Anda di halaman 1dari 4

Pendahuluan

Suatu mikroba dapat dijumpai pada berbagai jenis bahan makanan, baik makanan yang berbentuk padat
maupun makanan yang berbentuk cair. Serta obat-obatan, baik obat tradisional maupun obat sintetik.
Untuk mengetahui jumlah mikroba bakteri yang terkandung dalam 1 gram sampel bahan uji padat atau
1 ml bahan uji cair yang diperiksa, maka perlu dilakukan praktikum uji penentuan angka lempeng total
ini. Dimana angka lempeng total merupakan angka yang menunjukkan jumlah bakteri mesofil dalam
tiap-tiap 1 ml atau 1 gram sampel makanan, kosmetik, obat-obatan, maupun obat tradisional yang
diperiksa. Penentuan angka lempeng total memberikan jaminan bahwa ekstrak sampel tidak boleh
mengandung mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba non pathogen melebihi batas yang telah
ditetapkan. Adapun prinsip dari ALT adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil
setelah sampel ditanam pada lempeng media yang sesuai dengan cara tuang kemudian dieramkan
selama 24-48 jam pada suhu 35-37oC (Pratiwi, 2008).

Uji angka lempeng total (ALT) ini merupakan metode yang umum digunakan untuk menghitung adanya
bakteri yang terdapat dalam sediaan makanan, kosmetik, obat-obatan, maupun obat tradisional yang
diperiksa. Uji angka lempeng total dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik cawan tuang (pour
plate) dan teknik sebaran (spread plate). Pada prinsipnya dilakukan pengenceran terhadap sediaan yang
diperiksa terlebih dahulu, kemudian dilakukan penanaman pada media lempeng agar. Jumlah koloni
bakteri yang tumbuh pada lempeng agar dihitung setelah diinkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai.
Perhitungan dilakukan terhadap petri dengan jumlah koloni bakteri berkisar antara 25-250 atau 30-300.
Adapun satuan perhitungan yang dipakai adlah CFU (Colony Forming Unit). Titik angka lempeng total
dinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri hasil perhitungan dikalikan dengan factor pengenceran. Jumlah
angka lempeng total memenuhi aturan Departemen Kesehatan RI jika kurang dari 106 CFU (Jawetz dkk.,
1995).

Prinsip dari metode cawan tuang adalah bila sel ditumbuhkan pada medium, maka mikroba tersebut
akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan kemudian dihitung tanpa
menggunakan mikroskop. Metode ini merupakan cara yang paling sensitive untuk menentukan jumlah
jasad renik, dengan alas an yakni:

a. Hanya sel mikroba yang hidup saja yang dapat dihitung


b. Beberapa jasad renik dihitung sekaligus
c. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba, karena koloni yang terbentuk mengkin
berasal dari mikroba yang mempunyai penampakan fisik.

Selain keuntungan-keuntungan diatas, metode hitungan cawan juga mempunyai kelemahan yakni :

a. Hasil perhitungan tidak menunjukan jumlah sel yang sebenarnya Karena beberapa sel yang
berdekatan mungkin membentuk koloni
b. Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan jumlah yang berbeda pula
c. Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh oada medium padat danmembentuk koloni
yang kompak jelas, dan tidak menyebar
d. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi yang relative lama agar pertumbuhan koloni dapat
dihitung (Buckle,1987)

MATERIAL DAN METODE PRAKTIKUM

Pada praktikum kali ini Yitu penentuan angka lempeng total, diperlukan alat dan bahan berupa
tabung reaksi, rak tabung reaksi, cawan petri, Erlenmeyer 250 ml, mikropipet, dan blue tip, Bunsen,
timbangan analitik, vortex, media nutrient agar, media PDF, serta sampel (serbuk jamu). Adapun
metodenya sebagai berikut :

penetapan angka lempeng total dilakukan dengan menimbang 1 gram sampel (serbuk jamu)
menggunakan timbangan analitik kemudian dilarutkan dalam 10 ml media PDF hingga homogen.
Selanjutnya dilakukan pengenceran bertingkat terhadap sampel pada media PDF. Setelah itu sampel
paada tabung 3,4 dan 5 diambil menggunakan mikropipet lalu diinokulasikan kedalam cawan petri yang
berisi NA. cawan petri lalu diinkubasi selama 24 jam. Dihitung koloni bakteri yang tumbuh pada cawan
petri.

Pembahasan hasil praktikum

Penentuan ALT (Angka Lempeng Total) merupakan metode kuantitatif yang digunakan untuk
mengetahui jumlah mikroba yang ada pada sampel (BPOM, 2008). Dimana sampel yang digunakan
dalam praktikum ini yakni jamu tolak angin sidomuncul. Adapun proses awal praktikum ini yakni
membuat media NA dan media PDF dibuat, kemudian media disterilisasi selama 30 menit pada suhu
121oC. adapun alasan digunakannya suhu 121oC yakni disebabkan oleh air mendidih pada suhu tersebut
dapat mematikan semua bentuk kehidupan (Fardiaz, 1992). Setelah media NA dan PDF disterilisasi,
kemudian media NA dan PDF disimpan di dalam lemari pendingin selama 24 jam. Setelah itu, sampel
yang digunakan dimasukkan kedalam media PDF, dan dihomogenkan menggunakan vortex agar sampe
jamu merata dengan sempurna. Setelah sampel jamu homogen, dilakukan pengenceran pada sampel
jamu yang ada pada media PDF tadi dengan 5 tingkat pengenceran yakni 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, dan 10-5.
Adapun tujuan dari dilakukannya pengenceran ini yakni untuk mengurangi jumlah populasi bakteri
tumbuh dalam jumlah banyak sehingga akan menyulitkan dalam perhitungan jumlah koloni. Kemudian
setelah diencerkan, tabung pengenceran ke 3, 4 dan 5 dituangkan 1 ml pada tiap-tiap cawan petri yang
kemudian akan diinkubasi selama 1x24 jam dengan suhu 37oC. adapun alas an dari penggunaan suhu
37oC yakni karena temperature optimum pada pertumbuhan bakteri terjai pada suhu 37oC. Setelah
diinkubasi, kemudian dilakukan perhitungan koloni bakteri dari tiap-tiap petri. Berikut hasil pengamatan
pada praktikum penetapan angka lempeng total sebagai berikut:

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diatas, dapat diketahui bahwa pada tingkat pengenceran 10-3,
dan 10-4 jumlah koloni bakteri tidk dapat dihitung karena koloni mengalami penumpukan yang
diakibatkan oleh media NA masih dalam keadaan dingin pada saat penuangan sampel yang ada pada
tabung reaksi, sehingga koloni bakteri tidak dapat dihitung. Sedangkan pada tingkat pengenceran 10-5,
koloni yang ditemukan sebanyak 22 koloni bakteri. Jumlah tersebut mempengaruhi perhitungan ALT
koloni. Karena koloni yang ditemukan pada praktikum ini <30 sehingga yang dihitung merupakan angka
lempeng perkiraan dari koloni yang ada pada tingkat pengenceran terendah yaitu 10-5. ALP koloni
bakteri dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

N= ∑koloni pada konsentrasi tabung terendah

= 22 CFU/mL

Berdasarkan data hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa sampel jamu yang digunakan untuk
perhitungan ALT koloni bakteri ini termasuk pada kelompok obat tradisional. Mutu obat tradisional
dapat dinilai melalui uji metode kuantitatif yaitu dengan meode perhitungan ALT. nilai ALT yang
ditemukan dari sampel akan dibandingkan dengan standar nilai ALT dari BPOM. Berdasarkan data hasil
pengamatan diketahui bahwa nilai ALP bakteri dari sampel yang digunakan adalah sebesar 22 CFU/ml,
sedangkan nilai ALT jamu tolak angin sidomuncul sejenis menurut BPOM (2005) adalah sebesar 1x106
cfu/mL. hal tersebut menunjukkan bahwa nilai ALP bakteri ari sampel lebih kecil dari nilai standar ALT
yang ditentukan BPOM, sehingga obat tradisional tersebut masih layak atau bisa dikonsumsi karena
berdasarkan BPOM (2005), makanan yang mengandung cemaran baik biologis yaitu cemaran mikroba
maupun cemaran kimia yang melampaui ambang batas maksimal yang telah ditetapkan maka dapat
dikategorikan sebagai pangan tercemar. Sedangkan sampel yang diuji nilai ALT bakterinya kurang dari
ambang batas maksimal, maka dapat dikatakan bahwa sampel tersebut memiliki kualitas yang baik.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat didimpulkan bahwa penetapan cemaran
bakteri pada sampel jamu tolak angin sidomuncul dapat dilakukan sdengan metode uji penetapan angka
lempeng total, selain itu dapat disimpulkan juga bahwa sampel tolak angin yang digunakan
terkontaminasi oleh bakteri dengan jumlah kontaminan yang tidak melebihi ambang batas konsumsi
yaitu sebesar 22 CFU/mL atau < 106 CFU/mL. sehingga produk jamu tolak angin layak untuk dikonsumsi.
Daftar pustaka

BPOM,, 2005. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republic Indonesia Nomor HK
00.05.41.1384 Tentang Criteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar
dan Fitofarmaka. Jakarta: Kepala BPOM.

BPOM., pengujian mikrobiologi pangan. Jakarta: pusat pengujian obat dan makanan badan pengawasan
obat dan makanan republic Indonesia

Buckle, k. a., Edwards, r. a., fleet, g. h., and wotton, m., 1987. Ilmu pangan . Jakarta: universitas
Indonesia press

Fardiaz, s., 1992. Mikrobiologi pangan. Bogor: departemen pendidikan dan kebudayaaan pau pangan
dan gizi.

Jawetz, e., melnick, j. l., adelberg, e. a., brooks, g. f., butel, j. s., and ornston, l. n., 1995. Mikrobiologi
kedokteran. Jakarta:egc.

Pratiwi, s.t., 2008. Buku ajar mikrobiologi farmasi. Jakarta: erlangga

Anda mungkin juga menyukai

  • Irigasi
    Irigasi
    Dokumen13 halaman
    Irigasi
    Khoirul Fahmi
    Belum ada peringkat
  • A PDF
    A PDF
    Dokumen3 halaman
    A PDF
    anon_498235524
    Belum ada peringkat
  • Alinemen Vertikal
    Alinemen Vertikal
    Dokumen10 halaman
    Alinemen Vertikal
    Mahat StupidLife
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    anon_498235524
    Belum ada peringkat
  • Bukti Peserta Ujian: Nomor BPU
    Bukti Peserta Ujian: Nomor BPU
    Dokumen1 halaman
    Bukti Peserta Ujian: Nomor BPU
    anon_498235524
    Belum ada peringkat
  • Cover Metnum
    Cover Metnum
    Dokumen1 halaman
    Cover Metnum
    anon_498235524
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    anon_498235524
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    anon_498235524
    Belum ada peringkat