NAMA KELOMPOK :
2014
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN METABOLISME
(HEPATITIS, SIROSIS HEPATIS)
I. HEPATITIS
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi
terhadap virus, obat atau alkohol (FKAUI, 2006). Hepatitis adalah infeksi
sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang
khas (Wening Sari, 2008). Hepatitis merupakan suatu peradangan hati
yang dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan
dijumpai pada kanker hati (Corwn Elizabeth J, 2001).
B. ETIOLOGI
1. Hepatitis Virus
a. Hepatitis A
b. Hepatitis B
c. Hepatitis C
e. Hepatitis E
Setiap obat dapat mempengaruhi fungsi hati namun obat yang paling
berkaitan denagn cedera hati tidak terbatas pada obat anastesi tapi
mencakup obat-obat yang dipakai untuk mengobati penakit rematik seta
muskuloskletal, obat anti depresan,, psikotropik, antikonvulsan dan
antituberkulosis.
C. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Anatomi
2. Fisiologi
1. Patofisiologi
1. Masa tunas
3. Fase Ikterik
4. Fase penyembuhan
Hepatitis fulminan ditandai dengan gejala dan tanda gagal hati akut,
penciutan hati, kadar bilirubin serum meningkat cepat,pemanjangan
waktu protrombin dan koma hepatikum. Prognosis adalah kematian pada
60-80% pasien. Komplikasi tersering adalah perjalanan klinis yang lebih
lama hngga berkisar dari 2-8 bulan. Sekitar 5-10% paasien heatitis virus
mengalami kekambuhan setelah sembuh dari serangan awal.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
1) Urobilirubin direk
2) Bilirubun serum total
3) Bilirubin urine
4) Urobilinogen urine
5) Urobilinogen feses
b. Pemeriksaan protein
2) Albumin serum
3) Globulin serum
4) HbsAG
c. Waktu protombin
3) LDH
4) Amonia serum
2. Radiologi
3. Pemeriksaan tambahan
a. Laparoskopi
b. Biopsi hati
H. PENATALAKSANAAN
1. MEDIS
a. Pencegahan
b. Obat-obatan terpilih
5) Roboransia.
2. KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Aktivitas
a. Kelemahan
b. Kelelahan
c. Malaise
2. Sirkulasi
3. Eliminasi
a. Urine gelap
a. Anoreksia
d. Peningkatan oedema
e. Asites
5. Neurosensori
b. Cenderung tidur
c. Letargi
d. Asteriksis
6. Nyeri / Kenyamanan
a. Kram abdomen
c. Mialgia
d. Atralgia
e. Sakit kepala
f. Gatal ( pruritus )
7. Keamanan
a. Demam
b. Urtikaria
c. Lesi makulopopuler
d. Eritema
e. Splenomegali
8. Seksualitas
C. RENCANA KEPERAWATAN
- Monitor nutrisi
dan sumber
energi yang
adekuat
- Monitor pasien
akan adanya
kelelahan fisik
- Monitor respon
kardiovaskuler
terhadap aktivitas
- Monitor pola
tidur dan lamanya
tidur/istirahat
pasien
Activity Therapy
- Bantu klien
untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu dilakukan
- Bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten yang
sesuai dengan
keampuan fisik,
psikologi dan
sosial
- Bantu untuk
mendapatkan alat
bantu aktivitas
- Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
- Bantu klien
untuk membuat
jadwal layihan di
waktu luang
- Bantu
keluarga/pasien
untuk
mengidentivikasi
kekurangan
dalam beraktifitas
- Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas
- Bantu pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
- Monitor respon
fisik,emosi, sosial
dan spiritual
- Berikan
substansi gula
- Yakinkan diet
yang dimakan
mengandung
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
- Berikan
makanan yang
terpilih
- Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makaan harian
- Monitor
julahnutrisi dan
kandungan kalori
- Berikan
informasi tentang
kebutuhan nutrisi
- Kaji
kemampuanpasie
n untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition
Monitoring
- BB pasien
dalam batas
normal
- Monitor
adanya penurunan
beratbadan
- Monitor tipe
dan jumlah
aktivitas yang
biasa dilakukan
- Monitor
lingkungan
selama makan
- Jadwalkan
pengobatan
datindakan tidak
selama jam
makan
- Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor
kulit
- Monitor
kekeringan,
rambut kusam
dan mudah patah
- Monitor mual
dan muntah
- Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb dan
kadar Ht
- Montor
makanan esukaan
- Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori
dan intake nutrisi
- Catat adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral
- Oleskan lotion
atau minyak pada
daerah yang
tertekan
- Monitor
aktivitas dan
mobilisasi pasien
- Monitor status
nutrisi pasien
- Anjurkan
pasien mandi
dengan sabun dan
air hangat
- Dengarkan
dengan penuh
perhatian
- Identifikasi
tingkat
kecemasan
- Dorong pasien
untuk
mengungkapkanp
erasaan,
ketakutan
persepsi
-
Insruksikanpasi
en menggunakan
teknik relaksasi
- Berikan obat
untuk mengurangi
kecemasan
II. SIROSIS HATI
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Sirosis hati adalah penyakit hati menurun yang difusi di tandai dengan
adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul, biasanya di mulai dengan
adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas. Pembentukan jaringan
ikat dan usaha regenerasi nodul. (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare.
2001).
Sirosis hati adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difusi
dan menahun pada hati, Diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degerenasi
dan regenerasi sel hati sehingga Timbul kekacauan dalam susunan parenkim
hati (Arif Mansjoer, FKUI 1999).
Pengertian tentang sirosis hepatis antara lain menurut Price, (2005).
Bahwa sirosis hepatis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan
distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan
nodul-nodul regenerasi sel hati yang tidak berkaitan dengan vaskulator
normal.
Pengertian lain tentang sirosis hepatis menurut Doengoes. (1999) adalah
penyakit kronis hati yang dikarakteristikan oleh gangguan struktur dan
perubahan degenerasi, gangguan fungsi seluler dan selanjutnya aliran darah ke
hati.
Sedangkan menurut Engram, (1998) sirosis hepatis adalah penyakit
kronis progresif yang dikarakteristikan oleh penyebaran inflamasi dan fibrosis
pada hepar.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sirosis hepatis
adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh lembar-lembar jaringan ikat dan
nodul-nodul regenerasi sel hati.
2. Etiologi & Patofisiologi
a. Etiologi
Secara morfologis, penyebab sirosis hepatis tidak dapat dipastikan. Tapi ada
tiga penyebab yang dianggap paling sering menyebabkan Chirrosis hepatis
adalah:
1) Hepatitis virus
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab
chirrosis hati, apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg
pada tahun 1965 dalam darah penderita dengan penyakit hati kronis , maka
diduga mempunyai peranan yang besar untuk terjadinya nekrosa sel hati
sehingga terjadi chirrosisi. Secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis
virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan
memberi gejala sisa serta menunjukan perjalanan yang kronis, bila
dibandingkan dengan hepatitis virus A.
2) Zat hepatotoksik atau Alkoholisme
Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut akan
berakibat nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis
akan berupa sirosis hati. Zat hepatotoksik yang sering disebut-sebut ialah
alcohol. Sirosis hepatis oleh karena alkoholisme sangat jarang, namun
peminum yang bertahun-tahun mungkin dapat mengarah pada kerusakan
parenkim hati.
3) Hemokromatosis
Bentuk chirrosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua kemungkinan
timbulnya hemokromatosis, yaitu:
a) Sejak dilahirkan si penderita menghalami kenaikan absorpsi dari Fe.
b) Kemungkinan didapat setelah lahir (acquisita), misalnya dijumpai pada
penderita dengan penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi dari
Fe, kemungkinan menyebabkan timbulnya sirosis hati.
b. Patofisiologi
Infeksi hepatitis viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati.
Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas
(hepatoseluler), terjadi kolaps lobulus hati dan ini memacu timbulnya
jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati,
walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologi sirosis hati sama atau
hampir sama, septa bisa dibentuk dari sel retikulum penyangga yang
kolaps dan berubah jadi parut. Jaringan parut ini dapat menghubungkan
daerah porta dengan sentral. Beberapa sel tumbuh kembali dan
membentuk nodul dengan berbagai macam ukuran dan ini menyebabkan
distorsi percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran darah porta,
dan menimbulkan hipertensi portal. Hal demikian dapat pula terjadi pada
sirosis alkoholik tapi prosesnya lebih lama. Tahap berikutnya terjadi
peradangan pada nekrosis pada sel duktules, sinusoid, retikulo endotel,
terjadi fibrinogenesis dan septa aktif. Jaringan kolagen berubah dari
reversible menjadi ireversibel bila telah terbentuk septa permanen yang
aseluler pada daerah porta dan parenkim hati. Gambaran septa ini
bergantung pada etiologi sirosis. Pada sirosis dengan etiologi
hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis daerah periportal, pada
sirosis alkoholik timbul fibrosis daerah sentral. Sel limposit T dan
makrofag menghasilkan limfokin dan monokin, mungkin sebagai mediator
timbulnya fibrinogen. Mediator ini tidak memerlukan peradangan dan
nekrosis aktif. Septal aktif ini berasal dari daerah porta menyebar ke
parenkim hati.
3. Pathway
sirosis terjadi kerusakan hati yang terus menerus dan terjadi regenerasi
noduler serta ploriferasi jaringan ikat yang difusi.
b. Tanda klinis
Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi yaitu:
1) Adanya ikterus (penguningan) pada penderita chrirosis
Timbulnya ikterus (penguningan ) pada seseorang merupakan tanda
bahwa ia sedang menderita penyakit hati. Penguningan pada kulit dan
mata terjadi ketika liver sakit dan tidak bisa menyerap bilirubin. Ikterus
dapat menjadi penunjuk beratnya kerusakan sel hati. Ikterus terjadi
sedikitnya pada 60 % penderita selama perjalanan penyakit.
2) Timbulnya asites dan edema pada penderita sirosis
Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air
menumpuk pada kaki (edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama
asites adalah peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus. Edema
umumnya timbul setelah timbulnya asites sebagai akibat dari
hipoalbuminemia dan resistensi garam dan air.
3) Hati yang membesar
Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah. Hati
membesar sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan
menimbulkan rasa nyeri bila ditekan.
4) Hipertensi portal
Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang
menetap di atas nilai normal. Penyebab hipertensi portal adalah
peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pernapasan
Gejala : dipsnea.
Tanda : takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan. Ekspansi
paru terbatas (asites). Hipoksia.
b. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, terlalu lelah.
Tanda : letargi. Penurunan massa otot/tonus
c. Sirkulasi
Gejala : perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi hati
menimbulkan gagal hati). Disritmia, vena abdomen distensi
d. Eliminasi
Gejala : flatus
Tanda : distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites).
Penurunan/tak adanya bising usus. Feses warna tanah liat, melena. Urine
gelap, pekat.
e. Makanan / cairan
Gejala : anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tak dapat mencerna.
Mual/muntah.
Tanda : penurunan berat badan / peningkatan (cairan). Edema umum pada
jaringan. Kulit kering, turgor buruk. Ikterik. Perdarahan gusi.
f. Neurosensori
Gejala : orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian,
penurunan mental.
Tanda : perubahan mental, bingung halusinasi, koma. Bicara lambat/tak
jelas. Asterik (ensefalofati hepatik).
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas. Pruritus. Neuritis
perifer.
Tanda : perilaku berhati-hati/distraksi. Fokus pada diri sendiri.
h. Keamanan
Gejala : pruritus.
Tanda : demam (lebih umum pada sirosis alkoholik). Ikterik, ekimosis,
petekie. Eritema palmar.
i. Seksualitas
Gejala : gangguan menstruasi, impoten.
Tanda : atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah
lengan, pubis).
j. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : riwayat penggunaan alkohol jangka panjang/penyalahgunaan,
penyakit hati alkoholik. Riwayat penyakit empedu, hepatitis, terpajan pada
toksin; perdarahan GI atas; episode perdarahan varises esofageal;
penggunaan obat yang mempengaruhi fungsi hati.
k. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan kelebihan volume cairan b.d perubahan mekanisme regulasi.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan ingesti (pemasukan makanan) dan absorbs.
c. Resiko infeksi b.d prosedur invasive, penekanan sistem imun
(imunosupresi).
d. Koping tidak efektif b.d status kesehatan
e. Cemas b.d krisis situsional
f. Kurang pengetahuan tentang diit b.d kurangnya paparan informasi, mis-
interpretasi informasi
g. Kelelahan b.d faktor psikologis
h. Perencanaan
PROTEKSI INFEKSI
Definisi :
Pencegahan dan deteksi dini infeksi pada
pasien yang beresiko
Intervensi :
a. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistenikmdan lokal
b. Monitor hitung granulosit, WBC
c. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
d. Batasi pengunjung
e. Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
f. Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
g. Pertahankan teknik isolasi k/p
h. Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
i. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
j. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
k. Ambil kultur
l. Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
m. Dorong masukan cairan
n. Dorong istirahat
o. Monitor perubahan tingkat energi
p. Dorong peningkatan mobilitas dan
latihan
q. Dorong batuk dan napas dalam
r. Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
s. Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
t. Ajarkan cara menghindari infeksi
u. Berikan ruangan pribadi
v. Yakinkan keamanan air dengan
hiperklorinasi dan pemanasan
w. Laporkan kecurigaan infeksi
x. Laporkan kultur positif
i. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat
bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi
dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.
j. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya.
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan
rencana kegiatan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
klien. Evaluasi dapat berupa : masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian