Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan kinetika suatu reaksi kimia dan menentukan waktu kadaluarsa
obat.
b. Dasar teori
Stabilitas obat adalah kemampuan obat atau produk untuk mempertahankan sifat dan karakteristiknya
agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat atau diproduksi. Identitas, kekuatan, kualitas dan
kemurnian dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan. (joshita,
2008)
Kestabilan umumnya adalah sesuatu yang menyebabkan ketidakaktifan obat melalui penguraian obat
atau hilangnya khasiat obat krn perubahan bentuk fisik dan kimia yang kurang diinginkan dr obat tsb.
(martin et al, 2008)
1. Stabilitas kimia
ST adalah kemampuan mempertahankan keutuhan kimiawi dan potensi zat aktif yang tertera
pada etiket dalam batasan spesifikasi. hal yang dapat mempengaruhi stabilitas kimia antara lain
pengaruh pelarut, pengaruh cahaya, pengaruh kelembapan, pengaruh suhu, pengaruh kekuatan
ion, pengaruh tetapan dielektrik, pengaruh katalisis, dan pengaruh zona iklim dunia
2. Stabilitas fisika
SF adalah kemampuan mempertahankan sifat fisika awal dari suatu sediaan termasuk
penampilan, kesesuaian, keseragaman, disolusi, disintegrasi, kekerasan, dan kemampuan
disuspensikan.
3. Stabilitas mikrobiologi
Sterilitas atau resistensi terhadap pertumbuhan mikroba dipertahankan sesuai persyaratan yang
dinyatakan. Zat antimikroba yang ada harus dapat mempertahankan efektifitas sediaan dalam
batas yang ditetapkan.
4. Stabilitas terapi
ST adalah ada tidaknya perubahan terhadap efek terapi dari sediaan selama masa penyimpanan.
(shelf life)
5. Stabilitas toksikologi
ST adalah tidak terjadinya peningkatan toksisitas yang bermakna selama waktu simpan,
misalnya tidak terbentuk senyawa epi dan anhidro dalam suspense tetrasiklin yang
menyebabkan toksisitas pada ginjal.
(joshita, 2008)
Factor factor yang dapat mempengaruhi kestabilan suatu obat, yaitu panas, cahaya,
kelembapan, oksigen, pH, mikroorganisme, dan bahan bahan tambahan yang digunakan dalam
formula sediaan obat. Setiap kenaikan suhu 10 c akan mempercepat laju reaksi 2-3 kali, dimana
laju reaksi adalah pengurangan konsentrasi reaktan atau penambahan konsentrasi produk per
satuan waktu. (joshita, 2008)
Penguraian sediaan farmasi dapat digolongkan sebagai hidrolisis dan oksidasi. Obat yang
mengandung lebih dari satu gugus fungsional kemungkinan dapt terhidrolisis dan teroksidasi
secara bersamaan.
Solusi tingkat reaksi biasanya dinyatakan dalam satuan perubahan konsentrasi per periode
waktu, misalnya, mol per liter per jam, dan laju reaksi kimia yang terjadi dalam larutan biasanya
sebanding dengan konsentrasi spesies reaksi sebagai berikut ( Martin, 1971).
Kecepatan dekomposisi obat ditunjukkan oleh kecepatan perubahan mula-mula satu atau
lebih reaktan dan ini dinyatakan dengan tetapan kecepatan reaksi k, yang untuk orde ke
satu dinyatakan sebagai harga resiprok dari detik, menit, dan jam. Kecepatan terurainya
suatu zat padat mengikuti reaksi orde nol, orde satu, ataupun orde dua, yang persamaan
tetapan kecepatan reaksinya seperti tercantum dibawah ini:
Orde nol
Orde 1
Orde 2
Waktu paro adalah waktu yang diperlukan sampai jumlah (konsentrasi) pereaksi menjadi
setengan (separo) konsentrasi semula. Perlu diingat yang dihitung dalam waktu paro adalah
jumlah pereaksi yang tinggal, dan ini dapat dilakukan bila reaksi berpereaksi tunggal (satu
macam). ( Syukri, 1999 )
Log k = Log A +
Keterangan :
Ea : Tenaga aktivasi ( tenaga yang diperlukan agar suatu molekul dapat beraksi )
A : Suatu tetapan yang berhubungan dengan frekuensi tabrakan antara reaktan-reaktan
R : Tetapan gas ( 1,987kalori/ derajat/ molar )
T : Temperatur absolut( oC + 273 )
( Anonim, 2012 )
degradasi dapat disebabkan oleh pecahnya suatu ikatan, pergantian spesies, atau
perpindahan atom-atom dan ion-ion jika dua molekul bertabrakan dalam tabung reaksi
(Moechtar, 1989).
Penguraian bahan berkhasiat pada bentuk sediaan farmasi terjadi pada jalur
hidrolisis, oksidasi-reduksi, resemisasi, epimerisasi, dekarboksilasi, rearrangement,
dan dehidrasi.
a. Hidrolisis
reaksi hidrolisis terjadi pada obat-obat yang memiliki gugus fungsional. Misalnya
senyawa ester dan amina.
b. Oksidasi-Reduksi
c. Resemisasi
resemisasi adalah proses dimana bahan obat yang memiliki bentuk-bentuk optis
aktif (bentuk L atau D) dalam larutannya terjadi campuran resemis (kedua bentuk
terdapat bersama-sama didalamnya). Dalam reaksi resemisasi, suatu zat aktif optis
aktif kehilangan aktivitas optiknya tanpa mengubah susunan kimianya. Reaksi ini
dapat mempengaruhi stabilitas formulasi farmasi, karena efek biologis bentuk
dekstro mungkin jauh lebih kecil daripada levo. Pada umumnya reaksi resemisasi
mengalami penguraian menurut dasar kintika orde satu. (Lachman dkk,1994).
d. Epimerisasi
peristiwa dimana terjadi perubahan konfigurasi struktur suatu senyawa. Hal ini dapat
mengakibatkan senyawa tersebut tidak aktif secara biologi bahkan menjadi toksik.
Contoh : tetrasiklin. Dalam larutan, tetrasiklin mudah mengalami epimerisasi pada
gugus dimetil amina pada C4 menjadi bentuk lain yang dinamakan epitetrasiklin.
e. Dekarboksilasi
Beberapa asam karboksilat, dibawah kondisi tertentu dapat kehilangan CO2 nya dari
gugus karboksilatnya sehingga menjadi inaktif.Contoh : Asam P-Aminosalisilat. Jika
dipanaskan dibawah kondisi an-aerobik akan mengalami dekarboksilasi.
f. Rearrangement
Adalah peristiwa dimana suatu senyawa kimia berubah menjadi senyawa lain tanpa
mengalami perubahan yaitu penambahan maupun pengurangan atom-atomnya.
Contoh : Penisillin, dalam larutan asam akan berubah menjadi asam penisilinat yang
diduga sebagai penyebab alergi, dengan demikian juga tergantung pH larutan.
Vitamin c
Vitamin c atau asam askorbat memiliki rumus molekul c6h8o6. Berikut adalah struktur asam
askorbat:
(struktur)
Vitamin c mengandung tdk kurang dari 99,0% dan tdk lebih dari 100,5% c6h8o6 dengan bobot
molekul 176,13 gram/mo;. Pemeriannya hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Pengaruh
cahaya membuat warna berubah menjadi gelap. Stabil diudara dan larutan cepat teroksidasi.
Vitamin c mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform,
eter dan benzene. (depkes RI, 1995)
Vitamin c mempunyai sifat pereduksi kuat dan mudah rusak akibat oksidasi oksigen dari udara.
Asam askorbat sangat mudah eroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat dengan adanya enzim
asam askorbat oksidase, akan tetapi akan lebih stabil apabila bentuk Kristal (murni). Secara
kimia, asam askorbat sangat labil dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam
diketogulonat yang tidak meiliki kemampuan sebagai vit c aktif. Suasana basa akan
menyebabkan asam diketogulonat teroksidasi menjadi asam oksalat dan asam treonat.
(safaryani dkk., 2007)
Vit c bersifat hidrofil dan melindungi membrane sel dari luar, terutama bekerja dicairan luar sel.
Vit c banyak terdapat di sayur maur buah buahan, susu sapi, daging, kecuali hati. Vit c mudah
dioksidasi dan diinaktifkan bila makanan dimasak terlalu lama. Khsiatnya yang terpenting adalah
pada dosis teurapetis yang cukup tinggi berdaya antiviral kuat dan antibakteri. (gandjar dan
rochman, 2007)
*ini gatau mau dimasukin apa engga
Untuk menghasilkan radikal hidroksil diperlukan reaksi Fenton. Dalam reaksi Fenton, vitamin C
berfungsi untuk mempercepat proses reduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Semakin cepat Fe3+ direduksi
menjadi Fe2+ maka radikal hidroksil juga akan semakin cepat terbentuk karena Fe2+ akan
bereaksi dengan H2O2 dan menghasilkan radikal hidroksil (.OH). Penambahan suatu ligan
(EDTA) pada besi dapat meningkatkan konstanta kecepatan reaksi antara Fe2+ dengan H2O2.
Reaksi pada tahap ini adalah sebagai berikut ini:
Dapus