Dampak Lingkungan Disekitar PLTU Secara
Dampak Lingkungan Disekitar PLTU Secara
1. Radiasi
Radiasi yang ditimbulkan oleh SUTT (Saluran Listrik Tegangan Tinggi) sangat
berbahaya bagi kesehatan. Pemerintah lebih memilih membangun SUTT
melewati pemukiman warga ketimbang melewati tanah yang kosong yang
jaraknya agak lebih jauh. Pemerintah hanya memikirkan kerugian yang di
dapatnya dalam biaya pemindahan SUTT dibanding kerugian yang didapat
oleh warga yang rumahnya terlintas oleh jalur SUTT. Radiasi yang ditimbulkan
oleh SUTT (Saluran Listrik Tegangan Tinggi) sangat berbahaya bagi
kesehatan. Warga yang rumahnya di lalui oleh SUTT tentunya akan mengalami
kerugian yang sangat besar. Selain kerugian dari dampak radiasi, warga juga
dirugikan di bidang material. Pemerintah lebih memilih membangun SUTT
melewati pemukiman warga ketimbang melewati tanah yang kosong yang
jaraknya agak lebih jauh. Pemerintah hanya memikirkan kerugian yang di
dapatnya dalam biaya pemindahan SUTT dibanding kerugian yang didapat
oleh warga yang rumahnya terlintas oleh jalur SUTT. Rumah warga yang
dilalui kabel SUTT tidak diberikan ganti rugi oleh pemerintah, melainkan
hanya diberi uang yang jumlahnya sangat jauh lebih sedikit dari kerugian yang
didapat oleh warga. Warga hanya bisa pasrah atas kerugian ini. Ketika warga
melakukan protes untuk dipindahkannya kabel SUTT ketempat yang jauh dari
pemukiman warga, tetapi Pemerintah tidak mandengarkan/memperdulikan apa
yang diinginkan warga tersebut, melainkan diam saja dan tidak memindahkan
SUTT itu.
2. pencemaran udara
Dalam proses produksi listrik dari pada PLTU batu bara terdapat proses
pembakaran batubara. Seperti halnya bahan bakar fosil lainnya, dalam proses
pembakaran batubara selain dihasilkan pelepasan energy berupa panas juga
dihasilkan abu dan asap. Debu dan asap ini merupakan polutan yang dihasilkan
dari PLTU batubara. Berikut polutan utama yang dihasilkan oleh PLTU
batubara :
• SOx merupakan emisi gas buang yang dikenal sebagai sumber gangguan
paru-paru dan dapat menyebabkan berbagai penyakit pernafasan.
• NOx merupakan emisi gas buang yang sekaligus dikeluarkan oleh PLTU
batubara bersama dengan gas Sox, keduanya merupakan penyebab terjadinya
"hujan asam" yang terjadi di banyak negara maju dan berkembang, terutama
yang menggantungkan produksi listriknya dari PLTU batubara. Hujan asam
dapat memberikan dampak buruk bagi industri peternakan dan pertanian.
• COx merupakan emisi gas buang yang dapat membentuk lapisan pada
atmosfer yang dapat menyelubungi permukaan bumi sehingga dapat
menimbulkan efek rumah kaca ("green-house effect"), hal ini dapat
berpengaruh pada perubahan iklim global.
1) Penyakit Silikosis
Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2,
yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu
silika bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran
beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir, menggerinda, dll). Selain
dari itu, debu silika juka banyak terdapat di tempat di tempat penampang bijih
besi, timah putih dan tambang batubara. Pemakaian batubara sebagai bahan
bakar juga banyak menghasilkan debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar,
debu silika akan keluar dan terdispersi ke udara bersama – sama dengan partikel
lainnya, seperti debu alumina, oksida besi dan karbon dalam bentuk abu.
Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi
sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala
penyakit silicosis akan segera tampak, apabila konsentrasi silika di udara cukup
tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah banyak. Penyakit silicosis
ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk ii seringkali tidak
disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang
disertai terlihat dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah
sekali diamati. Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan
semakin parah dan kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan
yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung.
Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu
mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan
yang ketat sebab penyakit silicosis ini belum ada obatnya yang tepat. Tindakan
preventif lebih penting dan berarti dibandingkan dengan tindakan
pengobatannya. Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau penderita
sebelumnya juga sudah menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astma
broonchiale dan penyakit saluran pernapasan lainnya. Pengawasan dan
pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja akan sangat membantu
pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat kerja. Data
kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja dan sesudah bekerja
perlu dicatat untuk pemantulan riwayat penyakit pekerja kalau sewaktu – waktu
diperlukan.
2) Penyakit Antrakosis
Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh
debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang
batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan
batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker) dan
juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik
Tenaga Uap berbahan bakar batubara.
Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4 tahun. Seperti halnya penyakit silicosis
dan juga penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga
ditandai dengan adanya rasa sesak napas. Karena pada debu batubara terkadang
juga terdapat debu silikat maka penyakit antrakosis juga sering disertai dengan
penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya disebut
silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis
murni, penyakit silikoantraksosis dan penyakit tuberkolosilikoantrakosis.
Jika kita tinggal di daerah metropolitan seperti Los Angeles, kita mungkin
terbiasadengan asap perkotaan - asap berwarna kuning gelap atau kecoklatan
yang membentukgumpalan udara yang mengambang di
daerahdaerah berpenduduk pada hari musim panas2).Asap sebagian besar
terdiri dari lapisan bawah ozon (O3), tetapi juga banyak mengandungunsur-
unsur kimia lainnya, termasuk karbon monoksida (CO), unsur partikel seperti
debu,senyawa volatil organik (VOCs) seperti benzene, butane, dan
hidrokarbon lainnya. Lapisan bawah ozon yang berbahaya jangan disamakan
dengan lapisan ozon yang berguna di stratosfer untuk melindungi bumi dari
sinar ultraviolet matahari yang berbahaya. Ozon di bagian permukaan tanah
merupakan polutan dengan beberapa pengaruh yang merugikan kesehatan.
Sumber utama nitrogen oksida dan hidrokarbon adalah kendaraan
bermotor. Hidrokarbon dan nitrogen oksida bereaksi terhadap sinar matahari
pada hari yang cerah untuk membentuk lapisan bawah ozon, yaitu komponen
utama dari asap (Gambar 2). Puncak dari pembentukan asap biasanya pada sore
hari saat suhu tertinggi dan banyak sinar matahari. Meskipun lapisan bawah
asap dan ozon terbentuk di daerah perkotaan dengan lalu lintas yang padat atau
daerah industri, namun angin yang bertiup dapat membawanya beberapa ratus
mil ke kota lain. Ini menunjukkan bahwa polusi tidak mengenal batas, dan
merupakan masalah global.
Ozon dapat menyebabkan iritasi pada mata dan merusak kantung udara pada
paru-paru,dimana oksigen dan karbon dioksida bertukar, yang pada akhirnya
menyebabkan pengerasanpada jaringan lunak dan kenyal. Hal itu juga dapat
menyebabkan sesak napas, kelelahan, sakit kepala, mual, dan memperburuk
masalah pernapasan seperti asma. Setiap bagian ozonberdampak kecil terhadap
kerusakan pada paruparu, seperti halnya asap rokok, yang akhirnyamengikis
kapasitas paru-paru setiap manusia. Tetap berada di dalam rumah dan
mengurangiaktivitas fisik pada saat kondisi asap meningkat dapat
meminimalisasi kerusakan yang parah.Ozon juga merugikan tumbuh-
tumbuhan dengan merusak jaringan-jaringan daun. Untukmeningkatkan
kualitas udara di daerah-daerah dengan masalah ozon
terburuk, ReformulatedGasoline (RFG) yang mengandung 2% oksigen telah
diperkenalkan. Penggunaan RFG telahmenghasilkan penurunan yang
signifikan dalam emisi ozon dan polutan lainnya, danpenggunaannya
diwajibkan untuk daerah-daerah yang rawan banyak asap3).
Polutan yang berbahaya lainnya pada asap adalah karbon monoksida, yang
tidak berwarna, tidak berbau, dan merupakan gas yang beracun. Karbon
monoksida sebagianbesar berasal dari kendaraan bermotor, dandapat mencapai
tingkat yang berbahaya di daerah dengan lalu lintas sangat padat.
Karbon monoksida menghalangi organ-organ tubuh untuk mendapatkan
oksigen dengan cara mengikat sel darah merah yang seharusnya membawa
oksigen. Pada jumlah yang kecil, karbon monoksida dapat
menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen yang dikirim ke otak, organ dan
otot lainnya, memperlambat reaksi dan reflek, dan bersifat merusak.
Itu menimbulkan ancaman yang serius bagi orang yang berpenyakit jantung
yang disebabkanrapuhnya kondisi sistem peredarahan darah dan janin, karena
oksigen sangat dibutuhkan untukperkembangan otak. Pada jumlah yang
besar, dapat berakibat fatal, sebagaimana dibuktikandengan banyaknya
kematian yang disebabkan oleh mobil yang dipanaskan di dalam garasi
dankebocoran gas buangan ke dalam mobil. Asap juga mengandung unsur
partikel yang tersuspensi seperti debu yang dihasilkan oleh kendaraan
bermotor dan industri. Partikel seperti itu dapat menyebabkan iritasi pada
mata dan paru-paru karena dapat membawa senyawa, seperti asam dan
logam. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon optimistis krisis ekonomi global
bukanhalangan bagi negara di dunia untuk menghimpun dana hijau 100 miliar
dollar AS per tahun pada 2020 ini dikatakan pada pertemuan Para Pihak
Kerangka Kerja PBB untuk Konvensi perubahan iklim di Cancun, Meksiko).
4. Hujan asam
Bahan bakar fosil adalah campuran dari berbagai macam bahan kimia,
termasukbelerang (sulfur) dalam jumlah kecil. Sulfur pada bahan bakar
bereaksi dengan oksigenmembentuk sulfur dioksida (SO2), yang merupakan
polutan udara. Sumber utama SO2 adalah pembangkit tenaga listrik
yang membakar batubara dengan kandungan sulfur tinggi. Di Amerika Serikat
dilakukan The Clean Air Act tahun 1970 telah membatasi emisi SO2 dengan
tegas yang mengharuskan pembangkitpembangkit untuk menggunakan
Scrubber, untuk mengubah menjadi batubara dengan kandungan sulfur rendah,
atau mengubah menjadi gas batubara dan memperbaiki sulfur kembali) .
Kendaraan bermotor juga merupakan salah satu sumber SO2 karena bensin dan
solar juga mengandung sulfur dengan jumlah kecil. Letusan gunung
merapi dan air mata panas juga melepaskan sulfur dioksida (ditandai dengan
bau seperti bau telur busuk). Sulfur oksida dan nitrat oksida bereaksi dengan
uap air dan bahan kimia lainnya di lapisan atas atmosfer dihadapan sinar
matahari untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat.
Asam yang terbentuk biasanya terlarut dalam tetesan air yang jatuh ke
dalam awan atau kabut. Tetesan sarat asam ini, seperti pada jus lemon, turun
dari udara ke tanah bersama hujan atau salju. Hal ini dikenal sebagai hujan
asam. Tanah mampu menetralkan asam tertentu, tetapi jumlah besar
yang dihasilkan oleh pembangkit listrik yang menggunakan batubara murah
dengan kandungan sulfur tinggi telah melampaui batas kemampuan tanah, dan
sebagai hasilnyabanyak danau dan sungai di daerah-daerah industri seperti
New York, Pennsylvania, danMichigan menjadi sangat asam bagi
kehidupan ikan). Hutan di daerah-daerah tersebut jugamengalami kerusakan
secara perlahan karena menyerap asam melalui daun, batang, dan akar.Bahkan
struktur marmer memburuk akibat hujan asam. Besarnya masalah ini
tidak diketahui sampai awal 1970-an, dan langkah-langkah serius telah
dilakukan sejak saat itu untuk mengurangi pembentukan sulfur dioksida secara
drastis dengan penggunaan scrubber pada pembangkit-pembangkit dan dengan
desulfurisasi batubara sebelum pembakaran.
Efek rumah kaca juga dialami oleh bumi dalam skala besar. Permukaan bumi,
yangmenghangat pada siang hari karena adanya penyerapan energi surya, dan
mendingin padamalam hari dengan memancarkan sebagian energinya ke ruang
angkasa berupa radiasi inframerah. Karbon dioksida, uap air, dan sisa
dari beberapa gas lainnya seperti metana dannitrogen oksida menyelimuti bumi
dan membuat bumi tetap hangat pada malam hari dengan cara menghalangi
panas yang terpancar dari bumi (Gambar 4). Oleh karena itu, ini disebut juga
"gas rumah kaca", dengan CO2 sebagai komponen utamanya. Uap air
biasanya tidak termasuk di dalamnya karena jatuh berupa hujan atau salju
sebagai bagian dari siklus air dan aktivitas manusia dalam memproduksi
air (seperti pembakaran bahan bakar fosil) yang tidak merubah konsentrasi uap
air di atmosfer (yang sebagian besar disebabkan oleh penguapan dari sungai,
danau, dan lautan). CO2 berbeda, bagaimanapun, aktivitas masyarakat kita
merubah konsentrasi CO2 di atmosfer. Efek rumah kaca membuat kehidupan
di bumi terus berlangsung dengan menjaga bumi tetap hangat (sekitar 30°C).
Namun, jumlah gas yang berlebih ini mengganggu keseimbangan karena
terlalu banyak energi yang tertahan, yang menyebabkan suhu rata-rata
bumi meningkat dan iklim di beberapa lokasi berubah. Konsekuensi-
konsekuensi yang tidakdiinginkan efek rumah kaca ini disebut
sebagai pemanasan global atau perubahan iklim global3).Perubahan iklim
global terjadi karena penggunaan yang berlebihan dari bahan bakar fosil seperti
batu bara, produk minyak bumi, dan gas alam di pembangkit tenaga
listrik, transportasi, bangunan, dan pabrik, dan telah menjadi perhatian dalam
beberapa decade terakhir. Pada tahun 1995, sebanyak 6,5 miliar ton karbon
terlepas ke atmosfer sebagai CO2. Konsentrasi CO2 di atmosfer sekarang
ini adalah sekitar 360 ppm (atau 0,36%). Konsentrasi ini adalah 20% lebih
tinggi dari satu abad yang lalu, dan diperkirakan akan meningkat sampai lebih
dari 700 ppm pada tahun 2100). Pada kondisi normal,
tumbuhtumbuhan mengkonsumsi CO2 dan melepaskanO2 pada saat proses
fotosintesis, dengan demikian konsentrasi CO2 di atmosfer tetap terjaga pada
kondisi aman. Pohon yang tumbuh besar mengkonsumsi CO2 sekitar 12 kg
tiap tahunnya dan mengeluarkan cukup oksigen dan dapat menunjang
kebutuhan bernapas untuk empat keluarga. Akan tetapi, penebangan hutan dan
meningkatnya produksi CO2 dalambeberapa dekade terakhir
mengganggu keseimbangan ini.
6. Kerusakan Ekosistem
Kerusakan yang di akibatkan oleh pencemaran udara yang berasal dari PLTU
akan merusak biota lautan dan pantai yang dekat dengan PLTU. Kerusakan
berawal dari kerusakan terumbu karang langka yang menjadi tempat
berkembang-biaknya ikan dan biota laut lainnya. Rusaknya terumbu karang
dipastikan akan menyebabkan berkurangnya populasi ikan dan biota laut
lainnya di wilayah tersebut. Akibatnya, penghasilan para nelayan sekitar pun
akan menurun.PLTU menggunakan sumber energi yang berasal dari fosil
batubara yang berada di daerah lain. hal ini memerlukan sarana seperti dermaga
dan transportasi. dalam pembangunan PLTU memerlukan batu dan tanah. Batu
dan tanah yang diperuntukan untuk pembangunan dermaga itu diambil dari
pegunungan atau dataran tinggi. hal itu sangat merusak alam dan rawan akan
bencana longsor.
7. Dampak Pembangunan
Batu dan tanah yang diperuntukan untuk pembangunan dermaga itu diambil
diri pegunungan atau dataran tinggi. hal itu sangat merusak alam dan rawan
akan bencana longsor. Bukan hanya pada proses pengambilannya saja yang
bermasalah, proses pendistribusiannya pun bermasalah. Masalah itu adalah
jalan-jalan yang dilalui oleh truk-truk besar pengangkut batu dan tanah menjadi
rusak berat. Jalanan menjadi berlubang dan rawan kecelakaan. Bukan hanya
truk itu saja yang membuat jalan rusak, tapi mobil-mobil besar pengangkut alat
besar dan baja-baja sangat berperan besar baga rusaknya jalan. Yang
disayangkan adalah pemerintah tidak berupaya segera memperbaiki jalan-jalan
yang rusak dengan alasan bahwa percuma diperbaiki, toh akan rusak lagi!.
Padahal jalan-jalan yang rusak itu merupakan jalan utama, diantaranya jalan di
cilegon menuju Labuan, sepanjang jalan cibaliung sampai tarogong, dan jalan
di arah Pandeglang sampai Labuan. Jalan-jalan itu sudah jelas merupakan jalan
utama proppinsi. Selain jalan-jalan utama, jalan kecil disekitar pertambangan
batu menjdi rusak parah,jalanan menjadi berdebu dan berbahaya bagi
pernapasan.
Upaya Penanganan
Usaha untuk mengurangi dampak negative PLTU batubara dapat dimulai dari
proses penambangan batubara. Salah satu proses yang dapat digunakan adalah
dengan teknologi Underground Coal Gasification (UCG). Teknologi ini
merupakan proses untukmengkonversikan batubara secara in-situ menjadi
bahan bakar gas dan untuk penggunaan industri kimia lainnya. Proses UCG
ini dilakukan melalui injeksi uap dan udara atau oksigen (O2) ke dalam lapisan
batubara (coal seam) yang berada di bawah permukaan tanah melalui sumur
produksi (production well). Di lapisan batubara bawah tanah akan
terbentuk rongga (cavity) dan terjadi proses gasifikasi serta proses kimiawi,
yaitu batubara tersebut akan terbakar menghasilkan gas. Gas ini kemudian
disalurkan melalui pipa khusus ke permukaan tanah, di tempat ini terletak
instalasi pengolahan gas(gas processing). Sebagian gas dipergunakan sebagai
bahan bakar stasiun pembangkit tenaga listrik dan sebagian lagidipergunakan
sebagai bahan sintesis (syngas)bahan kimia, seperti hidrogen, dan
metanol. Usaha lain yang dapat dilakukan untuk membuat PLTU batubara
yang ramah lingkungan dapat menerapkan teknologi bersih batubara. Batubara
yang dibakar di boiler akan menghasilkan tenaga listrik serta
menghasilkanemisi seperti partikel, SO2, NOx, dan CO2. Emisi tersebut dapat
dikurangi menggunakanteknologi seperti denitrifikasi,
desulfurisasi, electrostratic precipitator (penyaring debu),dan separator
CO2. Upaya untuk peningkatan pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan
metode mengubah atau memanfaatkan limbah menjadi produk baru yang
bernilai ekonomis. Pengelolaan yang dapat dilakukan diantaranya adalah
sebagai berikut :
Peralatan berteknologi tinggi lain yang kini mulai dipakai untuk mengolah
polutan penyebab hujan asam adalah electron beam machine atau Mesin Berkas
Elektron (MBE). Proses pembersihan gas buang dilakukan dengan
mendinginkan SOx dan NOx dengan semburan air (H2O). Ke dalam campuran
senyawa ini selanjutnya ditambahkan gas ammonia dan dialirkan ke dalam
tabung pereaksi (vessel). Campuran senyawa yang mengalir dalam tabung
pereaksi ini selanjutnya diirradiasi dengan berkas elektron. Gas-gas polutan
akan berubah, SOx menjadi SO3 dan Nox menjadi NO3 karena mendapatkan
tambahan energi dari elektron. Kedua senyawa tersebut bereaksi dengan air
sehingga dihasilkan produk antara (intermediate product) berupa asam
sulfat dan asam nitrat. Setelah 0,1 detik dari proses irradiasi, produk antara
(asam sulfat dan asam nitrat) bereaksi dengan ammonia sehingga dihasilkan
produk akhir berupa ammonium sulfat dan ammonium nitrat. Kedua senyawa
ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk sulfat dan pupuk nitrogen.
A. Kesimpulan
B. Saran