Anda di halaman 1dari 6

STRATEGI PELAKSANAAN

HARGA DIRI RENDAH

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1) PADA PASIEN


Pertemuan ke-1
A. Kondisi klien
DO :
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan,
ingin mencederai diri/mengakhiri kehidupan, produktifitas menurun, cemas, dan takut.
DS:
Klien mengatakan ; saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh/tidak tahu apa-apa, mengkritik
diri sendiri, klien mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri, klien
mengungkapkan rasa bersalah terhadap sesuatu/seseorang.
B. Diagnosa Keperawatan :
Harga diri rendah
C. Tujuan
a. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dengan aspek positif yang dimiliki
b. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
c. Klien dapat menetapkan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan
d. Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
e. Klien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih

D. Strategi Pelaksanaan

a. Fase Orientasi
A. Salam terapetik
“Selamat pagi. Assalamualaikum. Boleh saya kenalan? Nama saya Mutiara, biasa
dipanggil Mutia. Saya mahasiswa POLTEKKES KEMENKES Semarang, saya
sedang praktek di sini dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB
siang kalau boleh tau nama mbak siapa? Dan mbak suka dipanggil dengan
sebutan apa ?”
B. Evaluasi/validasi
“ Bagaimana perasaan S hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan
tidak?”
C. Kontrak
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang
pernah S lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat S
lakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk
kita latih”
“Dimana kita duduk untuk bincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu.
Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit saja?”

b. FASE KERJA
“S, apa saja kemampuan yang S miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya
ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa S lakukan? Bagaimana dengan
merapihkan kamar? Menyapu? Mencuci piring dan seterusnya. Wah, bagus sekali ada
lima kemampuan dan kegiatan yang S miliki!”
“S, dari ke lima kegiatan/kemampuan ini, yang masih dapat dikerjakan di
rumah sakit mana saja? Bagus sekali ada tiga kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini!”
“Sekarang, coba S pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakakan di rumah
sakit ini. Baik, yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana
kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur S. Mari kita lihat tempat tidur S!
coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?”
“Nah, kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. Nah,
sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang
ambil bantal rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut!
Bagus!”
“S sudah bisa mrapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakan dengan sebelum dirapihkan! Bagus!
“Coba S lakukan dan jangan lupa memberi tanda di kertas daftar kegiatan, tulis
M (mandiri) kalau S lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) kalau S melakukan
dengan dibntu, dan tulis T (tidak) kalau S tidak melakukan (perwat memberi kertas
berisi daftar kegiatan harian).”
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi subjektif :
“Bagaimana perasaan S setelah kita bercakap-cakap dan latiahan merapikan
tempat tidur?”.
2. Evaluasi objektif :
“Nah coba ibu sebutkan lagi langkah-langkah merapikan tempat tidur? Bagus”.
3. Rencana Tindak Lanjut
“Sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian, mau berapa kali sehari S
melakukannya? Bagus 2 kali… pagi-pagi setelah bangun tidur dan jam 4 setelah
istirahat siang”
4. Kontrak
- Topik :
“Baik, besok saya akan kembali lagi untuk melatih kemampuan S yang kedua. S
masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain
merapihkan tempat tidur? Ya bagus, mencuci piring”.
- Waktu :
“Kalau begitu kita akan latihan mencuci piring jam berapa? Bagaimana kalau
jam 10 ?”
- Tempat :
“Dimana tempat kita bertemu besok? Bagaimana kalau disini saja, jadi besok
kita ketemu lagi di ruang tamu jam 10 ya. Sampai jumpa! Assalamualaikum”.

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1) PADA KELUARGA


HARGA DIRI RENDAH
A. Tujuan Keperawatan
1. Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
2. Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien
3. Keluarga dapat memotivasi pasien untu8k melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan
memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
4. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.
B. Strategi Pelaksanaan

1. Fase Orientasi
a) Evaluasi/validasi :
“Selamat pagi! Bagaimana keadaan bapak/ibu pagi ini ?”
b) Kontrak
“Bagaimana kalau pagi ini kita ber cakap-cakap tentang cara merawat S? berapa
lama? Bagaimana kalau tiga puluh menit? Baik, mari di ruang tamu!”
2. Fase kerja
“Apa yang bapak/ibu ketahui tentang masalah S?”
“Ya memang, benar sekali pak/bu, S itu memang terlihat tidak percaya diri dan
sering menyalahkan dirinya sendiri. T sering mengatakan dirinya adalah orang paling
bodoh sedunia. Dengan kata lain anak bapak/ibu memiliki masalah harga diri rendah
yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikira yang selalu negative terhadap diri
sendiri. Jika keadaannya terus-menerus seperti itu, S dapat mengalami masalah yang
lebih berat misalnya S jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung
diri.”
“Sampai disini, bapak/ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?
Bagus sekali bapak/ibu sudah mengerti!”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah S dapat menjadi masalah serius, kita
perlu memberikakn perawatan yang baik untuk S.”
“Bapak/ibu apa saja kemampuan yang S miliki? Ya benar, dia juga mengatakan
hal yang sama.” (jika sama dengan kemampuan yang dikatakan S)
“S telah berlatih dua kegiatan, yaitu merapihkan tempat tidur dan mencuci
piring. S juga telah dibuatkan jadwal untuk kegiatan tersebut. Untuk itu, bapak/ibu
dapat mengingatkan S untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu
menyiapkan alat-alatnya ya pak/bu. Jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya
meningkat. Ajak pula memberi contreng pada jadwal kegiatannya. Selain itu, jika S
sudah tidak lagi dirawat di rumah sakit, bapak/ibu tetap perlu memantau perkembangan
S. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/ibu
dapat membawa S ke puskesmas.”
“Nah, bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian
kepada S. temui S dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian
seperti,”Bagus sekali S, kamu sudah semakin terampil mencuci piring!””
“Coba bapak/ibu praktikkan sekarang. Bagus!”

3. Fase terminasi

a) Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah bapak/ibu jelaskan kembali masalah yang dihadapi dan bagaimana
merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah, setiap kali
bapak/ibu mengunjungi S lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”

b) Kotrak
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
memberikan pujian langsung pada S?”
“Pukul berapa bapak/ibu dating? Baik akan saya tunggu. Sampai jumpa!”

Anda mungkin juga menyukai