Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh bakteri dapat terlokalisir atau difus, telinga terasa sakit. Faktor
yang menyebabkan timbulnya otitis eksterna adalah kelembaban, penyumbatan
liang telinga tengah, trauma lokal, dan alergi. Faktor ini menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang dapat menyebabkan edema dari epitel
skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri
masuk melalui kulit, terjadilah inflamasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri
patogen pada otitis eksterna akut adalah Pseudomonas (41%), Streptococcus
(22%), Staphylococcus aureus (15%), dan Bakteriodes (11%).1
Otitis eksterna dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang
temporal. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga
luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna difusa
merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh
Pseudomonas, Staphylococus, dan Proteus atau jamur.2
Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai,
disamping penyakit telinga lainnya. Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-
daerah yang panas dan lembab, dan jarang pada iklim sejuk dan kering.
Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek dan sejak tahun 1844 banyak
peneliti mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini seperti berenang
merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan.3 Keadaan panas, lembab,
dan trauma terhadap epitel dari liang telinga luar merupakan faktor penting untuk
terjadinya otitis eksterna.1 Pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas
dapat menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun kronik.2
Umumnya penderita datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit
pada telinga, terutama bila daun telinga disentuh dan waktu mengunyah. Bila
peradangan ini tidak diobati secara adekuat, maka keluhan-keluhan seperti rasa
sakit, gatal dan mungkin sekret yang berbau akan menetap.4

1
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN

 Nama : Ny. A
 Umur : 32 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : JL. Pattimura RT 14
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Honorer
 Pendidikan Pasien : D II
 Tanggal pemeriksaan : 23 Juni 2018

2.2 ANAMNESIS

 Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri telinga kiri dan kanan ± 2 minggu
yang lalu

 Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang dengan keluhan nyeri telinga kiri dan kanan ± 2
minggu yang lalu. Awalnya ±2 minggu yang lalu nyeri dirasakan di telinga
kiri dan selang 4 hari telinga kanan pasien juga terasa nyeri. Keluhan
disertai dengan telinga terasa penuh dan keluar cairan bening yang berbau
sehingga pasien membersihkan telinganya dengan cotton bud. Pasien juga
merasakan telinganya sering gatal. Pasien mengatakan juga merasakan
demam dan timbul bengkak di sekitar leher yang terasa sakit jika ditekan,
namun demam dan bengkak ini berangsur hilang.

2
1 minggu yang lalu pasien berobat ke puskesmas dan diberikan
obat amoxicillin, dexametason, paracetamol, dan CTM. Setelah diberikan
obat keluhan pasien tidak berkurang. Pasien merasa masih merasakan
nyeri telinga dan telinga pasien masih mengeluarkan cairan berwarna
kemerahan dan pasien mengaku sering membersihkan telinganya dengan
cotton bud untuk mengeringkan cairan tersebut.
Sejak 2 hari yang lalu, pasien mulai merasakan pendengaran agak
berkurang pada kedua telinga. Keluar cairan nanah dari telinga disangkal,
telinga berdenging (-), riwayat trauma (-), riwayat masuk binatang ke
dalam telinga (-). Keluhan batuk atau pilek disangkal, sakit kepala (-).
Sulit menelan dan sakit menelan (-).

 Riwayat Pengobatan
1 minggu yang lalu pasien berobat ke puskesmas dan diberikan obat
amoxicillin, dexametason, paracetamol, dan CTM. Setelah berobat nyeri
telinga masih dirasakan dan keluar cairan dari telinga.

 Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat keluhan yang sama tidak ada. Riwayat hipertensi (-), riwayat DM
(-), riwayat asma (-), riwayat trauma kepala, riwayat alergi obat (-).

 Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama.
Riwayat hipertensi (-) dan DM (-).

3
Table 2.1 Anamnesis pasien

TELINGA HIDUNG TENGGOROK LARING

Gatal :-/- Rinore : -/- Sukar Menelan : - Suara parau : -

Dikorek : +/+ Buntu : -/- Sakit Menelan : - Afonia : -

Nyeri :+/+ Bersin Trismus :- Sesak napas : -

Bengkak :+/+ * Dingin/Lembab : - Ptyalismus : - Rasa sakit :

Otore : -/- * Debu Rumah :- Rasa Ngganjal : - Rasa ngganjal : -

Tuli :-/+ Berbau : -/- Rasa Berlendir : -

Tinitus :-/- Mimisan : -/- Rasa Kering : -

Vertigo : - Nyeri Hidung : -/-

Mual :- Suara sengau : -

Muntah : -

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

 Kesadaran : compos mentis


 Pernapasan : 21 x/i
 Suhu : 36,3 °C
 Nadi : 82x/i
 TD : 120/80 mmHg
 Anemia : -/-
 Sianosis : -/-
 Stridor inspirasi : -/-
 Retraksi suprasternal : -
 Retraksi interkostal : -/-
 Retraksi epigastrial : -/-

4
a. Telinga
Daun Telinga Kanan Kiri

Anotia/mikrotia/makrotia - -

Keloid - -

Perikondritis - -

Kista - -

Fistel - -

Ott hematoma - -

Nyeri tekan tragus + +

Nyeri tarik daun telinga - -

Liang Telinga Kanan Kiri

Hiperemis + +

Oedem + +

Atresia - -

Serumen - -

Epidermis prop - -

Korpus alineum - -

Jaringan granulasi - -

Exositosis - -

Osteoma - -

Furunkel - -

5
Membrana Timpani Kanan Kiri

Hiperemis - Sulit dinilai

Retraksi - Sulit dinilai

Bulging - Sulit dinilai

Atropi - Sulit dinilai

Perforasi - Sulit dinilai

Bula - Sulit dinilai

Sekret - Sulit dinilai

Reflek cahaya (+) Sulit dinilai


Refleks Cahaya
arah jam 5

Retro-aurikular Kanan Kiri

Fistel - -

Kista - -

Abses - -

Pre-aurikular Kanan Kiri

Fistel - -

Kista - -

Abses - -

6
b. Hidung
Rinoskopi
Kanan Kiri
Anterior

Hiperemis (-), Bisul (-), Hiperemis (-), Bisul (-),


Vestibulum nasi
Krusta (-), Krusta (-)

Sekret (+), hiperemis (-), Sekret (-), hiperemis (-),


Kavum nasi
Edema mukosa (-) Edema mukosa (-)

Selaput lendir DBN DBN

Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-), luka (-)

Lantai + dasar
DBN DBN
hidung

Hipertrofi (-), hiperemis (-), Hipertrofi (-),


Konka inferior
livide (-) hiperemis(-), livide (-)

Meatus nasi
DBN DBN
inferior

Polip - -

Korpus alineum - -

Massa tumor - -

Rinoskopi
Kanan Kiri
Posterior

Kavum nasi

Selaput lendir
Tidak dilakukan
Koana

Septum nasi

7
Konka superior

Adenoid

Massa tumor

Fossa rossenmuller

Transiluminasi
Kanan Kiri
Sinus

Tidak dilakukan

c. Mulut
Hasil

Selaput lendir mulut DBN

Bibir Sianosis (-)

Lidah Atropi papil (-), tumor (-)

Gigi Caries (-)

Kelenjar ludah DBN

d. Faring

Hasil

Uvula Bentuk normal, terletak ditengah

Palatum mole hiperemis (-), benjolan (-)

Palatum durum Hiperemis (-), benjolan (-)

Plika anterior Hiperemis (-)

8
Dekstra : tonsil T1, hiperemis (-),
permukaan rata, detritus (-)
Tonsil
Sinistra : tonsil T2, hiperemis (-),
permukaan rata, detritus (-)

Plika posterior Hiperemis (-)

Mukosa orofaring Hiperemis (-), granula (-)

e. Laringoskopi Indirect
Hasil

Pangkal lidah

Epiglotis

Sinus piriformis

Aritenoid Tidak dilakukan

Sulcus aritenoid

Corda vocalis

Massa

f. Kelenjar Getah Bening Leher


Kanan Kiri

Regio I Dbn Dbn

Regio II Dbn Dbn

Regio III Dbn Dbn

Regio IV Dbn Dbn

9
Regio V Dbn Dbn

Regio VI Dbn Dbn

area Parotis Dbn Dbn

Area postauricula Dbn Dbn

Area occipital Dbn Dbn

Area supraclavicula Dbn Dbn

g. Pemeriksaan Nervi Craniales


Kanan Kiri

Nervus III, IV, VI Dbn Dbn

Nervus VII Dbn Dbn

Nervus IX Dbn

Regio XII Dbn

2.4 PEMERIKSAAN AUDIOLOGI

Tes Pendengaran Kanan Kiri

Tes rinne + -

Tes weber lateralisasi ke telinga kiri

Tes schwabach Sama dengan pemeriksa memanjang

Kesimpulan : Tuli konduktif telinga kiri

10
2.5 DIAGNOSIS

Otitis Eksterna Difusa Auricula Dextra et Sinistra

2.6 DIAGNOSIS BANDING

Otitis Media Akut Tipe Perforasi Auricula Dextra et Sinitra

2.7 PENATALAKSANAAN

Diagnostik

- Lakukan pemeriksaan penunjang kultur dan uji resistensi kuman dari


sekret telinga.

Terapi

- Membersihkan liang telinga dengan penghisap/kapas dengan hati-hati


- Antibiotik topical : Obat tetes telinga yang mengandung polimiksin B
sulfat dan neomisin dengan dosis 3x4 tetes diberikan maksimal 10 hari.
- Antibiotik sistemik: Amoxicillin tablet 3 x 500 mg
- Analgetik: Asam mefenamat tablet 3 x 500 mg

Monitoring

- Minta pasien untuk kontrol ulang 1 minggu lagi jika keluhan tidak
berkurang.

KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)

1. Menjelaskan mengenai penyakit pasien, termasuk faktor yang


memperberat penyakit tersebut.
2. Menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan manfaat dari
pengobatan yang diberikan kepada pasien.

11
3. Memberitahu kepada pasien akan pentingnya follow up dan terapi yang
adekuat untuk penyakitnya.
4. Memberitahukan kepada pasien untuk menutup telinga ketika mandi
untuk mencegah telinga menjadi lembab dan tidak lagi mengorek
telinga.
5. Menyarankan pasien untuk tetap menjaga higienitas dan memakan
makanan yang bergizi.

2.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam

Quo ad fungsionam : Bonam

Quo ad sanationam : Bonam

12
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Telinga

Telinga sebagai indera pendengar terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar,
telinga tengah dan telinga dalam. Struktur anatomi telinga seperti diperlihatkan
pada gambar dibawah ini.5

Gambar 3.1 Struktur anatomi telinga

a. Telinga Bagian Luar

Telinga luar berfungsi menangkap rangsang getaran bunyi atau bunyi dari
luar. Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna auricularis), saluran telinga
(canalis auditorius externus) yang mengandung rambut-rambut halus dan kelenjar
sebasea sampai di membran timpani.5,6

Liang telinga atau saluran telinga merupakan saluran yang berbentuk seperti
huruf S. Pada 1/3 proksimal memiliki kerangka tulang rawan dan 2/3 distal
memiliki kerangka tulang sejati. Saluran telinga mengandung rambut-rambut

13
halus dan kelenjar lilin. Rambut-rambut alus berfungsi untuk melindungi lorong
telinga dari kotoran, debu dan serangga, sementara kelenjar sebasea berfungsi
menghasilkan serumen. Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar
seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu. Kelenjar sebasea terdapat
pada kulit liang telinga.5,6

b. Telinga Bagian Tengah

Telinga tengah atau cavum tympani. Telinga bagian tengah berfungsi


menghantarkan bunyi atau bunyi dari telinga luar ke telinga dalam. Bagian depan
ruang telinga dibatasi oleh membran timpani, sedangkan bagian dalam dibatasi
oleh foramen ovale dan foramen rotundum. Pada ruang tengah telinga terdapat
bagian-bagian sebagai berikut :5

 Membran timpani

Membran timpani berfungsi sebagai penerima gelombang bunyi. Setiap


ada gelombang bunyi yang memasuki lorong telinga akan mengenai
membran timpani, selanjutnya membran timpani akan menggelembung ke
arah dalam menuju ke telinga tengah dan akan menyentuh tulang-tulang
pendengaran yaitu maleus, inkus dan stapes. Tulang-tulang pendengaran
akan meneruskan gelombang bunyi tersebut ke telinga bagian dalam.5

 Tulang-tulang pendengaran

Tulang-tulang pendengaran yang terdiri atas maleus (tulang martil), incus


(tulang landasan) dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiga tulang tersebut
membentuk rangkaian tulang yang melintang pada telinga tengah dan
menyatu dengan membran timpani. Susunan tulang telinga ditampilkan
pada gambar dibawah ini.5

14
Gambar 3.2 Susunan tulang-tulang pendengaran

 Tuba auditiva eustachius

Tuba auditiva eustachius atau saluran eustachius adalah saluran


penghubung antara ruang telinga tengah dengan rongga faring. Adanya
saluran eustachius, memungkinkan keseimbangan tekanan udara rongga
telinga telinga tengah dengan udara luar.5

c. Telinga bagian dalam

Telinga dalam berfungsi menerima getaran bunyi yang dihantarkan oleh


telinga tengah. Telinga dalam atau labirin terdiri atas dua bagian yaitu labirin
tulang dan labirin selaput. Dalam labirin tulang terdapat vestibulum, kanalis
semisirkularis dan koklea. Di dalam koklea inilah terdapat organ Corti yang
berfungsi untuk mengubah getaran mekanik gelombang bunyi menjadi impuls
listrik yang akan dihantarkan ke pusat pendengaran.5

15
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semi-sirkularis. Ujung
atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan skala timpani dengan
skala vestibuli.

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan


membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Koklea atau rumah siput merupakan
saluran spiral dua setengah lingkaran yang menyerupai rumah siput.

Koklea terbagi atas tiga bagian yaitu:

 Skala vestibuli terletak di bagian dorsal


 Skala media terletak di bagian tengah
 Skala timpani terletak di bagian ventral

Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe, sedangkan skala media
berisi endolimfe. Ion dan garam yang terdapat di perilimfe berbeda dengan
endolimfe. Hal ini penting untuk proses pendengaran. Antara skala satu dengan
skala yang lain dipisahkan oleh suatu membran.5

Ada tiga membran yaitu:

 Membran vestibuli, memisahkan skala vestibuli dan skala media.


 Membran tektoria, memisahkan skala media dan skala timpani.
 Membran basilaris, memisahkan skala timpani dan skala vestibuli.

Pada membran membran basalis ini terletak organ Corti dan pada membran
basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan
kanalis Corti, yang membentuk organ Corti. Struktur organ Corti ditampilkan
pada gambar dibawah ini.5

16
Gambar 3.3 Penampang koklea (gambar a) dan susunan organ Corti (gambar b)

3.2 Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun


telinga dalam bentuk gelombang yang dihantarkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani dan diteruskan ke
telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan memperkuat
getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan foramen ovale. Energi getar yang teiah diperkuat ini akan

17
diteruskan ke stapes yang menggerakkan foramen ovale sehingga cairan perilimfe
pada skala vestibuli bergerak.

Getaran akibat getaran perilimfe diteruskan melalui membran Reissner yang


akan mendorong endolimfe, sehingga akan terjadi gerak relatif antara membran
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel.5,6

Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga


melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial
aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke
korteks pendengaran (area 39 - 40) di lobus temporalis.5,6

3.3 Definisi Otitis Eksterna

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang mempermudahkan
radang telinga luar adalah perubahan ph di liang telinga, yang biasanya normal
atau asam. Bila ph menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun.6

Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah
tumbuh. Predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma ringan ketika
mengorek telinga.6

3.4 Patofisilogi

Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan
dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih
kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-
sel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah
ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang
telinga. Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam
liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan

18
gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri
dan jamur.7,8

Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya


lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi
inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya
infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Proses
infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa nyaman
dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan/nanah yang
bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga
hantaran suara akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran. Infeksi pada
liang telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.9

Otalgia pada otitis eksterna disebabkan oleh:

a. Kulit liang telinga luar beralaskan periostium dan perikondrium bukan


bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain
itu, edema dermis akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa
sakit yang hebat.
b. Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan
kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada
daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar
sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis
eksterna.7,8

3.5 Klasifikasi Otitis Eksterna

Otitis eksterna diklasifikasikan atas :7,8

1) Otitis eksterna akut :


a. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel / bisul)
b. Otitis eksterna difus
2) Otitis eksterna kronik/maligna

19
3.5.1 Otitis Eksterna Akut (OEA)
3.5.1.1 Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel = Bisul)

Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi oleh kuman pada kulit


disepertiga luar liang telinga yang mengandung adneksa kulit, seperti folikel
rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen sehingga membentuk
furunkel.Sering timbul pada seseorang yang menderita diabetes. Kuman
penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.7,8

Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal
ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar
dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri
dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi
temporomandibula).Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran bila furunkel
besar dan menyumbat liang telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau
ditekan. Terdapat tanda infiltrat atau abses pada sepertiga luar liang telinga. 7,8

Beberapa furunkel mungkin bersatu membentuk karbunkel jika infeksi


berlanjut tidak diterapi, akan timbul selulitis dan mungkin limfadenitis regional.
Furunkulosis sering bersama-sama dengan Otitis Eksterna Difusa (OED). Pada
kasus berat, edema dapat menyebar ke sulkus post aurikular menyebabkan daun
telinga terdorong ke depan. Kesulitan mendiagnosa timbul apabila liang telinga
bengkak keseluruhan yang menghalangi pemeriksaan membrana timpani.
Keadaan ini harus dibedakan dari mastoiditis akuta, pembengkakan dan
tenderness dapat menyebar ke daerah post aurikula.8,9

Terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses,


diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotic
dalam bentuk salep, seperti polymyxin B atau bacitracin, atau antiseptik (asam
asetat 2-5% dalam alkohol. Kalau dinding furunkelnya tebal, dilakukan insisi,
kemudian dipasang salir (drain) untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak

20
diperlukan pemberian antibiotik secara sistemik, hanya diberikan obat simtomatik
seperti analgetik dan obat penenang.7

3.5.1.2 Otitis Eksterna Difus (OED)

Otitis eksterna difusa biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga bagian
dalam. OED dikenal juga sebagai telinga cuaca panas (hot weather ear), telinga
perenang (swimmer ear), karena merupakan suatu problema umum dibagian
otologi yang didapat pada 5–20 % penderita yang berobat ke dokter di daerah-
daerah tropis dan subtropis pada musim panas. Otitis eksterna difusa merupakan
komplek gejala peradangan yang terjadi sewaktu cuaca panas dan lembab dan
dapat dijumpai dalam bentuk ringan, sedang, berat dan menahun.8

Diduga bahwa suhu yang tinggi, kelembaban yang tinggi dan kontaminasi
kulit (kolonisasi) dengan basil gram negatif merupakan tiga faktor terpenting yang
menunjang didalam hal patogenesis otitis eksterna difusa. Berdasarkan
kepustakaan bahwa peningkatan yang cepat dari insiden otitis eksterna terjadi
apabila suhu menaik pada lingkungan yang kelembaban relatif tinggi. 7,8,9

Tidak adanya serumen didalam liang telinga luar bisa merupakan suatu
keadaan predisposisi untuk terjadinya infeksi telinga. Telah dikemukakan bahwa
serumen dari telinga penyebab terjadinya lapisan asam yang bersifat anti bakteri
yang dianggap berguna untuk mempertahankan telinga yang sehat.9

Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna sirkumskripta. Kadang-kadang


kita temukan sekret yang berbau namun tidak bercampur lendir (musin). Lendir
merupakan sekret yang berasal dari kavum timpani dan kita temukan pada kasus
otitis media. Rasa sakit didalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa
rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut.

Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari
otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan
daun telinga. Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan
pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Rasa gatal yang

21
hebat 9%, sedang 23%, ringan 35%, tidak didapat rasa gatal 33%. Pada
kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak
merupakan tanda permulaan peradangan suatu etitis eksterna akuta. Pada otitis
eksterna kronik merupakan keluhan utama.7,8

Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna
akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang serousa atau purulen, penebalan kulit
yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis
dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut,
serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup
lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.7,8

3.5.2 Otitis Eksterna Kronik/Maligna

Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung lama dan
ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks). Adanya sikatriks
menyebabkan liang telinga menyempit.5 Otitis eksterna malignan adalah infeksi
difus di liang telinga luar dan struktur lain disekitarnya. Biasanya terjadi pada
orang tua dengan penyakit diabetes mellitus. Pada penderita diabetes mellitus PH
serumennya lebih tinggi dibandingkan PH serumen non diabetes. Kondisi ini
menyebabkan penderita diabetes lebih mudah mengalami otitis eksterna. Akibat
adanya faktor immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut
menjadi otitis eksterna malignan.7

Pada otitis eksterna malignan peradangan meluas secara progresif kelapisan


subkutis, tulang rawan dan tulang disekitarnya. Sehingga dapat timbul kondroitis,
osteitis, dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal.7

3.6 Diagnosis Otitis Eksterna Difusa

Diagnosis otitis eksterna difusa ditegakkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan
keluhan telinga terasa nyeri, terasa penuh, pendengaran berkurang, dan gatal. Pada

22
pemeriksaan fisik didapatkan kulit liang telinga hiperemis, dan edema dengan
batas yang tidak jelas, adanya sekret yang berbau dan tidak mengandung musin.9

Pada pemeriksaaan histopatologi otitis eksterna difusa akut tampak adanya


gambaran hiperkeratosis epidermis, parakeratosis, akanthosis, erosi, spingiosis,
hiperplasia stratum korneum dan stratum germinativum, edema, hiperemis,
infiltrasi leukosit, nekrosis, nekrosis fokal diikuti penyembuhan fibroblastik pada
dermis dan aparatus kelenjar berkurang, aktifitas sekretoris kelenjar berkurang.9

Rasa sakit di dalam telinga (otalgia) bisa bervariasi dari yang hanya berupa
rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering
merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala
mengelirukan. Rasa sakit bisa tidak sebanding dengan derajat peradangan yang
ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung
berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis
menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit
dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan
daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan
dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan
rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.9

Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal
dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri
tekan daun telinga.

Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu
rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita
rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan
peradangan suatu otitis eksterna akuta.

Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna. Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan
kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama sering menyumbat lumen

23
kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi,
rambut, serumen, debris, dan obat -obatan yang digunakan kedalam telinga bisa
menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.9

3.7 Tatalaksana Eksterna Difusa

Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit,


pembuangan debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal
untuk mengontrol edema dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus.

Langkah pertama yang terpenting untuk terapi otitis eksterna difusa berupa
pembersihan secara cermat semua debris dan nanah di dalam liang telinga, yang
mudah dilakukan dengan menggunakan ujung penghisap yang kecil. Kemudian
liang telinga dimasukkan tampon yang mengandung antibiotik. Kadang-kadang
diperlukan antibiotik sistemik.

Ingat bahwa antibiotik harus berkontak seluruhnya dengan kulit liang telinga
secara efektif. Bila terdapat saluran yang baik dengan membrana timpani, pasien
disuruh berbaring pada satu sisi tubuhnya, kemudian diteteskan antibiotika dan
dipasang sumbat kapas dalam telinga. Harus diberikan 4 atau 5 tetes ke dalam
telinga setiap 4 jam untuk 48 jam pertama, setelah itu liang diperiksa kembali.
Biasanya terjadi perbaikan dramatis. Kemudian tetesan antibiotika harus diberikan
3 kali sehari selama 1 minggu. Kadang-kadang terdapat pembengkakkan
sedemikian rupa sehingga tetesan tersebut tidak dapat masuk ke liang telinga.
Pada keadaan ini, masukkan dengan hati-hati gumpalan kapas tipis 5-7,5cm dan
ditekan hati-hati ke dalam liang telinga deengan forsep bayonet. Ujung dalam
gumpalan ini harus sedikit mungkin ke membran timapani dan ujung luarnya
harus menonjol ke luar dari liang telinga. Dengan pasien pada salah satu sisinya,
gumpalan tersebut harus dibasahi dengan larutan antibiotika setiap 3-4 jam.
Setelah kapas tersebut dibasahi, pasang sumbatan kapas ke dalam telinga. Dua
puluh empat jam setelah itu kapas harus diangkat dan telinga dibersihkan, serta
kemudian dimasukkan gumpalan kapas yang lebih besar. Biasanya dalam waktu

24
48 jam, edema akan mengurai sedemikian rupa sehingga tetesan antibiotika dapat
langsung masuk ke dalam telinga.7

Suatu antibiotika yang mengandung neomisin bersama polimiksin B sulfat


(cortisporin) atau kolistin (colymiysin) akan efektif untuk sekitar 99 % pasien.
Bila infeksi disebabkan oleh jamur, salep Nystatin (mycostatin) dapat dioleskan
semuanya ke kulit liang telinga dan dapat digunakan tetesan m-kresil asetat
(creysylate) atau mertiolat dalam air (1:1000). Harus dihindarkan masuknya air
selama 2 minggu setelah infeksi teratasi untuk mencegah rekurensi.7

Biasanya terapi yang tepat menyebabkan penurunan dramatis bagi nyeri dalam
34-48 jam. Untuk nyeri hebat yang biasanya menyertai otitis ekterna difusa dapat
diberikan kodein atau aspirin. Kadang-kada ada individu yang sangat rentan
terhadap otitis eksterna, pasien-pasien ini harus diinstruksikan untuk menghindari
masuknya air, busa sabun dan smprotan rambut ke dalam telinga. Mereka dapat
membersihkan telinganya dengan alkohol.7

Pembersihan yang terbaik adalah dengan sunction dan menggunakan


otoskop. Alternative lain untuk membersihkan telinga adalah dengan
menggunakan kapas untuk mengeluarkan secara perlahan-lahan secret tebal dari
saluran telinga luar. Jika secret tipis, keras atau lengket maka pemberian antibiotic
atau hydrogen peroksida dapat menolong untuk melembutkan secret tersebut agar
mudah dikeluarkan. Dapat juga diberikan alcohol sesudahnya untuk
membersihkan saluran, tetapi hal ini mungkin menyebabkan iritasi jika saluran
telah mengalami peradangan. Pasien harus dievaluasi kembali apabila sekret susah
untuk dikeluarkan akibat adanya pembengkakan atau nyeri.7-9

3.8 Prognosis
Umumnya otitis eksterna dapat sembuh jika segera diobati dan faktor
pencetusnya dapat dihindari. Akan tetapi otitis eksterna sering kambuh jika
kebersihan telinga tidak dijaga, adanya riwayat penyakit tertentu seperti diabetes
yang menyulitkan penyembuhan otitis sendiri, dan tidak menghindari faktor
pencetus dengan baik.

25
BAB IV

ANALISA KASUS

Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan pada Ny.A, 32 tahun,


diketahui bahwa Ny.A datang ke poliklinik THT RSUD Raden Mattaher Jambi
dengan keluhan utama nyeri telinga kiri dan kanan ± 2 minggu yang lalu. Keluhan
disertai dengan rasa penuh di telinga, keluar cairan bening yang bercampur darah
dan berbau. Pasien juga merasakan telinganya sering gatal. Pasien mengaku sering
membersihkan telinganya dengan cotton bud. Pasien juga merasakan pendengaran
telinga kiri dan kanan agak berkurang. Keluar cairan nanah dari telinga disangkal,
telinga berdenging (-), riwayat trauma (-), riwayat masuk binatang ke dalam
telinga (-). Keluhan batuk atau pilek disangkal, sakit kepala (-). Sulit menelan dan
sakit menelan (-).
Gejalanya otitis eksterna difusa hampir sama dengan gejala otitis eksterna
sirkumskripta. Kadang-kadang ditemukan sekret yang berbau namun tidak
bercampur lendir (musin). Lendir merupakan sekret yang berasal dari kavum
timpani dan kita temukan pada kasus otitis media. Rasa penuh pada telinga
merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna difusa dan
sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga. Gatal
merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit
yang berkaitan dengan otitis eksterna akut.
Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik terhadap Ny.A dan didapat hasil
keadaan umum tampak sakit sedang, pemeriksaan fisik telinga menggunakan
otoskop didapatkan: tampak kulit liang telinga hiperemis pada kedua telinga dan
terdapat edema sehinga liang telinga menjadi sempit. Tidak ditemukan sekret
ataupun serumen dikarenakan pasien sudah membersihkannya dengan cotton bud.
Pada pemeriksaan penala didapatkan test Rinne (-) pada telinga kiri, test weber
terjadi lateralisasi ke telinga kiri, dan test swabach memanjang, sehingga
disimpulkan terjadi tuli konduktif pada telinga kiri. Pada pemeriksaan hidung dan
tenggorokan tidak didapatkan kelainan.

26
Berdasarkan teorinya pada pemeriksaan fisik telinga didapatkan kulit liang
telinga hiperemis, dan edema dengan batas yang tidak jelas, adanya sekret yang
berbau dan tidak mengandung musin.
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna
akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang serousa atau purulen, penebalan kulit
yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis
dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dinyatakan bahwa
diagnosis Ny.A adalah Otitis Eksterna Difusa Auricula Dextra et Sinistra dengan
diagnosis banding Otitis Media Akut Tipe Perforasi Auricula Dextra et Sinitra.
Untuk menyingkirkan diagnosis dilakukan pemeriksaan penunjang kultur dan uji
resistensi kuman dari sekret telinga.
Terapi yang diberikan kepada pasien yaitu telinga dibersihkan terlebih dahulu
dengan penghisap/kapas dengan hati-hati. Lalu pasien mendapatkan antibiotik
topical yaitu obat tetes telinga yang mengandung polimiksin B sulfat dan
neomisin dengan dosis 3x4 tetes diberikan maksimal 10 hari. Antibiotik sistemik
diberikan adalah Amoxicillin tablet 3 x 500 mg dan Asam mefenamat tablet 3 x
500 mg sebagai analgetik.

27
BAB V

KESIMPULAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang
mempermudah radang telianga luar ialah pH di liang telinga yang biasanya
normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada
keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. OE ini
dibagi menjadi otitis eksterna akut (otitis eksterna sirkumskripta & otitis eksterna
dIfus) dan otitis eksterna kronis (otitis eksterna malignan).

Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek. Factor predisposisi OE


adalah keadaan udara yang hangat dan lembab akan memudahkan pertumbuhan
bakteri dan jamur, pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas juga dapat
menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun kronik. Gejala otitis
eksterna adalah otalgia, gatal-gatal (pruritus), rasa penuh (fullness) di liang
telinga, pendengaran berkurang atau hilang, deskuamasi, tinnitus, discharge dan
otore, demam, nyeri tekan pada tragus dan nyeri saat membuka mulut, infiltrat
dan abses (bisul), serta hiperemis dan udem (bengkak) pada liang telinga.

Penatalaksanaan otitis eksterna bertujuan : membuang serumen, kotoran,


dan sel-sel kulit mati dari liang telinga, mengeluarkan mikroorganisme,
mengurangi rasa sakit, peradangan dan edema, menghilangkan rasa tidak enak,
memulihkan pendengaran, menghilangkan gatal dan penggarukan yang berulang,
terapi antifungal untuk menghindari infeksi jamur, dan erapi antialergi dan
antiparasit.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Pope J, Myer CM. Otitis Externa [internet]. USA: WebMD, LLC.; 2012
[diakses tanggal 24 Juni 2018 dari URL: http://www.webmd.com/cold-
andflu/earinfection/tc/swimmers-ear-otitis-externa-topicoverview]
2. Carr MM. Otitis Externa [internet]. Arab: Arab Medical Magazine; 2004
[diakses tanggal 24 Juni 2018 dari URL: http://www.arabmedmag.com/issue-
15-03-2004/orl/main03.htm]
3. Waitzman AA, Elluru RG, Belantine J. Otitis Externa [internet]. USA:
WebMD LLC; 2014 [diakses tanggal 24 Juni 2018 dari URL:
http://emedicine.medscape.com/article/994550-overview]
4. Abdullah, F. 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring
dengan Salep Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut. Di unduh
dari: http:// www.usudigitallibrary.com.
5. Pratama AG. Bagaimana anatomi dan fisiologi telinga manusia?. [diakses
tanggal 25 Juni 2018 dari URL: https://www.dictio.id/t/bagaimana-anatomi-
dan-fisiologi-telinga-manusia/13472]
6. Soepardi E A, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti R. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi Keenam. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.
7. Sosialisman, Alfian F.Hafil, & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-
6.dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT, dkk (editor). Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2007. Hal : 58-59.
8. Adam GL, Boies LR, Higler PA; Wijaya C: alih bahasa; Effendi H, Santoso
K: editor. Penyakit telinga luar dalam Buku Ajar Ilmu Panyakit THT. Edisi 6.
Jakarta: EGC. 1997.78-84.
9. Kotton, C. 2004. Otitis Eksterna. Di unduh dari: http://www.sav-
ondrugs.com/shop/templates/encyclopedia/ENCY/article/000622.asp. Diakses
pada tanggal : 25 Juni 2018.

29

Anda mungkin juga menyukai