Anda di halaman 1dari 20

MATA KULIH : KEPERAWATAN ANAK II

DOSEN : RAHMAT HIDAYAT, S.Kep, Ns.

“Penanggulangan Bencana di Puskesmas”

OLEH

NAMA : DEWI ULFANI

STAMBUK: 14220160054

KELAS : B2 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Fasilitas pelayanan kesehatan dasar adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang merupakan kontak pertama pasien dalam proses awal pelayanan medic.
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan primer/dasar yang
menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan pada masyarakat baik yang
bersifat UKP maupun UKM.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis milik Dinas Kesehatan Kab/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian
wilayah kecamatan.
Bencana bukanlah suatu hal atau fenomena baru bagi kalangan masyarakat.
Menurut Emaliyawati (2016), wilayah Indonesia berada pada daerah yang rawan
bencana, karena Indonesia terdiri dari gugusan kepulauan yang mempunyai potensi
bencana yang sangat tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis bencana.
Salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia adalah bencana banjir. Total
kejadian banjir sepanjang tahun 2017 dari bulan Januari sampai Desember yang ada
di Indonesia mencapai 640 kejadian.
Puskesmas atau Pusat Kesehatan Masyarakat adalah jenis fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan
nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan. Pelaksanaan upaya penanggulangan
bencana oleh Puskesmas mengacu pada ketiga fungsi Puskesmas yaitu sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan
masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang mencakup upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Dengan memperhatikan
keadaaan sumberdaya yang tersedia, Puskesmas belum dapat berperan secara
optimal, dikarenakan ketidaksesuaian harapan sebagai garis tengah untuk berperan
baik sejak awal kejadian dalam penanggulangan bencana.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana fase-fase bencana tingkat kecamatan (puskesmas) ?
2. Bagaimana tahapan pembentukan komando tanggap darurat bencana ?
3. Bagaimana Organisasi dan tata kerja Komando tanggap darurat bencana ?
4. Bagaimana Pola penyelenggaraan sistem komando tanggap darurat
bencana ?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui fase-fase bencana tingkat kecamatan (puskesmas)
2. Untuk mengetahui tahapan pembentukan komando tanggap darurat
bencana
3. Untuk mengetahui Organisasi dan tata kerja Komando tanggap darurat
bencana
4. Untuk mengetahui Pola penyelenggaraan sistem komando tanggap darurat
bencana
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fase-fase bencana tingkat kecamatan (PUSKESMAS)
1. Pra bencana
Kegaiatan yang dilaksanakan :
a. Tingkat kecamantan
Kepala puskesmas melakukan tindakan/kegiatan :
1) Membuat peta geomedik daerah rawan bencana
 Untuk mengetahui daerah mana yang rawan bencana supaya staf-
staf puskesmas bisa mensosialisasikan kepada masyarakat
masalah daerah yang rawan bencana agar sebelum terjadi bencana
bisa dilakukan pencegahan
2) Membuat jalur evakuasi
 Untuk menghubungkan semua jalur dari area ke area titik kumpul
(area aman) ketika terjadi bencana
3) Mengadakan pelatihan ketika terjadi bencana
 Sebagai bentuk pertolongan ketika terjadi bencana, disini staf-staf
puskesmas sudah tau apa yang harus dia lakukan ketika akan
terjadi bencana
4) Inventarisasi sumber daya sesuai dengan potensi bahaya yang
mungkin terjadi
 Untuk pengumpulan dan penyusunan data dan segala sesuatu
mengenai sumberdaya alam yang dapat berakibat bahaya yang
mungkin terjadi
5) Menerima dan menindaklanjuti informasi peringatan dini (Early
Warning system)untuk kesiapsiagaan bidang kesehatan
 Sebagai bentuk serangkaian sistem yang berfungsi untuk
memberitahukan akan terjadinya kejadian alam, Sistem
peringatan dini ini akan memberitahukan terkait bencana yang
akan terjadi atau kejadian alam lainnya. Peringatan dini pada
masyarakat atas bencana merupakan tindakan memberikan
informasi dengan bahasa yang mudah dicerna oleh masyarakat
dan lain sebagainya
6) Membentuk tim kesehatan lapangan yang tergabung dalam Satgas
 Untuk membantu atau memberikan pertolongan kesehatan kepada
masyarakat yang disebabkan oleh bencana
7) Mengadakan koordinasi lintas sector
 Untuk melakukan komunikasi baik secara langsung/tatap muka,
rapat pertemuan, melalui telepon atau secara tertuling (surat-
menyurat) yang dilakukan oleh Puskesmas dengan tujuan untuk
mendapatkan kesepakatan bersama atas keputusan atau
mensosialisasikan rencana kegiatan dan kebijakan baru.
2. Saat bencana
Kepala puskesmas dilokasi bencana melakukan kegiatan
a) Beserta staf menuju lokasi bencana dengan membawa peralatan yang
diperlukan untuk melaksanakan triase dan memberikan pertolongan
pertama
 Peralatan yang dipelukan untuk melaksanakan triase harus dibawa ke
lokasi kejadian agar mempermudah tenaga medis untuk memilah
korban dengan tingkat kegawatdaruratannya dan dengan cepat,
cermat dan tepat memberikan pertolongan sesuai tingkat
kegwatdaruratannya
b) Melaporkan kepada kadinkes kabupaten/kota tentang terjadinya
bencana
 Dengan melaporkan kepada kadinkes kabupaten/kota ketika terjadi
bencana yaitu melaporkan seberapa banyak masyarakat yang terkena
penyakit menular, dan penyakit lainnya serta melaporkan jenis obat
apa saja yang dibutuhkan.
c) Melakukan initial rapid health assessment (penilaian cepat masalah
kesehatan awal)
 Proses penilaian yang cepat dan pengelolaan yang tepat guna
menghindari kematian pada pasien gawat darurat. Tujuannya untuk
mencegah semakin parahnya penyakit dan menghindari kematian
korban dengan penilaian yang cepat dan tindakan yang tepat.
d) Menyerahkan tanggung jawab pada kadinkes kapubaten/kota apabila
telah dilokasi
 Ketika kadinkes sudah tiba dilokasi maka tanggung jawab dalam hal
penanggulangan bencana saat bencana diserahkan baik itu dalam
tanggungjawab kepada masyarakat
e) Apabila kejadian bencana melampaui batas wilayah kecamatan, maka
sebagai penanggungjawab adalah kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota
 Apabila bencana terjadi telah melewati batas kecamatan maka
penanggungjawabnya diserahkan kepada kepala dinas
kesehatan/kabupaten, bukan lagi kepala puskesmas karena itu sudah
melewati batasan dari tingkat kecamatan
Kepala puskesmas disekitar lokasi bencana melakukan kegiatan :
a) Mengirimkan tenaga dan perbekalan kesehatan serta ambulans/alat
transportasi lainnya kelokasi bencana dan tempat penampungan
pengungsi
 Tenaga dan perbekalan kesehatan yang dimaksud adalah tenaga
medis dan perbekalan alat-alat kesehatan yang dibutuhkan saat
terjadi bencana dan ambulans untuk mengevakuasi pasien ke rumah
sakit terdekat
b) Membantu melaksanakan perawatan dan evakuasi korban serta
pelayanan kesehatan pengungsi.
 Melaksanakan perawatan dan evakuasi korban yaitu disini kita
sebagai tenaga medis harus bisa melaksanakan perawatan dan
evakuasi korban yang telah meninggal saat bencana dan pelayanan
kesehatan pengungsi disini maksudnya yaitu pelayanan obat-obatan,
pelayanan imunisasi, pelayanan kesehatan ibu dan anak harus
dilakukan secara maksimal.
3. Pasca bencana
Puskesmas kecamatan tempat terjadinya bencana :
a) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar di penampungan dengan
mendirikan pos kesehatan lapangan
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar maksudnya yaitu
upaya kesehatan dasar dimana terjadi kontak pertama perorangan
atau masyarakat dengan pelayanan kesehatan, disini dapat berupa
promosi kesehatan danpencegahan penyakit di penampungan dengan
mendirikan pos kesehatan lapangan.
b) Melaksanakan pemeriksaan kualitas air bersih dan pengawasan sanitasi
lingkungan
 Dilakukan pemeriksaan kualitas air bersih guna mencegah terjadinya
penyakit dan pengawasan sanitasi lingkungan dimana status
kesehatan lingkungan yang baik mencakup perumahan, pembuangan
kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya.
c) Melaksakan surveilans penyakit menular dan gizi buruk yang mungkin
timbul
 Dilaksanakan pengumpulan data penyakit menular dan gizi buruk
yang terjadi pasca bencana karena pada saat pasca bencana imun
seseorang/masyarakat tidak bagus sehingga mudah terjangkiti oleh
penyakit dan makanannya tidak higienis sehingga dapat
menyebabkan gizi buruk
d) Segera melapor ke dinas kesehatan kabupaten/kota bila terjadi KLB
penyakit menular dan gizi buruk
 Ketika tenaga medis mendapatkan KLB penyakit menular dan gizi
buruk segera laporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota agar dapat
ditangani dengan secepatnya karena itu bisa menyebabkan
komplikasi yang berat hingga kematian
e) Memfasilitasi relawan, kader dan petugas pemerintah tingkat kecamatan
dan memberikan KIE kepada masyarakat luas, bimbingan pada
kelompok yang berpotensi mengalami gangguan stress pasca trauma,
memberikan konseling pada individu yang berpotensi mengalami
gangguan stress pasca trauma
 Memfasilitasi relawan, kader dan petugas pemerintah tingkat
kecamatan yaitu disini ketika pasca bencana masyarakat yang
terkena musibah bencana bisa dibantu dengan adanya relawan
seperti misalnya relawan tenaga medis yang bisa mengobati penyakit
dari warga tersebut, memberikan komunikasi, informasi dan
edukasi(promosi) kesehatan pada korban yang mengalami gangguan
stress pasca trauma
f) Merujuk penderita yang tidak dapat ditangani dengan konseling awal
dan membutuhkan konseling lanjut, psikoterapi atau penanggulangan
lebih spesifik
 Ketika tenaga medis mendapatkan pasien dengan gangguan stress
pasca trauma yang berat dan tidak bisa ditangani lagi maka lebih
baiknya penderita dirujuk pada psikoterapi.

B. Tahapan pembentukan komando tanggap darurat bencana


Terbentuknya Komando Tanggap Darurat Bencana meliputi tahapan
yang terdiri dari:
1. Informasi Kejadian Awal
2. Penugasan Tim Reaksi Cepat (TRC)
3. Penetapan Status/Tingkat Bencana
4. Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana
Tahapan pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana tersebut
harus dilaksanakan secara keseluruhan menjadi satu rangkaian sistem
komando yang terpadu. Rincian masing-masing tahapan tersebut adalah:
1. Informasi awal kejadian
Informasi awal kejadian bencana diperoleh melalui berbagai sumber antara
lain pelaporan, media massa, instansi/lembaga terkait, masyarakat,
internet, dan informasi lain yang dapat dipercaya. BNPB dan/atau BPBD
melakukan klarifikasi kepada instansi/lembaga/masyarakat di lokasi
bencana. Informasi yang diperoleh dengan menggunakan rumusan
pertanyaan terkait bencana yang terjadi, terdiri dari:
a. Apa : jenis bencana
b. Bilamana : hari, tanggal, bulan, tahun, jam, waktu
Setempat
c. Dimana : tempat/lokasi/daerah bencana
d. Berapa : jumlah korban, kerusakan sarana dan
Prasarana
e. Penyebab : penyebab terjadinya bencana
f. Bagaimana : upaya yang telah dilakukan

2. Penugasan Tim Reaksi Cepat (TRC)


Dari informasi kejadian awal yang diperoleh, BNPB dan/atau BPBD
menugaskan Tim Reaksi Cepat (TRC) tanggap darurat bencana, untuk
melaksanakan tugas pengkajian secara cepat, tepat, dan dampak bencana,
serta serta memberikan dukungan pendampingan dalam rangka
penanganan darurat bencana.
Hasil pelaksanaan tugas TRC tanggap darurat dan masukan dari berbagai
instansi/lembaga terkait merupakan bahan pertimbangan bagi :
a. Kepala BPBD Kabupaten/Kota untuk mengusulkan kepada
Bupati/Walikota dalam rangka menetapkan status/tingkat bencana skala
kabupaten/kota.
b. Kepala BPBD Provinsi untuk mengusulkan kepada Gubernur dalam
rangka menetapkan status/tingkat bencana skala provinsi.
c. Kepala BNPB untuk mengusulkan kepada Presiden RI dalam rangka
menetapkan status/tingkat bencana skala nasional.
3. Penetapan Status / Tingkat Bencana
Berdasarkan usul sesuai butir B.2 di atas dan berbagai masukan yang dapat
dipertanggung jawabkan dalam forum rapat dengan instansi/lembaga
terkait, maka :
a. Bupati/Walikota menetapkan status/tingkat bencana skala
kabupaten/kota.
b. Gubernur menetapkan status/tingkat bencana skala provinsi.
c. Presiden RI menetapkan status/tingkat bencana skala nasional.
d. Tindak lanjut dari penetapan status/tingkat bencana tersebut, maka
Kepala BNPB/BPBD Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangannya menunjuk seorang pejabat sebagai komandan
penanganan tanggap darurat bencana sesuai status/tingkat bencana skala
nasional/daerah.
4. Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana
Kepala BNPB/BPBD Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota sesuai
status/tingkat bencana dan tingkat kewenangannya :
a) Mengeluarkan Surat Keputusan pembentukan Komando Tanggap
Darurat Bencana.
b) Melaksanakan mobilisasi sumberdaya manusia, peralatan dan logistik
serta dana dari instansi/lembaga terkait dan/atau masyarakat.
c) Meresmikan pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana.

C. Organisasi dan tata kerja Komando tanggap darurat bencana


1. Organisasi
a. Organisasi Komando Tanggap Darurat Bencana merupakan organisasi
satu komando, dengan mata rantai dan garis komando serta tanggung
jawab yang jelas. Instansi/lembaga dapat dikoordinasikan dalam satu
organisasi berdasarkan satu kesatuan komando. Organisasi ini dapat
dibentuk di semua tingkatan wilayah bencana baik di tingkat
kabupaten/kota, provinsi maupun tingkat nasional.
b. Struktur organisasi komando tanggap darurat terdiri atas Komandan
yang dibantu oleh staf komando dan staf umum, secara lengkap terdiri
dari:
1) Komandan Tanggap Darurat Bencana
2) Wakil Komandan Tanggap Darurat Bencana
3) Staf Komando:
a) Sekretariat
b) Hubungan Masyarakat
c) Keselamatan dan Keamanan
d) Perwakilan instansi/lembaga
4) Staf Umum:
a) Bidang Operasi
b) Bidang Perencanaan
c) Bidang Logistik dan Peralatan
d) Bidang Administrasi Keuangan
c. Struktur organisasi ini merupakan organisasi standar dan dapat
diperluas berdasarkan kebutuhan.
d. Sesuai dengan jenis, kebutuhan dan kompleksitas bencana dapat
dibentuk unit organisasi dalam bentuk seksi-seksi yang berada di bawah
bidang dan dipimpin oleh Kepala Seksi yang bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang.
e. Bagan struktur organisasi Komando Tanggap Darurat Bencana dapat
dilihat pada Lampiran-3, 4 dan 5 sesuai dengan lokasi dan tingkatan
bencana.
2. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi
a. Komando Tanggap Darurat Bencana memiliki tugas pokok untuk:
1) Merencanakan operasi penanganan tanggap darurat bencana.
2) Mengajukan permintaan kebutuhan bantuan.
3) Melaksanakan dan mengkoordinasikan pengerahan sumberdaya
untuk penanganan tanggap darurat bencana secara cepat tepat,
efisien dan efektif.
4) Melaksanakan pengumpulan informasi dengan menggunakan
rumusan pertanyaan (lihat Lampiran-1), sebagai dasar perencanaan
Komando Tanggap Darurat Bencana tingkat
kabupaten/kota/provinsi/nasional.
5) Menyebarluaskan informasi mengenai kejadian bencana dan
pananganannya kepada media massa dan masyarakat luas.
b. Fungsi Komando Tanggap Darurat Bencana adalah mengkoordinasikan,
mengintegrasikan dan mensinkronisasikan seluruh unsur dalam
organisasi komando tanggap darurat untuk penyelamatan dan evakuasi
korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan
pengurusan pengungsi, penyelamatan serta pemulihan sarana dan
prasarana dengan segera pada saat kejadian bencana.
2.
3. Tugas dan Tanggung Jawab Unit Organisasi
a. Komandan Tanggap Darurat Bencana
1) Komandan Tanggap Darurat Bencana adalah personil dengan
pangkat/jabatan senior peringkat pertama dalam Komando Tanggap
Darurat Bencana sesuai tingkat dan kewenangannya.
2) Komandan bertugas:
a) Mengaktifkan dan meningkatkan Pusat Pengendalian Operasi
(Pusdalops) menjadi Pos Komando Tanggap Darurat BPBD
Kabupaten/Kota/Provinsi atau BNPB, sesuai dengan jenis, lokasi
dan tingkatan bencana.
b) Membentuk Pos Komando Lapangan (Poskolap) di lokasi
bencana di bawah komando Pos Komando Tanggap Darurat
Bencana BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi atau BNPB.
c) Membuat rencana strategis dan taktis, mengorganisasikan,
melaksanakan dan mengendalikan operasi tanggap darurat
bencana.
d) Melaksanakan komando dan pengendalian untuk pengerahan
sumber daya manusia, peralatan, logistik dan penyelamatan serta
berwenang memerintahkan para pejabat yang mewakili
instansi/lembaga/organisasi yang terkait dalam memfasilitasi
aksesibilitas penanganan tanggap darurat bencana.
3) Komandan Tanggap Darurat Bencana bertanggung jawab langsung
kepada Kepala BNPB/BPBD Provinsi/ Kabupaten/Kota, sesuai
dengan tingkat dan kewenangannya.
b. Wakil Komandan Tanggap Darurat Bencana
Wakil Komandan Tanggap Darurat Bencana adalah personil dengan
pangkat/jabatan senior peringkat kedua dalam Komando Tanggap
Darurat Bencana sesuai tingkat dan kewenangannya.
Wakil Komandan Tanggap Darurat Bencana bertugas:
1) Membantu Komandan Tanggap Darurat Bencana dalam
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan
mengendalikan komando tanggap darurat bencana.
2) Mengkoordinir tugas-tugas sekretariat, humas, keselamatan dan
keamanan serta perwakilan instansi/lembaga.
3) Mewakili Komandan Tanggap Darurat Bencana, apabila Komandan
Tanggap Darurat Bencana berhalangan.
4) Wakil Komandan Tanggap Darurat Bencana bertanggung jawab
langsung kepada Komandan Tanggap Darurat Bencana.
c. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris. Sekretaris bertugas dan
bertanggung jawab untuk:
1) Menyelenggarakan administrasi umum dan pelaporan.
2) Pelayanan akomodasi dan konsumsi bagi personil Komando
Tanggap Darurat Bencana.
Sekretaris bertanggung jawab langsung kepada Komandan Tanggap.
d. Hubungan Masyarakat
1) Hubungan Masyarakat bertugas dan bertanggung jawab untuk:
a) Menghimpun data dan informasi penanganan bencana yang
terjadi.
b) Membentuk jaringan informasi dan komunikasi serta
menyebarkan informasi tentang bencana tersebut ke media massa
dan masyarakat luas.
2) Kepala Humas bertanggung jawab langsung kepada Komandan
Tanggap Darurat Bencana.
e. Keselamatan dan Keamanan
Keselamatan dan Keamanan bertugas dan bertanggung jawab untuk:
1) Menjamin kesehatan dan keselamatan seluruh personil Komando
Tanggap Darurat Bencana dalam menjalankan tugasnya.
2) Menjaga keamanan penanganan tanggap darurat bencana serta
mengantisipasi hal-hal di luar dugaan atau suatu keadaan yang
berbahaya.
Kepala Keselamatan dan Keamanan bertanggung jawab langsung
kepada Komandan Tanggap Darurat Bencana.
f. Perwakilan Instansi/Lembaga
1) Perwakilan instansi/lembaga bertugas untuk membantu Komandan
Tanggap Darurat Bencana berkaitan dengan permintaan dan
pengerahan sumberdaya yang dibutuhkan dari instansi/lembaga.
2) Perwakilan instansi/lembaga secara operasional bertanggung jawab
langsung kepada Komandan Tanggap Darurat Bencana atas
pelaksanaan tugasnya dan secara administratif bertanggung jawab
kepada pimpinan instansi/lembaga terkait.
g. Bidang Operasi
1) Bidang Operasi bertugas dan bertanggung jawab atas semua
pelaksanaan operasi penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana dengan cepat,
tepat, efisien dan efektif berdasarkan satu kesatuan rencana tindakan
penanganan tanggap darurat bencana.
2) Kepala Bidang Operasi bertanggung jawab langsung kepada
Komandan Tanggap Darurat Bencana.
h. Bidang Perencanaan
1) Bidang Perencanaan bertugas dan bertanggung jawab atas
pengumpulan, evaluasi, analisis data dan informasi yang
berhubungan dengan penanganan tanggap darurat bencana serta
menyiapkan dokumen rencana tindakan operasi tanggap darurat.
2) Kepala Bidang Perencanaan bertanggung jawab langsung kepada
Komandan Tanggap Darurat Bencana.
i. Bidang Logistik dan Peralatan
1) Bidang Logistik dan Peralatan bertugas dan bertanggung jawab:
a) Penyediaan fasilitas, jasa, dan bahan-bahan serta perlengkapan
tanggap darurat.
b) Melaksanakan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan
transportasi bantuan logistik dan peralatan.
c) Melaksanakan penyelenggaraan dukungan dapur umum, air bersih
dan sanitasi umum.
d) Mengkoordinasikan semua bantuan logistik dan peralatan dari
instansi/lembaga/organisasi yang terkait.
2) Kepala Bidang Logistik dan Peralatan bertanggung jawab langsung
kepada Komandan Tanggap Darurat Bencana.
j. Bidang Administrasi Keuangan
1) Bidang Administrasi Keuangan bertugas dan bertanggung jawab:
a) Melaksanakan semua administrasi keuangan.
b) Menganilisa kebutuhan dana dalam rangka penanganan tanggap
darurat bencana yang terjadi.
c) Mendukung keuangan yang dibutuhkan dalam rangka komando
tanggap darurat bencana yang terjadi.
2) Kepala Bidang Administrasi dan Keuangan bertanggung jawab
langsung kepada Komandan Tanggap Darurat Bencana.

D. Pola penyelenggaraan sistem komando tanggap darurat bencana


Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana diselenggarakan dengan pola
yang terdiri atas rencana operasi, permintaan, pengerahan/mobilisasi
sumberdaya yang didukung dengan fasilitas komando yang diselenggarakan
sesuai dengan jenis, lokasi dan tingkatan bencana.
Penyelenggaraan Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana diakhiri
oleh pembubaran Komando Tanggap Darurat Bencana.
Penyelenggaraan Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana
dilaksanakan sebagai berikut:
1. Rencana Operasi
Rencana Operasi Komando Tanggap Darurat Bencana berikut Rencana
Tindakan Operasi penanganan tanggap darurat bencana, merupakan acuan
bagi setiap unsur pelaksana dalam komando.
2. Permintaan Sumberdaya
Mekanisme permintaan sumberdaya untuk penanganan tanggap darurat
bencana dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Komandan Tanggap Darurat Bencana tingkat kabupaten/kota, atau
tingkat provinsi yang terkena bencana, mengajukan permintaan
kebutuhan sumberdaya kepada Kepala BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi
maupun kepada Kepala BNPB, berdasarkan atas ketersediaan
sumberdaya di lokasi dan tingkatan bencana.
b) Kepala BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi maupun Kepala BNPB, sesuai
dengan lokasi dan tingkatan bencana, meminta dukungan sumberdaya
manusia, logistik dan peralatan untuk menyelamatkan dan
mengevakuasi korban, memenuhi kebutuhan dasar hidup dan
memulihkan fungsi prasarana dan sarana vital yang rusak kepada
pimpinan instansi/lembaga terkait sesuai tingkat kewenangannya.
c) Instansi/lembaga terkait dimaksud adalah: Departemen/Dinas Sosial,
BULOG/DOLOG, Departemen/Dinas Kesehatan, Departemen/Dinas
Pekerjaan Umum, Departemen/Dinas Perhubungan, Basarnas/Basarda
Kabupaten/Kota, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Republik
Indonesia, Palang Merah Indonesia, Departemen/Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral serta instansi/lembaga lainnya sesuai tingkat
kewenangannya.
d) Instansi/lembaga terkait wajib segera mengirimkan serta
memobilisasi sumberdaya manusia, logistik dan peralatan ke lokasi
bencana.
e) Penerimaan serta penggunaan sumberdaya manusia, peralatan dan
logistik di lokasi bencana sebagaimana dimaksud dilaksanakan dibawah
kendali Kepala BPBD/BNPB dan atau Departemen Keuangan.
3. Pengerahan/Mobilisasi Sumberdaya
Pengerahan/mobilisasi sumberdaya untuk penanganan tanggap darurat
bencana diselenggarakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Instansi/lembaga/organisasi terkait dalam mengirimkan sumberdaya
harus didampingi oleh personil instansi/lembaga asal dan
penyerahannya dilengkapi dengan administrasi sesuai ketentuan dan
peraturan yang berlaku.
b) Apabila instansi/lembaga/organisasi terkait pada tingkat tertentu tidak
memiliki kemampuan sumberdaya yang dibutuhkan, maka BPBD
maupun BNPB sesuai dengan tingkat kewenangannya berkewajiban
membantu/mendampingi pengiriman/mobilisasi sumber daya sampai ke
lokasi bencana.
4. Fasilitas Komando Tanggap Darurat Bencana
a. Untuk meningkatkan efektifitas dan mempercepat respons penanganan
tanggap darurat bencana, Komando Tanggap Darurat Bencana perlu
menyiapkan dan menghimpun dukungan operasi penanganan darurat
bencana yang terdiri dari:
1) Pos Komando, meliputi Posko Tanggap Darurat dan Poskolap.
2) Personil Komando, adalah semua sumberdaya manusia yang
bertugas dalam organisasi Komando Tanggap Darurat Bencana
dengan kualifikasi dan kompetensi yang diperlukan untuk penugasan
penanganan darurat bencana.
3) Gudang, tempat penyimpanan logistik dan peralatan.
4) Sarana dan prasarana transportasi, baik yang merupakan fasilitas
dasar maupun spesifik sesuai jenis bencana.
5) Peralatan, baik yang merupakan fasilitas dasar maupun fasilitas yang
spesifik sesuai jenis bencana.
6) Alat komunikasi dan peralatan komputer.
7) Data serta informasi bencana dan dampak bencana.
b. Konfigurasi fasilitas alat komunikasi untuk Komando Tanggap Darurat
Bencana
5. Pengakhiran
a. Menjelang berakhirnya waktu pelaksanaan operasi tanggap darurat
bencana, Kepala BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi atau Kepala BNPB
membuat rencana pengakhiran operasi tanggap darurat bencana dengan
mengeluarkan Surat Perintah Pengakhiran Operasi Tanggap Darurat
Bencana kepada Komandan Tanggap Darurat Bencana sesuai dengan
kewenangannya.
b. Pada hari dan tanggal waktu berakhirnya operasi tanggap darurat
bencana, Kepala BNPB/BPBD membubarkan Komando Tanggap
Darurat Bencana dengan menerbitkan Surat Keputusan Pembubaran.
6. Pola Pengerahan Sumberdaya di Tingkat Kabupaten/Kota
Pengerahan sumberdaya di tingkat kabupaten/kota dilaksanakan dengan
pola sebagai berikut:
a. Dalam hal bencana tingkat kabupaten/kota, Kepala BPBD
Kabupaten/Kota yang terkena bencana, mengerahkan sumberdaya
manusia, peralatan dan logistik sesuai kebutuhan ke lokasi bencana.
b. Apabila kebutuhan tersebut tidak tersedia/tidak memadai, maka
pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan dapat meminta bantuan
kepada pemerintah kabupaten/kota terdekat baik dalam satu wilayah
provinsi maupun provinsi lain.
c. Apabila pemerintah kabupaten/kota yang dimintai bantuan tidak
memiliki ketersediaan sumberdaya/tidak memadai, maka pemerintah
kabupaten/kota yang terkena bencana dapat meminta bantuan kepada
pemerintah provinsi yang bersangkutan.
d. Biaya yang timbul akibat pengerahan bantuan ini ditanggung oleh
pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan.
e. Pelaksanaan pengerahan sumber daya dari asal sampai dengan lokasi
bencana dilaksanakan dibawah kendali Kepala BPBD Kabupaten/Kota
yang bersangkutan.
f. Apabila terdapat keterbatasan sumberdaya manusia, peralatan dan
logistik yang dikerahkan oleh Kepala BPBD Kabupaten/Kota, maka
BNPB dapat membantu melalui pola pendampingan.
g. Pola pendampingan oleh BNPB dapat berupa dukungan biaya
pengepakan, biaya pengiriman, jasa tenaga pengangkutan dan dukungan
peralatan tanggap darurat bencana.
7. Pola Pengerahan Sumberdaya di Tingkat Provinsi
Pengerahan sumberdaya di tingkat provinsi dilaksanakan dengan pola
sebagai berikut:
a. Dalam hal bencana tingkat provinsi, Kepala BPBD Provinsi yang
terkena bencana mengerahkan sumberdaya manusia, peralatan dan
logistik sesuai kebutuhan ke lokasi bencana.
b. Apabila kebutuhan tersebut tidak tersedia/tidak memadai, maka
pemerintah provinsi yang bersangkutan dapat meminta bantuan kepada
provinsi lain yang terdekat.
c. Apabila provinsi yang dimintai bantuan tidak memiliki ketersediaan
sumberdaya/tidak memadai, maka pemerintah provinsi yang terkena
bencana dapat meminta bantuan kepada Pemerintah Pusat.
d. Biaya yang timbul akibat pengerahan bantuan ini ditanggung oleh
pemerintah provinsi yang bersangkutan.
e. Pelaksanaan pengerahan sumber daya dari asal sampai dengan lokasi
bencana dilaksanakan dibawah kendali Kepala BPBD Provinsi yang
bersangkutan.
f. Apabila terdapat keterbatasan sumberdaya manusia, peralatan dan
logistik yang dikerahkan oleh Kepala BPBD Propinsi, maka BNPB
dapat membantu melalui pola pendampingan.
g. Pola pendampingan oleh BNPB dapat berupa dukungan biaya
pengepakan, biaya pengiriman, jasa tenaga pengangkutan dan dukungan
peralatan tanggap darurat bencana.
8. Pola Penyelenggaraan di Tingkat Nasional
Pendistribusian logistik kepada masyarakat dilaksanakan oleh Komando
Tanggap Darurat Bencana sesuai dengan dinamika yang terjadi, terutama
untuk pemenuhan kebutuhan dasar hidup meliputi pangan, sandang, air
bersih, sanitasi, hunian sementara, pelayanan kesehatan dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai