Anda di halaman 1dari 4

Polisi Tetapkan 2 Pembakar Bendera di Garut Jadi Tersangka

Foto: Hakim Ghani/detikcom


Bandung - Polisi menetapkan dua oknum anggota Banser sebagai tersangka kasus
pembakaran bendera berkalimat tauhid yang dianggap bendera Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI) di Garut.

"Iya sudah dijadikan tersangka," ucap Direktur Reserse Kriminal Umum Polda
Jawa Barat Kombes Umar Surya Fana kepada detikcom via pesan singkat, Selasa
(30/10/2018).

Penyidik sebelumnya menegaskan M dan F hanya dijadikan saksi dalam insiden


ini. Namun menurut Umar penyidikan bersifat dinamis dan penyidik memperoleh
alat bukti baru sehingga menetapkan dua orang tersebut sebagai tersangka.

"Penyidikan itu beraifat dinamis, bukan statis, penyidik mengambil kesimpulan


berdasarkan alat bukti. Kalau saat rilis belum ada alat bukti, ya ngga bisa
menyimpukan yang sifatnya final. Nah perjalanan penyidikan ditemukan alat bukti
baru yang tentu akan mempengaruhi kesimpulan penyidik," katanya.
Umar menjelaskan alat bukti tersebut merupakan keterangan saksi. Saksi yang
didapat menjelaskan bahwa pembakaran itu masih dalam rangkaian upacara
peringatan Hari Santri Nasional (HSN) di Garut.

"Kegiatan pembakaran bendera HTI masih dalam rangkaian pelaksanaan upacara


yang berlangsung, sehingga dianggap mengganggu pelaksanaan upacara HSN,"
katanya.

Kepada dua pembakar tersebut, polisi menjerat dengan pasal yang sama seperti
yang diberikan kepada pembawa bendera HTI, Uus Sukmana. Polisi menjerat M
dan F Pasal 174 KUHP.

"Sesuai delik di Pasal 174 KUHP," kata Umar.

Sebelumnya polisi telah menetapkan Uus sebagai tersangka dalam kasus ini. Uus
dijerat Pasal 174 KUHP lantaran membawa bendera HTI saat upacara peringatan
HSN di alun-alun Limbangan, Garut.
1. Pasal yang dilanggar dalam kasus tersebut adalah Pasal 29 UUD 1945 yang
berbunyi :
“(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.”
“(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.”

2. Analisis

Seperti kita ketahui bersama, HTI telah ditetapkan sebagai organisasi


terlarang pada tahun 2017 karena dianggap mengancam ideologi negara,
yakni pancasila. Bersama ini segala bentuk simbol dari HTI otomatis akan
dilarang. Namun dalam peredarannya, sering kali kita temui masih eksisnya
bendera HTI dalam beberapa acara. Hal inilah yang menjadi viral akhir-
akhir ini. Beberapa orang anggota Banser mendapati bendera HTI dalam
peringatan hari santri, tanpa pikir panjang mereka langsung membakar
bendera yang diyakini bendera HTI tersebut. Hal ini yang menjadi pro
kontra dalam masyarakat. Di satu sisi ada yang beranggapan bahwa bendera
itu merupakan bendera dari ormas terlarang. Di sisi lain umat islam marah
karena dalam bendera yang dibakar tersebut mengandung lafadz tauhid.
Menurut saya, momentum ini bisa dimanfaatkan oleh HTI sebagai penarik
simpati dari masyarakat umum dengan menggiring opini bahwa bendera
tersebut adalah bendera tauhid yang orang lain yakini bahwa bendera
tersebut bendera HTI. Oknum dari Banser tidak salah apabila beralasan
bahwa yang mereka bakar adalah bendera HTI. Akan tetapi, yang mereka
bakar adalah bendera yang mengandung lafadz tauhid yang menjadi simbol
dari umat islam. Maka dari itu, oknum Banser yang terlibat dalam aksi
tersebut dapat dikenai hukuman tentang menistakan agama.

3. Solusi

Isu agama adalah isu yang marak diperbincangkan akhir-akhir ini. Karena
agama adalah nyawa di masyarakat. Mereka tidak bisa terpisah satu sama
lain. Itu menjadikannya elemen penting pada penentuan banyak hal yang
terjadi di kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah dalam pandangan
hidup berbangsa dan bernegara. Banyak isu muncul, baik buruk maupun
baik. Apalagi pada saat tahun-tahun politik seperti kali ini. Banyak orang
yang saling menyerang titik lemah satu sama lain demi mendapat dukungan
dari masyarakat. Seharusnya

Anggota Kelompok :
1. Devira Widya Zahwania (07)
2. Muhamad Yusuf Taufikurohman (23)
3. Nurraihan Pratiwi (28)
4. Sandro Bima Setiawan (32)

Anda mungkin juga menyukai