Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Atribut Akuntan Forensik


Atribut merupakan sifat, ciri, atau karakteristik dari suatu entitas dari suatu objek .
Howard R. Davia memberi lima nasehat kepada seorang auditor pemula dalam
melaksanakan investigasi terhadap fraud yaitu :
1. Pertama menghindari pengumpulan fakta dan data yang berlebihan secara prematur.
Identifikasi lebih dahulu siapa pelakunya.
2. Kedua fraud auditor harus mampu membuktikan “niat pelaku melakukan
kecurangan.
3. Ketiga,seorang auditor harus kreatif,berpikir seperti pelaku fraud,jangan dapat
ditebak.
4. Keempat,auditor harus tahu bahwa banyak kecurangan dilakukan dengan
persekongkolan.
5. Kelima,dalam memilih strategi untuk menemukan kecurangan dalam ininvestigasi
proaktif.

Dari nasihat tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.

a) Dari awal upayakan menduga siapa pelaku.


b) Fokus pada pengambilan bukti dan barang bukti untuk pengadilan.
c) Kreatif, jangan dapat ditebak.
d) Investigator harus memiliki intuisi yang tajam untuk merumuskan teori mengenai
persengkongkolan.
e) Kenali pola fraud.

A. Karakteristik Seorang Pemeriksa Fraud

1
1. Pemeriksa fraud harus memiliki kemampuan yang unik. Kemampuan untuk
memastikan kebenaran dari fakta yang dikumpulkan dan kemudian melaporkan
fakta-fakta itu secara akurat dan tepat.
2. Memiliki kepribadian yang menarik dan mampu memotivasi orang lain untuk
membantunya.
3. Memiliki kemampuan teknis untuk mengerti konsep-konsep keuangan dan mampu
untuk menarik kesimpulan.

B. Kualitas Akuntan Forensik

1. Kreatif.
2. Rasa ingin tahu.
3. Tak mudah menyerah.
4. Memiliki akal sehat.
5. Business sense, dan
6. Percaya diri

C. Independen, Objektif, Dan Skeptis

Sikap tersebut merupaka sikap yang harus melekat pada diri seorang auditor. Ketiganya
juga tidak dapat dipisahkan dari pekerjaan akuntan forensik.

2.2 Kode Etik Akuntan Forensik

Kode etik ini berisi nilai-nilai luhur yang amat penting bagi eksistensi profesi. Profesi
bias eksis karena ada integritas (sikap jujur),rasa hormat dan kehoprmatan,dan nilai-nilai luhur
lainnya yang menciptakan rasa percaya dari pengguna dan stackholders lainnya.

2
Seorang ahli hukum berkebangsaan inggris, Lord ( john fletcher ) membedakan tiga
wilayah tingkat manusia yaitu :

1. Wilayah hukum positif, di mana orang patuh karena ada hukum dan hukum
ketidakpatuhan.
2. Wilayah kebebasan memilih, di mana orang mempunyai kebebasan penuh untuk
menentukan sikapnya.
3. Wilayah yang ketiga merupakan wilayah yang berada di tengah-tengah kedua wilayah
yang telah disebutkan sebelumnya atau disebut lord moulton sebagai
kesopansantunan.

1. Tanggung Jawab Profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus


senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.

Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan


dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa
profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan
sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat
dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua
anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.

2. Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan


kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas
profesionalisme.

3
Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik.
Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi
akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor,
dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas
akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini
menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik
didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara
keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam
menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.

Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham
bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika
yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya
untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya,
anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai
profesionalisme yang tinggi.

3. Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus


memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan


profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan
patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.

Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus
terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak
boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak
disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan
prinsip.

4
4. Objektivitas

Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah
pengaruh pihak lain.

5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi


dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau
pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.

Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa
profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna
jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.

6. Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama


melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut
tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.

Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan
dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas
kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.

5
Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien
atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban
kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa
berakhir.

7. Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus
dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak
ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

8. Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan
pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

2.3 Standar Audit Investigatif

Audit Investigasi adalah proses pengumpulan dan pengujian bukti-bukti


terkait kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan Negara dan
perekonomian negara, umtuk memperoleh kesimpulan dan mendukung tindakan

6
litigasi atau tindakan korektif manajemen, Audit investigasi dapat dilaksanakan atas
permintaan Kepala daerah dan aparat penegak hukum.

Secara sederhana, standar adalah ukuran mutu. Oleh karena itu, dalam
pekerjaan audit, para auditor ingin menegaskan adanya standar tersebut. Dengan
standar ini pihak yang di audit (auditee), pihak yang memakai laporan audit, dan
pihak-pihak lain dapat mengukur kerja si auditor.

K.H Spencer Picket dan Jennifer Picket merumuskan beberapa standar untuk
melakukan investigasi terhadap fraud. Konteks yang mereka rajuk adalah
investigasi ats fraud yang dilakukan oeleh pegawai perusahaan.

Standar tersebut adalah :


1. Seluruh investigasi harus dilandasi praktik terbaik yang diakui
2. Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian sehingga bukti tadi dapat
diterima di pengadilan
3. Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman,terlindungi dan diindeks
dan dijejak audit tersedia.
4. Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak asasi pegawai dan senantiasa
menghormatinya.
5. Beban pembuktian ada pada yang menduga pegawainya melakukan kecurangan.
6. Cakup seluruh subsatnsi investigasi
7. Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi.

Standar –standar ini akan di jelaskan di bawah ini dengan konteks indonesia :

Standart – 1

Seluruh investigasi harus di landasi praktek – praktek terbaik yang diakui ( accepted best
practise). Istilah best practise sering dipakai dalam penetapan standart dalam istilah ini tersirat 2
hal.

1. adanya upaya membandingkan antara praktek – praktek yang ada dengan merujuk kepada
yang terbaik pada saat itu.
2. Upaya benchmarking dilakukan terus menerus untuk mencari solusi terbaik.

7
Standart – 2

Kumpulkan bukti – bukti dengan prinsip – prinsip kehati – hatian ( due care) sehingga
bukti-bukti tadi dapat diterima dipengadilan

Standart-3

Pastikan bahwa seluruh doumentasi dalam keadaan aman, terlindungi, dan di index; dan
jejak audit tersedia. Dokumentasi ini diperlukan sebagai referensi apabila ada penyelidikan
dikemudian hari untuk memastikan bahwa investigasi sudah dilakukan dengan benar. Referensi
ini juga membantu perusahaan dalam upaya perbaikan cara-cara investigasi sehingga acccepted
best practices yang dijelaskan diatas dapat dilaksanakan.

Standart-4

Perhatikan bahwa para investigator mengerti akan hak asasi pegawai dan senantiasa
menghormatinya. Kalau investigasi dilakukan dengan cara yang melanggar hak asasi pegawai,
yang bersangkutan dapat menuntut perusahaan dan investigatornya. Bukti-bukti yang sudah
dikumpulkan dengan waktu dan biaya yang banyak, menjadi sia-sia.

Standart-5

ingatlah bahwa beban pembuktian ada pada perusahaan yang “ menduga “ pegawainya
melakukan kecurangan, dan pada penuntut umum yang mendakwah pegawai terssebut, baik
dalam kasus hukum administrative and pidana.

Standart-6

mencakup seluruh substansi investigasi dan “kuasai” seluruh target yang sangat kritis
ditinjau dari segi waktu.

Standart-7

meliputi selurh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencaaan,


pengumpulan bukti, dan barang bukti, wawancara, kontak dengan pihak ke tiga , pengamanan
yang bersifat rahasia

8
2.4 SPKN

SPKN yang merupakan akronim dari Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, adalah
standar yang digunakan oleh pemeriksa BPK RI, maupun pihak lain yang melaksanakan
pemeriksaan keuangan negara untuk dan atas nama BPK RI. SPKN memuat persyaratan
profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan
yang profesional.

Selain itu, SPKN juga memuat tujuh pernyataan standar pemeriksaan (PSP) yakni standar
umum, standar pelaksanaan pemeriksaan keuangan dan standar pelaporan pemeriksaan
keuangan. Empat standar lainnya yakni standar pelaksana pemeriksaan kinerja, standar pelaporan
pemeriksaan kinerja, standar pelaksanaan pemeriksaan dengan tujuan tertentu, serta standar
pelaporan pemeriksaan dengan tujuan tertentu

SPKN ini berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas,
program, kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung
jawab Keuangan Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Tujuan SPKN adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan organisasi
pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara. Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dalam rangka
mewujudkan akuntabilitas publik adalah bagian dari reformasi bidang keuangan negara yang
dimulai sejak 2003.

SPKN disusun oleh BPK RI melalui peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun 2007. Hal ini
sesuai dengan amanat Pasal 5 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Pasal 9 ayat (1) huruf e Undang-
undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK harus menyusun
standar pemeriksaan yang dapat menampung hal tersebut.

9
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Atribut merupakan sifat, ciri, atau karakteristik dari suatu entitas dari suatu objek . Kode
etik ini berisi nilai-nilai luhur yang amat penting bagi eksistensi profesi. Profesi bias
eksis karena ada integritas (sikap jujur),rasa hormat dan kehoprmatan,dan nilai-nilai
luhur lainnya yang menciptakan rasa percaya dari pengguna dan stackholders lainnya.
Secara sederhana, standar adalah ukuran mutu. Oleh karena itu, dalam
pekerjaan audit, para auditor ingin menegaskan adanya standar tersebut.
Dengan standar ini pihak yang di audit (auditee), pihak yang memakai
laporan audit, dan pihak-pihak lain dapat mengukur kerja si auditor.

10
SPKN yang merupakan akronim dari Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, adalah
standar yang digunakan oleh pemeriksa BPK RI, maupun pihak lain yang melaksanakan
pemeriksaan keuangan negara untuk dan atas nama BPK RI. SPKN memuat persyaratan
profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan
yang profesional.

B.SARAN

11
DAFTAR PUSTAKA

Tuanakotta, Theudorus M. 2012 , Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Jakarta Sulemba
Empat,

http:// www.antikorupsi.org di akses pada 6 desember 2015

12

Anda mungkin juga menyukai