Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN

(TUDANG SIPULUNG)

SELVI HINAYAH RUSDI


1612040015
PENDIDIKAN FISIKA A

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah “Tudang Sipulung” ini
meskipun masih jauh dari kesempurnaan.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini terwujud berkat bantuan dan
saran-saran serta petunjuk dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil.
Maka dari itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak- pihak tersebut.
Penulis menyadari bahwa Makalah Materi Pembelajaran Mandiri ini masih
sangat sederhana dan terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan berikutnya.
Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semuanya .

Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BABI PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Model Pembelajaran
2.2 Definisi Dari Komponen Pembelajaran
2.3 Teori-Teori Belajar Dalam Pembelajaran
2.4 Model Pembelajaran Yang Digunakan
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Kritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Adanya kecenderungan sekolah-sekolah membentuk kelas-kelas unggulan
atas dasar prestasi akademik dewasa ini patut dikaji ulang. Apakah
kecenderungan itu didasari atas pertimbangan yang sejalan dengan tujuan
pendidikan kita ataukah karena pertimbangan lain sesuai dengan permintaan
pasar yang bersifat sesaat?
Terlepas dari mana yang benar, fenomena yang muncul dalam sistem
persekolahan yang ada sekarang ini cenderung memperlakukan siswa secara
kurang adil dan kurang humanistis. Siswa pandai diberi label unggul dengan
segala fasilitas yang diberikannya, sementara siswa yang di kelas tak unggul
memperoleh label kurang dan predikat negatif yang lain. Siswa pada kelompok
unggul berkompetisi secara keras dan cenderung individualistik. Sementara
siswa di kelas tidak unggul merasa tidak mampu, frustasi dan selanjutnya
menerima keadaan itu.
Persoalan lain yang menunjukan aspek kompetitif dan individualistik dalam
pendidikan kita adalah model pembelajaran langsung (model pembelajaran
konvensional). Pada pembelajaran konvensional, guru menjadi pusat
pembelajaran, berperan mentransfer dan meneruskan (transmit) informasi
sehingga siswa tidak perlu mengkonstruksi ide-idenya. Tingkat partisipasi siswa
sangat terbatas karena arus interaksi didominasi oleh guru. Bentuk penugasan
dalam pembelajaran ini bersifat individual. Sebagai konsekuensinya, evaluasi
yang diterapkan dikelaspun juga individual.
Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini
sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya
bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan
awal siswa. Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang
berkaitan dengan diri siswa, diantaranya adalah kemampuan, minat, motivasi,
keaktifan belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar
diri siswa, diantaranya adalah model pembelajaran.
Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan
belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat
dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan
pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model
pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan
kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung efektif dan optimal. Salah satunya
yaitu dengan menggunakan model pembelajaran “Tudang Sipulung”.
Perlu dipahami bahwa setiap pendekatan pembelajaran memiliki pandangan
yang berbeda tentang konsepsi dan makna pembelajaran, pandangan tentang
guru dan pandangan tentang siswa, perbedaan inilah kemudian mengakibatkan
strategi dan model pembelajaran yang dikembangkan menjadi berbeda juga,
sehingga proses pembelajaran akan berbeda walaupun strategi pembelajaran
sama. Dalam makalah ini saya menggunakan model pembelajaran “Tudang
Sipulung” yang merupakan kearifan lokal dari daerah Bugis yang artinya duduk
berkumpul. Dalam model pembelajaran ini, saya membahas tentang model
belajar yang menggunakan sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktivitas secara nyata

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari model pembelajaran?
2. Apa definisi dari pendekatan, strategi, taktik, teknik, dan metode dalam
pembelajaran?
3. Apa saja macam-macam teori belajar?
4. Bagaimana model pembelajaran yang digunakan?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Model Pembelajaran


Secara kharfiah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang di
gunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan di konversi
untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif (Meyer, W.J., 1985:2). Lalu apa
yang dimaksud dengan model pembelajaran itu sendiri? Model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya
buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain (joyce, 1992:4). Selanjutnya
Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam
mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa
sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000:10) mengemukakan
maksud dari model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
paraperancang pembelajaran dan parapengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar”. Dengan demikian, aktivitas peembelajaran benar-benar
merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada
strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat cirri
khusus yang tidak dimiliki strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut
ialah:
1) Rasional teoritis logis yang di susun oleh para pencipta atau
pengembangnya;
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan di capai)
3) Tingkah laku mengajar yang di perlukan agar model tersebut dapat di
laksanakan dengan berhasil;
4) Lingkungan belajar yang di perlukan agar tujuan pembelajaraan itu dapat
tercapai (Kardi dan Nur, 2000:9).4
Selain ciri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran menurut Nieveen
(1999), suatu model pembelajaran di katakan baik jika memenuhi criteria
sebagai berikut :
1) SAHIH (valid), aspek validitas di kaitkan dengan dua hal yaitu, (1)
apakah model yang di kembangkan didasarkan pada rasional teoritis
yang kuat; (2) apakah terdapat konsistensi internal.
2) PRAKTIS, aspek kepraktisan hanya dapat di penuhi jika, (1) para ahli
dan praaktisi menyatakan bahwa apa yang di keembangkan dapat di
terapkan (2) kenyataan menunjukan bahwa apa yang di kembangkan
tersebut dapat di terapkan.
3) EFEKTIF, berkaitan dengan aspek efektivitas ini, Nieveen memberikan
parameter sebagai berikut, (1) ahli dan praktisi berdasar
pengalaamannya menyatakan bahwa model tersebut efeektif; (2) secara
operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang di
harapkan.
Menurut Khabibah (2006), bahwa untuk melihat tingkat kelayakan suatu
model pembelajaran untuk aspek validitas di butuhkan ahli dan praktisi untuk
memvalidasi model pembelajaran yang di kembangkan. Sedangkan untuk aspek
kepraktisan dan evektivitas di perlukan suatu peerangkat pembelajaaran untuk
melaksanaakan model pembelajaraan yang di kembangkan. Sehingga untuk
melihat dua aspek itu perlu di kembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk
suatu topic tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang di
kembangkan. Selain itu dikembangkan pula instrument penelitian yang sesuai
dengan tujuan yang di inginkan.
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus di pilih
model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh
karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki
pertimbangan-pertimbangan. Misalnya, materi pembelajaraan, tingkat
perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, shingga
tujuan peembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dengan demikian, merupakan hal yang sangat peenting bagi para pengajar
untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang model peembelajaran yang
telah diketahui. Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka
seorang guru dan dosen akan merasakan adanya kemudahan di dalam
pelaksanaan pembelajaran dikelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak
kita capai dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang di
harapkan.

2.2 Definisi Dari Komponen Pembelajaran


1. Pendekatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran memiliki banyak sekali definisi namun masing-
masing masih memiliki hubungan. Namun secara konseptual Pendekatan
pembelajaran dapat di definisikan sebagai suatu cara pandang atau orientasi
yang dilakukan terhadap proses pembelajaran, yang mewadahi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu untuk
mencapai tujuan intruksional tertentu.
Disini berarti pendekatan pembelajaran merupakan suatu fokus orientasi
yang digunakan guru dan murid selama proses pembelajaran berlangsung,
fokus orientasi pembelajaran tersebut terbagi kedalam dua bagian yakni:
1) pembelajaran berorientasi pada siswa (student centered approach) berarti
fokus yang menjadi pusat pembelajaran terdapat pada siswanya, siswa
yang dituntut untuk active dalam pembelajaran guru hanya sebagai
fasilitator yang memfasilitasi dan mendampingi siswanya.
2) pembelajaran berorientasi pada guru (teacher centered approach) yakni
pembelajaran berpusat pada guru, guru memunyai peranan yang sangat
penting, guru menjadi sumber informasi dan gurupun bisa menentukan
apa saja yang harus dikuasai siswa.
Berbagai pendekatan dalam rangka memahami makna pembelajaran,
antara lain :
· Pendekatan Filsafat.
a. Idelisme, pembalajaran adalah kegiatan Tanya jawab (dialektika)
antara guru dengan siswa, melatih keterampilan siswa, serta
pemberian teladan dalam hal pengetahuan, nilai dan moral dalam
keyakinan dan tingkah lau guru, agar siswa dapat menemukan
jawaban atas masalah yang dihadapinya sehingga dapat mengetahui
pengetahuan yang esensial yang sudah diterima benar dan berlaku
sepanjang zaman, serta dapat mengembangkan karakter dan bakat-
bakatnya. Idealisme menghendaki diaplikasikannya strategi
penemuan (discovery) melalui Tanya jawab (dialektika) dan berpikir
deduktif. Guru tidak menyajikan materi pembelajaran yang telah
selesai diolah tuntas oleh sendiri. Sekalipun pembelajaran ini
berpusat pada guru, namun dalam mengolah materi pembelajaran
siswalah yang harus melakukan dan menemukan inti dari materi
pembelajarannya sendiri. Sebagai contoh seorang guru menjelaskan
materi laju reaksi secara umum kemudian siswa dituntut untuk
menemukan masalah dengan cara Tanya jawab dan menemukan inti
dari materi laju reaksi yang diajarkan oleh guru tersebut.
b. Realisme, menghendaki pembelajaran dan pengelolaan kelas yang
berpusat pada guru. Siswa diharapkan belajar dari pengalaman
langsung maupun tidak langsung melalui strategi inquiry, discovery,
pembiasaan dan berfikir induktif.
c. Pragmatisme, menghendaki pembelajaran yang berpusat pada siswa,
berpusat pada masalah, berpusat pada aktivitas dan bersifat
interdisipliner (terpadu). Karena pragmatisme menghendaki
kurikulum pendidikan yang tidak boleh terpisahkan dari keadaan
masyarakat dimana siswa berada, maka pembelajarannya juga
bersifat kontekstual dan berbasis pada masyarakat. Pragmatisme
mengungkapkan bahwa guru memfasilitasi dan membimbing siswa
belajar memecahkan masalah melalui aktivitas.
d. Konstruktivisme, konstruktivisme dinilai sebagai salah satu bentuk
pragmatisme. Dalam konstuktivisme siswa dituntut untuk
mengembangkan konsep dan pengertian tentang sesuatu.
e. Eksistensialisme, guru mendampingi siswa sesuai dengan minat dan
bakatnya dan kebutuhannya untuk sampai pada penyadaran diri dan
mengembangkan komitmen yang berhasil mengenai sesuatu yang
penting dan bermakna bagi keberadaannya.
f. Filsafat pendidikan nasional (pancasila). Pendidik, peserta didik dan
sumber pembelajaran harus sejalan agar mencapai tujuan yang
diharapkan.
· Pendekatan psikologi terhadap pembelajaran
Berikut konsepsi tentang pembelajaran berdasarkan pendekatan
ketiga aliran psikologi.
a. Behaviorisme. Pembelajaran adalah kegiatan guru menciptakan
kkondisi lingkungan sebagai stimulus berupa tugas,berupa tugas
untuk direspon oleh siswa, yang dilakukan dalam bentuk
pembiasaan atau latihan setahap demi setahap secara rinci.
b. Kognitif. Pemmbelajaran adalah kegiatan guru mrmbimbing siswa
melakukan proses internal yang kompleks berupa pemrosesan
informasi agar siswa dapat mengnembangkan kemampuan atau
fungsi-fungsi kognitifnya secara optimal, kemampuan hubungan
social, dan menggunakan kecerdasannya secara bijaksana.
c. Humanisme. Pembelajaran adalah kegiatan guru memfasilitasi dan
membimbing siswa belajar melalui proyek-proyek terpadu yang
menekankan pada studi-studi social yang didasarkan atas
pemuasan kebutuhan dan kepribadian siswa agar siswa
memperoleh pemahaman dan pengertian dalam rangka
pengembangan social.
· Pendekatan sistem terhadap pembelajaran
Berdasarkan pendekatan system, pembelajaran dapat dipandang
sebagai suatu keseluruhan terpadu yang terdiri atas berbagai komponen
yang saling berinteraksi secara fungsional dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan yang telah di tetapkan. Terdapat berbagai komponen yang
terlibat didalam pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran itu
adalah tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai, materi pembelajaran
yang akan disajikan, metode pembelajaran yang akan digunakan, media
pembelajaran, dan penilaian.
2. Strategi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran adalah pola umum rencana interaksi antara
siswa dengan guru dan sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan
belajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Berbagai jenis strategi
pembelajaran diantaranya:
 Berdasarkan rasio guru dan siswa dalam pembelajaran
 Pembelajaran oleh seorang guru terhadap kelompok besar (satu kelas)
 Pembelajaran oleh seorang guru terhadap kelompok kecil (5-7 siswa)
 Pembelajaran oleh seorang guru terhadap seorang siswa
 Pembelajaran oleh satu tim guru terhadap sekelompok besar (satu
kelas)
 Pembelajaran oleh satu tim guru terhadap sekelompok kecil (5-7
siswa)
a. Berdasarkan pola hubungan guru dan siswa dalam pembelajaran
- Pembelajaran tatap muka
- Pembelajaran melalui media
- Pembelajaran tatap muka dan Pembelajaran melalui media
b. Berdasarkan peranan guru dan siswa dalam pengelolaan pembelajaran
- Pembelajaran yang berpusat pada guru
- Pembelajaran yang berpusat pada siswa
3. Metoda pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan prosedur atau cara yang
digunakan yang digunakan oleh guru untuk mengimplementasikan rencana-
rencana praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi metode berfokus
pada pencapaian tujuan pembelajaran. metode juga harus disesuaikan
dengan strategi pembelajaran. Berbagai macam metode yang dapat
digunakan dalam pembelajaran antara lain seperti: metode ceramah,
demonstrasi, diskusi, simulasi, laboratorium, pengalaman lapangan,
brainstorming, debat, simposium, dan sebagainya. Masing-masing metode
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing seperti
contohnya metode ceramah metode ini memiliki kelebihan tidak
memerlukan banyak biaya, murah, hemat waktu, dan dapat mencakup
banyak materi dalam sekali penyampaian namun memiliki kekurangan
kemampuan siswa terbatas dengan apa yang disampaikan oleh guru. Begitu
juga metode-metode yang lainya oleh karena itu perlu dipertimbangkan juga
antara metode yang digunakan dengan kondisi dilapangan. Beberapa
penjelasan metode pembelajaran adalah :
 Metode ceramah.
Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas pembelajaran
kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dalam jumlah yang relative besar. Metode ceramah cocok
untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika
bahan ajar tersebut sukar di dapatkan.
 Metode diskusi.
Adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk
berinteraksi saling bertukar pendapat, atau saling mempertahankan
pendapat dalam memecahkan masalah. Menurut Keachie Kulik
disbanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak
dalam pemahaman konsep dan keterampilan memacahkan masalah
tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi
hasilnya lambat disbanding penggunaan ceramah. Sehingga metode
ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak
dari pada metode diskusi.
 Metode Demonstrasi.
Merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong
siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Demonstrasi
sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau
seorang demonstrator ataupun siswa memperlihatkan kepada oranng
lain suatu proses. Seperti cara mendemonstrasikan sel elektrokimia.
4. Teknik Pembelajaran
Teknik adalah cara khusus untuk mengimplementasikan metode
dalam sebuah proses pembelajaran. Teknik tergantung kondisi di lapangan,
teknik dapat berubah-ubah tergantung guru dan kondisi pada saat praktek di
lapangan. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode
ceramah, tetapi mungkin sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.
Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingin dengan
humor,sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor tetapi
lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik. Dalam gaya pembelajaran,
akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru sesuai
dengan kemampuan dan pengalaman.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara professional, seorang guru dituntut agar dapat memahami dan
memiliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai
model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana
disyariatkan dalam kurikulum. Dari hasil pemaparan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan antara model pembelajaran, pendekatan
pembelajaran, strategi pembelajaran, tehnik dan metode pembelajaran.
Walaupun perbedaan itu tidak begitu tegas, karena semua istilah merupakan
satu kesatuan yang saling menunjang, untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Jadi model pembelajaran adalah pembungkus proses
pembelajaran yang didalamnya ada pendekatan, strategi, metode dan tehnik.

2.3 Teori-Teori Belajar Dalam Pembelajaran


1) TEORI BEHAVIORISTIK
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat adanya interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan).
Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa
dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru
sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya.
Menurut teori ini hal yang paling penting adalah input (masukan) yang
berupa stimulus dan output (keluaran) yang berupa respon. Menurut toeri ini,
apa yang tejadi diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat
diamati hanyalah stimulus dan respon. Oleh sebab itu, apa saja yang
diberikan guru (stimulus) dan apa yang dihasilkan siswa (respon), semuanya
harus dapat diamati dan diukur. Teori ini lebih mengutamakan pengukuran,
sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadinya
perubahan tungkah laku tersebut. Faktor lain yang juga dianggap penting
adalah faktor penguatan. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat
timbulnya respon. Bila penguatan diitambahkan maka respon akan semakin
kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi maka responpun akan dikuatkan.
Jadi, penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan
(ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya
respon.
2) TEORI KOGNITIF
Berbeda dengan teori behavioristik, teori kognitif lebih mementingkan proses
belajar dari pada hasil belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah
laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi
yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga menekankan
bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh
konteks situasi tersebut. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan
suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi,
dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
3) TEORI HUMANISTIK
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar
humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat,
teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar.
Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses
belajar itu sendiri serta lebih banyak berbiacara tentang konsep-konsep
pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita- citakan, serta tentang
proses belajar dalam bentuk yang paling ideal. Faktor motivasi dan
pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa
motivasi dan keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi
pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Teori
humanistic berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal
tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri,
pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar, secara optimal. Teori
humanistik bersifat sangat eklektik yaitu memanfaatkan atau merangkumkan
berbagai teori belajar dengan tujuan untuk memanusiakan manusia dan
mencapai tujuan yang diinginkan karena tidak dapat disangkal bahwa setiap
teori mempunyai kelebihan dan kekurangan.
4) Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut cara pandang teori ini bahwa belajar adalah proses untuk
membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya
siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas
dasar realitas yang ada di dalam masyarakat. Konsekuensinya pembelajaran
harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Sehingga model
pembelajarannya dilakukan secara natural. Penekanan teori ini bukan pada
membangun kualitas kognitif, tetapi lebih pada proses untuk menemukan
teori yang dibangun dari realitas lapangan.
5) TEORI SIBERNETIK
Teori belajar sibernetik merupakan perkembangan dari teori belajar kognitif,
yang menekankan peristiwa belajar sebagai proses internal yang tidak dapat
diamati secara langsung dan terjadinya perubahan kemampuan yang terikat
pada situasi tertentu. Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori
belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan
belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi
siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui
proses pengolahan informasi. Tinjauan aspek ontologi menjelaskan daya
ingatan individu terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses
penelusuran bergerak secara hirarkhis dari informasi yang paling umum dan
inklusif ke informasi yang paling rinci sampai informasi yang diinginkan
diperoleh.

2.4 Model Pembelajaran Yang Digunakan


Dalam pembelajaran nantinya ketika saya menjadi seorang pendidik atau
guru di masa akan datang, model yang akan saya gunakan seperti telah disinggung
pada bab 1 pendahuluan, model pembelajaran yang akan saya gunakan ialah
model pembelajaran “Tudang Sipulung” yang merupakan kearifan lokal dari
daerah Bugis yang artinya duduk berkumpul. Tudang Sipulung dalam bahasa
Bugis Makassar, secara harfiah dapat diartikan “duduk bersama”, yaitu “tudang”
(duduk) dan “sipulung” (berkumpul atau bersama sama), namun jika dihubungkan
dengan persoalan hubungan ketatapemerintahan atau ketatakewarganegara an,
maka secara kultural politis hal tersebut berhubungan masalah ruang publik atau
ruang bagi publik (rakyat) untuk menyuarakan kepentingan kepentingannya dalam
rangka mencari solusi atas permasalahan permasalahan yang mereka hadapi.
Artinya bahwa tudang sipulung ini merupakan ruang yang dapat memediasi antara
kepentingan publik dengan pemerintah (penguasa) karena berlangsung
berdasarkan prinsip prinsip demokratis. Pemahaman mengenai konsepsi ruang
publik Bugis Makassar, tidak dapat dilepaskan sepenuhnya dari konteks nilai nilai
tradisional yang masih dianut dan diakui oleh sebagian besar masyarakat Sulawesi
Selatan sampai sekarang. Nilai nilai adat yang menjadi landasan hukum dan
filosofis kehidupan tersebut adalah Ade’ (adat). Ade’, bagi sebagian besar
masyarakat Sulawesi Selatan, merupakan kepribadian kebudayaan (Rahim, 1985:
122), karena adatlah yang menjadi penggerak kehidupan suatu masyarakat. Hal
senada disampaikan pula oleh Mattulada, bahwa adat itu itulah yang memberikan
bentuknya dalam wujud watak masyarakat dan kebudayaan serta orang orang
yang menjadi pendukungnya (Mattulada, 1974: 315).
Saya mengangkat kearifan lokal ini dalam sebuah model pembelajaran
dengan rasionalisasi bahwa peserta didik masih kurang kemampuan siswa untuk
menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi
siswa.

Komponen Model Pembelajaran

1. Sintaks (Langkah-Langkah Dalam Proses Pembelajaran)


a. Membaca al-quran bersama beserta artinya dan menghayatinya
Sebagai warga Negara yang berideologi pancasila dan seseorang
yang beragama islam, sangatlah penting untuk membaca al-quran
karena pada sila pertama pancasila, kita di tuntut untuk berketuhanan
yang satu.
b. Menyajikan materi sebagai pengantar
Adapun materi yang disajikan itu adalah materi yang sesuai dengan
yang akan di ajarkan pada hari itu dan fungsi dari materi ini yaitu
sebagai pengantar bagi siswa dalam proses pembelajaran.
c. Menghubungkan sub-sub materi dengan kearifan lokal yang ada
Kemudian yang menghubungkan materi dengan kearifan lokal disini
yaitu siswa itu sendiri.Kearifan lokal yang dimaksud adalah kearifan
lokal yang ada disekitar siswa. Bonerate sebagai suatu kecamatan yang
berbentuk kepulauan, kaya akan kearifan-kearifan lokalnya.
d. Menggunakan tempat yang rindang untuk duduk bersama siswa
Adapun duduknya itu guru sendiri yang menyuruh siswa untuk
membuat lingkaran yang memuat seluruh siswa. Kemudian siswa-siswi
tersebut di suruh menulis semua hal-hal yang tidak di mengerti
kemudian . Guru menunjuk siswa dengan menggunakan botol plastik
yang telah berputar itu kemudian berhenti di siswa tersebut
e. Siswa melakukan diskusi bersama
Setelah salah satu siswa membaca yang di tulisnya itu sala satu siswa
akan di suruh untuk membantu menjelaskan apa yang telah di baca oleh
siswa. Tugas guru disini adalah memantau proses diskusi bersama, dan
menegur siswa yang main-main pada saat diskusi tersebut. Dan memuji
siswa yang benar-benar serius dalam proses diskusinya.
f. Menarik kesimpulan
Setelah semua pertanyaan yang di baca siswa telah terjawab semua,
maka guru menyimpulkan hasil pembelajan hari ini.
2. Sistem Sosial
a. Siswa dapat bekerja sama dengan teman kelompoknya
Dengan menerapkan metode diskusi, maka siswa akan mampu
bekerja sama dengan teman yang sama kelompok dengannya. Guru
sebagai fasilitator memantau jalannya diskusi dan sesekali menegur
siswa yang hanya bermain-main pada saat proses diskusi. Begitu juga
pada saat presentasi dan menjawab pertanyaan, siswa akan bekerja
sama untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
b. Siswa mampu mengeluarkan pendapat di depan umum
Dari proses diskusi, presentasi dan menjawab pertanyaan teman,
maka siswa akan mampu mengeluarkan pendapatnya di depan umum
baik dengan teman kelompoknya pada saat diskusi maupun dengan
teman kelasnya pada saat presentasi dan sesi Tanya jawab.
3. Sistem Pendukung
a. Guru sebagai fasilitator dan mediator pada proses pembelajaran.
b. Referensi bisa berupa buku-buku pelajaran dan kearifan lokal yang ada
pada daerah tersebut.
c. aula di buat senyaman mungkin agar siswa betah dalam proses
pembelajaran.
d. Perangkat pembelajaran misalnya alat tulis menulis pada papan tulis.
4. Prinsip Reaksi
a) Harus mampu menciptakan suasana psikologis yang dapat
membangkitkan respon siswa.
b) Menekankan pentingnya bekerjasama secara kooperatif dalam kelompok
masing-masing
c) Memberikan bantuan terbatas pada siswa yang membutuhkan bantuan
5. Dampak
a. Dapat memotivasi siswa untuk saling membantu pembelajaranya satu
sama lain.
b. Meningkatkan keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk bekerja secara
efektif.
c. Siswa dapat berkontribusi lebih banyak dalam kelompok.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dalam Pembelajaran mandiri peserta didik dituntut aktif dan kooperatif
untuk memperoleh informasi. Tugas pengajar/pembimbing hanya sebagai
fasilitator yang mendukung , membimbing dan membantu peserta didik bila
mengalami kesulitan . jadi peserta didik tidak tergantung kepada
pengajar.sehingga peserta didik bisa lebih perkembang dan mandiri. Sarana
pendukung pembelajaran ini bisa menggunakan media cetak maupun elektronik
seperti komputer, internet , dll. Tujuannya agar dapat meningkatkan kemampuan,
ketrampilan , serta kreatifitas peserta didik .
Pembelajaran mandiri memberikan siswa kesempatan yang luar biasa untuk
mempertajam kesadaran mereka akan lingkungan mereka. Pembelajaran mandiri
memungkinkan siswa untuk membuat pilihan-pilihan positif tentang bagaimana
mereka akan mengatasi kegelisahan dan kekacauan dalam kehidupan sehari-hari.
Pola ini memungkinkan siswa bertindak berdasakan inisiatif mereka sendiri untuk
membentuk lingkungan.

3.2. Kritik dan Saran


A. Kritik
1. Arni Riska Yanti A
Bagaimana menciptakan susasana belajar yang menyenangkan
2. Nurintang
Untuk sintaks nya jika siswa diberi bahan materi kemudian guru kembali
menjelaskan materi akan membutuhkan waktu yang cukup lama
3.
B. Saran
Saran untuk pembaca, dalam membuat model pembelajaran di perlukan
banyak referensi, oleh karena itu saran dari kami sebelum membuat model
pembelajaran, usahakan kalian benar-benar telah membaca referensi
sebanyak-banyaknya baik dari buku maupun blog.
DAFTAR PUSTAKA

http://abazariant.blogspot.com/2012/10/makalah-model-pembelajaran-
kooperatif.html di akses pada pukul 10.50 Selasa 11 Desember 2018
http://bintunjannah.blogspot.com/2015/12/makalah-model-pembelajaran.html di
akses pada pukul 10.50 Selasa 11 Desember 2018
https://pindaiilmu.blogspot.com/2015/06/makalah-model-pembelajaran.html di akses
pada pukul 10.58 Selasa 11 Desember 2018
https://www.academia.edu/27273690/RESUME_TEORI_BELAJAR di akses pada
pukul 12.02 Selasa 11 Desember 2018\
https://goenable.wordpress.com/2012/01/06/permasalahan-belajar-siswa-di-smp-
atau-sma/ di akses pada pukul 13.24 Selasa 11 Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai