Dokumen Sap
Dokumen Sap
Marasmus adalah bentuk malnutrisi di mana jumlah protein dan kalori yang dikonsumsi tidak
mencukupi kebutuhan tubuh, sehingga terjadi defisit energi dalam tubuh. Marasmus dapat
menyebabkan hilangnya jaringan lemak, otot, dan jaringan lain dalam tubuh . Malnutrisi terjadi
ketika tubuh Anda tidak mendapatkan cukup protein dan karbohidrat. Marasmus merupakan salah
satu bentuk yang paling serius dari malnutrisi protein-energi (PEM) yang terjadi di dunia.
Marasmus paling sering terjadi pada anak-anak di negara berkembang, seperti Afrika, Amerika
selatan, dan Asia Selatan, di mana kemiskinan, persediaan makanan yang tidak memadai dan air
yang terkontaminasi lazim terjadi. Air yang terkontaminasi dapat mengandung bakteri atau parasit
lain, yang akan masuk ke tubuh kita ketika kita meminumnya.
Gejala marasmus dapat berkisar antara ringan hingga berat tergantung pada tingkat malnutrisinya.
Semua orang sangat mungkin untuk menderita marasmus harian atau hanya sekali-sekali. Ketika
marasmus menjadi parah, maka akan muncul beberapa hal berikut:
Kelaparan kronis
Pasokan air minum yang terkontaminasi
Persediaan makanan yang tidak memadai
Kekurangan vitamin (terutama vitamin A, E atau K)
Mengkonsumsi makanan yang tidak seimbang, misalnya kurang biji-bijian, buah-buahan, sayuran,
dan protein
Bagaimana Cara Mencegah terjadinya Marasmus ?
Mengkonsumsi makanan bergizi, diet sehat seimbang dengan banyak buah-buahan segar dan
sayuran, biji-bijian, dan protein akan mengurangi risiko kekurangan gizi dan marasmus. Jika
marasmus terkait dengan pola makan yang buruk, maka anda harus segera melakukan beberapa
kiat berikut ini,
Marasmus adalah bentuk gangguan nutrisi yang disebabkan tubuh kekurangan protein dan kalori.
Kedua nutrisi tersebut sangat dibutuhkan untuk menjalankan berbagai fungsi tubuh. Saat tubuh
kekurangan protein dan kalori, berbagai fungsi fisik mengalami perlambatan bahkan dapat
terhenti.
Marasmus adalah masalah kesehatan yang umum terjadi di negara berkembang dan dapat dialami
oleh anak-anak maupun orang dewasa. Pada anak-anak, khususnya balita, kondisi ini lebih
mungkin terjadi dan memiliki keparahan yang lebih tinggi. UNICEF memperkirakan sedikitnya
terdapat 500.000 kasus kematian akibat marasmus pada anak-anak di dunia.
Kekurangan protein dan kalori juga dapat menyebabkan kwashiorkor yang merupakan komplikasi
dari marasmus. Pada umumnya, kwashiorkor terjadi pada usia anak-anak dan menyebabkan
masalah pertumbuhan, terutama stunting alias gangguan pertumbuhan tinggi badan. Kondisi
kekurangan nutrisi saat usia balita akan meningkatkan risiko seorang anak mengalami
kwashiorkor.
Penetapan kondisi ini dilakukan dengan pemeriksaan fisik pada tinggi dan berat badan. Pada anak-
anak, akan disesuaikan dengan batas usianya. Jika memiliki tinggi dan berat di bawah batas
normal maka hal tersebut kemungkinan tanda awal dari perkembangan marasmus. Selain itu,
perilaku atau keaktifan seseorang juga dapat menjadi penguat diagnosis, di mana seseorang
dengan marasmus akan terlihat lemas dan cenderung apatis. Kesulitan yang mungkin terjadi,
terutama pada anak-anak, adalah membedakan gejala awal kurang gizi dengan adanya penyakit
infeksi.
BACA JUGA: 7 Penyebab Anak Lebih Pendek Dibanding Teman-Temannya
Penderita akan mengalami penurunan berat badan yang disertai dengan dehidrasi, kemudian
disertai masalah saluran pencernaan seperti diare kronis. Jika asupan makanan tidak mencukupi
dalam waktu yang lama, maka lambung akan mengalami penyusutan. Marasmus juga identik
dengan hilangnya massa lemak dan otot sehingga seseroang dapat terlihat sangat kurus.
Selain itu, marasmus sering diawali dengan kelaparan dan beberapa gejala malnutrisi, di
antaranya:
Kelelahan
Penurunan suhu tubuh
Gangguan emosi – tidak menunjukan ekspresi emosi
Mudah marah
Lesu
Perlambatan pernapasan
Tangan bergetar
Kulit kering dan kasar
Kebotakan
Gangguan nutrisi adalah hal yang sangat dipengaruhi berbagai hal. Marasmus sendiri dapat
disebabkan beberapa kemungkinan penyebab, di antaranya:
Kurang asupan protein dan kalori – adalah penyebab utama yang biasanya dipicu oleh terbatasnya
akses terhadap makanan.
Gangguan makan – beberapa jenis gangguan makan menyebabkan seseorang tidak mengonsumsi
kalori dan protein yang dibutuhkan, seperti anoreksia dan pica.
Status kesehatan – kondisi seseorang saat berada dalam masa pengobatan atau mengalami infeksi
seperti sifilis dan tuberkulosis menyebabkan seseorang membutuhkan asupan nutrisi yang tepat
dalam jumlah yang lebih banyak. Jika tidak terpenuhi maka akan dengan mudah mengalami
defisiensi nutrisi.
Kondisi bawaan lahir – seperti penyakit jantung kongenital dapat mempengaruhi pola konsumsi
seseorang dan memicu asupan yang tidak seimbang yang menyebabkan malnutrisi.
Setelah mulai membaik, pengobatan dilanjutkan dengan pola makan seimbang untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi. Meskipun demikian, terkadang penderita tidak dapat mengonsumsi makanan
dengan cara normal sehingga makan dan minum dilakukan dalam jumlah yang sedikit, atau
menggunakan infus ke pembuluh darah vena dan lambung.
Selain itu, riwayat infeksi pada penderita juga perlu diperhatikan. Penggunaan antibiotik
kemungkinan diperlukan untuk mempertahankan nutrisi dan melawan penyakit di saat yang
bersamaan. Sembuh dari penyakit infeksi akan meningkatkan peluang kesembuhan secara
signifikan.
Cara terbaik agar terhindar dari marasmus adalah dengan menerapkan pola makan seimbang
dengan cara memenuhi protein dari susu, ikan, telur atau kacang-kacangan. Selain itu konsumsi
sayur dan buah diperlukan untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral agar terhindar dari
kondisi malnutrisi secara umum.
Pencegahan infeksi juga merupakan hal penting karena berbagai penyakit dapat berpotensi
menyebabkan gangguan nutrisi pada seseorang, terutama jika ia pernah mengalami marasmus. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta memastikan bahwa
makanan yang dikonsumsi terbebas dari penyakit. Pada kelompok usia bayi, perlindungan juga
dilakukan dengan cara pemberian ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan memperkuat daya
tahan tubuh.