarakan dan mengelola, membuat konsep, visi, misi serta
strategi pendidikan dan arah kerja sekolah.
B. Profil Sekolah
VISI
Menghasilkan peserta didik yang berperilaku santun, mandiri, dan berkarakter progresif,
optimis, dedikatif, kooperatif serta mampu mengembangkan seluruh aspek kemampuan
dasar
MISI
1. Mendidik peserta didik melalui kegiatan-kegiatan bermakna sehingga terbentuk karakter
positif.
2. Membimbing peserta didik sehingga memiliki kompetensi dasar bahasa, pengetahuan,
seni, fisik motorik, sesuai usia anak.
3. Membina peserta didik sehingga tumbuh minat membaca, minat belajar sambil bermain,
minat bereksperimen, dan minat seni untuk menghasilkan suatu karya.
4. Melatih peserta didik sehingga dapat menggunakan bahasa Indonesia, Mandarin, dan
Inggris dalam berkomunikasi lisan dan tulisan
KEPALA SEKOLAH
PESERTA DIDIK
BAB IV
D. Analisis Lingkungan
1. KEKUATAN :
Adanya komitmen yang tinggi dan konsisten dari sekolah.
Komunikasi yang terjalin baik antar guru.
Lingkungan kerja yang kondusif, baik fisik non fisik.
Prasarana dan sarana sekolah sebagian telah ada.
Memiliki tenaga pengajar yang cukup
2. KELEMAHAN :
Program kurikulum belum didukung oleh bahan ajar yang memadai.
Kompetisi substansi dan metodologi pembelajaran di kalangan guru belum
memadai.
Sebagian besar guru masih enggan untuk terus belajar.
Jumlah guru yang berkualitas semakin berkurang.
Prasarana dan sarana sekolah masih kurang.
Dana yang tersedia masih kurang memadai.
3. PELUANG :
Adanya tekad yayasan untuk selalu meningkatkan kualitas guru/ tenaga pengajar.
Adanya kerjasama/ kemitraan yang baik dengan antar sekolah, masyarakat.
Makin banyaknya masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya.
Kemajuan pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang.
4. ANCAMAN :
Persaingan antar lembaga sekolah sejenis makin intens.
Tuntutan akuntabilitas dari pihak-pihak berkepentingan makin meningkat.
Tuntutan Guru yang Profesional semakin tinggi.
Tuntutan kredibilitas Kepala Sekolah semakin tinggi.
Salah satu perbedaan yang cukup signifikan antara Kurikulum 2006 (KTSP) dengan
Kurikulum 2013 yaitu berkaitan dengan perencanaan pembelajaran. Dalam Kurikulum 2006,
kegiatan pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam
Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah,
kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan
yang bersangkutan.
Meski tidak lagi direpotkan membuat silabus sendiri (diambil alih kewenangan guru?),
seorang guru tetap saja dituntut untuk dapat memahami seluruh pesan dan makna yang
terkandung dalam silabus, terutama untuk kepentingan operasionalisasi pembelajaran.
Analisis Kurikulum 2013
1. Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah
yang mereka hadapi di sekolah.
2. Adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya didapat
dari nilai ujian saja tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan
lain-lain.
3. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan
ke dalam semua program studi.
4. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional.
5. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap,
ketrampilan, dan pengetahuan.
6. Banyak kompetensi yang dibutuhkan sesuai perkembangan seperti pendidikan
karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills,
kewirausahaan.
7. Hal yang paling menarik dari kurikulum 2013 ini adalah sangat tanggap terhadap
fenomena dan perubahan sosial. Hal ini mulai dari perubahan sosial yang terjadi pada
tingkat lokal, nasional, maupun global.
8. Standar penilaian mengarahkan kepada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap,
ketrampilan dan pengetahuan secara proporsional.
9. Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.
10. Sifat pembelajaran sangat kontekstual.
11. Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi,
sosial dan personal.
12. Ada rambu-rambu yang jelas bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
(buku induk)
13. Guru berperan sebagai fasilitator
14. Diharapkan kreatifitas guru akan semakin meningkat
15. Efisiensi dalam manajemen sekolah contohnya dalam pengadaan buku, dimana buku
sudah disiapkan dari pusat
16. Sekolah dapat memperoleh pendampingan dari pusat dan memperoleh koordinasi dan
supervise dari daerah
17. Pembelajaran berpusat pada siswa dan kontekstual dengan metode pembelajaran yang
lebih bervariasi
18. Penilaian meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik sesuai proporsi
19. Ekstrakurikuler wajib Pramuka meningkatkan karakter siswa terutama dalam
kedisiplinan, kerjasama, saling menghargai, cinta tanah air dan lain-lain.
1. Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak
perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang
harus tetap ada penjelasan dari guru.
2. Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013 ini,
karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya sangat sedikit
para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar bisa
membuka cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dengan pelatihan-pelatihan dan
pendidikan agar merubah paradigm guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang
dapat memotivasi siswa agar kreatif.
3. Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan scientific
4. Kurangnya ketrampilan guru merancang RPP
5. Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik
6. Tugas menganalisis SKL, KI, KD buku siswa dan buku guru belum sepenuhnya
dikerjakan oleh guru, dan banyaknya guru yang hanya menjadi plagiat dalam kasus
ini.
7. Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum
2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas
yang sama.
8. Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam
kurikulum 2013 karena UN masih menjadi factor penghambat.
9. Terlalu banyak materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa
tersampaikan dengan baik, belum lagi persoalan guru yang kurang berdedikasi
terhadap mata pelajaran yang dia ampu.
10. Beban belajar siswa dan guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu
lama.
11. Timbulnya kecemasan khususnya guru mata pelajaran yang dihapus yaitu KPPI, IPA
dan Kewirausahaan dan terancam sertifikasiya dicabut.
12. Sebagian besar guru masih terbiasa menggunakan cara konvensional
13. Penguasaan teknologi dan informasi untuk pembelajaran masih terbatas.
14. Guru tidak tiap dengan perubahan
15. Kurangnya kekmampaun guru dalam proses penilaian sikap, ketrampilan dan
pengetahuan secara holistic.
16. Kreatifitas dalam pengembangan silabus berkurang
17. Otonomi sekolah dalam pengembangan kurikulum berkurang
18. Sekolah tidak mandiri dalam menyikapi kurikulum
19. Tingkat keaktifan siswa belum merata
20. KBM umumnya saat ini mash konvensional
21. Belum semua guru memahami sistem penilaian sikap dan ketrampilan.
22. Menambah beban kerja guru.
23. Citra sekolah dan guru akan menurun jika tidak berhasil menjalankan kurikulum 2013
24. Pramuka menjadi beban bagi siswa yang tidak menyukai Pramuka, sehingga ada
unsur keterpaksaan.
PENUTUP
Mutu pendidikan adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan secara efektif
dan efisien untuk melahirkan keunggulan akademis dan ekstrakurikuler pada peserta didik
yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program
pembelajaran tertentu. Sehingga dapat membantu sekolah dalam upaya memenuhi delapan
Standar Nasional Pendidikan yang berdampak kepada primanya layanan kepada peserta
didik, orang tua, masyarakat dan pemangku kepentingan.
Dengan Studi Kasus Manajemen Strategi dalam Pendidikan ini pula dapat membantu
kami dalam memprioritaskan program-program yang akan dilaksanakan dalam satu tahun.
Sehingga kegiatan yang telah diprogramkan akan terlaksana secara efektif dan efisien dalam
rangka mencapai tujuan yaitu terwujudnya pendidikan yang berkualitas.