Tugas Mandiri
Stase Peminatan Profesi Ners
Periode 8 Oktober-8 Desember 2018
Disusun oleh:
Hanif Miftahul Iza
17/420973/KU/20158
1. Definisi
Respiratory distress syndrome adalah suatu bentuk gagal nafas yang ditandai dengan
hipoksemia, penurunan compliance paru, dispnea, edema pulmonal bilateral tanpa gagal
jantung dan infiltrat yang menyebar (Somantri, 2009).
Respiratory distress syndrome (RDS) merupakan kumpulan gejala yang terdiri atas
dispnea, frekuensi pernafasan yang lebih dari 60 kali permenit, adanya sianosis, adanya
rintihan pada saat ekspirasi (ekspiratory grunting), serta adanya retraksi suprasternal,
interkostal, dan epigastrium saat inspirasi. Penyakit ini adalah penyakit membran hialin,
dimana terjadi perubahan atau berkurangnya komponen surfaktan pulmonal (zat aktif alveoli
yang dapat mencegah kolaps paru dan mampu menahan sisa udara pada akhir
ekspirasi) (Hidayat, 2009).
Respiratory distress syndrome juga dikenal sebagai penyait membran hialin, biasanya
dikaitkan dengan bayi preterm dan merupakan masalah yang paling serius (Meadow &
Newell, 2009).
2. Klasifikasi
Dibagi menjadi dua stadium, yaitu :
a. Eksudatif
Ditandai dengan adanya perdarahan pada permukaan parenkim paru, edema
interstisial atau elveolar, penekanan pada bronkiolus terminalis, dan kerusakan pada sel
alveolar tipe I (Somantri, 2009).
b. Fibroproliferatif
Ditandai dengan adanya kerusakan pada sel alveolar tipe II, peningkatan tekanan
puncak inspirasi, penurunan compliance paru, hipoksemia, penurunan fungsi kapasitas
residual, fibrolisis interstisial, dan peningkatan ruang rugi ventilasi(Somantri, 2009).
Pada foto thorak menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu :
a. Stadium 1
Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara
b. Stadium 2
Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran air
broncogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi
bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru.
c. Stadium 3
Kumpulan alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih
opaque (white lung) dan bayangan jantung hampir tidak terlihat, bronchogram udara
lebih luas.
d. Stadium 4
Seluruh thorak sangat opaque (white lung) sehingga jnatung tidak dapat terlihat.
(Warman, Waskito, & Romadhon, 2012).
3. Etiologi
Faktor risiko terjadinya respiratory distress syndrome adalah :
a. Bayi kurang bulan atau bayi premature
Pada bayi kurang bulan, paru bayi secara biokimiawi masih imatur dengan kekurangan
surfaktan uang melapisi rongga paru.
b. Kegawatan neonatal
Seperti kehilangan darah dalam periode perinatal, aspirasi mekonium, pnemotoraks akibat
tinadakan resusitasi, dan hipertensi pulmonal.
c. Bayi dari ibu diabetes mellitus
Pada bayi dengan diabetes terjadi keterlambatan pematangan paru sehingga terjadi
distress respirasi.
(Warman et al., 2012)
4. Manifestasi Klinis
a. Sesak nafas atau pernafasan cepat
b. Frekuensi nafas > 60 x/menit
c. Pernafasan cepat dan dangkal timbul setelah 6-8 jam setelah lahir
d. Retraksi interkostal, epigastrium, atau suprasternal pada inspirasi
e. Sianosis dan pernafasan cuping hidung
f. Grunting pada ekspirasi (terdengan seperti suara rintihan saat ekspirasi)
g. Takikardi (170 x/menit)
(Suryanah, 1996).
Evaluasi gawat nafas menurut skor down
Pembeda 0 1 2 Keterangan
Frekuensi < 60 x/menit 60-80 x/menit > 80 x/menit Skor < 4 tidak
nafas gawat nafas
7. Penatalaksanaan
a. Ventilasi Mekanis
Ventilasi mekanis merupakan prosedur bantuan hidup yang invasif dengan berbagai
efek pada sistem kardiopulmonal.
Tujuan :
Ventilasi mekanis adalah membaiknya kondisi klinis pasien dan optimalisasi
pertukaran gas dan pada FiO2 (fractional concentration of inspired oxygen) yang
minimal, serta tekanan ventilator atau volume tidal yang minimal.
Indikasi :
1) Indikasi absolut
a) prolonged apnea
b) PaO2 kurang dari 50 mmHg atau FiO2 diatas 0,8 yang bukan disebabkan oleh
penyakit jantung bawaan tipe sianotik
c) PaCO2 lebih dari 60 mmHg dengan asidemia persisten
d) Bayi yang menggunakan anestesi umum
2) Indikasi relatif
a) Frequent intermittent apnea
b) Bayi yang menunjukkan tanda-tanda kesulitan nafas
c) Pada pemberian surfaktan
(Effendi & Firdaus, 2010).
b. Terapi surfaktan
Saat ini preparat surfaktan yang tersedia antara lain adalah surfaktan sintetis dan
surfaktan natural yang berasal dari ekstrak paru-paru sapi atau dari bilas paru-paru
domba atau babi. Surfaktan dapat diberikan pada 6 sampai 24 jam setelah bayi
lahir apabila bayi mengalami respiratory distress syndrome yang berat.
Selanjutnya surfaktan dapat diberikan 2 jam (umumnya 4-6 jam) setelah dosis
awal apabila sesak menetap dan bayi memerlukan tambahan oksigen 30% atau
lebih. Surfaktan dapat diberikan langsung melalui selang ETT atau dengan
menggunakan nebulizer. Pemberian langsung kedalam selang ETT memungkinkan
distribusi surfaktan yang lebih cepat sampai ke bagian perifer paru-paru,
efektivitas nya lebih baik dan efek samping yang dapat ditimbulkan lebih sedikit.
Pemberian surfaktan juga dapat dilakukan dengan menggunakan nebulizer disertai
dengan ventilasi mekanis (2-3 menit), dilanjutkan dengan postural
drainage (Effendi & Firdaus, 2010).
C. Patofisiologi
Pada gangguan tertentu, cairan dapat terumpul dalam ruang pleural pada titik
dimana penumpukan ini akan menjadi bukti secara klinis dan hampir selalu merupakan
patologi yang signifikan. Efusi dapat terdiri atas cairan yang secara relatif jernih, yang
mungkin merupakan transudat atau eksudat atau dapat mengandung darah atau purulen.
Transudat (filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh) terjadi jika
faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan reabsorpsi cairan pleura terganggu,
biasanya oleh ketidakseimbangan tekanan hidrostatik atau onkotik. Transudat
menandakan bahwa ondisi seperti asites atau penyakit sistemik sperti gagal jantung
kongestif atau gagal ginjal mendasari penumpukan cairan.
D. Pathway
Pemeriksaan dengan USG pada pleura dapat menentukan adanya cairan dalam rongga
pleura.
CT scan dada, sangat memudahkan dalam menentukan adanya efusi pleura karena
adanya densitas cairan dengan jaringan sekitarnya. Hanya saja tidak banyak dilakukan
karena biayanya sangat mahal.
2. Torakosintesis
Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk dignosis maupun terapeutik.
a. Efusi pleura transudatif: protein < 3 gram/liter, spesifik gravity < 1,015
b. Efusi pleura eksudatif, memenuhi paling tidak 1 dari criteria berikut:
– protein cairan pleura/protein serum > 0,5
4. Thorakoskopi
5. Fungsi pulmonary dari analisa gas darah
6. Scanning isotop
7. Bronkoskopi
H. Terapi
1. Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri,
dispnea, cairan effusi sebanyak 1-1,2 liter perlu dikeluarkan segera untuk
mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka
pengeluaran berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian
2. Antibiotik jika terdapat emfiesma
3. Pleurodesis
4. Operatif
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah
penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispnea.
Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (misal. gagal jantung kongestif,
pneumonia, sirosis).
Setelah agens dimasukkan, selang dada diklem dan pasien dibantu untuk
mengambil berbagai posisi untuk memastikan penyebaran agens secara merata dan untuk
memaksimalkan kontak agens dengan permukaan pleura. Selang dilepas klemnya sesuai
yang diresepkan, dan drainase dada biasanya diteruskan beberapa hari lebih lama untuk
mencegah reakumulasi cairan dan untuk meningkatkan pembentukan adhesi antara
pelural viseralis dan parietalis.
2 Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 3 x 24 1. Manajemen jalan nafas
adanya transudat atau eksudat pada jam diharapkan: a. Buka jalan nafas dengan tehnik chin lift atau
rongga pleura 1. Status pernafasan: ventilasi jaw trust
a. Frekwensi pernafasan dalam batas normal b. Atur posisi klien untuk memaksimalkan
b. Irama pernafasan dalam batas normal ventilasi
c. Kedalaman inspirasi c. Kaji kebutuhan insersi jalan nafas
d. Ekspansi dada d. Berikan terapi dada bila perlu
e. Kemudahan bernafas e. Kurangi sekresi dengan menganjurkan klien
f. Pengeluaran sputum batuk atau laukan suction
g. Keadekuatan secara verbal f. Ajarkan klien batuk efektif
h. Tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan g. Auskultasi bunyi nafas, adanya penurunan
i. Tidak ada suara nafas tambahan atau tidak adanya ventilasi dan adanya suara
j. Tidak ada pursed lip breathing nafas tambahan
k. Tidak ada dispnea saat istirahat dan saat aktivitas h. Berikan bronkhodilator sesuai indikasi
l. Suara perkusi dalam batas normal i. Berikan terapi nebulizer, oksigen jika perlu
m. Suara auskultasi dalam batas normal j. Tingkatkan intake cairan untuk
2. Status pernafasan: kepatenan jalan nafas mempertahankan keseimbangan cairan
a. Tidak ada demam k. Monitor status respirasi dan oksigenasi
b. Tidak ada ansietas 2. Suction jalan nafas
c. Frekwensi pernafasan dalam batas normal a. Tentukan kebutuhan suction oral/trakeal
d. Irama pernafasan dalam batas normal b. Auskultasi bunyi nafas sebelum dan setelah
e. Pengeluaran sputum suction
f. Tidak ada suara nafas tambahan c. Berikan informasi tentang suction
d. Berikan sedatif jika perlu
e. Berikan airway nasal untuk membantu
nasotracheal suction
f. Anjurkan klien nafas dalam sebelum suction
NO DIAGNOSA TUJUAN/NOC RENCANA TINDAKAN/NIC
intake makanan
Brunner & Suddarth. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
Herdman, T. H., Kamitsuru, S. 2015. NANDA International Nursing Diagnoses: Definition &
Classification 2015-2017. Oxford: Wiley Blakwell.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC) 5th Edition. SA: Elsevier Mosby.
I. IDENTITAS KLIEN
Anak
Tgl. Masuk RS : 23 Juni 2018
Tgl. Masuk PICU : 7 Oktober 2018
No. Rekam Medis : 01.85.31.xx
Nama Klien : An. AB
Tempat, tanggal lahir : 4 April 2014
Umur : 4 tahun 6 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bahasa yang dimengerti : Jawa dan Indonesia
Orang Tua/ Wali
Nama Ayah Ibu/ wali : Tn. J dan Ny.Y
Pekerjaan Ayah/ Ibu/ wali : Pekerja Lepas (buruh) / Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP danSD
Alamat Ayah/ Ibu/ wali :Mendang , Ngestirejo,Tanjungsari, kab. Gunung Kidul
47 41
55 53
27 24 21 17 6,5
31 22
4 th
Simpulan : tidak ada riwayat keluarga yang memiliki penyakit sama dengan pasien
Keterangan :
: laki-laki : Pasien
f. Hidung
Lubang hidung kanan dan kiri simetris. Terdapat sekret, warna kekuningan kadang
bercampur merah (saat re intubasi). Pasien tidak memiliki penyakit yang berhubungan
dengan hidung. Terpasang NGT no 16 hari ke 5, produk jernih.
g. Mulut
Membran mukosa bibir agak kering. Terdapat sekret. Terintubasi dengan ETT uk 5,5
at lips 15 cm hari ke 5. Dressing ETT bersih, paten.
h. Leher
Kedua nadi carotid kanan dan kiri teraba, JVP tidak meningkat
i. Pernafasan
RR=27x-40x/menit, SpO2 99%, terintubasi dengan ETT uk. 5,5 at lips 15cm
terhubung dengan ventilator mode P-SIM V PEEP 7 PC 14 FiO245 % RR Vent 30,
VTe 142.
Vesikuler kanan dan kiri, tidak terdapat rhonki maupun wheezing.
Hasil AGD 12/10/18post re intubasi:
pH = 7,576 pCO2 = 42.7 HCO3 = 39.6 pO2 = 62 BE = 18
Alkalosis Metabolik Akut (belum terkompensasi)
j. Payudara
An. A mempunyai puting payudara kanan dan kiri, simetris, berwarna kecoklatan.
k. Jantung
Nadi = 128 x /menit, teraba kuat dan teratur pada nadi femoris dan radialis . Irama
EKG sinus takikardi. Suara jantung S1 tunggal S2 split tak kosntan. Tidak ada bising.
TD = 140/68 mmHg, MAP = 92, capillary refill < 2 detik. Suhu Aksila 38 °C, akral
teraba dingin, tidak ada edema ektremintas
l. Abdomen
Inspeksi: perut lebih tinggi 2 cm dari thoraks, warna homogen.
Auskultasi: peristaltik usus (+)
Perkusi: timpani pada semua kuadran,
Palpasi: supel, hepar dan liensulit dinilai
m. Genitalia
Terpasang DC uk 16 hari ke 3, produk kuning. Tidak ada kemerahan atau bengkak
pada genetalia/organ kemaluan.
n. Anus dan rectum
Tidak terdapat kemerahan atau luka pada anus ataupun rektum
o. Muskuloskeletal
Kekuatan otot:Sulit dinilai, anak dalam keadaan tersedasi
Edema
-- --
-- --
Gerak tungkai dan lengan (+) , Terpasang infus uk.22 hari ke 0dikaki kiri dan kanan
anak, tidak ada rubor, kalor, dolor, tumor functiolaesa di area sekitar infus. Skor
plebitis 0.
p. Neurologi
Tersedasi, refleks isiologis positif ada, tidak ada refleks patologis
Reflek fisiologis
+ +
+ +
Reflek patologis
-- --
-- ---
XIII. INFORMASI LAIN (mencakup rangkuman kesehatan klien dari gizi, fisioterapis,
medis, dll.)
Diagnosa medis
1. Respiratory Distress e.c efusi pleura sinistra post tapping hari ke 5
2. Spondilitis TB : Abses Epidural Vertebra 3-6. 10-11 post Laminektomi
3. Suspek Anaplastik Cell Large Limfoma DD Large cell Limfoma (massa Colli)
4. Hiponatremia teratasi
5. Pneumonia ortostatik
6. Anemia normositik normokromik
7. Hipertensi grade 2
8. hipokalemia
9. ISK Kompleks
10. Epilepsi terkontrol
11. Konjungtivitis ODS
12. Sepsis
Terapi :
No. Nama Obat Rute Dosis dan Interval
Cairan:
Cairan Masuk Intravena (Jenis dan
No (ml/jam)
dosis)
1 D5 ½ NS 54
2 Fentanyl 0,72
3 Midozolam 0,24
ANALISA DATA
7 Resiko Dekubitus (00249) Integritas Jaringan: Kulit & Membran Pencegahan Luka tekan (3540)
dengan faktor risiko mukosa(1101) 1) Mengubah posisi pasien setiap 2 jam sekali
Immobilisasi Selama perawatan diharapkan pasien: 2) Memberikan kasur khusus anti dekubitus
Domain 11 : Perfusi Jaringan baik 3) Memberikan bantal untuk meninggikan area
Keamanan/Perlindungan 1. Perusi jaringan baik (CRT < 2detik) yang tertekan dan memasang bantalan pada
Kelas 2 : Cidera fisik 2. Tidak ada eritema siku dan tumit jika diperlukan
Deinisi : 4) Memberi pelembab pada kulit agar tidak
Rentan terhadap cidera lokal kering/pecah-pecah
pada kulit dan/atau jaringan
dibawahnya, biasanya di atas
penonjolan tulang sebagai
akibat tekanan, atau tekanan
dengan kombinasi gesekan.
No Diagnosa NOC NIC
8 Risiko Jatuh (00155) dengan Kejadian Jatuh Pencegahan Jatuh
faktor risiko: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Definisi: Melaksanakan pencegahan khusus
Gangguan mobilitas selama 3x4 jam diharapkan pasien mampu dengan pasien yang memiliki risiko cedera karena
Ruang yangtidak dikenal memenuhi indikator: jatuh
Domain 11: 1. Tidak ada kejadian jatuh dari tempat Aktivitas:
Keamanan/Perlindungan tidur 1. Identifikasi
Kelas 2: Cedera Fisik 2. Tidak ada kejadian jatuh saaat perilaku dan faktor yang mempengaruhi
Definisi: dipindahkan risiko jatuh
Rentan terhadap peningkatan 2. Kaji ulang
risiko jatuh, yang dapat riwayat jatuh bersama dengan pasien dan
menyebabkan bahaya fisik dan keluarga
gangguan kesehatan 3. Monitor
gaya berjalan, keseimbangan dan tingkat
kelelahan dengan ambulasi
4. Ajarkan
pasien bagaimana jika jatuh untuk
meminimalkan cedera
5. Sediakan
permukaan tempat tidur yang dekat dekat
dengan lanta sesuai dengan kebutuhan
6. Sediakan
permukaan lantai yang tidak licin (rumah dan
kamar mandi)
7. Ajarkan
anggota keluarga mengenai faktor risiko yang
berkontribusi terhadap adanya kejadian jatuh
dan bagaimana keluarga bisa menurunkan
risiko ini
8. Bantu
keluarga mengidentifikasi bahaya di rumah
dan memodifikasi bahaya tersebut
No Diagnosa NOC NIC
9 Ketegangan Peran Pemberi Selama tindakan 2 x 24 jam diharapkan Pembelajaran: proses penyakit
Asuhan (00061) , b.d : keluarga pasien mampu : 1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang
Penerima asuhan : peningkatan Pengetahuan: proses penyakit penyakit
kebutuhan asuhan, proses 1. Mengenal nama pemyakit 2. Jelaskan patofisiologi penyait dan
penyakit yang tidak dapat 2. Deskripsi proses penyakit bagaimana kaitannya dengan anatomi dan
diduga 3. Deskripsi faktor penyebab atau faktor fisiologi tubuh
pencetus 3. Deskripsikan tanda dan gejala umum
Pemberi asuhan : benturan 4. Deskripsi tanda dan gejala penyakit
komitmen peran, strategi koping 5. Deskripsi cara meminimalkan 4. Identifikasi kemungkinan penyebab
tidak eektif, kurang perkembangan penyakit 5. Berikan informasi tentang kondisi klien
istirahat,terlalu okus pada 6. Deskripsi komplikasi penyakit 6. Berikan informasi tentang hasil pemeriksaan
rutinitas asuhan 7. Deskripsi tanda dan gejala omplikasi diagnostik
penyakit 7. Diskusikan tentang pilihan terapi
Domain 7 : Hubungan peran 8. Deskripsi cara mencegah komplikasi 8. Instruksikan klien untuk melaporkan tanda
Kelas 1: Peran Pemberi Asuhan Pengetahuan: prosedur perawatan: dan gejala kepada petugas
Definisi : 1. Deskripsi prosedur perawatan Pembelajaran: prosedur/perawatan
Kesulitan dalam melakukan 2. Penjelasan tujuan perawatan 1. Informasian klien waktu pelaksanaan
peran pemberi asuhan, harapan 3. Deskripsi langkah-langkah prosedur prosedur/ perawatan
dan/atau perilaku untuk 4. Deskripsi adanya pembatasan 2. Informasikan klien lama waktu pelaksanaan
keluarga atau orang terdekat sehubungan dengan prosedur prosedur/perawatan
5. Deskripsi alat-alat perawatan 3. Kaji pengalaman klien dan tingkat
Kontrol Kecemasan diri (1402) pengetahuan klien tentang prosedur yang
1. Mencari inormasi untuk mengurangi dilakukan
kecemasan 4. Jelaskan tujuan prosedur/perawatan
2. Menggunakan strategi koping yang 5. Instruksikan klien untuk berpartisipasi
efekti selama prosedur/perawatan
3. Menggunakan teknik relakssasi 6. Instrusikan klien menggunakan tehnik
ketika cemas koping untuk mengontrol beberapa aspek
4. Mengendalikan respon kecemasan selama prosedur/perawat
Pengurangan Kecemasan
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
pelaku pasien
3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
4. Pahami prefektif keluarga pasien
terhadap situasi stres
P:
Monitor status hemodinamik (RR, nadi, SpO2)
Monitor mode ventilator dan kemajuan pasien
Evaluasi keefektian setting ventilator
Monitor AGD
Kelola medikasi
Hanif Miftahul Iza
2 Resiko Infeksi Jumat, 12 Jam 09.00 S:
Oktober 2018 Memonitor area insersi (iv line di kaki An. A tampak bersih setelah dilakukan bantuan
kiri) perawatan diri dan bed making,
Melakukan bantuan perawatan diri O :
mandi, berpakaian, toileting BAB Bengkak dan keluaran secret pada mata An A
/BAK. berkurang.
Memberikan salep Chlorampenicol Infus uk 22 hari ke 0 di tangan kanan dan hari ke 4 di
pada mata kanan dan kiri kaki kiri, aliran infus paten.
NGT uk hari 3, produk NGT jernih.
Melakukan dressing ETT
ETT uk 5,5 at lips 15 H ke 5. Tidak ada mukositis.
Jam 10.00
DC uk 16 hari ke 3. produk urin berwarna kuning
Membersihkan area telinga
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada area insersi (tidak
Membantu pemasangan iv line baru di ada rubor, kalor, dolor, tumor, functio laesa).
tangan kanan Nilai Lekosit 14,23 (4.50 – 18.00 10^3/µL)
Memberikan terapi obat cefepime 300
mg per iv A : Outcome tercapai
Jam 12.00 Tidak ada tanda-tanda infeksi
Memberikan obat prednisone 10 mg per Sel darah putih dalam rentang normal 6.00 – 18.00
oral 10^3/µL
Jam 13.00
Memonitor area sekitar ETT P:
Memonitor DC Monitoring tanda infeksi
Monitor area insersi (iv line) Kelola antibiotik dan nutrisi sesuai instruksi
Hanif Miftahul Iza
Sabtu, 13 Jam 15.00 S:-
Oktober 2018 O:
Monitor area insersi (iv line di kaki kiri Infus uk 22 hari ke 1 di tangan kanan, dan hari ke 5 di
tampak terlepas) kaki kiri, aliran infus paten.
Melakukan dressing IV pada kaki kiri NGT uk 16 hari 3, produk NGT jernih.
Memonitor hasil lab : angka leukosit ETT uk 5,5 at lips 15 H ke 5. Tidak ada mukositis.
Jam 16.00 DC uk 16 hari ke 3. produk urin berwarna kuning
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada area insersi (tidak
Membersihkan area telinga ada rubor, kalor, dolor, tumor, functio laesa).
Melakukan oral hygiene Nilai Lekosit 15,23 (4.50 – 18.00 10^3/µL)
Memberikan salep mata chlorampenicol
Memberikan terapi antibiotic Ampicillin A : Outcome tercapai
500 mg/IV Tidak ada tanda-tanda infeksi
Sel darah putih dalam rentang 6.00 – 18.00 10^3/µL
Jam 18.00
P:
Memonitor area sekitar ETT , kepatenan Monitoring tanda infeksi
NGT Kelola antibiotic dan nutrisi sesuai instruksi
Memonitor DC Monitoring hasil pemeriksaan lab (HB, Al, Hb)
Memonitor area insersi (iv line) Hanif Miftahul Iza
Jam 20.00:
Memberikan obat prednisone 5 mg per
oral
TTD
Hanif Miftahul Iza
9 Ketegangan Peran Jumat, 12 Pukul 10.00 : S:
Pemberi Asuhan Oktober 2018 Membina hubungan saling percaya Ny. T mengatakan An. A sudah dirawat di RS Sardjito
dengan orangtua An. A, dengan sejak bulan Juni 2018, sudah mondok di beberapa
selalu menawarkan bantuan bangsal, dan ini sudah ke 3 kalinya An. A masuk ruang
perawatan dan informasi yang PICU, namuun yang ini adalah kondisi terburuk.
dibutuhkan orangtua ( terlampir di hasil pengkajian)
Melakukan pengkajian perjalanan O:
sakit anak Ny. T beberapa kali menangis di samping An. A.
Mengkaji pengetahuan orangtua A : Outcome belum tercapai
tentang sakit yang diderita An. A P:
Memberikan edukasi terkait tujuan Reinforcement positif terhadap perilaku orangtua yang
perawatan intensif pada An. A kooperatif, Sediakan ruang privasi dengan An.
Memberikan beberapa penjelasan
terkait fungsi monitor hemodinamik,
rentang normal TTV, dan terapi
medikasi yang diberikan pada TTD
orangtua An. A Hanif Miftahul Iza
Senin, 15 Pukul 11.00 : S:
Oktober 2018 Mengkaji dan mendengarkan - Tn. J mengatakan perannya sebagai pencari nakah
keluhan Tn. J dan Ny. T sebagai harus terganggu dengan kondisi An.. A yang sakit
pemberi asuhan An. A selama 3 bulan ini. Tn J masih bekerja sebagai pekerja
Memotivasi Tn J dan Ny. T agar lepas atau serabutan, penjaga toko, namun akhir akhir
selalu berfikir positif dan senantiasa ini berhenti bekerja dengan bantuan ekonomi dari kakek
berdoa nenek An. A
Menyediakan ruang privasi pada - Tn J mengungkapkan sudah pasrah dengan
Ny.T dan Tn.J ketika menengok An. kemungkinan terburuk tentang kondisi An. A
A O:
Tn J tampak lebih tenang daripada 3 hari sebelumnya,
Ny. J masih tampak sering menangis.
A : Outcome tercapai sebagian
P:
Beri ruang privasi pada orangtua ketika menengok An.
A, Berikan inormasi dan bantuan perawatan yang
dibutuhkan orangtua dan An. A
TTD
Hanif Miftahul Iza
DAFTAR PUSTAKA
Ganda, Idham Jaya dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011. Buku Ajar Pediatri Gawat
Darurat. Jakarta: Badan penerbit IDAI
Herdman, T. H., Kamitsuru, S. 2018. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2018-
2020. Oxford: Wiley Blakwell.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC) 5th Edition. SA: Elsevier Mosby.
Zulkarnaen, Iskandar dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2008. Buku Ajar Respirologi Ed
1. Jakarta: Badan penerbit IDAI