Anda di halaman 1dari 15

Journal of Nonformal Education and Community Empowerment

Volume 1 (1): 87-101, Juni 2017


Available athttp://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jnfc
p-ISSN 2549-1539
e-ISSN 2579-4256

Pengembangan Kewirausahaan Berbasis Potensi Lokal melalui


Pemberdayaan Masyarakat
Abdul Malik, Sungkowo Edy Mulyono

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, FIP Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak


Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pengembangan
Sejarah Artikel: kewirausahaan berbasis potensi lokal melalui pemberdayaan
Diterima April 2017 masyarakat yang terdiri dari beberapa tahapan diantaranya pelatihan,
Disetujui Mei 2017 proses produksi dan pemasaran serta kendala yang dialami. Penelitian
Dipublikasikan Juni 2017 ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan data
primer yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan
Keywords: dokumentasi. Subyek penelitian terdiri warga belajar Paket C di PKBM
local potential; Cipta Karya Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten dan sebagai
entrepreneurship; community informan adalah tokoh masyarakat. Keabsahan data menggunakan
empowerment triangulasi sumber, metode dan teori. Analisis data sebagaimana model
interaktif mencakup pengumpulan data, reduksi, penyajian dan
penarikan kesimpulan. Penelitian ini menghasilkan program
pemberdayaan dalam proses pengembangannya dilakukannya
pelatihan pembuatan jam tangan dari kayu. Produksi dilakukan oleh
warga belajar Kejar Paket B dan C setelah selesai pembelajaran kejar
paket. Pemasaran dilakukan melalui promosi di berbagai media dan
pangsa pasarnya baik dalam maupun luar negeri. Kendala yang
dialami minimnya mesin produksi yang bersumber dari minimnya
modal dan terbatasnya jam kerja warga belajar.
Abstract
The purpose of this study is to describe the development of entrepreneurship
based on local potential through community empowerment consisting of several
stages including training, production and marketing processes and constraints
experienced. This study used a qualitative approach using primary data
collected through interviews, observation, and documentation. The subjects of
the study consisted of citizens learning Package C in PKBM Cipta Karya
District of Prambanan Klaten and as informants were community leaders. The
validity of data using triangulation of sources, methods and theories. Data
analysis as an interactive model includes data collection, reduction, presentation
and conclusion. This research resulted in empowerment program in the process
of developing the training of watch manufacture from wood. The production
was done by the residents learning Kejar Paket B and C after completion of the
packet learning process. Marketing is done through promotion in various media
and market share both domestic and abroad. Constraints experienced by the lack
of production machinery that comes from the lack of capital and limited hours of
work citizens learn.

© 2017 PLS FIP UNNES



Alamat korespondensi:
E-mail: abdul.malik@mail.unnes.ac.id
Abdul Malik, Sungkowo Edy Mulyono | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, 1(1) (2017) 87-101

PENDAHULUAN kesehatan, nutrisi dan perumahan yang lebih


Program penanggulangan kemiskinan baik bagi semua penduduk perdesaan,
dewasa ini lebih mengandalkan kreativitas dan memperluas kesempatan pendidikan bagi semua
prakarsa masyarakat di daerah. Pemerintah orang, memperkuat makna kerjasama dan
pusat yang sebelumnya sangat dominan dalam pengaturan diri masyarakat lokal, mengatasi
program penanggulangan kemiskinan, kini kemiskinan serta meningkatkan keadilan sosial.
harus berubah menjadi sekedar pemberi fasilitas Karena ketidakmampuan yang terjadi di
dan pendampingan-pendampingan bagi masyarakat, maka diperlukan terobosan dan
program-program penanggulangan kemiskinan. pendekatan baru yang salah satu diantaranya
Sehubungan dengan hal tersebut, langkah awal adalah pengembangan kewirausahaan untuk
upaya penanggulangan kemiskinan di daerah meningkatkan ekonomi masyarakat miskin
dilakukan analisis situasi untuk menemukan melalui pemberdayaan. Pengembangan
potensi daerah yang dapat dikembangkan kewirausahaan masyarakat diharapkan menjadi
sebagai sarana atau alat pemberdayaan terobosan baru agar dapat mempercepat
masyarakat. Hasil analisis situasi menunjukkan pencapaian tumbuhnya wirausaha-wirausaha
penyebab kemiskinan adalah banyaknya yang mandiri yang memiliki karakter inovatif,
pengangguran usia produktif karena mereka tangguh dan berwawasan global. Hadiyanti
tidak memiliki pendidikan dan keterampilan (2006:38) mengungkap ada beberapa faktor
yang memadai untuk mengantarkan mereka internal yang menghambat pemberdayaan
kepada suatu pekerjaan yang memiliki daya jual antara lain, kurang bisa untuk saling
tinggi. Situasi tersebut berkaitan dengan latar mempercayai, kurang daya inovasi/kreativitas,
belakang kehidupan warga masyarakat miskin mudah pasrah/ menyerah/putus asa, aspirasi
yang mengalami ketidakberdayaan di bidang dan cita-cita rendah, tidak mampu menunda
ekonomi. Maka sudah dapat dipastikan mereka menikmati hasil kerja, wawasan waktu yang
tidak dapat menjangkau pendidikan formal sempit, familisme, sangat tergantung pada
maupun nonformal (kursus) yang mampu bantuan pemerintah, sangat terikat pada tempat
membekali keterampilan untuk mencari kediamannya dan tidak mampu/tidak bersedia
penghasilan yang layak. Mahalnya biaya menempatkan diri sebagai orang lain. Pada sisi
pendidikan baik formal maupun nonformal lain, Esmailzade (2013) mengutarakan bahwa
mengakibatkan warga masyarakat produktif yang menjadi faktor yang mempengaruhi
tidak mampu mengikutinya. Dalam suatu pariwisata pembangunan perdesaan adalah
usaha untuk mendefinisikan peranan kondisi dasar (basement), manajemen,
Pendidikan Nonformal (PNF) dalam perencanaan, penelitian dan penelitian.
mendukung pembangunan, telah dikaji Menciptakan wirausaha (entrepreneur)
pembangunan dan PNF yang saling berkaitan. yang berkarakter inovatif, tangguh dan
Coombs, Prosser, & Ahmed (1973) berwawasan global tidaklah mudah, karena
menyampaikan bahwa PNF sebagai strategi bagi diperlukan prasyarat-prasyarat tertentu,
pembangunan perdesaan. (Rifai, 2008:33) diantaranya adalah mampu menatap masa
menyampaikan juga bahwa “Melalui PNF dapat depan dengan penuh optimis, selalu berusaha
mentransformasikan dan memperkuat menjadi yang terdepan dalam setiap perubahan,
pendidikan persekolahan untuk membantu pantang menyerah dan mengikuti trend
memenuhi kebutuhan belajar minimum pada perkembangan dunia. Harper (1991)
esensi bagi jutaan anak dan pemuda yang menyatakan, untuk suksesnya permulaan usaha
kurang berpendidikan dan membantu memerlukan kemampuan membaca peluang
mempercepat pembangunan sosial dan yang tepat, memiliki keahlian dan kemampuan
ekonomi”. Pembangunan yang terjadi di pada bidang yang akan ditekuni, melakukan
perdesaan, dapat meningkatkan produksi dan pendekatan yang benar dalam menjalankan
pendapatan, meningkatnya tenaga kerja, usaha, dan memiliki dana yang cukup untuk

88
Pengembangan Kewirausahaan Berbasis Potensi Lokal melalui Pemberdayaan Masyarakat

memulai dan mengoperasikan usaha. Teori Oleh karenanya, melalui pembelajaran


kebutuhan yang dikemukakan Mc Clleland kewirausahaan yang lebih tepatnya pendidikan
(Idris, 2003) yang salah satunya dikenal dengan kewirausahaan warga belajar atau masyarakat
need for achievement atau “n Ach”, menyatakan akan dapat memiliki kemampuan. Seperti yang
beberapa orang yang berjiwa entrepreneur disampaikan oleh Suryono & Sumarno
memiliki kebutuhan untuk berprestasi demikian (2013:37), “Kemampuan hanya dapat
kuat sehingga ia lebih termotivasi dibandingkan dipersiapkan melalui pendidikan, pelatihan, atau
upaya mencapai keuntungan. Untuk penyuluhan, dengan berbagai metode yang
memaksimalkan kepuasannya, seseorang cocok dengan kondisi warga belajar dan konteks
dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi, masyarakatnya”. Uemura (2005) menyatakan
cenderung menetapkan tujuan mereka sebagai keberhasilan pembangunan jelas
tantangan yang hendak dicapai. Individu yang mengartikulasikan pentingnya pembangunan
termotivasi oleh keinginan berprestasi yang dari dalam. Pendekatan yang mengedepankan
tinggi, cenderung melakukan pekerjaan yang kemandirian kelompok lokal sendiri bukan dari
berisiko dengan perhitungan, namun individu luar. Keberhasilan juga terletak pada "tradisi"
yang memiliki keinginan rendah untuk dan sepenuhnya memanfaatkan sumber daya
berprestasi umumnya menghindari tantangan, lokal sebagai bahan pembangunan dari dalam.
tanggung jawab, dan risiko. Hal ini juga menggarisbawahi kebutuhan untuk
Kecenderungan masyarakat dalam memikirkan kembali cara di mana bantuan
berwirausaha adalah mencari cara-cara yang seharusnya tidak memaksa masyarakat lokal
tidak memiliki tantangan dan tidak berisiko. untuk berkembang menjadi jaket yang dibuat
Cara seperti ini, biasanya dilakukan oleh oleh pihak luar, sebaliknya harus
entrepreneur pemula dengan modal dan memaksimalkan dinamika dalam kemandirian
pengalaman terbatas. Hal ini dapat dimaklumi, masyarakat setempat dengan mempercayainya
karena entrepreneur pemula dengan modal sebagai mitra.
terbatas masih rentan dengan risiko yang Terkait dengan kewirausahaan, Kaswan
dialami. Sekali ia mencoba berusaha lalu gagal, & Akhyadi (2015:8) menegaskan, “Ada dua hal
akan selamanya terpuruk tidak akan bangun esensial dalam masyarakat wirausaha: inovasi
untuk selamanya, dan bahkan ia akan dan kewirausahaan, yang merupakan aktivitas
menggadaikan segala yang dimilikinya untuk yang menopang kehidupan yang terpadu”.
membayar risiko yang diembannya. Untuk Demikian halnya Suryono & Sumarno (2013)
mengembangkan kewirausahaan berbasis menyangkut kewirausahaan setidaknya terdapat
potensi lokal diperlukan strategi pengembangan tiga komponen, yaitu pembelajaran
kewirausahaan melalui pemberdayaan kewirausahaan, adanya inkubator wirausaha
masyarakat, agar mudah memahami dan dan sentra kewirausahaan. Aktivitas
memanfaatkan potensi yang dimiliki. Orientasi kewirausahaan umumnya tidak terselenggara
pemberdayaan itu sendiri adalah bertumpu pada lingkup pendidikan, apalagi pendidikan
adanya kemandirian. Adisasmita (2006:45) formal. Akan tetapi, aktivitas kewirausahaan
dalam pembangunan yakni “Masyarakat terbentuk atas dasar pondasi melalui
memiliki peran utama yang menentukan pilihan- pendidikan. Begitu pula spektrum kewirausahaan
pilihannya terhadap kebijakan pembangunan berbasis pada masyarakat. Demikian halnya,
sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi jiwa wirausaha dibentuk melalui aktivitas
masyarakat”. pendidikan. Dengan adanya penelitian ini,
Kemandirian menyangkut erat terhadap merespon pada kondisi-kondisi tersebut.
kemampuan. Kemandirian berarti juga mampu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
membuat keputusan yang tepat dalam (PKBM) yang merupakan lembaga
menghadapi berbagai persoalan yang penyelenggara pendidikan nonformal telah
menyangkut pribadinya dan masyarakatnya. menyelenggarakan banyak program. PKBM

89
Abdul Malik, Sungkowo Edy Mulyono | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, 1(1) (2017) 87-101

merupakan lembaga pendidikan yang sangat desa menjadi desa wisata banyak bermula dari
dekat keberadaanya dengan masyarakat, maka adanya pengembangan potensi lokal/kearifan
disebut sebagai pusat kegiatan belajar di lokal. Potensi tersebut mampu dikembangkan
masyarakat. Apapun aktivitasnya, proses belajar menjadi suatu unggulan tersendiri dari sebuah
dapat dilakukan di PKBM. Secara tempat desa.
penyelenggaraannya, PKBM dapat mencakup Selain program Pendidikan Anak Usia
wilayah desa hingga kecamatan, atau kata lain Dini (PAUD), Keaksaraan, Kesetaraan, di
setiap desa/kecamatan dapat didirikan PKBM. PKBM juga terdapat berbagai program yang
Hal ini berbeda dengan Sanggar Kegiatan tujuan dasarnya adalah mengatasi berbagai
Belajar (SKB) meskipun sama-sama bergerak di masalah yang terjadi di masyarakat. Oleh
lingkup pendidikan nonformal, SKB hanya karenanya program seperti pelatihan, kursus,
terdapat di tingkat kabupaten/kota serta penyuluhan, pendampingan, Kelompok Belajar
pengelolaanya pun dipegang oleh pemerintah, Usaha (KBU), magang serta program lain
sedangkan PKBM bersifar perorangan. PKBM terdapat di PKBM. Adapun kegiatan
dan SKB juga berbeda lagi dengan aktivitas kewirausahaan dapat diintegrasikan dalam
pendidikan yang dikelola pemerintah yang program tersebut yang relevan. Seperti halnya
diselenggarakan di lingkup pendidikan formal, kewirausahaan terintegrasi pada program
seperti di SD, SMP, SMA bahkan perguruan keaksaraan, kesetaraan (kejar paket), bahkan
tinggi. Yang pasti disini ingin menekankan kelompok belajar usaha. Sedangkan di program
bahwa PKBM adalah sebagai learning center-nya kesetaraan terdapat adanya Kejar Paket A
masyarakat. Sebagaimana yang diungkap hasil (setara SD), Kejar Paket B (setara SMP), dan
penelitiannya Raharjo, Suminar, & Muarifuddin Kejar Paket C (setara SMA).
(2016), tiga peran PKBM sebagai wadah pusat Berdasarkan uraian yang telah
pembelajaran bagi masyarakat yaitu pusat dikemukakan, penelitian ini berfokus pada
informasi, tempat masyarakat belajar, dan pengembangan kewirausahaan berbasis potensi
terselenggaranya pendidikan dan pelatihan lokal melalui pemberdayaan masyarakat yang
keterampilan. Dari ketiga peran kunci tersebut, terdiri dari beberapa tahapan diantaranya
membentuk adanya kemandirian warga pelatihan, proses produksi dan pemasaran serta
masyarakat. Agossou (2000:15) berpendapat, kendala yang dialami. Lokasi penelitian berada
“Organizations including service agencies, NGOs and di PKBM Cipta Karya yang berlokasi di Dukuh
rural development organizations are using the Gilangsari Desa Pareng Kecamatan Prambanan
participatory methods and helping communities Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah yang
develop capacity to undertake development activities”. juga menyelenggarakan program kesetaraan
Banyak organisasi termasuk lembaga pelayanan, kejar paket A, B dan C. Lokasi diambil dengan
LSM dan organisasi pembangunan perdesaan mempertimbangkan potensi lokal yang telah
yang menggunakan metode partisipatif dan ada, diantaranya kondisi geografis masih hutan,
masyarakat merasa terbantu dalam serta dekat dengan tempat wisata Candi
mengembangkan kapasitas untuk melakukan Prambanan. Oleh karenanya, dapat menarik
kegiatan pembangunan. Begitu pula pendapat pengunjung baik dalam maupun mancanegara
Dirdjojuwono (2015:15), “Membangun untuk bisa mengakses hasil dari pengembangan
perdesaan identik dengan modernisasi desa, kewirausahaan yang terselenggara. Seperti yang
yaitu proses mengubah kodisi sosial-ekonomi ditegaskan oleh Kavaliku (2005:12), “The
masyarakat desa lebih mendekati kondisi possibilities of regional unity, but much about the
sosial-ekonomi masyarakat kota”. Kemandirian capacity of local cultures everywhere to seize the
dan modernisasi desa merupakan konsep utama opportunities and the wealth provided by the global
penyelenggaraan desa wisata. Hal ini tentunya system for whatever good things make up the local
berdasarkan atas latar belakang atau masalah- conception of human existence”. Suatu Daerah
masalah yang ada di desa. Pembentukan suatu memungkinkan banyaknya kapasitas budaya

90
Pengembangan Kewirausahaan Berbasis Potensi Lokal melalui Pemberdayaan Masyarakat

lokal yang ada di mana-mana yang mampu pengalaman peneliti melalui pengetahuan yang
menjadi peluang dan kekayaan yang disediakan diperoleh melalui kepentingan ilmiah ataupun
oleh sistem global sebagai bagian dalam kepustakaan lainnya” (Moleong, 2001:65).
meningkatkan eksistensi manusia untuk Fokus penelitian mencakup profil PKBM Cipta
membuat konsep lokal. Seperti yang ditekankan Karya Kecamatan Prambanan Kabupaten
juga oleh Susilo & Soeroso (2014) faktor Klaten, strategi pengembangan kewirausahaan
penentu pelestarian kebudayaan adalah usaha kecil melalui pemberdayaan masyarakat
dengan menjaga suasana kekerabatan yang tetap melalui PKBM Cipta Karya, dan dampak
kondusif, menciptakan kenyamanan kehidupan kewirausahaan terhadap status sosial ekonomi
pergaulan di antara warga dan menjaga bahkan masyarakat Kecamatan Prambanan Kabupaten
meningkatkan rasa percaya di antara anggota Klaten.
masyarakat. Data primer diperoleh dari observasi atau
pengamatan langsung di lapangan dan
METODE responden atau informan, yaitu mereka yang
Penelitian ini menggunakan pendekatan terlibat secara langsung dalam kegiatan. Aspek-
diskriptif kualitatif. Metode diskriptif kualitatif aspek yang diobservasi antara lain peningkatan
dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan literasi dan usaha mandiri. Data skunder berupa
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan data yang bersumber pada dokumen yang
atau melukiskan keadaan subjek atau objek berupa foto, catatan, rekaman, gambar, maupun
penelitian (orang, lembaga dan masyarakat) sumber data lain dari jurnal, buku, dan hasil
pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang penelitian terdahulu yang relevan.
nampak dan sebagaimana adanya (Nawawi, Pengumpulan data menggunakan metode
2005). Penelitian ini bermaksud untuk wawancara mendalam (in depth interview),
memahami fenomena tentang apa yang dialami observasi/pengamatan lapangan, dan
oleh subjek secara holistik dan dengan cara dokumentasi. Wawancara dilakukan antara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, peneliti dengan responden atau informan secara
dan dengan memanfaatkan berbagai metode mendalam. Responden atau Informan dalam
ilmiah. Dasar penelitian ini diharapkan mampu penelitian ini adalah warga belajar Kejar Paket
memberikan gambaran yang jelas, terinci dan B dan C di PKBM Cipta KaryaKecamatan
ilmiah. Prambanan Kabupaten Klaten. Observasi
Penelitian dilakukan di PKBM Cipta dilakukan untuk memperoleh gambaran yang
Karya yang berlokasi di Dukuh Gilangsari Desa utuh, jelas, dan mendalam dari subjek yang
Pareng Kecamatan Prambanan Kabupaten diteliti. Observasi juga dilakukan jika belum
Klaten Provinsi Jawa Tengah. Lokasi ini dipilih banyak keterangan yang dimiliki oleh peneliti
dengan mempertimbangkan beberapa alasan, tentang masalah yang diteliti, yaitu profil dan
diantaranya adalah terdapat masyarakat miskin pengembangan kewirausahaan masyarakat.
yang membutuhkan kewirausahaan usaha kecil Adapun hal-hal yang diamati dalam penelitian
melalui pemberdayaan, selain itu memiliki ini adalah masyarakat miskin yang
potensi lokal berupa hutan yang dapat membutuhkan kewirausahaan usaha kecil. Data
dipergunakan untuk kewirausahaan. skunder berasal dari data masyarakat miskin,
Populasi penelitian ini adalah warga dan perilaku masyarakat miskin.Dalam
belajar paket B dan C berjumlah 80 orang yang penelitian ini ada beberapa dokumen atau arsip
berada di PKBM Cipta Karya. Adapun yang sangat dibutuhkan sehingga harus
sampel/responden dalam penelitian ini meliputi dikumpulkan. Adapun hal-hal yang menjadi
5 warga belajar 2 tutor dan 2 informan yaitu 1 bahan dokumentasi dalam penelitian ini antara
pengelola PKBM dan 1 tokoh masyarakat. lain: daftar hadir peserta, kartu hasil studi, dan
“Fokus penelitian pada dasarnya dokumen-dokumen lain yang relevan dengan
merupakan masalah yang bersumber pada tujuan penelitian.

91
Abdul Malik, Sungkowo Edy Mulyono | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, 1(1) (2017) 87-101

Data dalam penelitian ini dianalisis secara adalah Member Check, Peerdebriefing, dan Audit
kualitatif melalui tahapan-tahapan yang sesuai Trail.Member Check adalah menanyakan
dengan prosedur yang telah ditentukan, yaitu kembali pernyataan yang telah dirangkum
pengumpulan data, reduksi data, dalam pemahaman peneliti untuk memastikan
display/penyajian data, dan verifikasi/penarikan kebenaran makna yang dibuat sampai diperoleh
kesimpulan yang telah populer dikenal dengan data yang betul-betul mantap, sehingga
istilah model interaktif oleh Miles & merupakan suatu siklus yang tiada henti.
Hubberman.Reduksi data merupakan proses Peerdebriefing adalah membicarakan dengan
pemilihan, penyusunan, pemusatan perhatian orang lain yang mempunyai pengetahuan
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan tentang pokok-pokok yang diteliti. Audit Trail
transformasi data kasar yang muncul dari adalah yaitu menguji keakuratan data agar data
wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian yang dianalisis betul-betul dapat
ini data yang diperoleh dikumpulkan terlebih dipertanggungjawabkan kebenarannya. Adapun
dahulu dalam bentuk catatan. Data hasil penentuan keabsahan data dalam penelitian ini
pengamatan atau observasi yang dilakukan dilakukan dengan cara memeriksa data yang
kemudian dibuat deskripsi dan diberikan refleksi telah diperoleh. Pelaksanaan teknis pemeriksaan
atau catatan peneliti untuk memudahkan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu, antara
peneliti dalam pengelompokan dan analisis.Data lain derajat kepercayaan, keteralihan,
yang telah direduksi kemudian ditampilkan atau kebergantungan dan kepastian.
disajikan dalam deskripsi yang sistematis sesuai
dengan tujuan penelitian ini. Penyajian data ini HASIL DAN PEMBAHASAN
bertujuan agar data yang telah dikumpulkan dan Profil PKBM Cipta Karya
direduksi dapat dikomukasikan secara mudah Kabupaten Klaten secara geografis
sehingga dapat dipahami. Penarikan kesimpulan memiliki wilayah yang sebagian besar terdiri
dan analisis data dilakukan dengan mencari dari hutan. Dimana hutan tersebut
pola, tema, hubungan, dan persamaan hal-hal menghasilkan berbagai jenis kayu diantaranya
yang terjadi. Data yang masih kabur dan kayu mahoni, sonokeling, dan jati. Hutan
diragukan dipertanyakan kembali sehingga tersebut merupakan potensi lokal yang dimiliki
diperoleh kesimpulan yang lebih mendalam. kabupaten Klaten, selain potensi-potensi lain
Langkah berikutnya adalah dilakukan cek silang yang ada seperti pariwisata, pertanian,
atau triangulasi yang dilakukan kepada subjek perkebunan. Dari berbagai kekayaan hutan yang
penelitian. Tahapan analisis data secara jelas dimiliki oleh kabupaten Klaten salah satunya
sesuai skema pada gambar 1: dimanfaatkan untuk kewirausahaan berupa
keterampilan jam tangan kayu. Adapun salah
satu lembaga yang memanfaatkan hutan
tersebut adalah lembaga pendidikan nonformal
yang disebut dengan PKBM (Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat). Salah satu PKBM yang
ada di Kabupaten Klaten antara lain adalah
PKBM Cipta Karya, yang berlokasi di Dukuh
Gilangsari, Desa Pareng, Kecamatan
Prambanan Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa
Gambar 1.Komponen Analisis Data Model Tengah. PKBM Cipta Karya berdiri sejak tahun
Interaktif (Sumber: Miles & Hubberman, 2006 yang dikelola oleh saudara Wanto. Sejak
1994:12) berdiri tahun 2006 PKBM Cipta Karya telah
Agar data yang telah dianalisis dapat menjalankan berbagai kegiatan, antara lain
dipertanggungjawabkan kebenaran dan program-program pendidikan kesetaraan (kejar
keabsahannya, maka langkah yang dilakukan paket), keaksaraan fungsional (KF) serta

92
Pengembangan Kewirausahaan Berbasis Potensi Lokal melalui Pemberdayaan Masyarakat

program-program pelatihan. Adapun program oleh PKBM Cipta Karya sudah berjalan sejak
pendidikan kesetaraan yang ada di PKBM tahun 2006. Dimana program tersebut adalah
adalah program Kelompok Belajar Paket A, B, sebuah program pelatihan yang diintegrasikan
dan C. dengan pendidikan kesetaraan yaitu program
Program pemberdayaan masyarakat paket B dan paket C. Berdasarkan hasil
dimulai dari keaksaraan fungsional (KF) serta penelitian yang didapatkan, proses pembelajaran
pelatihan-pelatihan dan sejak tahun 2008 yang dilakukan sesuai dengan kurikulum
dikembangkan kewirausahaan pembuatan jam pendidikan nonformal bahwa program kejar
tangan dari bahan kayu. Adapun bahan-bahan paket harus memasukkan kurikulum lokal, yang
kayu didapatkan dari wilayah sekitar mana kurikulum lokal tersebut adalah
Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. Jenis kewirausahaan. Berdasarkan potensi lokal yang
bahan kayu yang digunakan antara lain adalah dimiliki kabupaten Klaten antara lain kekayaan
sonokeling, mahoni, jati, dimana kayu-kayu hutan yang belum tersentuh untuk keterampilan.
tersebut berasal dari Kabupaten Klaten. Adapun Maka PKBM Cipta Karya memasukkan
tujuannya adalah mengoptimalkan potensi lokal kewirausahaan pelatihan keterampilan
yang dimiliki Kabupaten Klaten. pembuatan jam tangan kayu, dimana warga
belajar kejar paket selain mendapatkan materi
Pengembangan Kewirausahaan Berbasis secara umum juga mendapatkan materi khusus
Potensi Lokal kewirausahaan yaitu pembuatan jam tangan
Kewirausahaan sangat dibutuhkan dalam kayu. Proses pembelajaran pelatihan
membangun perekonomian bangsa. Dimana dilaksanakan setelah materi pelajaran umum
sebuah negara yang maju adalah memiliki disampaikan. Hal ini seperti yang diungkap oleh
entrepreneur minimal 2,5% dari total penduduk. Ketua PKBM Cipta Karya
Untuk memacu perkembangan kewirausahaan
di berbagai daerah sangat diharapkan adanya “Ya pak potensi yang dimiliki kabupaten
pengembangan-pengembangan baik yang klaten diantaranya adalah hutan kayu,
dilakukan oleh lembaga pemerintah maupun singga dalam pengembangan
lembaga swasta. Sebagaimana di Kabupaten kewirausahaan kami menggunakan bahan
Klaten sangat diharapkan adanya dasar dari kayu, karena disini banyak kayu
pengembangan kewirausahaan, mengingat pak. Adapun proses pembelajaran pelatihan
Kabupaten Klaten memiliki sumberdaya alam yang kami lakukan terintegrasi dengan
yang cukup melimpah untuk pengembangan pembelajaran pendidikan kesetaraan paket
kewirausahaan. Potensi lokal yang dimiliki B dan paket C pak. Tujuan saya agar
kabupaten Klaten antara lain adalah hutan kayu. warga belajar paket juga memiliki
Untuk mengembangkan hutan kayu, maka keterampilan yang nantinya bisa untuk
PKBM Cipta Karya melakukan terobosan baru bekal hidup”.
yaitu melalui program pendidikan kesetaraan
dengan menyelenggarakan pelatihan pembuatan Proses pelatihan yang dilaksanakan di
jam tangan dari bahan kayu. Dalam PKBM Cipta Karya di Kecamatan Prambanan
pengembangan telah dilakukan inovasi dan Kabupaten Klaten bersamaan dengan
kreativitas oleh PKBM, agar program pembelajaran paket B dan C. Dimana setiap
kewirausahaan yang dijalankan mampu pembelajaran diberikan materi kewirausahaan
menerobos pangsa pasar. Adapun pembuatan jam tangan kayu. Adapun waktunya
pengembangan kewirausahaan berbasis potensi selama dua jam dan berlangsung selama satu
lokal dilakukan dengan berbagai cara yaitu semester. Bagi warga belajar yang sudah bisa
pelatihan, proses produksi dan pemasaran. diminta untuk memproduksi jam tangan kayu.
Program kewirausahaan melalui pelatihan Sebagaimana diungkapkan oleh TH, warga
pembuatan jam tangan kayu, yang dilaksanakan belajar paket B

93
Abdul Malik, Sungkowo Edy Mulyono | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, 1(1) (2017) 87-101

“Nek menawi pembelajaran keterampilan pak…paling-paling cuma 3 bulan kalau


buat jam kayu niku pak teng jam terakhir, warga belajar serius, tapi klo ada temen
mangke sakpune materi pelajaran nembe yang kadang –kadang gak masuk
mulai praktek keterampilan pak, inggih ya..sampai 4 bulan, mereka baru
niku ndamel jam saking kayu”. terampil”.
Artinya “ kalau pembelajaran
keterampilan buat jam kayu itu pak di Upah warga belajar biasanya dalam satu
jam terakhir, nanti setelah materi bulan melebihi standar Upah Minimum
pelajaran baru mulai praktek Regional (UMR), yakni sekitar Rp 2.000.000,-.
keterampilan pak, yaitu buat jam dari Ini berarti setiap warga belajar mampu
kayu”. memproduksi jam tangan kayu sebanyak 10
buah. Bagi warga belajar dengan penghasilan
Demikian juga yang dikatakan warga uang sebesar Rp 2 juta dalam satu bulan, dinilai
belajar kejar paket C yaitu WRD; sudah cukup untuk menghidupi dirinya.
Sebagaimana dinyatakan oleh TH:
“Waktu praktek kewirausahaan sekitar 2
jam pak, mulai jam 3 sampai jam 5 sore “Ya pak…kami dalam sebulan bisa
pak. Ya tahap-demi tahap pak, mulai memproduk sampai 10 biji jam, dan klo
memilih kayu yang baik sampau dihitung dengan uang nggih (ya) bisa
menggosok-gosok kayu, kemudian sampai 2 juta inggih (ya) pak. Dan itu
melubangi kayunya dan berlangsung cukup untuk kehidupan saya “.
selama tiga bulan. Ya itu karena kita
belajarkan hanya tiga hari saja pak” Sementara bagi warga belajar yang sudah
lulus paket, mereka juga sebagian besar ikut
Setelah pelatihan diberikan, tahap bekerja di PKBM dengan memproduksi jam
pengembangan selanjutnya adalah proses tangan kayu, dan penghasilan yang didapat bisa
produksi. Proses produksi jam tangan mencapai 2,5 juta sampai 3 juta. Dengan
dilaksanakan pada saat selesainya pelajaran di penghasilan tersebut mereka sudah merasa
PKBM Cipta Karya. Dalam proses produksi ini, cukup untuk menghidupi keluarganya. Hal ini
disampaikan juga materi tentang teori yang terungkap dari pernyataan RMT, alumni Paket
berkisar 20% saja dan selebihnya adalah praktik B yang bekerja di PKBM:
pembuatan. Proses pembuatannya dimulai dari
kayu dimasukkan ke dalam mesin untuk “Itu pak…alhamdulillah saya sekarang
dihaluskan, kemudian dipotong-potong sesuai bekerja disini, ikut membuat jam tangan
ukuran yang telah ditentukan. Selanjutnya dari kayu, hasilnya lumayan kok pak,
dilubangi agar jarum perakit bisa dimasukkan, dalam satu bulan kami bisa mendapat
dan seterusnya dirangkai untuk menjadi sabuk uang sampai 2,5 juta dan kadang-kadang
jam. Warga belajar sangat antusias dalam bisa 3 juta”.
memperdalam kewirausahaan karena warga
belajar mendapatkan keterampilan dan sekaligus Tahapan berikutnya setelah proses
materi atau uang. Sampai dengan jam tangan produksi adalah pemasaran. Pemasaran hasil
produksi mula-mula dijual oleh PKBM Cipta
kayu jadi warga belajar mendapat upah Rp
Karya kepada satu perusahaan saja, yaitu
200.000,- (dua ratus ribu rupiah) dan itu bisa PT. VICO yang dimiliki oleh warga negara
diselesaikan dalam waktu 3 sampai 4 hari. Amerika. Menurut pengakuannya, informasi
Sebagaimana disampaikan warga belajar tentang jam tangan kayu dia peroleh dari
bernama KMT, dia mengatakan: internet. Setelah berkunjung dan terjadi
kesepakatan harga, dibuatlah surat
perjanjian antara PKBM Cipta Karya dan
“Proses pembelajaran keterampilan
PT. VICO. Adapun Harga per buahnya yaitu
kewirausahaan tidak lama kok Rp 750.000,-. Dalam satu bulan PKBM
94
Pengembangan Kewirausahaan Berbasis Potensi Lokal melalui Pemberdayaan Masyarakat

Cipta Karya mampu memproduksi jam oleh bule (orang sing) pak, yaitu warga
tangan kayu hingga 150 buah. Pihak negara Amerika dia melihat lihat
PT.VICO mengambil jam tangan kayu setiap produk kami katanya unik, kemudian
3 bulan sekali. Sebagaimana diungkap oleh dia tertarik dan melakukan kerjasama
Suwanto (Pengelola PKBM):
pak dengan PT. Vico yang dimiliki
oleh warga Amerika tersebut. Dia
“Untuk proses pemasaran produk
bilang dapat informasi dari internet”.
kami ya.. awalnya kami didatangi

Gambar 1. Warga belajar sedang membuat jam tangan kayu

Gambar 2. Warga belajar sedang mengecat jam tangan kayu

95
Abdul Malik, Sungkowo Edy Mulyono | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, 1(1) (2017) 87-101

Gambar 3. Jam tangan kayu yang telah jadi

Tahapan berikutnya setelah proses memutuskan hubungan kerja dengan PT. VICO
produksi adalah pemasaran. Pemasaran hasil agar tidak semua produk hanya dijual
produksi mula-mula dijual oleh PKBM Cipta kepadanya akan tetapi dapat dijual secara
Karya kepada satu perusahaan saja, yaitu PT. umum. Hal ini seperti dinyatakan oleh Suwanto:
VICO yang dimiliki oleh warga negara Amerika.
Menurut pengakuannya, informasi tentang jam “Setelah saya hitung-hitung pak,
tangan kayu dia peroleh dari internet. Setelah dari hasil penjualan produksi pembuatan
berkunjung dan terjadi kesepakatan harga, jam tangan kayu yang diabeli oleh orang
dibuatlah surat perjanjian antara PKBM Cipta Amerika itu pak…untung saya kecil,
Karya dan PT. VICO. Adapun Harga per karena dihargai murah. Akhire kulo
buahnya yaitu Rp 750.000,-. Dalam satu bulan inggih (akhirnya saya ya) memutuskan
PKBM Cipta Karya mampu memproduksi jam hubungan dengan PT. Vico pak. Dan
tangan kayu hingga 150 buah. Pihak PT.VICO sekarang ini saya jual umum pak, biar
mengambil jam tangan kayu setiap 3 bulan untungnya PKBM meningkat”.
sekali. Sebagaimana diungkap oleh Suwanto
(Pengelola PKBM): Untuk model pemasaran yang dilakukan
PKBM Cipta Karya sekarang ini adalah dengan
“Untuk proses pemasaran produk melakukan sosialisasi ke berbagai perusahaan
kami ya.. awalnya kami didatangi oleh baik dalam maupun luar, dengan cara
bule (orang sing) pak, yaitu warga menggunakan fasilitas internet, brosur, serta
negara Amerika dia melihat lihat produk media elektronik seperti Metro TV yang pernah
kami katanya unik, kemudian dia meliput produksi jam kayu yang dibuat oleh
tertarik dan melakukan kerjasama pak PKBM Cipta Karya di Kabupaten Klaten.
dengan PT. Vico yang dimiliki oleh Menurut Pinchot (Usman, 2010)
warga Amerika tersebut. Dia bilang kewirausahaan itu merupakan kemampuan
dapat informasi dari internet”. untuk menginternalisasikan bakat, rekayasa, dan
peluang yang ada. Sementara, wirausaha adalah
Seiring berjalannya waktu, PKBM orang yang berani mengambil risiko dan risiko
Cipta Karya mengetahui bahwa harga jam tersebut telah diperhitungkan seoptimal
tangan kayu di luar negeri (Amerika) ternyata mungkin, inovatif, kreatif, pantang menyerah,
cukup mahal, bisa menembus harga Rp 5 juta. dan mampu mensiasati peluang secara tepat.
Kemudian pada tahun 2012 PKBM Cipta Karya (Kemendiknas, 2010) menyampaikan

96
Pengembangan Kewirausahaan Berbasis Potensi Lokal melalui Pemberdayaan Masyarakat

kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa, dan inovasi serta kreatifitas dalam pengembangan
kemampuan untuk menciptakan suatu yang kewirausahaan, dari yang semula PKBM Cipta
baru yang sangat bernilai dan berguna, baik bagi Karya yang hanya melakukan pembelajaran
dirinya sendiri dan orang lain. Kewirausahaan paket A, B, dan C sekarang telah melakukan
ini merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu pengembangan melalui kewirausahaan yang
aktif dan kreatif, berdaya, bercipta, berkarya, berbasis potensi lokal yaitu pembuatan jam
dan berusaha dalam rangka meningkatkan tangan kayu. Hal ini yang sangat dibutuhkan
pendapatan atas kegiatan usahanya. Sementara oleh setiap negara termasuk Indonesia. Negara
wirausaha adalah orang yang terampil Indonesia dari total penduduk baru 1,6% persen
memanfaatkan peluang dalam mengembangkan saja yang melakukan kewirausahaan dan itu
usahanya, dengan tujuan untuk meningkatkan masih jauh dari harapan sebuah negara, karena
kehidupannya. bila negara akan maju membutuhkan 2,5%
Schumpeter (2008) yang mengatakan enterprenuership. Untuk mencapai 2,5% dari total
bahwa jika suatu negara memiliki banyak penduduk yang menjalankan kegiatan
entrepreneur, negara tersebut pertumbuhan kewirausahaan maka dibutuhkan
ekonominya akan tinggi, yang sekaligus akan pengembangan kewirausahaan agar negara ini
melahirkan pembangunan ekonomi yang tinggi mengalami pertumbuhan ekonomi. Hal ini
pula. Jika suatu negara ingin maju, jumlah terkait dengan temuan Subekti (2008) yang
entrepreneur nya harus banyak. Kirzner, (1973) mengungkap adanya kelompok usaha
dalam bukunya “Competition and ekonomi produktif sangat bermanfaat bagi
Entrepreneurship” mengatakan bahwa masyarakat. Setelah mereka mengikuti
Enterprenuership is driving force behind economic kelompok usaha ekonomi tersebut, mereka
growth. Dia juga mengatakan bahwa mulai berkembang dan mampu meningkatkan
kewirausahaan merupakan bagian penting pendapatan ekonominya. Sudjana (2000:263)
dalam pembangunan. Rasionalisasinya adalah mendefinisikan “Pembangunan masyarakat
jika seseorang memiliki kewirausahaan, dia sebagai suatu gerakan yang direncanakan untuk
akan memiliki karakteristik motivasi/mimpi menciptakan kondisi-kondisi bagi kemajuan
yang tinggi (need of achievement), berani mencoba sosial ekonomi masyarakat dengan partisipasi
(risk taker), innovative dan independence. Dengan aktif dan kepercayaan sepenuh mungkin atas
sifatnya ini, sedikit saja peluang dan kesempatan prakarsa masyarakat”.
yang dimiliki, dia akan mampu merubah, Hasil dari analisis teori serta hasil
menghasilkan sesuatu yang baru, relasi baru, penelitian menunjukkan ada keselarasan yang
akumulasi modal, baik berupa perbaikan usaha dilakukan PKBM dalam mengembangkan
yang sudah ada (upgrading) maupun kewirusahaan, dimana PKBM Cipta Karya telah
menghasilkan usaha baru. Dengan usaha ini, mengembangkan usahanya dari pembelajaran
akan menggerakkan material/bahan baku untuk paket A, B, dan C kemudian dikembangkan ke
“berubah bentuk” yang lebih bernilai sehingga kewirausahaan dalam rangka pemberdayaan
akhirnya konsumen mau membelinya. Pada masyarakat melalui pembuatan jam tangan kayu
proses ini akan terjadi pertukaran barang dan yang berbasis potensi lokal. Proses
jasa, baik berupa sumber daya alam, uang, pengembangan kewirausahaan pembuatan jam
sumber daya sosial, kesempatan maupun tangan kayu diawali dengan proses pelatihan,
sumber daya manusia. Dalam ilmu ekonomi, kemudian memproduksi dan dilanjutkan dengan
jika terjadi hal demikian, itu berarti ada pemasaran.
pertumbuhan ekonomi, dan jika ada Sebagaimana yang dikemukakan oleh
pertumbuhan ekonomi berarti ada Defourny & Nyssens (2010), empat kriteria yang
pembangunan. Kajian teori ini senada dengan mencerminkan dimensi ekonomi dan
hasil penelitian di PKBM Cita Karya yang kewirausahaan sosial sebagai suatu perusahaan
berlokasi di Kabupaten Klaten telah melakukan adalah: (1) kegiatan terus menerus memproduksi

97
Abdul Malik, Sungkowo Edy Mulyono | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, 1(1) (2017) 87-101

barang dan/atau jasa menjual, (2) tingkat sambil belajar kejar paket B maupun C. Warga
otonomi yang tinggi, (3) tingkat risiko ekonomi belajar yang sedang mengikuti program
yang signifikan, dan (4) jumlah pekerjaan yang kesetaraan kejar paket B (setara SMP) dan kejar
dibayar secara minimum. Hasil penelitian yang paket C (setara SMA) sekaligus sebagai pekerja
telah dilakukan oleh Mungmachon (2012) pembuat jam tangan. Oleh karenanya, waktu
tentang kearifan lokal, menyimpulkan mereka digunakan untuk pembelajaran kejar
masyarakat di Thailand mulai mempelajari paket sekaligus membuat jam tangan sebagai
secara kolektif masalah di masyarakat yaitu kegiatan kewirausahaan. Kondisi aktivitas
memulihkan kearifan lokal tradisional yang pembelajaran di PKBM Cipta Ilmu ini dapat
diintegrasikan dengan pengetahuan baru. dikenal dengan istilah pembelajaran berbasis
Sedangkan di Rumania, menurut Dorobantu, proyek. Sebagaimana gagasan John Dewey
Gheorghe, & Nistoreanu (2012) dari hasil (Fakhruddin et al., 2012), pembelajaran berbasis
penelitiannya mengungkap orang-orang proyek berasal dari konsep belajar sambil
perdesaan menyadari bahwa mereka memiliki bekerja, yaitu proses perolehan hasil belajar
“harta karun” yaitu yang berupa masing-masing dengan mengerjakan tindakan-tindakan tertentu
tradisi, lingkungan alam dan bagaimana mereka sesuai tujuannya. Pendekatan pembelajaran
bekerja. Melalui pariwisata dengan bentuk berbasis proyek ini juga sebagaimana teori
geowisata, wisata budaya, agrowisata dan belajar konstruktivisme yang menekankan
travelling dapat dipraktikkan dengan sukses di bahwa belajar tidak sekedar menghafal, akan
Rumania. Meski ada beberapa masyarakat lokal tetapi membangun pengetahuan dan
yang keterlibatannya rendah, tapi beberapa telah keterampilan baru melalui fakta-fakta yang
mampu mengembangkan kapitalisasi sumber dialami dalam kehidupannya.
daya dan mempromosikan desa wisata dengan Kendala dalam dua hal inilah yang
mengadakan pameran nasional pariwisata dianggap menjadi kendala dalam proses
perdesaan. Patarchanov (2012) hasil produksi jam tangan kayu. Karena itu, jika
penelitiannya di Bulgaria di daerah pihak-pihak yang terkait seperti pemerintah,
pegunungan yang dijadikan sebagai pariwisata dapat membantu mengatasi kendala tersebut,
dipandang sebagai kegiatan yang kompleks. Hal misalnya dengan memberikan bantuan
itu melibatkan kegiatan tambahan seperti mesin/alat produksi. Kalaupun bantuan mesin
produksi, jasa, transportasi dan pendidikan. produksi tidak dipenuhi, pemerintah dapat
Pengembangan alternatif pariwisata di membantu PKBM Cipta Karya melalui
pegunungan memiliki peluang dalam pinjaman lunak dengan bunga rendah. Sehingga
pemecahan masalah di masyarakat seperti PKBM Cipta Karya dapat berkembang secara
pengangguran, pendapatan rendah, ekonomi optimal. Seperti yang diungkap Fakhruddin et
usaha yang sempit serta keterbelakangan al. (2012:130), “Kendala utama yang dihadapi
dibandingkan dengan daerah dataran rendah usaha kewirausahaan adalah menyangkut
dan kota-kota besar. peralatan, modal, sarana penunjang kegiatan
usaha”.
Kendala Kewirausahaan melalui Pembuatan Kendala dalam hal ini, pada dasarnya
Jam Tangan Kayu adalah terbatasnya modal usaha. Menurut
Kendala yang dihadapai PKBM Cipta Muarifuddin, Mulyono, & Malik (2016),
Karya adalah minimnya mesin produksi. Mesin terbatasnya modal usaha itu justru semakin
produksi yang dimiliki sangat sedikit. Hal ini parah dengan terbatasnya akses pinjaman modal
tidak sebanding dengan permintaan pasar dalam usaha. Pada tataran pengembangan pemasaran,
produk yang banyak, sehingga PKBM Cipta modal sangat berguna sebagai tambahan
Karya belum bisa memenuhi kebutuhan pasar, meningkatkan produksi wirausaha. Tidak
baik dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu mudah mendapatkan pinjaman modal usaha
para pekerja tidak bisa full time karena mereka yang terjangkau, artinya mendapatkan pinjaman

98
Pengembangan Kewirausahaan Berbasis Potensi Lokal melalui Pemberdayaan Masyarakat

dalam jumlah besar dengan angsuran ringan. bulan hingga warga belajar mampu
Hal demikian pun diperkuat hasil penelitian memproduksi jam tangan kayu. Proses produksi
Muarifuddin (2017) yang mengemukakan faktor dilakukan setelah warga belajar paket B dan C
penghambat internal dalam pengembangan menerima materi pembelajaran, khususnya
usaha kewirausahaan desa wisata batik tentang kewirausahaan pembuatan jam tangan
diantaranya yaitu kelemahan akses modal dalam kayu. Dalam produksi untuk 1 buah jam
jumlah besar. Para pengusaha batik dapat dihargai 200.000,- (dua ratus ribu rupiah).
mengakses pinjaman modal usaha dalam jumlah Pemasaran dilakukan melalui promosi di
besar, asal sebelumnya telah mendapatkan berbagai media, seperti brosur, media elektronik
pinjaman dalam jumlah kecil secara berturut- yaitu TV dan menggunakan media sosial seperti
turut dapat dipercaya maka juga harus melewati instagram, facebook dan lain-lain. Sedangkan
pinjaman dalam jumlah yang bertahap. untuk lokasi pemasaran adalah dalam negeri
Meskipun pemerintah telah mengetahui kondisi maupun luar negeri. Kendala yang dihadapi
tersebut, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh oleh PKBM adalah minimnya mesin produksi
pemerintah. Justru kehadiran pihak swasta yang yang bersumber dari minimnya modal dan
lebih banyak memberikan fasilitas adanya terbatasnya jam kerja warga belajar karena
aktivitas tersebut. Dukungan tokoh masyarakat kegiatan utamanya mengikuti pembelajaran
sebagai motivator kelompok usaha sangat kejar paket, sehingga hasil produksi tidak bisa
berperan penting dalam kesinambungan memenuhi kebutuhan pasar. Hal demikian
aktivitas kewirausahaan. Tentunya harapan dikenal dengan istilah permintaan/kebutuhan
besar untuk pemerintah mampu memfasilitasi pasar lebih tinggi daripada
sekaligus membina potensi daerah dalam penghasilan/produksi (demand lebih tinggi
mengembangkannya sebagai komoditas ekspor daripada supply).
sekaligus sebagai komoditas wisata sehingga Berkenaan dengan proses produksi yang
dapat bersinergi dengan hasil produksi lain yang tidak bisa memenuhi kebutuhan pasar,
saat ini telah berjalan. Seperti yang diungkap dikarenakan kurangnya mesin produksi,
oleh Griffiths, Gundry, & Kickul (2013), bahwa diharapkan pemerintah memberi bantuan lunak
modal sosial dapat diakses oleh pengusaha sosial kepada lembaga yang membutuhkan. Hal
sebagai perangkat unik strategi untuk demikian untuk meningkatkan produktifitas.
memobilisasi sumber daya yang dapat Warga belajar kejar paket B dan C setelah lulus
menghasilkan solusi nilai bagi masyarakat. diharapkan tetap melanjutkan
Dikuatkan oleh Isife, Nnodim, & Ochomma kewirausahaannya baik di PKBM Cipta Karya
(2009), bahwa industri perdesaan sebagian besar maupun di rumah masing-masing.
masyarakat miskin terhambat oleh sumber daya
keuangan, kurangnya insentif yang diberikan DAFTAR PUSTAKA
oleh mitra kerja sama, dan banyak bergantung Adisasmita, R. (2006). Pembangunan pedesaan dan
kepada bantuan teknis. perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Agossou, V. (2000). Village participation in rural
development. Benin: The Royal Tropical
SIMPULAN
Institute or the World Bank.
Pengembangan kewirausahaan berbasis Coombs, P. H., Prosser, R., & Ahmed, M.
potensi lokal melalui pemberdayaan masyarakat (1973). New paths to learning for rural
melalui beberapa tahapan, yaitu pelatihan, children and youth. New York:
produksi dan pemasaran. Kegiatan pelatihan, International Council for Educational
Development (ICED).
PKBM Cipta Karya telah melakukan
Defourny, J., & Nyssens, M. (2010).
pengembangan kewirausahaan berbasis potensi Conceptions of social enterprise and social
lokal, yaitu pembuatan jam tangan kayu, dalam entrepreneurship in europe and the united
proses pengembangannya diperlukan pelatihan- states: convergences and divergences.
pelatihan. Waktu pelatihan dilakukan selama 3 Journal of Social Entrepreneuship, 1(1), 32–
53.
99
Abdul Malik, Sungkowo Edy Mulyono | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, 1(1) (2017) 87-101

https://doi.org/http://doi.org/10.1080/1 kewirausahaan. Jakarta: Badan Penelitian


9420670903442053 dan Pengembangan Kurikulum.
Dirdjojuwono, R. W. (2015). Membangun Kirzner, M. I. (1973). Competition and
perdesaan modern. Bogor: PT Indec. entrepreneurship. Chicago: University of
Dorobantu, M. R., Gheorghe, G., & Nistoreanu, Chicago Press.
P. (2012). New ways to value tourism Moleong, J. L. (2001). Metodologi Penelitian
resources from rural environment. in kualitatif. Bandung: PT. Remaja
competitiveness of agro economy. In Food Rosdakarya.
and Environmental (pp. 385–394). Muarifuddin, M. (2017). Implementasi
Bucharest: Faculty of Agro-Food and pembangunan desa wisata batik Desa
Environmental Economics, University of Babagan Kecamatan Lasem Kabupaten
Economic Studies. Retrieved from Rembang. JPPM (Jurnal Pendidikan Dan
https://www.researchgate.net/publication Pemberdayaan Masyarakat), 4(1), 51–70.
/237148452_New_ways_to_value_touris Muarifuddin, M., Mulyono, S. E., & Malik, A.
m_resources_from_rural_environment (2016). Analisis kebutuhan pengembangan
Esmailzade, A. (2013). Factor analysis of rural desa wisata batik Kecamatan Lasem
tourism development from villagers Kabupaten Rembang. Journal of Nonformal
viewpoint in Chaharmahalva Bakhtiari Education, 2(1), 57–70.
Province (Case study: Yancheshmeh Mungmachon, M. R. (2012). Knowledge and
Village). International Journal of Agriculture local wisdom: Community treasure.
and Crop Sciences, 21(5), 2630–2633. International Journal of Humanities and Social
Fakhruddin, Mulyono, S. E., Rifai, A., Utsman, Science, 2(13), 174–181.
& Sutarto, J. (2012). Strategi pengembangan Nawawi, H. (2005). Metode penelitian bidang sosial.
kewirausahaan masyarakat. Semarang: Yogyakarta: Gadjah Mada Press.
Widya Karya. Patarchanov, P. (2012). Role and place of
Griffiths, M. D., Gundry, L. K., & Kickul, J. R. alternative tourism development in
(2013). The socio-political, economic, and mountain areas. Journal of Settlements and
cultural determinants of social Spatial Planning, 1(1), 149–155. Retrieved
entrepreneurship activity: An Empirical from http://jssp.reviste.ubbcluj.ro
examination. Journal of Small Business and Raharjo, T. J., Suminar, T., & Muarifuddin, M.
Enterprise Development, 20(2), 341–357. (2016). Peran pusat kegiatan belajar
https://doi.org/http://doi.org/10.1108/1 masyarakat dalam menanggulangi
4626001311326761 kemiskinan melalui pendidikan nonformal
Hadiyanti, P. (2006). Kemiskinan dan upaya di Jawa Tengah. Journal of Nonformal
pemberdayaan masyarakat. Komunitas, Education, 2(1), 21–38.
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, Rifai, A. (2008). Pemberdayaan masyarakat melalui
2(1), 33–46. pendidikan nonformal. Semarang: Unnes
Harper, S. J. (1991). The political business cycle and Press.
fiscal policy in Canada. The University of Schumpeter, J. A. (2008). The theory of economic
Calgary. development: An inquiry into profits, capital,
Idris, N. A. (2003). Kemiskinan bandar dan sektor credit, interest and the business cycle. New
tidak formal di Malaysia. Universiti Brunswick (U.S.A) and London (U.K.):
Kebangsaan Malaysia. Transaction Publishers.
Isife, B. I., Nnodim, U. A., & Ochomma, U. C. Subekti, S. (2008). Pemberdayaan masyarakat
(2009). Constraints to government’s miskin melalui kelompok usaha ekonomi
capacity building programmes in rural produktif di Desa Tepusan Kecamatan
communities of rivers state, Southern Kaloran Kabupaten Temanggung.
Nigeria. Journal of Social Science, 1(2), 23– Universitas Negeri Yogyakarta.
26. Sudjana, D. (2000). Manajemen program
Kaswan, & Akhyadi, A. S. (2015). Social pendidikan untuk pendidikan luar sekolah.
entrepreneurship (Mengubah masalah sosial Bandung: Falah Production.
menjadi peluang usaha). Bandung: Alfabeta. Suryono, Y., & Sumarno. (2013). Pembelajaran
Kavaliku, L. (2005). Culture and sustainable kewirausahaan masyarakat. Yogyakarta:
development in the Pacific. In Culture and Aditya Media.
Sustainable Development in The Pacific (In A. Susilo, Y. S., & Soeroso, A. (2014). Strategi
Hoop, p. 12). Canberra: Asia Pacific Press pelestarian kebudayaan lokal dalam
at The Australian National University. menghadapi globalisasi pariwisata: Kasus
Kemendiknas. (2010). Pengembangan pendidikan
100
Pengembangan Kewirausahaan Berbasis Potensi Lokal melalui Pemberdayaan Masyarakat

Kota Yogyakarta. Jurnal Penelitian department (SD), food and agriculture


BAPPEDA Kota Yogyakarta, 4, 3–11. organization of the united nations (FAO).
Retrieved from www.jogja.go.id Retrieved from
Uemura, T. (2005). Sustainable rural http://www.fao.org/waicent/faoinfo/sust
development in Western Africa: The naam dev/ ROdirect/ROan0006.htm.
movement and the six “s.” Western Usman, H. (2010). Manajemen: Teori, praktek, dan
Africa: Sustainable development riset pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

101

Anda mungkin juga menyukai