ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GERAKAN INVOLUNTER
DI BANGSAL MELATI 4 RSUP DR. SARDJITO
Disusun oleh:
Hanif Miftahul Iza
17/420973/KU/20158
Disusun oleh:
Hanif Miftahul’Iza
17/420973/KU/20158
A. PENGERTIAN
. Gerakan involunter (GI) ialah suatu gerakan spontan yang tidak disadari, tidak
bertujuan, tidak dapat diramalkan dan dikendalikan oleh kemauan, bertambah jelas waktu
melakukan gerakan volunter atau dalam keadaan emosi dan menghilang waktu tidur. Gerakan
involunter merupakan gerakan yang tidak sesuai dengan kemauan, tidak diketehendaki, dan
tidak bertujuan
GI yang sering dijumpai pada anak akibat gangguan ganglia basalis dan/atau
serebelum mencakup tremor, korea, atetosis, distonia dan hemibalismus. GI yang timbul
bukan karena gangguan pada inti-inti organ tersebut, misalnya tic, spasmus dan mioklonia
tidak dibicarakan.
B. PATOFISIOLOGI
Suatu fungsi motorik yang sempuma pada otot rangka memerlukan kerjasama yang
terpadu antara sistem piramidal (P) dan ekstrapiramidal (EP). Sistem piramidal terutama
untuk gerakan volunter sedang sistem ekstrapiramidal menentukan landasan untuk dapat
terlaksananya suatu gerakan volunter yang terampil dan mahir.
Dengan kata lain, sistem ekstrapiramidal mengadakan persiapan bagi setiap gerakan
volunter berupa pengolahan, pengaturan dan pengendalian impuls motorik yang menyangkut
tonus otot dan sikap tubuh yang sesuai dengan gerakan yang akan diwujudkan.
Sistem ekstrapiramidal terdiri atas:
1. Inti-inti korteks serebri area 4S, 6 & 8;
2. Inti-inti subkortikal ganglia basalis yang meliputi inti kaudatus, putamen, globus palidus,
substansi nigra, korpus subtalamikum dan inti talamus ventrolateralis;
3. Inti ruber dan formasio retikularis batang otak dan
4. Serebelum. Inti-inti tersebut saling berhubungan melalui jalur jalur khusus yang
membentuk tiga lintasan lingkaran (sirkuit).
Sedangkan sistem piramidal, dari korteks serebri area 4 melalui jalur-jalur kortikobulbar
dan kortikospinal (lintasan piramidal) menuju Ice "lower motor neuron (LMN). Untuk
mengetahui mekanisme terjadinya gerakan involunter, terlebih dahulu dijelaskan pengertian
perihal jalannya impuls motorik yang digunakan 'untuk mempersiapkan dan membangkitkan
gerakan volunter. Impuls motor dan ekstrapiramidal sebelum diteruskan kae LMN akan
mengalami pengolahan di berbagai inti ganglia basalis dan korteks serebelum sehingga telah
siap sebagai impuls motorik/pengendali bagi setiap gerakan yang akin diwujudkan impuls
motoric P. Keduanya merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam
membangkitkan setiap gerakan volunter yang sempuma.
Tremor adalah gerakan osilatorik (repetitif dalam suatu ekuilibrium) ritmis yang
involunter, dihasilkan oleh otot-otot yang kerjanya berlawanan satu sama lain (resiprokal).
Keterlibatan otot agonis dan antagonis membedakan tremor dari klonus (klonik). Secara
umum tremor dibagi menjadi tremor normal (fisiologis) dan tremor abnormal (patologis).
a) Tremor fisiologis merupakan fenomena normal yang dapat terjadi dalam keadaan terjaga
atau selama fase tertentu selama tidur. Frekuensinya berkisar 8-13 Hz (10 Hz), dan lebih
rendah pada orang tua dan anak-anak. Tremor ini dihasilkan oleh getaran pasif akibat
aktivitas mekanik jantung (balistocardiogram). Sifat tremor sangat halus dan tidak dapat
dilihat secara kasat mata. Tremor fisiologis dapat ditingkatkan oleh kondisi emosi (takut,
cemas) dan latihan fisik.
b) Tremor patologis (secara klinis kadang disebut tremor saja) memiliki ciri: disebabkan
oleh hal-hal yang bersifat patologis, paling sering melibatkan otot-otot distal ekstremitas
(khususnya jari dan telapak tangan), lalu otot-otot proksimal, kepala, lidah, rahang dan
korda vokalis. Frekuensiya 4-7 Hz. Dengan bantuan EMG, tremor patologis dapat
diklasifikasikan berdasarkan kekerapannya, hubungan dengan postur dan gerakan
volunter, pola bacaan EMG pada otot yang bekerja berlawanan, serta respons terhadap
pemberian obat tertentu.
Tremor Parkinson
Merupakan tremor kasar dengan frekuensi 3-5 Hz, pada EMG terlihat ledakan
aktifitas yang berganti-gantian (alternating) otot-otot yang bekerja berlawanan.Tremor pada
awalnya hanya mengenai otot-otot distal asimetris. Pada penyakit Parkinson, tremor mungkin
hanya satu-satunya gejala (tanpa disertai akinesia, rigiditas, dan mask-like facies), walaupun
tremor dapat juga muncul belakangan setelah gejala lainnya. Ciri khas tremor terjadi pada
salah satu/kedua lengan bawah dan sangat jarang pada kaki, rahang, bibir dan lidah, terjadi
jika lengan dalam sikap istirahat (resting tremors) dan menghilang sejenak pada saat pindah
sikap atau lengan ditopang dengan mantap.
Bentuk dari tremor Parkinson ini adalah fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi jari tangan,
pronasi-supinasi lengan bawah. Pada kaki terjadi gerakan fleksi-ekstensi lutut, pada rahang
berupa gerakan membuka-menutup, pada kelopak terjadi gerakan berkedip-kedip dan pada
lidah berupa gerakan keluar-masuk.
Tremor lainnya:
- Tremor Palatal merupakan merupakan gerakan involunter, cepat dan ritmis daripada
palatum mole. Ada dua jenis tremor palatal: tremor palatal essensial dan tremor palatal
simtomatis. Pada tremor palatal essensial terjadi aktivasi dari m. Tensor veli palatini tanpa
ada penyebab patologis, menimbulkan bunyi klik dan berkurang pada saat tidur. Sedangkan
tremor palatal simtomatis melibatkan m. Levator veli palatini dan terdapat lesi batang otak
yang mempengaruhi jaras dentata-olivari. Frekuensi: 26-420 kali permenit (tremor essensial)
dan 107-164 kali permenit (tremor simtomatis).
- Tremor histerikal, terjadi pada pasien dengan gangguan histeria. Selain tremor gejala
lainnya: rasa berat di tungkai, kram, sulit bernapas, palpitasi, rasa tercekik, berteriak seperti
“kesakitan”, penurunan kesadaran, dll. Penyebabnya adalah stress.
2. Chorea
Kata khorea berasal dari Yunani yang berarti menari Chorea adalah gerakan di luar
kesadaran yang cepat, menyentak, pendek dan berulang-ulang yang dimulai satu bagian
tubuh dan bergerak dengan tiba-tiba, tak terduga, dan seringkali secara terus-menerus sampai
bagian tubuh lainnya.
Merupakan salah satu gejala klinik penyakit Huntington. Penyakit ini bersifat
herediter yang diturunkan secara autosom dominan, akibat degenerasi ganglia basalis
terutama pada inti kaudatus yang bersifat menahun progresif. Lebih sering pada orang
dewasa di atas umur 30 tahun, sangat jarang pada anak. Sekitar 1—5% terdapat pada anak di
atas umur 3 tahun (juvenile type). Pada tipe juvenilis, 75% dengan riwayat keluarga positif
yakni ayahnya. Manisfestasi klinik lain berupa kekakuan, bradikinesi, kejang dan retardasi
intelektual. Tidak ada pengobatan khusus. Prognosis jelek. kematian biasanya terjadi 3—10
tahun sesudah timbul gejala klinik.
2) Korea minor
Sering disebut korea Sydenham, St Vitus dance atau korea akuisita. Patogenesisnya
masih belum jelas, diduga berhubungan dengan infeksi reuma sebab 75% kasus menunjukkan
riwayat demam rematik. Sangat mungkin reaksi antigen-antibodi pasca infeksi streptokok
betahemolitikus grup A yang berperan. Selain pada demam rematik, korea ini dapat juga
bermanifestasi pada ensefalitis/ensefalopati dan intoksikasi obat. Kira-kira 80% kasus
terdapat pada usia 5—15 tahun, perempuan: lelaki = 2—3 : 1. Gejala klinik berupa gerakan-
gerakan koreatik pada tangan/lengan menyerupai gerakan tangan seorang penari/pemain
piano, adakalanya pada kaki/tungkai dan muka. Perjalanan penyakit bervariasi, dapat sembuh
spontan dalam 2—3 bulan tetapi dapat pula sampai setahun. Tidak ada pengobatan khusus
selain sedativa.
3)Korea Iatrogenik
Jenis korea ini disebabkan karena penggunaan obat-obatan yang pada umunya obat
yang digunakan untuk pasien sakit jiwa atau disebut obat antipsikosis seperti haloperidol dan
fenotiazin. Korea dapat melibatkan sesisi tubuh saja, sehingga disebut hemikorea. Bila
hemikorea bangkit secara keras sehingga seperti membanting-bantingkan diri, maka
istilahnya ialah hemibalismus.
3. Atesosis
Atetosis berasal dari Yunani yang berarti berubah. Pada atetose gerakan lebih lambat
dan melibatkan otot bagian distal, namun cenderung menyebar ke proksimal. Atetosis banyak
dijumpai pada penyakit yang melibatkan ganglia basal. Athetosis adalah aliran gerakan yang
lambat, mengalir, menggeliat di luar kesadaran. Biasanya pada kaki dan tangan.
Khorea dan atetosis bisa terjadi secara bersamaan, dan disebut koreoatetosis. Korea
dan atetosis bukan merupakan penyakit, tetapi merupakan gejala yang bisa terjadi pada
beberapa penyakit yang berbeda. Seseorang yang mengalami korea dan atetosis memiliki
kelainan pada ganglia basalisnya di otak. Penyakit yang seringkali menyebabkan korea dan
atetosis adalah penyakit Huntington.
Biasanya dijumpai pada anak terutama bayi baru lahir akibat kerusakan otak non-
progresif yang terjadi intrauterin,waktu lahir atau segera sesudah lahir. Kelumpuhan otak
yang disertai gerakan atetotik/koreo-atetotik termasuk kelumpuhan otak tipe subkortikal,
akibat lesi pada komponen ganglia basalis. Tipe ini meliputi 5—15% kasus kelumpuhan otak.
Terdapat 2 faktor perinatal sebagai penyebab utama kelumpuhan otak tipe subkortikal ialah
hiperbilirubinemia (kern ikterus) dan asfiksi berat.
Gejala klinik biasanya baru tampak sesudah umur 18 bulan. Dapat ditemukan gerakan
atetotik, koreo-atetotik maupun jenis GI fainnya bergantung pada lokasi kerusakan.
Pengobatan hanya simtomatik dan suportif.
2) Sindrom Lesch-Nyhan
Gerakan atetotik mulai timbul pada umur 6—8 bulan, kemudian diikuti gerakan
koreo-atetotik dan pada usia di atas 2 tahun sudah dapat ditemukan sindrom yang lengkap.
Pengobatan dengan alopurinol 8 mg/kgBB sehari dalam tiga kali pemberian. Prognosis jelek.
Kelainan degeneratif pada substansi nigra dan globus palidus yang herediter dan
diturunkan secara autosom resesif. Etiologi tidak diketahui, diduga ada hubungan dengan
deposisi pigmen yang mengandung zat besi pada kedua daerah tersebut. Namun tidak jelas
adanya gangguan metabolisme zat besi yang menyertainya. Penyakit ini jarang dijumpai.
Gejala klinik biasanya manifes pada umur 8-10 tahun berupa gerakan atetotik,
kekakuan pada lengan/tungkai dan retardasi mental yang progresif. Kadang-kadang timbul
kejang. Perjalanan penyakit lambat progresif. Tidak ada pengobatan, prognosis jelek,
biasanya meninggal dalam 5-20 tahun.
4. Hemibalismus
Hemiballismus ialah sejenis chorea, biasanya menyebabkan gerakan melempar satu
lengan di luar kemauan dengan keras. Hemiballismus mempengaruhi satu sisi badan. Lengan
terkena lebih sering daripada kaki. Biasanya disebabkan oleh stroke yang mempengaruhi
bidang kecil tepat di bawah basal ganglia yang disebut nukleus subthalamic. Hemiballismus
untuk sementara mungkin melumpuhkan karena ketika penderita mencoba menggerakkan
anggota badan, mungkin melayang secara tak terkendali.
5. Tic’
Tic adalah istilah Prancis yang sesuai dengan standar internasional. Tic merupakan
suatu gerakan otot involunter yang berupa kontraksi otot setempat, sejenak namun berkal-kali
dan kadang kala selalu serupa atau berbentuk majemuk. Menurut gerakan otot involunter
yang timbul, penggolongan ‘tic diberi tambahan sesuai dengan lokasi kontraksi otot stempat.
Dengan demikian dikenal istilah tic facals, yang mengenai otot-otot wajah, otot orbikularis
oris, dan tic orbikularis okuli. Dalam hal ini, otot yang berkontarksi secara involunter adalah
otot orbikularis oris, orbikularis okuli dan zigomatikus mayor atau otot fasial lainnya.
Penyebab tic belum diketahui, tic merupakan suatu gerakan yang terkoordinir ,
berulang dan melibatkan sekelompok otot dalam hubungan yang sinergistik.
a. Tik Fonik
Gerakan otot penggerak pita suara yang mana suara yang diproduksi berubah-ubah
karena pasien berusaha memindahkan udara nafasnya melalui mulut, kadang sengau karena
melewati hidung sehingga gerakan tik ini disebut juga tik verbal.
Tik ini biasanya terjadi tiba-tiba, singkat, gerakan berarti yang biasanya hanya
melibatkan satu kelompok otot, seperti mata berkedip, kepala menyentak, atau mengangkat
bahu. Selain itu, dapat beragam tak bertujuan dan mungkin termasuk gerakan-gerakan seperti
tangan bertepuk tangan, leher peregangan, gerakan mulut, kepala, lengan atau kaki tersentak,
dan meringis wajah.
Tik motor komplek biasanya lebih terarah-muncul dan yang bersifat lebih lama.
Mereka mungkin melibatkan sekelompok gerakan dan muncul terkoordinasi. Contohnya
menarik-narik baju, menyentuh orang, menyentuh benda-benda, ekopraksia/gerakan latah dan
koprolalia/ngomong jorok.
Tik fonik yang bersifat komplek dapat jatuh ke dalam gerakan tik motor komplek
berbagai seri (kategori), termasuk echolalia (mengulangi kata-kata hanya diucapkan oleh
orang lain), palilalia (mengulangi seseorang kata-kata sebelumnya diucapkan sendiri),
lexilalia (mengulangi kata-kata setelah membaca mereka), dan coprolalia (ucapan spontan
sosial pantas atau tabu kata atau frase).
Tik motor komplek jarang terlihat berdiri sendiri kadang dicetuskan denagn tik yang
sederhana.
6. Mioklonus
Merupakan aktivasi sekelompok otot yang menyebabkan gerak singkat, eksplosif
seperti “tersengat listrik”, sering mengenai seluruh ekstremitas. Sentakan mioklonus sekali
terjadi bisa mengenai seluruh otot, seperti yang sering terjadi ketika kita mulai tertidur.
Mioklonus juga bisa terbatas pada satu tangan, sekumpulan otot di lengan bagian atas atau
tungkai atau bahkan pada sekelompok otot wajah.
Penyebabnya banyak sekali seperti dari penyakit vascular, obat-obatan dan ganguan
metabolic, dan penyakit neurodegenerative seperti enselopati spongioform.
7. Diskinesia Tardif
Diskinesia sendiri ialah pergerakan yang tidak disadari. Tardif ialah efek dari
pemakaian obat. Sehingga diskinesia tardif adalah gerakan berulang- ulang dan tidak disadari
yang merupakan efek samping jangka panjang dari obat antipsikotik khususnya pada orang
sakit jiwa.
Gambaran klinis diskinesia tardif yaitu berulang-ulang, involunter dan gerakan yang
tidak ada tujuannya. Selain menyeringai, menjulur-julurkani lidah, bergetar, melipat dan
mengerutkan bibir serta mengedipkan mata secara cepat. Pergerakan cepat dari ekstremitras
dan jari-jari juga muncul pada beberapa penderita. Hal yang membedakannya dengan
parkonson disease ialah pergerakan dari ekstremitasnya. Pada parkinson disease, pasien
kesulitan untuk bergerak tetapi pada pasien diskinesia tardif tidak ada kesulitan untuk
bergerak.
Mekanisme diskinesia tardif karena proses antagonisme dopamin di jalur antara lokasi
substansia nigra dan korpus striatum. Terutama kalau yang terkena proses antagonisasi
dopaminpada reseptor D2 menyebabkan efek lepas obat dan menimbulkan gerakan ini.
8. Distonia
Distonia adalah kelainan gerakan dimana kontraksi otot yang terus menerus
menyebabkan gerakan berputar dan berulang atau menyebabkan sikap tubuh yang abnormal.
Gerakan tersebut tidak disadari dan kadang menimbulkan nyeri, bisa mengenai satu otot,
sekelompok otot (misalnya otot lengan, tungkai atau leher) atau seluruh tubuh. Pada
beberapa penderita, gejala distonia muncul pada masa kanak-kanak (5-16 tahun), biasanya
mengenai kaki atau tangan. Beberapa penderita lainnya baru menunjukkan gejala pada akhir
masa remaja atau pada awal masa dewasa.
Gejala awal adalah kemunduran dalam menulis (setelah menulis beberapa baris
kalima), kram kaki dan kecenderunagn tertariknya satu kaki keatas atau kecenderungan
menyeret kaki setelah berjalan atau berlari pada jarak tertentu.
Leher berputar atau tertarik diluar kesadaran penderita, terutama ketika penderita
merasa lelah. Gejala lainnya adalah tremor dan kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara.
Gejala awalnya bisa sangat ringan dan baru dirasakan hanya setelah olah raga berat, stres atau
karena lelah. Lama-lama gejalanya menjadi semakin jelas dan menyebar serta tak
tertahankan.
Distonia torsi, sebelumnya dikenal sebagai dystonia musculorum deformans atau DMD.
Merupakan distonia generalisata yang jarang terjadi dan bisa diturunkan, biasanya
berawal pada masa kanak-kanak dan bertambah buruk secara progresif. Penderita bisa
mengalami cacat yang serius dan harus duduk dalam kursi roda.
Tortikolis spasmodik atau tortikolis merupakan distonia fokal yang paling sering
ditemukan. Menyerang otot-otot di leher yang mengendalikan posisi kepala, sehingga
kepala berputar dan berpaling ke satu sisi. Selain itu, kepala bisa tertarik ke depan atau
ke belakang.
Tortikolis bisa terjadi pada usia berapapun, meskipun sebagian besar penderita pertama
kali mengalami gejalanya pada usia pertengahan. Seringkali mulai secara perlahan dan
biasanya akan mencapai puncaknya.
Sekitar 10-20% penderita mengalami remisi (periode bebas gejala) spontan, tetapi tidak
berlangsung lama.
Blefarospasme merupakan penutupan kelopak mata yang tidak disadari.
Gejala awalnya bisa berupa hilangnya pengendalian terhadap pengedipan mata. Pada
awalnya hanya menyerang satu mata, tetapi akhirnya kedua mata biasanya terkena.
Kejang menyebabkan kelopak mata menutup total sehingga terjadi kebutaan fungsional,
meskipun mata dan penglihatannya normal.
Distonia kranial merupakan distonia yang mengenai otot-otot kepala, wajah dan leher.
Distonia oromandibuler menyerang otot-otot rahang, bibir dan lidah.
Rahang bisa terbuka atau tertutup dan penderita mengalami kesulitan berbicara dan
menelan.
Disfonia spasmodik melibatkanotot tenggorokan yang mengendalikan proses berbicara.
Juga disebut disfonia spastik atau distonia laringeal, yang menyebabkan kesulitan dalam
berbicara atau bernafas.
Sindroma Meige adalah gabungan dari blefarospasme dan distonia oromandibuler,
kadang-kadang dengan disfonia spasmodik. Kram penulis merupakan distonia yang
menyerang otot tangan dan kadang lengan bawah bagian depan, hanya terjadi selama tangan
digunakan untuk menulis. Distonia yang sama juga disebut kram pemain piano dan kram
musisi. Distonia dopa-responsif merupakan distonia yang berhasil diatasi dengan obat-
obatan. Salah satu variannya yang penting adalah distonia Segawa. Mulai timbul pada masa
kanak-kanak atau remaja, berupa kesulitan dalam berjalan. Pada distonia Segawa, gejalanya
turun-naik sepanjang hari, mulai dari kemampuan gerak di pagi hari menjadi
ketidakmampuan di sore dan malam hari, juga setelah melakukan aktivitas.
D. Pathway
1. Pengkajian
Perawat mengumpulkan informasi tentang riwayat kejang pasien. Pasien ditanyakan
tentang faktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang. Asupan alkohol dicatat. Efek
epilepsi pada gaya hidup dikaji: Apakah ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh gangguan
kejang? Apakah pasien mempunyai program rekreasi? Kontak sosial? Apakah pengalaman
kerja? Mekanisme koping apa yang digunakan?
a) Identitas
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,alamat,
tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
b) Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS. Pasien sering
mangalami gerakan tak terkendali/tak sadar.
rendah diri mengurangi rendah diri pasien - Identifikasi dengan pasien, factor-
5 Cemas Cemas keluarga pasien tertangani 1. Jelaskan semua prosedur yang akan
berhubungan dengan dilakukan.
dengan perubahan Kriteria Hasil: 2. Kaji pemahaman orangtua terhadap
dalam status - Ibu keluarga terlihat lebih kondisi anak, tindakan yang akan
kesehatan anak tenang dilakukan pada anak.
- Ibu keluarga dapat bertoleransi 3. Anjurkan orang tua untuk berada
dengan keadaan anak. dekat dengan anak.
4. Bantu pasien mengungkapkan
ketegangan dan kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., Wagner, C.M. (Eds). (2013). Nursing
intervention classification (NIC) (6th ed). St. Louis : Mosby Elsevier.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing Diagnoses:
Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.
Lees.2010. All Parkinson's Disease and other Involuntary Movements Disorders.
Medicine International (1) 1983 : 1516—21.
Mahar, Mardjono, Sidharta P. 2009.Neurologi Klinis Dasar. 1978 : hal. 4—10, 42—49.
Jakarta : PT Dian Rakyat.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. (Eds). (2013). Nursing outcome
classifications (NOC) (5th ed). St. Louis: Mosby Elsevier.
Nurjannah, I. 2015. ICRM (Intan’s Clinical Reasoning Model). Yogyakarta: Mocomedia
publisher.
Nurjannah, I. 2014. ISDA (Intan’s Screening Diagnoses Assesment) versi bahasa indonesia.
Yogyakarta: Mocomedia publisher.
FORMAT PENGKAJIAN
STASE KEPERAWATAN ANAK
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FKKMK UGM
I. Identitas Klien
No. Rekam Medis : 01.84.25.xx
Tanggal masuk RS : 12 Maret 2018
Nama Klien : An. AA
Nama Panggilan :A
Tempat, tanggal lahir : Gunug Kidul, 29 April 2009
Umur : 8 tahun 10 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Bahasa yg dimengerti : Jawa, Indonesia
Orang tua/wali
Nama ayah/ibu/wali : Tn. S / Ny. M
Pekerjaan ayah/ibu/wali : Wiraswasta/ Wiraswasta
Pendidikan : SMP / SMU
Alamat ayah/ibu/wali : Nglipar , Gunung Kidul, D.I. Yogyakarta
II. Keluhan Utama
Pasien rujukan dari RSUD Wonosari dengan involuntary movement. Gerakan tidak
terkontrol pada kedua tangan dan kaki. 2 Bulan SMRS pasien mengsku jatuh dari kasur.
Tidak ditemukan luka, pada kepala, tidak ada benjolan dan tidak ada perdarahan.
III. Riwayat Keluhan Saat Ini
- Anak terdiagnosis Invluntary Movement : Chorea . Pasien Mengeluhkan
timbul gerakan involunter sejak 2 minggu yang lalu secara tiba-tiba. Geralan
tangan seperti memukul, menyentak tiba-tiba , gerakan kaki seperti
menendang. Gerakan menghilang saat tidur. Saat bangun tidur terutama,
gerakan tak terkontrol menjadi sangat cepat dan banyak dan berkurang
menjelang malam hari.
- 3 HSMRS pasien dibawa berobat ke RSUD Wonosari , lalu dirujuk ke poli
anak RSUP SR. sardjito.dak demam,
- HMRS gerakan tidak terkontrol pada kedua tangan dan kaki. Pasien tidak
kejang, titidak mual, tidak muntah, makan-minum baik. Riwayat trauma
karena jatuh dari kasur ketika tidur, terjadi 2 bulan yang lalu, bicara pasien
tidak jelas dan pasien cenderung tidak tenang.
Simpulan : anak dengan gerakan tidak terkontrol pada kedua tangan dan kaki.
IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Prenatal
Ibu hamil pasien pada usia 38 tahun dengan status G3P2A0. Selama hamil ibu control
rutin di bidan praktik swasta setiap bulan, lalu 2 bulan terakhir setiap minggu. Selama
hamil tidak ada demam, tidak ada demam dengan ruam, tidak batuk pilek, tidak linu
tulang, tidak kejang tidak perdarahan maupun keluhan lainnya. Ibu knsumsi vitamin
dan zat tambah darah dari bidan
b. Perinatal
Anak lahir pervaginam, dengan usia kehamilan 9 bulan 10 hari. Lahir di bidan praktik
swasta, spontan. Lahir langsung menangis, dengan berat lahir 2800 gr, panjang badan
48 cm. Keesekan harinya ibu dan pasien dipulangkan. Tidak ada kejang, masalah
pernafasan, tidak ada kterik . Anak juga mampu menetek dengan kuat dan baik.
c. Postnatal
Tidak ada komplikasi selama masa nifas, bayi menjalani ASI Eksklusif., dan kontrol
rutin di Puskesmas
d. Penyakit yang pernah diderita
Tidak ditemukan penyakit serius kecuali demam biasa, batuk dan pilek ketika anak
kecil.
e. Hospitalisasi/tindakan operasi
Tidak ada riwayat hospitalisai sebelum ini.
f. Injuri atau kecelakaan
Tidak ada riwayat injuri atau kecelakaan.
g. Alergi
Tidak ada riwayat alergi makanan ataupun obat.
h. Imunisasi dan tes laboratorium
Pasien mandapatkan imunisasi lengkap sejak usia 0 hari.
i. Pengobatan
Anak tidak mengonsumsi obat rutin sebelum masuk RS.
V. Riwayat Pertumbuhan
Miring usia 4 bulan, tengkurap usia 4 bulan, jalan usia 18 bulan, mengenggam usia 4
bulan, mama spesifik usia 12 bulan
VI. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh: anak tinggal bersama kedua orang tuanya dan kakaknya
b. Hubungan dengan anggota keluarga: anak mendapat perhatian penuh oleh kedua orang
tuanya. Anak biasa bermain dengan kakak-kakaknya.
c. Hubungan dengan teman sebaya: anak bermain dengan anak seusianya jika pergi ke
Posyandu atau diajak oleh ibunya kumpul PKK, anak sering bermain dengan teman
sebaya di sekitar rumah.
d. Pembawaan secara umum: anak terlihat aktif dan cenderung ingin bermain. Di rumah
anak biasa aktif bermain.
VII. Riwayat Keluarga
a. Sosial ekonomi: anak tinggal bersama oang tua dan kedua kakaknya. Penghasilan
orang tua per bulan kira-kira 1 juta lima ratus ribu rupiah.
b. Lingkungan rumah: pemukiman tidak padat penduduk dan pencahayaan cukup
c. Penyakit keluarga: nenek dari ibu memiliki riwayat penyakit hipertensi, kakek dari ibu
meninggal karena tumr dipipi.
d. Genogram
Keterangan:
: pasien dengan involuntary mvement : hipertensi : tumor di pipi
VIII. Pengkajian Tingkat Perkembangan Saat Ini (Menggunakan format Denver/DDST)
a. Personal sosial : menatap wajah ibu/pengasuh , tersenyum spontan, memandang
tangan, meraih mainan, menunju dan meminta, bermain dengan orang lain, interaksi
dengan teman sekolah baik, dapat mengikuti pelajaran diseklah, tdak pernah tinggal
kelas
b. Adaptif Motorik Halus : kepala menleh ke samping kanan-kiri (1 blan), memegang
mainan (3 bulan), meraih, menggapai (5 bulan), mengambil dengan tangan kanan dan
kiri (7 bulan), menjimpit 9 9 bulan), memasukkan mainan ke cangkir (12 bulan),
mencoret0coret (15 bulan ), menumpuk 2 mainan (1,5 taun), menggambar (5 tahun)
c. Bahasa : bereaksi terhdap lonceng , suara (1 bulan), tertawa (3 bulan), menoleh kea rah
suara (5 bulan), memanggil mama, dada ( 12 bulan), berbicara 2 kata ( 18 bulan),
berbicara 1 kalimat penuh ( 2 tahun)
d. Motorik Kasar : angkat kepala (3 bulan), miring-miring ( 4 bulan), tengkurap * 4
bulan), duduk sendiri(7 bulan), merangkak ( 10 bulan), berjalan tanpa support ( 18
bulan)
Intepretasi/ simpulan : tidak terdapat keterlambatan pada fungsi motoric kasar,
mtorik halus, bicarabahasa, dan personal soisla pada An. A
-- --
Kekuatan otot
+5 +5
+5 +5
n. Neurologi
Sensibilitas normal
Reflek fisiologis
+2 +2
+2 +2
Reflek patologis
-- --
-- ---
3. Minggu, 18 DO :Anak tampak tak nafsu makan, TD =100/60 mmHg, HR = 82 Risiko Infeksi Prosedur invasive
Maret 2018 x /menit , RR= 20 x /menit dan terpajan
T = 36,9 0C, Sp2 = 98%, angka Leukosit dalam batas nrmal , angka lingkunagan patogen
mucus dalam rin tinggi, anak terpasang IV plug
DIAGNOSA/
HARI/ TANGGAL/
MASALAH IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM
KOLABORASI
Risiko Cidera Senin, 19 Maret Pukul 09.00-12.00 : S : keluarga mengatakan mengerti pentingnya menghindarkan
2018 anak dari cidera baik kondisi normal terutama saat
- Menyediakan lingkungan yang aman
gerakan-gerakan tak terkontrol terjadi, menghindarkan
10.00 untuk pasien lingkungan pasien dari benda tajam, kaca dan lain
sebagainya.
- Memberikan penjelasan pada pasien dan
O: tampak bekas luka di kaki dan tangan karena garukan atau
keluarga tentang status kesehatan dan tak sengaja tertabrak meja kursi ketika anak berjalan.
TD =100/60 mmHg, HR = 82 x /menit , RR= 20 x /menit
faktor risiko yang membahayakan atau
T = 36,9 0C, Sp2 = 98%
memperparah kondisi pasien Anak kooperatif, tampak gerakan involunter berkurang,
kesadaran compos mentis
- Mendiskusikan dengan keluarga untuk
menciptakan lingkungan sehari hari yang A:
aman untuk pasien baik ketika kondisi Indikator A T C
Terbebas dari cidera 4 5 5
normal atau ketika kejang terjadi. Menjelaskan cara/metode 3 4 4
- Mendiskusikan dengan keluarga faktor- untuk mencegah cidera
Mengidentifikasi faktor 3 4 4
faktor bahaya yang mengakibatkan pasien lingkungan/perilaku personal
dapat mengalami cidera baikdalam kndisi risiko penyebab cidera
normal atau kejang Masalah teratasi.
- Memberikan obat MethylPrenidsolon 8 P : Motivasi pasien dan orang tua untuk melakukan
pengawasan ketat, follow up kejadian cidera yang
mg per oral pukul 12.00 dialami pasien
Risiko Cidera Selasa, 20 Maret S : Keluarga mengatakan anak selalu ingin turun
2018 - Menganjurkan keluarga untuk dari tempat tidur dan bergerak kesana kemari
DIAGNOSA/
HARI/ TANGGAL/
MASALAH IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM
KOLABORASI
09.00 selalu mendampingi anak dan O : orang tua selalu mendampingi anak, side rail
menaikan side rail tempat tidur terpasang jika orang tua tidak bersama anak,
ketika anak minim pengawasan tanda risiko jatuh terpasang
- Menganjurkan kepada keluarga Score humpty dumpty = 13 (Risk Tinggi)
untuk memonitor kejadian jatuh Gerakan involunter tampak berkurang
pada anak TD =100/70 mmHg, HR = 100 x /menit , RR= 20 x
/menit
T = 36,50C, Sp2 = 98%
A:
No Indikator A T C
1 Jatuh saat berdiri 5 5 5
2 Jatuh saat berjalan 5 5 5
3. Jatuh dari tempat tidur 5 5 5
P: Monitor kejadian jatuh
Risiko Cidera Rabu, 21 Maret - memonitor gerakan involunter pasien S : keluarga mengatakan mengerti pentingnya menghindarkan
2018 - Mengkaji ulang score humpty anak dari cidera baik kondisi normal terutama saat
gerakan-gerakan tak terkontrol terjadi, menghindarkan
18.00 dumpty lingkungan pasien dari benda tajam, kaca dan lain
follow up intervensi pencegahan jatuh sebagainya.
- Memberikan obat THP 0,25 mg per O: score humpty dumpty=10 (Risiko Sedang)
oral, Thiamin 100 mg per oral, vit B6 TD =110/60 mmHg, HR = 92 x /menit , RR= 20 x /menit
dan B12 per oral T = 36,8 0C, Sp2 = 98%
Anak kooperatif, tampak gerakan involunter berkurang,
kesadaran compos mentis
A:
Indikator A T C
Terbebas dari cidera 4 5 5
Menjelaskan cara/metode 3 4 4
untuk mencegah cidera
Mengidentifikasi faktor 3 4 4
DIAGNOSA/
HARI/ TANGGAL/
MASALAH IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM
KOLABORASI
lingkungan/perilaku personal
risiko penyebab cidera
No Indikator A T C
1 Jatuh saat berdiri 5 5 5
2 Jatuh saat berjalan 5 5 5
3. Jatuh dari tempat tidur 5 5 5
Masalah teratasi.
P : Motivasi pasien dan orang tua untuk melakukan
pengawasan ketat, follow up kejadian cidera yang
dialami pasien, monitor kejadian jatuh., kaji ulang score
humpty dampty.
Kesiapan Senin, 19 Maret - Membina hubungan saling S: Keluarga mengatakan siap menjalani terapi dan
meningkatkan 2018 percaya dengan klien dan keluarga pengobatan untuk sang anak
manajemen kesehatan 10.00 - Mengkaji pemahaman keluarga O: keluarga memahami tujuan dilakukannya bed
mengenai prosedur yang akan rest bagi sang anak dan terapi pengoobatan,
dilakukan dan membantu anak sudah terpasang iv plug
menjelaskan kembali terkait A: Masalah teratasi sebagian
prosedur tersebut No Indikator A T C
1 Prosedur penanganan 2 4 4
2 Tujuan prosedur 2 4 4
3 Tindakan pencegahan 2 4 3
yang berkaitan dengan
prosedur
4 Pembatasan terkait 2 4 3
prosedur
DIAGNOSA/
HARI/ TANGGAL/
MASALAH IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM
KOLABORASI
No. Indikator A T P
1. Demam 2 5 5
2. Nyeri 1 4 4
3. Kehilangan nafsu 2 4 3
makan
P:
P: