“HUJAN”
OLEH :
KELOMPOK 1
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
PRODI SIPIL
NAMA KELOMPOK
NO NAMA NPM
16 SAFITRI 07231611024
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Tugas tentang HUJAN.
Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga tugas ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
` Kelompok 1
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
Daftar Pustaka..........................................................................................................22
PENDAHULUAN
Kandungan air hujan berasal dari reaksi zat-zat yang ada di atmosfer dengan
butiran air yang melewatinya. Selain itu, air ini juga bereaksi dengan gas yang
terdapat di atmosfer. Zat-zat yang ikut bercampur dengan air hujan berupa zat padat
yang mudah larut dan gas. Kandungan air hujan berbeda-beda dan tergantung pada
tempatnya. Akibatnya, kandungan air hujan akan berbeda-beda di setiap tempat. Di
daerah laut terbuka sampai daerah yang dekat dengan pantai, air hujan akan
mengandung garam, CO2, dan bersifat asam.
Air hujan di darat pun punya kandungan yang berbeda. Kandungan garamnya
jauh lebih sedikit. Apalagi jika di kota-kota yang padat penduduknya, seperti Jakarta,
banyak berasal dari sisa-sisa polusi udara. Jadi, kandungan air hujan itu tergantung
dari kondisi geologi, jumlah penduduk, dan aktivitas yang dilakukan oleh manusia di
daerah itu.
Pola curah hujan di wilayah Indonesia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pola
Monsoon, pola ekuatorial dan pola lokal. Pola Moonson dicirikan oleh bentuk pola
hujan yang bersifat unimodal (satu puncak musim hujan yaitu sekitar Desember).
Selama enam bulan curah hujan relatif tinggi (biasanya disebut musim hujan) dan
enam bulan berikutnya rendah (bisanya disebut musim kemarau). Secara umum
Pola umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak
geografis. Secara rinci pola umum hujan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut.
Pantai sebelah barat setiap pulau memeroleh jumlah hujan selalu lebih banyak
daripada pantai sebelah timur.
Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian
timur. Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang
dihubungkan oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah Jawa
Barat .
Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan
terbanyak umumnya berada pada ketinggian antara 600 – 900 m di atas permukaan
laut. Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim pancaroba.
Demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar. Bulan maksimum hujan
sesuai dengan letak DKAT.
1) Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan terbanyak pada
bulan November.
Rata-rata curah hujan di Indonesia untuk setiap tahunnya tidak sama. Namun masih
tergolong cukup banyak, yaitu rata-rata 2000 – 3000 mm/tahun. Begitu pula antara
tempat yang satu dengan tempat yang lain rata-rata curah hujannya tidak sama.
Ada beberapa daerah yang mendapat curah hujan sangat rendah dan ada pula daerah
yang mendapat curah hujan tinggi:
Daerah yang mendapat curah hujan rata-rata per tahun kurang dari 1000 mm,
meliputi 0,6% dari luas wilayah Indonesia, di antaranya Nusa Tenggara, dan 2 daerah
di Sulawesi (lembah Palu dan Luwuk).
Daerah yang mendapat curah hujan antara 1000 – 2000 mm per tahun di
antaranya sebagian Nusa Tenggara, daerah sempit di Merauke, Kepulauan Aru, dan
Tanibar.
Daerah yang mendapat curah hujan antara 2000 – 3000 mm per tahun,
meliputi Sumatera Timur, Kalimantan Selatan, dan Timur sebagian besar Jawa Barat
dan Jawa Tengah, sebagian Irian Jaya, Kepulauan Maluku dan sebagaian besar
Sulawesi.
Daerah yang mendapat curah hujan tertinggi lebih dari 3000 mm per tahun
meliputi dataran tinggi di Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, dataran tinggi Irian
bagian tengah, dan beberapa daerah di Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba.
Sebagai bahan perbandingan curah hujan di daerah lain : 540 mm/tahun di Eropa
sedangkan dipedalaman 1250 mm/tahun, di Pegunungan Rocky 3400 mm/tahun, di
pedalaman Amerika 400 mm/tahun. Daerah yang memiliki curah hujan tertinggi di
Cherrapunji 10820 mm/tahun ( selama 1860-Juli 1861 memiliki curah hujan 2646,12
mm/tahun dan selama 5 hari berturut-turut dibulan Agustus 1841 sebesar 38000
mm/tahun atau setara dengan curah hujan selama 4 tahun di New York), sedangkan di
Puncak Gunung Waialeale di Kanai Tengah, Kepulauan Hawaii sebesar 1175,84
mm/tahun
Air hujan juga mengandung akan H2O2 ( Hidrogen Peroksida ). H2O2 ini
bisa dijadikan holistic healing atau sebuah “terapi pengobatan”. Ternyata sampai
sekarang produk dari H2O2 yang ada di Indonesia masih menggunakan impor.
Padahal di dalam air hujan ada suatu kandungan H2O2 ini ( yang bersifat anorganik )
Nitrogen ialah sebuah faktor utama dalam sebuah penciptaan protein penting
untuk penciptaan dari materi genetik dalam tubuh manusia. Nitrogen ini diperlukan
untuk semua bentuk dalam kehidupan.
Jika kita habis makan ikan atau daging, akan terkadang bau amis pada sebuah
telapak tangan, dan akan sulit untuk hilang walaupun kita sudah mencuci tangan
dengan sabun. Salah satu manfaat air hujan ini bisa menghilangkan bau amis. Coba
dan buktikan cuci tangan yang berbau amis pakai air hujan, Jika sudah pasti bau amis
pada jari tangan kita akan menghilang meskipun tanpa menggunakan sabun/
Larutkan garam pada air hujan yang segar, lalu rendamlah telapak kaki kita selama
kurang lebih 15 menit. Lakukan secara rutin setiap kali turun hujan. Usahakan yang
digunakan air hujan murni yang digunakan.
Hujan siklonal, yaitu salah satu hujan yang terjadi karena udara panas yang
naik dan disertai dengan angin berputar.
Hujan Orografis, yaitu salah satu jenis hujan yang terjadi dikarenakan angin
yang mengandung uap air yang bergerak horizontal. Angin tersebut perlahan
naik menuju pegunungan , suhu udaranya menjadi dingin yang sehingga
terjadi suatu kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.
Hujan Frontal, yaitu salah satu jenis hujan yang terjadi jika massa udara
yang dingin bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan
antara kedua massa itu disebut dengan bidang front. Karena lebih berat, pada
massa udara dingin menjadi lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front
inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut dengan hujan frontal.
Hujan Muson atau Hujan Musiman, yaitu salah satu jenis hujan yang terjadi
karena Angin Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya suatu Angin
Muson yaitu dikarenakan adanya sebuah pergerakan semu tahunan Matahari
antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia, hujan muson
terjadi pada bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur
terjadi pada bulan Mei sampai Agustus. Siklus inilah yang menyebabkan
adanya musim penghujan dan musim kemarau.
Hujan Gerimis yaitu salah satu jenis hujan yang diameter butirannya kurang
dari 0.5 mm.
Hujan Batu Es, salah satu jenis hujan curahan batu es yang turunnya dalam
cuaca panas dari awan yangg suhunya dibawa 0 derajat Celcius.
Hujan Deras, salah satu jenis hujan yang curahan air yang turun dari awan
dengan suhu diatas 0 derajat Celcius dengan diameter kurang lebih 7 mm.
Berikut ini adalah suatu proses atau tahapan-tahapan terjadinya hujan,yaitu sebagai
berikut :
Uap-uap air ini akan naik pada suatu ketinggian tertentu dan akan mengalami
sebuah peristiwa yang disebut dengan kondensasi. Peristiwa kondensasi ini
diakibatkan oleh suatu suhu sekitar uap air lebih rendah daripada suatu titik
embun uap air.
Kemudian Uap-uap air ini akan membentuk sebuah awan. Lalu, angin (yang
terjadi karena perbedaan tekanan udara) akan membawa sebuah butir-butir air.
Pada butir-butir air ini akan menggabungkan diri (proses ini disebut dengan
koalensi) dan akan semakin membesar akibat dari turbelensi udara, butir-butir
air ini akan di tertarik oleh suatu gaya gravitasi bumi yang sehingga jatuh ke
permukaan bumi.
Dan ketika jatuh ke suatu permukaan bumi, butir-butir air ini akan melewati suatu
lapisan yang lebih hangat di bawahnya. Yang sehingga butir-butir air sebagian kecil
ini menguap lagi ke atas dan sebagian lainnya jatuh ke permukaan bumi yang disebut
sebagai hujan. Inilah yang dinamakan dengan hujan.
2.6.1 Bagian 1
1.
Sebenarnya tidak masalah seberapa lebar wadah tersebut, asalkan seluruh bagian (dari
atas sampai bawah) memiliki diameter yang sama. Jika volume wadah bertambah
besar asumsinya, dari sebesar botol minuman sampai ember pel, area penampung air
hujannya juga akan bertambah besar. Karena itu, satu inci (2,54 cm/25,4 mm) curah
hujan akan dicatat secara konsisten di antara berbagai ukuran tabung.
Buatlah wadah penakar hujan. Jika Anda tidak memiliki tabung, Anda
dapat membuat penakar hujan yang sama efektifnya dengan menggunakan botol soda
(atau minuman ringan lain) berukuran 2 liter dan diikuti sedikit usaha. Potonglah
bagian atas botol kira-kira 10,16 cm dengan bantuan gunting atau pisau. Jangan
khawatir dengan bagian bawah botol yang tidak rata. Hal ini akan diatasi pada
langkah berikut.
3.
Batu atau kelereng: benda apa pun yang relatif berat dan berukuran kecil,
asalkan tidak menyerap air.
Jika Anda merakit sendiri alat penakar hujan dengan botol soda (atau
minuman ringan lain), pastikan seluruh bagian bawah botol (keempat batas terpisah
pada bagian dasar) terisi dengan air dan batu untuk mendapatkan titik awal yang rata
untuk skala pengukuran.
Sebagai alternatif, selain memasukkan kerikil/koral ke dalam penakar hujan, Anda
dapat memasukkan alat tersebut ke dalam sebuah wadah yang kokoh, misalnya ember
atau pot bunga yang berat.
4.
5.
2.6.2 Bagian 2
1.
2.
Tandai jumlah curah hujan pada grafik atau bagan. Sebagai contoh, Anda
dapat membuat sebuah bagan berukuran 17,78 x 17,78 cm, tulislah tanggal/hari
selama seminggu pada sumbu-x dan skala 2,5 cm sampai 17,8 cm sepanjang sumbu-
y. Tandai titik potong pada setiap pertemuan yang tepat antara skala curah hujan
(dalam cm) dan hari dalam seminggu. Selanjutnya, gunakan penggaris untuk
3.
4.
Hitunglah nilai rata-rata. Setelah mencatat data selama sebulan, Anda dapat
menganalisis data tersebut dan melihat kecenderungan curah hujan secara
menyeluruh. Menjumlahkan curah hujan selama 7 hari dalam seminggu, lalu
Rumus untuk mencari nilai rata-rata tersebut mudah diaplikasikan. Nilai rata-
rata sama dengan jumlah total dari seluruh data (dalam hal ini adalah curah hujan
yang diukur untuk satu hari, seminggu, atau sebulan) dibagi dengan jumlah data
(banyaknya hari, minggu, atau bulan yang telah Anda jumlahkan).[7] Jika Anda akan
mencari rata-rata curah hujan mingguan selama 4 minggu, dengan catatan jumlah
curah hujan mingguan adalah 50,80 cm, 30,48 cm, 15,24 cm, dan 63,5 cm, kita akan
mengasumsikannya sebagai 50,80 + 30,48 + 15,24 + 63,50 = 160,02 (jumlah data
curah hujan mingguan) / dengan 4 (jumlah minggu) = 40,005 cm atau 400,05 mm
adalah rata-rata curah hujan mingguan.
Intensitas curah hujan adalah besarnya jumlah hujan yang turun yang
dinyatakan dalam tinggi curah hujan atau volume hujan tiap satuan waktu.
Keterangan :
I : Intensitas hujan (mm/jam)
Dengan mengubah variabel t untuk masing-masing curah hujan (R24) untuk periode
ulang 2 tahun, R24 = 152,805 mm/jam untuk periode ulang 5 tahun dan R24 =
171,080 mm/jam untuk periode ulang 10 tahun, maka hasilnya adalah sebagai berikut
berikut :
3.1 Kesimpulan
Hujan ialah suatu peristiwa Presipitasi (jatuhnya cairan dari atmosfer yang
berwujud cair ataupun beku ke permukaan bumi) berwujud cairan. Hujan ini
memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar bisa menemui suhu di atas titik
leleh es di dekat dan dia atas sebuah permukaan Bumi.
Di Bumi, hujan ialah suatu proses kondensasi ( perubahan wujud benda ke
wujud yang lebih padat ) uap air di atmosfer menjadi sebuah butiran air yang cukup
berat untuk jatuh dan biasanya tiba di sebuah daratan. Dua proses yang mungkin akan
terjadi bersamaan bisa mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu suatu
pendinginan udara atau penambahan uap air ke udara. Butir hujan mempunyai ukuran
yang beragam mulai dari yang mirip penekuk (butiran besar), hingga dengan butiran
kecilnya.
http://klastik.wordpress.com/2006/12/03/pola-umum-curah-hujan-di-
indonesia/Diaksespada tanggal 05 maret 2011 pukul 16.30 wib
http://www.harunyahya.com/indo/artikel/027.htm
http://www.infoplease.com/cig/weather/measuring-rain.html
http://www.komonews.com/weather/faq/4347316.html
http://www.quickanddirtytips.com/education/math/how-is-rainfall-measured
https://www.eduplace.com/rdg/gen_act/weather/rain.html
https://www.eduplace.com/rdg/gen_act/weather/rain.html
http://water.usgs.gov/edu/meniscus.html
http://www.platinumgmat.com/gmat_study_guide/statistics_mean
http://www.infoplease.com/cig/weather/measuring-rain.html