Anda di halaman 1dari 6

FISIOLOGI SISTEM SARAF PADA KATAK

Dwi Yanti (3415091329), Putri Handayani (3415092306), Rahman Fadli (3415092301), dan Wiwit Y. Lestari (3415092312)

ABSTRAK

Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan, dan mengontrol interaksi antara individu degan lingkungan sekitarnya. Tujuan
praktikum ini adalah untuk mengetahui fisiologi sistem saraf pada katak. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 21
November 2011 bertempat di Laboratorium Fisiologi, FMIPA, UNJ. Pada pengamatan gerak refleks katak diperoleh hasil
bahwa gerakan refleks berpusat di medulla spinalis, hal ini membuktikan kebenaran teori Bell – Magendie. Sedangkan pada
pengamatan biolistrik pada katak diperoleh hasil bahwa arus listrik dapat menghasilkan potensial aksi yang kemudian
berakibat pada respon terhadap impuls. Ketika perjalanan impuls saraf diblokir dengan alkohol 70%, alkohol berdifusi ke dalam
akson saraf dan bercampur dengan cairan intraseluler sel saraf yang mengandung ion-ion negatif – positif dan mengganggu
proses perambatan impuls karena sifatnya yang non elektrolit.

Kata kunci: Biolistrik, Gerak Refleks, Katak, Medula Spinalis, Saraf

A. PENDAHULUAN Pada saat sel saraf dalam keadaan istirahat


Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat (reseptor tidak dirangsang), membran sel dalam keadaan
sederhana untuk menjelaskan penghantar impuls oleh impermeable terhadap ion. Jika sel saraf dirangsang,
saraf.Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun maka saluran ion akan terbuka. Jika depolarisasi melewati
ada pula garak yang terjadi tanpa di sadari yaitu gerak ambang batas letup, maka akan terjadipotensial aksi.
refleks. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan Potensial aksi yang berjalan disebut impuls.
tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan,
tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jalannya impuls pada B. METODE
gerak reflek menurut Bell dan Magendie adalah : reseptor Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 21
– saraf sensoris (melalui lengkung dorsal) – medulla November 2011 di Laboratorium Fisiologi, FMIPA, UNJ.
spinalis – saraf motoris (melalui lengkung dorsal) – efektor. Alat – alat yang digunakan adalah papan bedah, penusuk
Jadi dapat di katakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi katak, pinset, batrei 1,5 volt 2 buah, kabel dengan ukuran
kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Unit dasar kecil, dan gelas beker 50 ml 2 buah. Bahan - bahan yang
setiap kegiatan refleks terpadu adalah lengkung refleks. digunakan pada praktikum ini adalah katak, cuka, air
Lengkung refleks ini terdiri dari alat indra, serat saraf ledeng, alkohol 70% dan ringer. Praktikum ini terdiri dari 2
aferen satu atau lebih sinaps yang terdapat di susunan kegiatan, yaitu pengamatan gerak refleks pada katak
saraf pusat atau di ganglion simpatis saraf eferent dan (Rana Sp.) dan pengamatan biolistrik pada katak.
efektor. Kegiatan pada lengkung refleks di mulai pada • Pengamatan Gerak Refleks Pada katak (Rana Sp.)
reseptor sensorik sebagai potensial reseptor yang - Mengikat katak dengan tali pada salah satu tungkai
besarnya sebanding dengan kuat rangsangan. belakangnya.
Potensial aksi adalah peristiwa listrik yang - Mengamati sikap katak pada keadaan tiarap,
terlokalisir, yaitu depolarisasi membran pada titik terlentang, dicubit dengan pinset, dijepit dengan
perangsangan yang spesifik. Potensial aksi tidak pinset, mencelup kaki kanan di air cuka, dan
bergantung pada kekuatan stimulus pendepolarisasi. mencelup kaki kiri di air ledeng.
Pada sel otot (serabut-serabut otot), potensial aksi - Menusuk otak katak dengan penusuk.
menyebabkan otot berkontraksi (Seeley, 2002). Menurut - Mengamati sikap katak pada keadaan tiarap,
Campbell (2004), sebuah potensial aksi tunggal akan terlentang, dicubit dengan pinset, dijepit dengan
menghasilkan peningkatan tegangan otot yang pinset, mencelup kaki kanan di air cuka, dan
berlangsung sekitar 100 milidetik atau kurang yang mencelup kaki kiri di air ledeng.
disebut sebuah kontraksi tunggal. Jika potensial aksi - Merusak sumsum tulang belakang katak dengan
kedua tiba sebelum respon terhadap potensial aksi penusuk.
pertama selesai, tegangan tersebut akan menjumlahkan - Mengamati sikap katak pada keadaan tiarap,
dan menghasilkan respon yang lebih besar. Jika otot terlentang, dicubit dengan pinset, dijepit dengan
menerima suatu rentetan potensial aksi yang saling pinset, mencelup kaki kanan di air cuka, dan
tumpang tindih, maka akan terjadi sumasi yang lebih mencelup kaki kiri di air ledeng.
besar lagi dengan tingkat tegangan yang bergantung pada - Membedakan sikap katak dari ketiga perlakuan
laju perangsangan. Jika laju perangsangan cukup cepat, yaitu ketika katak dalam keadaan normal, masih
sentakan tersebut akan lepas menjadi kontraksi yang dengan spinal, dan tanpa spinal.
halus dan bertahan lama yang disebut tetanus.
• Pengamatan Biolistrik pada Katak (Rana Sp.) a. Posisi tubuh
- Membedah perut katak dan mengeluarkan seluruh Pada katak dalam keadaan normal, ketika posisi
organnya sehingga terlihat serabut saraf yang tubuhnya ditelentangkan, katak merespon dengan
mempersarafi tungkai depan dan tungkai belakang. segera membalikkan tubuhnya. Hal ini terjadi karena
- Memberi rangsangan listrik dengan pada dua saraf belum ada sistem saraf yang dirusak sehingga
yang berbeda, yaitu saraf tungkai depan dan keseimbangan dan refleksnya masih sangat baik.
tungkai belakang. Setelah otak katak dirusak dengan cara ditusuk, ketika
- Mengamati apa yang terjadi dan menghitung waktu tubuh katak telentang, respon membalikkan tubuhnya
terjadinya tanggapan. dilakukan dengan lambat. Ketika medulla spinalis
- Melakukan pemblokiran pada serabut saraf dengan katak juga dirusak, posisi tubuh katak yang telentang
memberikan alkohol 70%. kemudian tidak menunjukkan respons apapun.
- Mengamati apa yang terjadi dan menghitung waktu Sekarang katak sudah benar-benar tidak memiliki
terjadinya tanggapan. sistem saraf pusat, sehingga katak sudah tidak dapat
mengkoordinasikan tubuhnya lagi.
C. HASIL
b. Katak dicubit perlahan
1. Pengamatan Gerak Refleks pada Katak (Rana Sp.) Pada katak dengan keadaan normal, setelah
Sikap Normal Spinal Tanpa Spinal katak dicubit perlahan tungkai belakangnya dengan
Tubuh
Katak
menggunakan pinset, respon katak yaitu
Telentang Membalikkan Membalikkan Tidak ada menggerakkan kakinya dengan segera. Hal ini terjadi
badan dengan tubuh dengan respon
karena belum ada sistem saraf yang dirusak sehingga
cepat lambat
Cubit Menggerakkan Menggerakkan Tidak ada sistem sarafnya masih berfungsi dengan baik. Setelah
perlahan kaki dengan kaki dengan respon otak katak dirusak dengan cara ditusuk, reaksi katak
segera lambat
Jepit keras Kaki gemetar Kaki gemetar Tidak ada saat dicubit perlahan tungkai belakangnya dengan
secara cepat secara lambat respon menggunakan pinset yaitu menggerakkan kakinya
dengan lambat. Hal ini terjadi dikarenakan pusat gerak
Larutan Menolak, Menolak, Tidak ada
asam cuka respon respon respon refleks adalah medulla spinalis bukan otak, jadi katak
menaikkan menaikkan
masih bisa melakukan gerak refleks. Saat medulla
kaki setelah kaki setelah 1
< 1 detik detik spinalis katak juga dirusak, ketika dicubit perlahan
katak tidak memberikan respons apapun. Medulla
2. Pengamatan Biolistrik pada Katak (Rana Sp.)
spinalis yang telah rusak membuat katak tidak dapat
Normal (ringer) Alkohol 70% memberikan gerak respons karena koordinasinya
sudah terputus.
Saraf Dorsal Kontraksi kuat, Kontraksi lemah,
Respon langsung Respon setelah 2
setelah < 1 detik detik c. Katak dijepit dengan keras

Saraf Kontraksi kuat, Kontraksi lemah, Pada katak dengan keadaan normal, ketika
gastrocnemius Respon langsung Respon setelah 2 kakinya dijepit dengan keras, terdapat respons katak
setelah < 1 detik detik
yaitu kaki katak bergetar dengan cepat, seharusnya
respons yang terjadi adalah adanya penarikan kaki
oleh katak. Hal ini mungkin terjadi karena kesalahan
D. PEMBAHASAN
praktikan pada saat percobaan. Masih terjadinya
1. Pengamatan Gerak Refleks pada Katak (Rana Sp.) respons pada katak karena belum ada sistem saraf
Jalannya impuls pada gerak reflek menurut Bell yang dirusak sehingga sistem sarafnya masih
dan Magendie adalah: reseptor - saraf sensoris (melalui berfungsi dengan baik. Setelah bagian otak katak
lengkung dorsal) – medulla spinalis (sumsum tulang dirusak sehingga hanya mempunyai sumsum tulang
belakang) – saraf motoris (melalui lengkung ventral) – belakang sebagai pusat saraf, tungkai belakang katak
efektor. Untuk membuktikan teori ini, katak diberi yang dijepit keras memperlihatkan respon yaitu kaki
perlakuan berupa perusakan otak dan sumsum tulang katak gemetar secara lambat. Hal ini menunjukkan
belakang. bahwa katak tersebut mengalami gerak refleks.
Refleks gerak pada tungkai katak berpusat di sumsum
tulang belakang, sehingga walaupun otak katak telah
dirusak, tetap saja katak tersebut masih dapat perlakuan yang diberikan. Refleks pada katak yang
melakukan gerak reflek. Namun seharusnya respons dicelupkan ke dalam larutan asam cuka (rangsangan
yang terjadi adalah terjadinya penarikan kaki katak. Ini kimiawi) lebih cepat dari rangsangan mekanik karena
mungkin disebabkan oleh kesalahan praktikan pada pada rangsangan cubit dan jepit keras bersifat
saat percobaan. Ketika medulla spinalis katak juga rangsangan lokal sehingga hanya sel saraf perifer saja
dirusak dan kemudian diberi perlakuan dengan dijepit yang dirangsang. Sedangkan rangsangan pada larutan
keras maka katak tersebut tidak merespon. Hal ini cuka bersifat difusi dan mengenai seluruh bagian tubuh
terjadi karena medulla spinalis yang merupakan pusat katak tersebut sehingga menimbulkan kontraksi dari otot
saraf juga telah dirusak maka secara langsung tidak rangka.
akan terjadi gerakan reflek. Rusaknya medulla spinalis Larutan asam cuka dalam air merupakan
menyebabkan impuls terhambat karena seluruh sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian
sarafnya yang seharusnya dapat menghantarkan menjadi ion H+ dan CH3COO-. Jika suatu otot diteteskan
impuls telah rusak. (Sherwood, 2001) dengan asam lemah, maka asam lemah tersebut akan
merangsang timbulnya potensial aksi. Ketika timbul
d. Katak diberi larutan asam cuka potensial aksi di bagian manapun pada lembaran otot,
Pada katak dengan keadaan normal, terdapat potensial aksi tersebut merambat dengan cepat melalui
respons katak yang menolak dicelupkan ke larutan gap junction yang menghubungkannya. Kelompok sel-sel
cuka dengan menaikkan kakinya setelah kurang dari 1 otot yang saling berhubungan itu pun kemudian
detik. Hal ini terjadi karena belum ada sistem saraf berkontraksi sebagai satu unit yang terkoordinasi.
yang dirusak sehingga sistem sarafnya masih (Sherwood, 1996:249). Penetesan asam lemah dapat
berfungsi dengan baik. Setelah bagian otak katak merangsang potensial aksi otot polos dan meningkatkan
dirusak, terdapat respons katak yang menolak produksi Ca2+ sitosol yang diproduksi di Retikulum
dicelupkan ke larutan cuka dengan menaikkan kakinya Endoplasmic system. Dengan meningkatnya kadar Ca2+,
setelah 1 detik. Hal ini menunjukkan bahwa katak otot polos berkontraksi. Kontraksi tiba-tiba inilah yang
tersebut mengalami gerak refleks. Refleks gerak pada menyebabkan terjadinya refleks.
katak berpusat di sumsum tulang belakang, sehingga
walaupun otak katak telah dirusak, tetap saja katak
2. Pengamatan Biolistrik pada Katak (Rana Sp.)
tersebut masih dapat melakukan gerak refleks.
Ketika arus listrik dari baterai dihubungkan
Setelah medulla spinalisnya ikut dirusak juga
kemudian diletakkan pada bagian saraf dorsal katak dan
kemudian diberi perlakuan dengan mencelupkan katak
bagian saraf gastrocnemius, terjadi kontraksi otot yang
ke dalam larutan asam cuka, katak tersebut tidak
kuat dan respon tersebut langsung terjadi setelah kurang
merespon. Hal ini terjadi karena medulla spinalis yang
dari 1 detik. Tegangan baterai berfungsi sebagai impuls
merupakan pusat saraf juga telah dirusak maka
dan memungkinkan terjadinya kontraksi otot.
secara langsung tidak akan terjadi gerakan refleks.
Kontraksi otot melibatkan potensial aksi ujung
Rusaknya medulla spinalis menyebabkan impuls
akson saraf motorik, ATP, dan ion kalsium yang tersimpan
terhambat karena seluruh sarafnya yang seharusnya
dalam retikulum sarkoplasma. Proses kontraksi otot
dapat menghantarkan impuls telah rusak. (Sherwood,
secara garis besar adalah sebagai berikut: impuls saraf
2001)
yang sampai pada ujung akson saraf motorik akan
Semua respon atas rangsangan diberikan
meningkatkan permeabilitas membran prasinaps terhadap
terjadi karena adanya rangsangan eksternal yang diterima
Ca²⁺. Masuknya Ca²⁺ ke dalam neuron prasinaps (secara
oleh reseptor dalam bentuk impuls yang akan diteruskan
difusi), akan memicu pembebasan neurotransmiter (dari
oleh saraf sensoris (melalui lengkung dorsal menuju ke
dalam vesikel) secara eksositosis ke celah sinaps serta
medulla spinalis impuls saraf yang masuk kedalam
membuat kanal Na⁺ menutup dan terjadi depolarisasi.
medulla spinalis sebagai CNS (Central Nervous System)
Neurotransmiter yang dibebaskan ke celah sinaps akan
melalui akar dorsal dan akan keluar melalui akar ventral
berdifusi dan berinteraksi dengan protein reseptor pada
yang teruskan oleh saraf motoris menuju ke efektor maka
membran sel otot. Interaksi ini akan membangkitkan
terjadilah gerak refleks pada katak. Meskipun otak katak
potensial aksi baru pada membran sel otot. Potensial aksi
telah dirusak tetapi masih terdapat gerak refleks pada
akan merambat sepanjang sarkolema dan masuk ke
tungkai katak. Hal ini terbukti bahwa gerak refleks pada
tubulus T. Depolarisasi membran tubulus T akan
tungkai katak berpusat di medulla spinalis. Namun
menyebabkan dibebaskannya inositol-1,4,5-triphosphat
kecepatan gerak refleks berbeda-beda sesuai dengan
(IP3) ke ujung sisternae dari retikulum sarkoplasma. Zat E. KESIMPULAN
duta kimia tersebut memicu Ca²⁺ yang tersimpan di dalam
Dari kegiatan yang telah dilakukan, maka dapat
retikulum sarkoplasma ke dalam mioplasma. Dalam
kami simpulkan, sebagai berikut:
mioplasma, Ca²⁺ akan diikat oleh troponin (Subunit TnC),
1. Pusat gerak refleks pada katak adalah medulla
yang menyebabkan terjadinya perubahan posisi molekul
spinalis.
tropomiosis, sehingga tempat perlekatan miosin pada
2. Saat medulla spinalis dirusak, katak tidak dapat lagi
aktin terbuka. Dengan bergesernya tropomiosin, jembatan
merespon rangsangan yang diberikan karena tidak
silang miosin melekat ke filamen aktin, dan dengan
ada lagi pusat gerak refleks.
menggunakan ATP jembatan silang menggeser filamen
3. Arus listrik dapat menghasilkan potensial aksi pada
aktin ke arah tengah sarkomer sehingga sarkomer
saraf sehingga terjadi depolarisasi ion-ion dan
memendek,sedangkan ADP dan Pi dibebaskan. Energi
menyebabkan katak merespon impuls dari arus listrik
yang digunakan dalam penghantaran impuls disuplai oleh
tersebut.
mitokondria. Peristiwa berikutnya adalah terlepasnya
4. Blokir alkohol 70% terhadap saraf katak dapat
perlekatan jembatan silang miosin dari aktin kemudian
memperlambat penghantaran impuls akibat sifat
kembali ke posisi semula dan siap memulai siklus baru
alkohol menghambat (inhibitor) terjadinya biolistrik
yang dimulai dengan melekat pada monomer aktin
pada otot katak sehingga kontraksi otot menjadi lebih
berikutnya. Proses ini berlangsung sangat cepat, sehingga
lambat, dan juga merupakan larutan non elektrolit
selama satu kontraksi otot tunggal, jembatan silang
yang tidak bisa menghantarkan arus listrik.
mengalami siklus gerakan (melekat, menggeser, terlepas)
berkali – kali. Akhirnya, bila Ca²⁺ ditarik kembali secara
aktif ke dalam retikulum sarkoplasma, konsentrasinya
JAWABAN PERTANYAAN
dalam mioplasma turun, Ca²⁺ yang diikat troponin dilepas, 1. Rangsangan mana yang ditanggapi lebih cepat?
tropomiosin bergeser untuk menutup kembali tempat (Rangsangan kimiawi atau rangsangan berupa
perlekatan miosin pada aktin, dan otot relaksasi (Soewolo, gerakan). Mengapa?
2000). Bila jembatan silang menerima ATP baru, maka Jawab :
jembatan silang akan terlepas dari aktin dan kembali ke Katak memberikan gerakan refleks pada
posisi semula. Tetapi bila ATP baru tidak tersedia rangsangan kimiawi yang berupa dicelupkan ke
(misalnya setelah mati) maka aktin dan miosin tetap dalam larutan asam cuka lebih cepat dari
berlekatan, terjadi “rigor kompleks”. rangsangan cubit dan jepit keras, karena
Ketika dilakukan pemblokiran dengan alkohol rangsangan fisik hanya bersifat rangsangan lokal
70%, respon terjadi setelah 2 detik dan kontraksi otot sehingga hanya sel saraf perifer saja yang
yang terjadi lebih lemah dibandingkan dengan perlakuan dirangsang. Sedangkan rangsangan pada larutan
pertama yang tidak diberi alkohol. Hal ini karena alkohol cuka bersifat difusi dan mengenai seluruh bagian
bersifat menghambat (inhibitor) terjadinya biolistrik pada tubuh katak tersebut sehingga menimbulkan
otot katak sehingga kontraksi otot menjadi lebih lambat, kontraksi dari otot rangka. Larutan asam cuka dalam
begitu juga pada ion-ion pergerakan (keluar-masuk) juga air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya
terhambat. Alkohol juga merupakan larutan non elektrolit terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-.
yang tidak bisa menghantarkan arus listrik. Oleh karena Asam cuka encer (CH3COOH) menginduksi otot
itu, pada saat katak otot diberi alkohol, maka rangsangan rangka untuk menghasilkan Ca2+. Peningkatan
akan semakin lama dibandingkan dengan katak yang konsentrasi Ca2+ di otot rangka digunakan untuk
hanya diberi ringer. kontraksi otot polos.
Kontraksi otot melibatkan potensial aksi ujung
akson saraf motorik, ATP, dan ion kalsium yang tersimpan 2. Apa beda sinapsis yang EPSP (excitatory post
dalam retikulum sarkoplasma. Adanya gugus OH⁻ dari sinaps potential) dan IPSP (inhibitory post sinaps
alkohol akan memblokir sistem retikulum sarkoplasma potential) dilihat dari biolistrik di neuron post sinaps?
yang mengaktivasi Ca²⁺ yang akan mengikat Jawab :
neurotransmiter seta membuat kanal Na⁺ terbuka. Oleh Pada sinaps pembangkit, respon terhadap
karena itu, tidak terjadi depolarisasi sehingga tidak terjadi interaksi reseptor - neurotransmiter adalah
kontraksi. terbukanya saluran Na+ dan K+ pada membran
subsinaps, sehingga meningkatkan permeabilitas
terhadap dua ion tersebut. Baik gradien konsentrasi
maupun gradien kelistrikan untuk Na+ menyebabkan
perpindahan ion ini ke dalam sel saraf pascasinaps
pada potensial istirahat, sedangkan perpindahan K+
ke luar hanya disebabkan oleh gradien
konsentrasinya saja. Sehingga perubahan
permeabilitas mengakibatkan suatu perpindahan
simultan:sedikit K+ ke luar sel saraf pascasinaps dan
lebih banyak Na+ masuk. Kejadian ini menghasilkan
suatu kelebihan perpindahan ion positif masuk sel
saraf, membuat bagian sebelah dalam membran
kurang negatif daripada saat istirahat, membran sel
saraf pascasinaps mengalami depolarisasi kecil
(membran dibangkitkan).
Pada sinaps penghambat (sinaps inhibitori),
interaksi antara neurotransmitter dengan reseptor
subsinaps akan meningkatkan permeabilitas
membrane subsinaps terhadap K+ dan Cl- dengan
mengubah konformasi dari masing-masing saluran
tersebut. Dalam kasus ini hasil gerakan ion
menyebabkan suatu hiperpolarisasi kecil dari sel
saraf pascasinaps (bagian dalam sel lebih negatif
dari saat istirahat).

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A., Jane B. Reece dan Lawrence G.
Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.
Jakarta:Penerbit Erlangga.
Ganong, W. F. 2008. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Guyton and Hall. 2002. Fisiologi Kedokteran. Jakarta :
EGC Penerbit Buku Kedokteran
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: dari Sel ke
Sistem. Jakarta: EGC.
Seeley, R.R., T.D. Stephens, P. Tate. 2003. Essentials of
Anatomy and Physiology fourth edition. McGraw-Hill
Companies.
Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia.
Malang:Universitas Malang Press.

Anda mungkin juga menyukai