Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu


berhubungan dengan kita. keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya
bahwa setiap individu merupakan bagiannya dani keluarga juga semua
dapat diekspresikan tanpa hambatan yang berarti.
Keperawatan keluarga merupakan tingkat keperawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit
atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan dan
perawatan sebagai penyalur. Sasaran keperawatan keluarga yaitu
individu, family atau keluarga dn community atau masyarakat. Prinsip
utama dalam perawatan kesehatan masyarakat mengatakan bahwa
keluarga adalah unit atau kesatuan dari pelayanan kesehatan.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisisk yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin buruk gerakan lambat, dn figur tubuh yang tidak proporsional.
Saat ini, diseluruh dunian, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari
629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada
tahun 22025, lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju,
pertambahan populasi/penduduk lansia telah diantisipasi sejak awal abad
ke 20. Tidak heran bila masyarakat di negara maju sudah lebih siap
menghadapi pertambahan populasi lansia dengan aneka tantangannya.
Namun, saat ini negara berkembang pun mulai menghadapi masalah
yang sama.

Keperawatan Keluarga 1
Fenomena diatas jelas mendatangkan sejumlah konsekuensi,
antara lain timbulnya masalah fisik, mental, sosial, serta kebutuhan
pelayanan kesehatan dan keperawatan, terutama kelainan degeneratif.
Sering kali keberadaan lansia dipersepsikan secra negatif, dianggap
sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitar. Lansia cenderung
dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit-
sakitan.
Kurangnya perhatian yang memadai terhadap populasi lansia ini
menciptakan ruang kosong, yang kemudian diisi oleh dunia medis. Disatu
sisi, perhatian besar dari kalangan kedokteran ini harus disambut secara
positif oleh dunia keperawatan sehingga masalah kesehatan lansia dapat
teratasi. Kesehatan merupakan aspek sangat penting yang perlu
diperhatikan pada kehidupan lansia. Semakin tua seseorang, cenderung
semakin berkurang daya tahan fisik mereka. Dalam kaitan ini, kajian
terhadap keperawatan lansia (keperawatan gerontik dan geriatrik) perlu
ditingkatkan

B. Tujuan Penulisan

1. TujuanUmum
Untukmengetahui, memahami, dan menguasai konsepdasarkeperawatan
keluarga: gerontik

2. TujuanKhusus
Setelahmempelajari makalah ini, mahasiswadiharapkan mampu :
a. Konsep dasar keperawatan kesehatan keluarga
b. Konsep keperawatan keluarga: gerontik
c. Asuhan keperawatan keluarga: gerontik
d. Memahami masalah keperawatan keluarga: gerontik

Keperawatan Keluarga 2
BAB II
TINJUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga

1. Pengertian
Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi keluarga
berbeda-beda, tergantung kepada orientasi teoritis “pendefinisi” yaitu
dengan menggunakan menjelaskan yang penulis dari untuk
menghubungkan keluarga. Burgess dkk (1963) membuat definisi yang
berorientasi pada tradisi dan dingunakan sebagai referensi secara luas:
- Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan, darah dan ikatan adopsi.
- Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama
dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secra berpisah,
mereka tetap menggangap rumah tangga tersebut sebagai rumah
mereka.
- Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain
dalam peran peran sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu,
anak laki-laki dan perempuan, saudara dan saudari
- Keluarga sama-sma menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur
yang di ambil dari masyarakat dengan beberpa ciri unik tersendiri.
Meskipun definisi-definisi ini sering digunakan, namun terbatas kepada
kemapuan aplikasinya dan sifat komprehensifnya definisi apa saja
tentang keluarga harus menggambarkan bentuk-bentuk keluarga yang
ada sekarang, dan definis tradisional seperti diats bisa memberikan
gambaran tentang definisi yang dimaksud.

Keperawatan Keluarga 3
2. Tipe keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan
orang yang mengelompokan. Secara tradisional keluarga dikelompokan
menjadi dua, yaitu:
1) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri
ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya
2) Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah
(kakek/nenek, paman/bibi)
Tipe-tipe keluarga secara umum yang dikemukakan untuk
mempermudah pemahaman terhadap literatur tentang kelurga. (friedman,
1987 hal: 12)
1) Keluarga inti (konjugal) merupakan keluarga yang menikah, sebagai
orang tua, atau pemberian nafkah. Keluarga inti terdiri dari sumi, istri,
dn ank mereka-anak kandung, anak adopsi atau keduanya.
2) Keluarga orientasi (keluarga asal) merupakan unit keluarga yang di
dalamnya seseorang dilahirkan
3) Keluarga besar merupakan keluarga inti dan orang-orang yang
berhubungan (oleh darah) yang paling lazim menjadi anggota keluarga
orientasi yaitu salah satu teman keluarga inti, berikut ini termasuk
“sanak keluarga” seperti kakek atau nenek, tante, paman, dan sepupu.

3. Fungsi keluarga
Umumnya diakui bahwa keberadaan keluarga adalah dalam frangka
untuk memenuhi fungsi-fungsi dasar tertentu yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup manusia (kebutuhan kemsyarakatan) yakni
pemberian nafkah dan mengasuh anak. Disamping itu, keluarga bertindak
sebagai mediator yang penting antara masyarakat dan individu dan
membentuk matriks dimana kebutuhan-kebutuhan pribadi dipenuhi.

Keperawatan Keluarga 4
Sekarang ini keluarga tampak lebih khusus dn aktivitas-aktivitasnya
yang secara tradisional berlangsung dalam rumah dan atau melibatkan
seluruh anggota keluarga kini berlangsung dimana-mana dan hanya
melibatkan segmen-segmen keluarga atau anggota keluarga secara
individual.
Fungsi keluarga terdiri dari fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi
reproduksi, fungsi ekonomi, fungsi perawatan kesehatan. (friedman, 1998,
hal 349-401)
1) fungsi afektif berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga
yaitu sebagai perlindungan dan dukungan psikososial bagi para
anggotanya. Keluarga melakukan tugas-tugas yang menunjang
pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi anggotanya dengan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosioemosional anggotanya, Mulai
dari tahun-tahun awal kehidupan individu dan terus berlangsung
sepanjang hidupnya. Pemenuhan fungsi afektif merupakan basis
sentral bagi pembentukan dna kelanjutan dari unit keluarga (stair,
1972)
Komponen fungsi afektif meliputi persepsi keluarga tentang
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan psikososial anggota keluarga.
Melalui pemenuhan fungsi ini,. Maka keluarga menjalankan tujuan-
tujuan psikososial yang utama, yaitu membentuk sifat-sifat
kemanusiaan dalam diri mereka, stabilisasi kepribadian dan tingkah
laku, kemampuan menjalin berhubungan secara lebih akrab dan harga
diri.
2) Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social
placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat
melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah
untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3) Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dn menjaga kelangsungan keluarga.

Keperawatan Keluarga 5
4) Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi perawatan kesehatan (the health care function) yaitu fungsi
untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi
tugas keluarga di bidang kesehatan.

4. Dimensi struktur dasar keluarga


Struktur keluarga dapat menggambar bagaimana keluarga
melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Parad dan
caplan (1965) yang diadopsi oleh friedman mengatakan ada empat
struktur keluarga yaitu:
1) Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing
anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya
dilingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.
2) Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang
dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan
dengan kesehatan.
3) Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan
pola komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak
dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar)
dengan keluarga inti.
4) Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota
keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk
mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.
Struktur keluarga ini nantinya perlu dikaji oleh perawat yang
memberikan asuhan. Berdasarkan ke empat elemen dalam struktur
keluarga, diasumsikan bahwa (Leslie & Komar, 1989: Parsons &
Bales, 1995) :

Keperawatan Keluarga 6
5. Peran perawat keluarga
Perawatan kesehatan masyarakat, sejak dahulu sampai sekarang,
keluarga sudah dianggap sebagai kesatuan dari pemeliharaan kesehatan.
Perananan perawat keluarga membantu keluarga untuk mengatasi
dengan baik masalah-masalah kesehatan dengan meningkatkan
kesanggupan mereka untuk melaksanakan tugas-tugs kesehatan.
Proses membantu keluarga meningkatkan kesanggupan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan, perawat dapat berperan sebagai :
- Pengenal kesehatan (health monitor)
- Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
- Koordinator pelayanan kesehatan keluarga
- Facilitator
- Guru
- Penasihat

B. Konsep Keperawatan Keluarga Lanjut Usia

1. Pengertian
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan
tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis.
Usialanjutadalahseorang yang telahmencapaiusia 60 tahunkeatas
(Depsos, 1999); batasaninisamadengan yang dikemukakanoleh Burnside
dkk. MenurutWHO :

- Elderly (64-74 tahun)


- Old (75 – 90 tahun)
- Very Old (> 90 tahun)
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia pada Bab I Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa

Keperawatan Keluarga 7
umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu
penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang
berakhir dengan kematian.
Dalam buku ajar geriatri, Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi
Martono (1994) mengatakan bahwa “menua” (menjadi tua) adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk
infeksi) dan memperbaikikeruskan yang diderita. Dari pernyataan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami
kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat mempengaruhi
kemandirian dan kesehatan lansia, termasuk kehidupan seksualnya.
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus atau
berkelanjutan secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk
hidup. Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor
yang sling berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang
menjelaskan tentang proses menua yang tidak seragam. Secara umum,
proses menua didefinisikan sebagai perubahan yang terkit waktu, bersifat
universal, intrinsik, progresif, dan detrimental.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup berikut akan
dikemukakan bermacam-macam teori proses menua yang penting.

Keperawatan Keluarga 8
2. Teory proses menua
Proses menua bersifat individual
1) Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
2) Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
3) Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah
proses menua.
a. Teori biologis
a) Teori genetik
Teori genetic lock. Teori ini merupakan teori instrinsik yang
menjelskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang
mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini
menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik
untuk spesies tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki
suatu jam genetik/ jam biologis sendiri dan setiap spesies
mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar
menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar,
ia akan mati. Manusia mempunyai umur harapan hidup nomor dua
terpanjang setelah bulus. Secara teoritis, memperpanjang umur
mungkin terjadi, meskipun hanya beberapa waktu dengan
pengaruh dari luar, misalnya peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit dengan pemberian obat-obatan atau tindakan
tertentu.
Teori mutasi somatik. Menurut teori ini penuaan terjadi krena
adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk.
Terjadi kesalahan dalam proses transkripsiu DNA atau RNA dan
dalam proses translasi RNA protein/enzim.

Keperawatan Keluarga 9
Kesalahan ini terjadi terus menerus sehingga akhirnya akan terjadi
penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau
penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai
contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi
penurunan kemampuan fungsional sel (Suhana, 1994:
Constantinides, 1994)

b) Teori nongenetik
Auto-immune theory. Mutasi yang berulang dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri
(self recognition). Jika mutasi yang merusak membran sel, akan
menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Hal
inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun pad lansia
(Goldstein, 1989). Dalam proses metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai
contoh, tambahan kelenjar timus pada usi dewasa berinvolusi dan sejak
itu terjadi kelainan auto-imun.
Free radical theory. Dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam
tubuh karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di
dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul
yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan
sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang
menimbulkan berbagai kerusakan atau peruibahan dalam tubuh. Tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini
menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi (Halliwel, 19944). Radikal
bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi
sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti:

Keperawatan Keluarga 10
asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan,
radiasi, sinal ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen
dan kolagen pada proses menua.
Cross link theory. Menua disebabkan oleh lemak, protein,
karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat
kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan
perubahan pada membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya
jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses
menua.
b. Teori fisiologis.
Teori ini merupakan teori instrinsik dan ekstrinsik. Terdiri atas teori
oksidasi stres, dan teori dipaki-aus (wear and tear theory). Disini terjadi
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel tubuh lelah terpakai
(regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal.
c. Teori sosiologis
Teori sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara lain:
a) Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial meruipakan kunci
mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuannya
bersosialisasi. Pokok-pokok social exchange theory antara lain:
1) Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya mencapai
tujuannya masing-masing.
2) Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan
biaya dan waktu
3) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor
mengeluarlkan biaya

Keperawatan Keluarga 11
b) Teori aktivitas atau kegiatan
1) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan banyak ikut-serta dalam kegiatan sosial
2) Lansia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas
dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
3) Pola hidup dilanjutkan pada cara hidup lansia
4) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan sampai lansia.

c) Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)


Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori
ini merupakan gabungan teori yang disebabkan pada seorang lansia
sangat dipengaruhi oleh tipe personalisa yang dimilikinya. Teori ini
mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia.
Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat
dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak
berubah, walaupun ia telah lansia.

d) Teori pembebasan penarikan diri (disangagement theory)


Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori yang
pertama diajukan oleh Cumming dan Henry (1961). Teori ini menyatakan
bahwa dengan bertambah lansia, apalagi ditambah dengan adanya
kemiskinan, lansia secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan
ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitas
maupun kuantitas sehingga sering lansia mengalami kehilangan ganda
(triple loss) :

Keperawatan Keluarga 12
1) Kehilangan peran (loss of role)
2) Hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship)
3) Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and
values).
Menurut teori ini, seorang lansia dinyatakan mengalami proses menua
yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat
memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri
menghadapi kematiannya. Dari penyebab terjadinya proses menua
tersebut, ada beberapa peluang yang memungkinkan dapat diintervensi
agar proses menua dapat diperlambat. Kemungkinan yang tersebar
adalah mencegah:
1) Meningkatnya radikal bebas
2) Memanipulasi sistem imun tubuh
3) Melalui metabolisme/makanan, memang berbagai”misteri
kehidupan masih banyak yang belum bisa terungkap, proses
menua merupakan salah satu misteri yang paling sulit dipecahkan”.

3. Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan
bermacam-macam tipe lansia, antara lain :
1) Tipe arif bijaksana : lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,
bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan.
2) Tipe mandiri : lansia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan,
serta memenuhi undangan.
3) Tipe tidak puas: lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin,
menentang proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan
kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,

Keperawatan Keluarga 13
status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
4) Tipe pasrah : lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis (habis gelap datang terang), mengikuti
kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja yang dilakukan.
5) Tipe bingung : lansia yng kagetan, kehilangan kepribadian,
mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.
Lansia dapat pula dikelompokan dalam beberapa tipe yang
bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik,
mental, sosial, dan ekonominya. Tipe ini antara lain :
1) Tipe optimis : lansia santai dan periang, penyesuain cukup baik, mereka
memandang masalah lansia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab
dan sebagai kesemptan untuk menuruti kebutuhan pasifnya. Tipen ini
sering disebut juga lansia tipe kursi goyang (the rock king chairman)
2) Tipe konstruktif : lnsia ini mempunyai intregits baik, dapat meniukamti
hidup, mempunyi tolernsi yang tinggi, humoristik, fleksibel dan tahu diri.
Biasanya, sift ini terlihat sejak muda. Mekeka dengan tenang
menghadapi proses menua dan menghadapi akhir.
3) Tipe ketergantungan : lansia ini masih dapat diterim ditengah msyarakat,
tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyi inisitif
dn bila bertindak yang tidak praktis. Ia senang pensiun tidak suka
berkerja dan senang berlibur, banyak makan, banyak minum.
4) Tipe defensif : lansia biasnya mempunyai riwayat pekerjaan tau jbatn
yang tidak terkontrol, memegang teguh kebiasan, bersifat komplusif,
anehnya mereka tkut menghadapi menjadi tua dan menyenangi masa
pensiun.
5) Tipe militan dan serius : lansia yang tidak mudah menyerah, serius
senang berjuang, bisa menjadi pnutan.
6) Tipe pemarah frustasi: lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, selalu menyalahkan orang lain, menunjukan penyesuaian
yang buruk. Lansia sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.

Keperawatan Keluarga 14
7) Tipe bermusuhan: lansia yang selalu menganggap orang lain yang
menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga.
Biasanya, pekerjaan saat ia muda tidak stabil. Menganggap menjadi tua
itu bukan hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda,
senang mengadu untung pekerjaan, aktif menghindari masa yang buruk.
8) Tipe putus asa: membenci dan menyalahkan diri sendiri. Lansia ini
bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri. Tidak mempunyai ambisi,
mengalami penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri.
Lansia tidak hanya mengalami kemerahan, tetapi juga depresi,
memandang lansia sebagai tidak berguna karena masa yang tidak
menarik. Biasanya perkawinan tidak bahagia, merasa menjadi korban
keadaan, membenci diri sendiri dan ingin cepat mati.

4. Tugas perkembangan lansia


a. Mempertahankanpengaturanhidup yang memuaskan.
Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat
penting dalam mendukung kesejahteraan lansia misalnya Perpindahan
tempat tinggal lansia.
b. Penyesuaianterhadappendapatanmenurun
Ketikalansiamemasukipensiun,
pendapatanmenurunsecaratajamdansemakintidakmemadai,
karenabiayahidupterusmeningkat,
sementaratabungan/pendapatanberkurang.
c. Mempertahankanhubunganperkawinan
Hal
inimenjadipentingdalammewujudkankebahagiaankeluarga.Perkawinan
mempunyaikontribusi yang besarbagi moral danaktivitas yang
berlangsungdaripasangan.
Contoh: mitostentangaseksualitas
d. Penyesuaianterhadapkehilanganpasangan

Keperawatan Keluarga 15
Tugasperkembanganinisecaraumum:tugas yang palitraumatis.
Lansiamenyadaribahwakematianadalahbagiandarikehidupan normal,
tetapikesadaranakankematiantidakada. Hal
iniakanberdampakpadareorganisasifungsikeluargasecara total.
e. Pemeliharaanikatankeluargaantargenerasi
Ada kecenderunganlansiauntukmenjauhkandiridarihub.sosial,
namunkeluargamenjadifokusinteraksilansiadansumberutamadukungan
sosial.

5. Mitos lansia dan kenyataanya


a. Mitos konservatif
Ada pandangan bahwa lansia pada umumnya:
- Konservaatif
- Tidak kreatif
- Menolak inovasi
- Berorientasi ke masa silam
- Merindukan masa lalu
- Kembali ke masa kanak-kanak
- Susah menerima ide baru
- Susah berubah
- Keras kepala
- Cerewet
Faktanya : tidak semua lansia bersikap, berfikiran, dan berperilaku
demikian.
b. Mitos berpenyakit dan kemunduran
Lansia sering kali dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang
disertai dengan berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang
menyertai proses menua (lansia merupakan masa berpenyakitan dan
kemunduran)
Faktanya : memang proses menua disertai dengan menurunnya daya
tahan tubuh dan metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit.

Keperawatan Keluarga 16
Akan tetapi, saat ini telah banyak penyakit yang dapat dikontrol dan
diobati.
c. Mitos senilitas
Lansia dipndang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh adanya
kerusakan sel otak.
Faktanya: banyak lansia yang masih tetap sehat dan segar bugar,
daya pikirnya masih jernih dan cenderung cemerlang, bnyak cara
untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.
d. Mitos ketidakproduktifan
Lansia dipandang sebagai masa usia yang tidak produktif, bahkan
menjadi beban keluarganya.
Faktanya: tidak demikian, banyak individu yang mencapai kebenaran,
kematangan, kemantapan, serta produktifitas mental dan material
dimas lanjut usia.
e. Mitos asektualitas
Ada pandangan bahwa pada lansia, minat, dorongan, gairah,
kebutuhan, dan daya seks menurun.
Faktanya: kehidupan seks pada lansia berlangsung normal, dan
frekuensi hubungan seksual menurun sejalan meningkatnya usia,
tetapi masih tetap tinggi.
f. Mitos tidak jatuh cinta
Lansia sudah tidak lagi jatuh cinta, tidak tertarik atau bergairah kepada
lkawan jenis.
Faktanya: perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa,
perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lansia.
g. Mitos kedamaian dn ketenangan
Lansia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa
muda dan dewasanya. Badai dan berbagai goncangan kehidupan
seakan-akan telah berhasil dilewatinya.

Keperawatan Keluarga 17
Faktanya:L sering ditemukan stres karena kemiskinan dan berbagai
keluhan serta penderitaan karena penyakit, kecemasan, kekhawatiran,
depresi, paranoid, dan psikotik.
Jadi, ada keanekaragaman yang besar dalam proses menua, oleh
karena itu secara tipologi, lansia dikelompokan dalam berbagai tipe
dalam menghadapi atau menerima proses menua.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA LANJUT USIA
A. Konsep dasar teoritis
1. Konsepasuhankeperawatanpadalanjutusia
Asuhankeperawatanlansiaataugerontikdiberikanberupabantuankepadaklie
nlanjutusiakarenaadanya :
a. Kelemahanfisik, mental dan social
b. Keterbatasanpengetahuan
c.
Kurangnyakemampuandankemauandalammelaksanakanaktivitasseha
ri-harisecaramandiri
Tujuanasuhankeperawatanpadalanjutusia :

Keperawatan Keluarga 18
a) Agar lanjutusiadapatmelakukankegiatansehari-
harisecaramandiridenganpeningkatankesehatan,
pencegahanpenyakit, danpemeliharaankesehatan,
sehinggamemilikiketenanganhidupdanproduktifsampaiakhirhayatny
a
b) Mempertahankankesehatandankemampuanmereka yang
usianyatelahlanjutdenganperawatandanpencegahan.
c) Membantumempertahankansertamembesarkandayahidupatausem
angathidupklienlanjutusia.
d) Menolongdanmerawatklienlanjutusia yang
menderitapenyakitataumengalamigangguantertentu.
e) Merangsangpetugaskesehatanuntukdapatmengenaldanmenegakka
n diagnosis yang
tepatdandinibilamerekamenemukankelainantertentu.
f) Mencariupayasemaksimalmungkin agar klienlanjutusia yang
menderitasuatupenyakit /
gangguanmasihdapatmempertahankankebebasan yang
maksimaltanpaperlupertolongan
(memeliharakemandiriansecaramaksimal).

Fokusasuhankeperawatanpadalanjutusia :
a. Peningkatankesehatan
b. Pencegahanpenyakit (preventif)
c. Mengoptimalkanfungsi mental
d. Mengatasigangguankesehatansecaraumum

2. Pengkajian
a. Pengkajian pada keluarga

Keperawatan Keluarga 19
1) Identitas : Nama KK, alamat, komposisi keluarga (nama, jenis
kelamin, hubungan keluarga, tempat dan tanggal lahir, pendidikan,
pekerjaan),dan genogram (genogram dari tiga generasi), tipe
keluarga, suku/budaya yang dianut keluarga, agama yang dianut
dalam keluarga, status social, aktivitas keluarga
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga :
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh
anak tertua dari keluarga inti
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.
c) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada
keluarga inti, meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota, dan sumber pelayanan
yang digunakan keluarga seperti perceraian, kematian, dan
keluarga yang hilang.
d) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal kedua orang
tua (seperti apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan
masa silam dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua.
3) Lingkungan : Karakteristik rumah, karakteristik lingkungan,
mobilitas keluarga, hubungan keluarga dengan lingkungan, system
social yang mendukung.

4) Struktur keluarga :
a) Pola komunikasi, menjelaskan cara berkomunikasi antar
anggota keluarga, pesan yang disampaikan, bahasa yang
digunakan, komunikasi langsung atau tidak, adakah hal-hal
yang tertutup atau tidak, frekuensi, kualitas komunikasi, dan
pesan emosional (negative/positif).
b) Pengambil keputusan, siapa yang membuat dan memutuskan
keputusan dalam keluarga, penggunaan keuangan, model

Keperawatan Keluarga 20
kekuatan atau kekuasaan yang digunakan keluarga dalam
membuat keputusan.
c) Peran anggota keluarga, peran formal dan informal dalam
keluarga, apakah ada konflik peran dalam keluarga, berapa kali
dan bagaimana peran tersebut dilaksanakan secara konsisten.
d) Nilai- nilai yang berlaku di keluarga, menjelaskan mengenai
nilai norma yang dianut keluarga dengan kelompok atau
komunitas, apakah sesuai dengan nilai norma yang dianut,
seberapa penting nilai yang dianut,latar belakang budaya yang
mempengaruhi nilai-nilai keluarga, bagaimana nilai-nilai
keluarga mempengaruhi status kesehata keluarga.
5) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif, menjelaskan pola kebutuhan keluarga, apakah
keluarga merasakan dan dapat menggambarkan kebutuhan
mereka.
b) Fungsi sosialisasi, menjelaskan apakah ada otonomi setiap
anggota dalam keluarga, apakah saling ketergantungan, dll.
c) Fungsi perawatan kesehatan, menjelaskan sejauh mana
keluarga mengenal masalah kesehatan dalam keluarganya,
pengetahua keluarga mengenai konsep sehat sakit,
kesanggupa keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan
keluarga, dll.

b. Pengkajian pada klien


a) Identitas klien: Nama, usia, jenis kelamin, agama, tempat
dan tanggal lahir, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.\

b) Riwayat kesehatan

Keperawatan Keluarga 21
 Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan keluhan sakit yang dirasakan klien pada
tahap usianya saat ini, bagaimana pandangan klien
tentang kesehatannya, perubahan-perubahan fungsi
tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
 Riwayat kesehatan dahulu
Tanyakan pada klien tentang penyakit yang pernah
dialaminya pada masa lalu yang mempengaruhi
kondisinya saat ini.
 Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan riwayat penyakit genetic dan penyakit
keluarga pada masa lalu dan masa sekarang seperti
diabetes mellitus, penyakit jantung, hipertensi, kaker,
stroke, da arthritis reumatis, penyakit gagal ginjal,
tiroid, asma, alergi, penyakit-penyakit darah, dll.
 Riwayat kesehatan psikososiospiritual
1. Tanyakan kebiasaan klien dalam memelihara
kesehatan dan kebiasaan minum obat. Pemeriksaan
psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan klien,
untuk mengetahui fungsi kognitif, termasuk daya
ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi terhadap
realitas, dan kemampuan dalam menyelesaikan
masalah.
2. Kaji bagaimana klien membina keakraban dengan
keluarga dan masyarakat, kesibukan klien mengisi
waktu luang, perasaan sejahtera dalam kaitannya
dengan social ekonomi.
3. Kaji keyakinan agama yang dimiliki dan sejauh
mana keyakinan tersebut diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Pemeriksaan fisik

Keperawatan Keluarga 22
Pada usia dewasa akhir (60 tahun ke atas) terjadi penurunan fungsi
fisiologis tubuh. Untuk itu pemeriksaan fisik pada klien dewasa
akhir perlu dilakukan dengan pengkajian pada system tubuh di
antaranya adalah sebagai berikut :

1. Sistem integument

Amati kulit lansia, adakah jaringan parut, keadaan rambut, kuku,


kebersihan lansia secara umum, dan gangguan lain yang umum
pada kulit.
2. Sistem respirasi

Bagaimana dengan pernafasan lansia, adakah gangguan pada


system pernafasan, adakah sessak nafas, apakah menggunakan
alat bantu, apakah terdengar ronkhi, wheezing, dll.

3. System musculoskeletal

Amati kondisi lansia apakah terdapat kontarktur pada sendi,


bagaimana dengan tingkat mobilisasinya, adakah gejala atau tanda
kifosis, dan adanya gerakan sendi yang terbatas.

4. System kardiovaskuler

Adakah keluhan pusing, sakit kepala, tanda edema pada


ekstremitas bawah dan ekstremitas atas, pembengkakan pada
vena jugularis, sirkulas darah perifer, warna, serta kehangatannya.

5. System gastrointestinal

Keperawatan Keluarga 23
Adakah keluhan mual,muntah, bagaimana asupan dietnya, status
gizi secara umum, kondisi klien saat makan dikunyah atau
langsung ditelan, keadaan gigi, adakah bising usus, tanda distensi
abdomen, gangguan konstipasi atau obstipasi, serta diare atau
tanda inkontinensia alvi.
6. System perkemihan

Bagaimana dengan warna dan bau urine, adakah distensi kandung


kemih, tanda disuri, poliuri, anuria, inkontinensia uri, frekuensi
urine, dan tanyakan berapa pemasukan dan pengeluaran cairan
klien.
7. System persarafan

Apakah ada paralisis, parese/ hemiplegic, dll.


8. System sensorik

Pengelihatan: pengelihatan tidak terlalu jelas atau kabur;berapa


jerak pandang (untuk melihat, membaca, atau menulis).
Pendengaran: bagaimana pendengaran klien apakah menurun,
pengecapan: bagaimana kemampuan klien mengunyah makanan.
Penciuman : adakah gangguan penciuman terhadap bau-bauan.

c. Diagnosa keperawatan keluarga


1) Gangguan gambaran diri pada keluarga dengan klien dewasa akhir
yang berhubungan dengan persepsi klien yang keliru terhadap diri
sendiri.
2) Resiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis yang berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mempertahankan keharmonisan
keluarga.

Keperawatan Keluarga 24
3) Perubahan hubungan keluarga yang berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat klien dewasa akhir.

d. Intevensi Keperawatan Keluarga


1) Dx : Gangguan gambaran diri pada keluarga dengan klien dewasa
akhir yang berhubungan dengan persepsi klien yang keliru
terhadap diri sendiri.
Intervensi :
1. Diskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya, dan
menjelaskan kembali) tentang masalah yang dialami klien.
2. Diskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya, dan
menjelaskan kembali) tentang factor penyebab dari masalah
yang dialami klien.
3. Ajarkan kepada keluarga untuk memberi dukungan terhadap
keadaan diri klien
4. Ajarkan kepada keluarga setiap diskusi perlu diambil suatu
keputusan yang terbaik.
2) Resiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis yang berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mempertahankan keharmonisan
keluarga.
Intervensi :
1. Diskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya, dan
menjelaskan kembali) factor penyebab ketidakharmonisan
keluarga.
2. Diskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya, dan
menjelaskan kembali) tugas perkembangan keluarga.
3. Diskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya, dan
menjelaskan kembali) tugas perkembangan dewasa akhir yag
harus dijalani.
4. Ajarkan cara menyelesaikan masalah.

Keperawatan Keluarga 25
5. Berikan pujian bila keluarga dapat mengenali penyebabnya atau
mampu membuat alternative.

3) Dx : Perubahan hubungan keluarga yang berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga merawat klien dewasa akhir.
Intervensi :
1. Diskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya, dan
menjelaskan kembali) tentang cara merawat klien.
2. Diskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya, dan
menjelaskan kembali) tentang bahaya jika hubungan keluarga
tidak harmonis saat anggota keluarga sakit.
3. Kaji sumber dukungan yang ada disekitar keluarga.
4. Ajarkan anggota keluarga memberikan dukungan terhadap
upaya pertolongan yang telah dilakukan.
5. Ajarkan kepada keluarga untuk menyelesaikan masalah klien
dewasa akhir dengan keluarga.

Keperawatan Keluarga 26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarga merupakan kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dg
keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran
masing-masing (friedman 1998). Dimana keluarga juga bagian atau unit
terkecil dari masyarakat yang beranggotakan dua orang ataupun lebih dan
masing – masing mempunyai ikatan perkawinan dan hubungan darah,
mempunyai kepala dalam rumah tangga, mempunyai peran masing –
masing serta menganut suatu budaya yang keluarga itu yakini. Keluarga
mempunyai beberapa tipe dan memiliki fungsi. Keluarga juga mempunyai
struktur yang dapat digambarkan bagaimana keluarga menjalankan peran
dan fungsinya sebagai bagian dari masyarakat sekitar. Dalam hal ini,
perawat mempunyai peran juga untuk membantu keluarga untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
Asuhan keperawatan keluarga dengan tahap usia lanjut merupakan
salah satu dari proses keperawatan dimana dalam hal ini dapat
mengoptimalkan peran dan fungsi lansia. Jadi, semakin tinggi tingkat
pengetahuan lansia terhadap masalah-masalah yang terjadi, maka dapat
diminimalisir masalah itu terjadi.

B. Saran
1. Perawat
Sebagai perawat dalam menjalankan tugas pelayanan kesehatan,
perawat harus lebih tanggap dalam mengidentifikasi masalah – masalah
apa saja yang terkait dengan keluarga lanjut usia, sehingga dapat

Keperawatan Keluarga 27
memberikan asuhan yang sesuai dengan tahap lanjut usia serta perawat
menjadi fasilitator dalam membantu penyelesaian masalah.
2. Pasien
Pasien diharapkan agar menjalankan tugas perkembangan sesuai
dengan tahap lanjut usia, dapat menjaga keharmonisan keluarga, juga
menjaga kesehatan dengan menkonsumsi makanan-makanan yang
bernutrisi tinggi serta mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki.
3. Masyarakat
Sebagai masyarakat juga harus memahami tentang masalah-
masalah yang sering terjadi pada lansia serta perawatannya pada masing-
masing masalah tersebut dengan mengikuti pendidikan kesehatan yang
diadakan oleh perawat sehingga apabila dikeluarga masyarakat terdapat
keluarga dengan tahap lanjut usia, masyarakat dapat memberikan saran-
saran yang bermanfaat pada lansia-lansia yang ada disekitar masyarakat
itu sendiri.

Keperawatan Keluarga 28
DAFTAR PUSTAKA

 Friedman.1998.Keperawatan Keluarga.Jakarta : EGC


 Suprajitno.2004.Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam
Praktik.Jakarta : EGC
 Nugroho, Wahyudi.2008.Asuhan Keperawatan Gerontik.Jakarta :
EGC
 Bailon, Salvacion G.1978.Family Health Nursing.University of The
Philippines : Diliman

Keperawatan Keluarga 29

Anda mungkin juga menyukai