Anda di halaman 1dari 11

KANKER SERVIKS

a. DEFINISI

 Kanker leher rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam

leher rahim/ serviks (bagian terendah rahim yang menempel pada puncak vagina).

 Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim

sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan

merusak jaringan normal disekitarnya . (FKUI, 1990;FKPP, 1997)

 Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal

dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah

keganasan. Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam

status sexually active. Tidak pernah ditemukan wanita yang belum pernah

melakukan hubungan seksual pernah menderita kanker ini. Biasanya kanker ini

menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling banyak pada wanita yang
berusia 35-55 tahun. Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang mudapun dapat

menderita penyakit ini, asalkan memiliki factor risikonya.2

c. EPIDEMIOLOGI

Kanker Serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari

Kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal

dari sel kelenjar penghasil lender pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.

Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit

kanker di Negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila program

skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai

sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara

berkembang.

Menurut Synder (1976) Kanker serviks umumnya ditemukan pada usia muda

setelah hubungan seks pertama terjadi. Selang waktu antara hubungan seks pertama
dengan ditemukan NIS (Neoplasma Intraepitel Serviks) adalah 2-33 tahun. Sedangkan

menurut Cuppleson LW dan Brown B (1975) menyebutkan bahwa NIS akan berkembang

sesuai dengan pertambahan usia, sehingga NIS pada usia lebih dari 50 tahun sudah

sedikit dan kanker infiltrative meningkat 2x. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di

RSCM Jakarta tahun 1997-1998 ditemukan bahwa stadium IB-IIB sering terdapat pada

kelompok umur 35-44 tahun, sedangkan stadium IIB sering didapatkan pada kelompok

umur 45-54 tahun.

d. PATOFISIOLOGI

Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah

secara tak terkendali. 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuaomosa yang melapisi

serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal

yang menuju kedalam rahim. Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak
meminimalkan gejala dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut

menjalani pemeriksaan panggul dan pap smear.

Dari infeksi virus HPV sampai menjadi kanker serviks memerlukan waktu

bertahun-tahun, bahkan lebih dari 10 tahun. Pada tahap awal infeksi virus akan

menyebabkan perubahan sel-sel epitel pada mulut rahim, sel-sel menjadi tidak

terkendali perkembangannya dan bila berlanjut akan menjadi kanker. Pada tahan awal

infeksi sebelum menjadi kanker didahului oleh adanya lesi prakanker yang

disebut Cervical Intraepthelial Neoplasia (CIN) atau Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS).

Lesi prakanker ini berlangsung cukup lama yaitu memakan waktu antara 10 - 20 tahun.

Dalam perjalanannya CIN I (NIS I) akan berkembang menjadi CIN II (NIS II) kemudian 4menjadi CIN III (NIS
III) yang bila penyakit berlanjut maka akan berkembang menjadi

kanker serviks.

Konsep regresi spontan serta lesi yang persiten menyatakan bahwa tidak semua

lesi pra kanker akan berkembang menjadi lesi invasive atau kanker serviks, sehingga
diakui masih banyak faktor yang mempengaruhi. CIN I (NIS I) hanya 12 % saja yang

berkembang ke derajat yang lebih berat, sedangkan CIN II (NIS II) dan CIN III (NIS III)

mempunyai risiko berkembang menjadi kanker invasif bila tidak mendapatkan

penanganan.

e. FAKTOR PENYEBAB DAN FAKTOR RISIKO

1. Faktor penyebab

HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak.

2. Faktor risiko

a. Pola hubungan seksual

Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa risiko terjangkit kanker serviks

meningkat seiring meningkatnya jumlah pasangan. Aktifitas seksual yang dimulai

pada usia dini, yaitu kurang dari 20 tahun juga dapat dijadikan sebagai factor risiko.
Hal ini dapat dihubungkan dengan belum matangnya daerah transformasi alat

kelamin. Frekuensi hubungan seksual juga berpengaruh lebih tinggi

b. Paritas

Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yang sering melahirkan. Semakin sering

melahirkan, semakin besar risiko terjangkit kanker serviks.

c. Merokok

Beberapa penelitian menunjukkan hubungan yang kuat antara merokok dengan

kanker serviks, bahkan setelah dikontrol dengan variabel cofounding seperti pola

hubungan seksual. Penemuan lain memperlihatkan temuan nikotin pada cairan

serviks wanita perokok, bahan ini bersifat karsinogen yang selanjutnya mendorong

pertumbuhan ke arah kanker.

d. Kontrasepsi Oral

Penelitian secara perspektif yang dilakuakn oleh Vessey dkk tahun 1983 (Schiffman,
1996) mendapatkan bahwa peningkatan insiden kanker serviks dipengaruhi oleh

lama pemakaian kontrasepsi oral. Penelitian lain mendapatkan bahwa insiden

kanker setelah 10 tahun pemakaian 4 x lebih tinggi daripada bukan pengguna

kontrasepsi oral. WHO mereview berbagai penelitian yang menghubungkan 7penggunaan kontrasepsi
oral dengan risiko terjadinya kanker serviks, sulit

menyimpulkan hubungan tersebut mengingat lama penggunaan kontrasepsi oral

bereaksi dengan factor lain khususnya pola kebiasaan seksual dalam

mempengaruhi risiko Ca serviks. Selain itu, adanya kemungkinan bahwa wanita

yang menggunakan kontrasepsi oral lain lenih sering melakukan pemeriksaan pap

smear serviks, sehingga dysplasia karsinoma in situ nampak lebih frekuen pada

kelompok tersebut.

e. Defisiensi Gizi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat giai tertentu seperti


betakaroten dan Vit A serta asam folam, berhubungan dengan peningkatan risiko

terhadap dysplasia ringan dan sedang. Namun sampai saat ini tidak ada indikasi

bahwa perbaikan defisiensi gizi tersebut akan menurunkan risiko.

f. Sosial Ekonomi

Studi secara deskriptif maupun analitik menunjukkan hubungan yang kuat antara

kejadian kanker serviks dengan tingkat social ekonomi yang rendah. Hal ini juga

diperkuat oleh penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih prevalen

pada wanita dengan tingkat pendidikan dan pendapatan rendah. Factor defisiensi

nutrisi, multilaritas dan kebersihan genitalia juga diduga berhubungan dengan

masalah tersebut.

g. Pasangan Seksual

Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai menjadi bahan yang

menarik untuk diteliti. Penggunakan kondom yang frekuen ternyata memberi risiko
yang rendah terhadap terjadinya kanker serviks. Rendahnya keberhasilan genetalia

yang dikaitkan dengan sirkumsisi juga menjadi pembahasan panjang terhadap

kejadian kanker serviks. Jumlah pasangan ganda selain istri juga merupakan factor

risiko yang lain.

f. MANIFESTASI KLINIS

Tidak khas pada stadium dini. Sering hanya sebagai fluos dengan sedikit darah,

pendarahan postkoital atau perdarahan pervagina yang disangka sebagai perpanjangan

waktu haid. Pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda yang lebih khas, baik berupa

perdarahan yang hebat (terutama dalam bentuk eksofilik), fluor albus yang berbau dan

rasa sakit yang sangat hebat.9Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas.
Namun,

kadang bisa ditemukan gejala-gejala sbb:

 Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini
makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.

 Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut

menjadi perdarahan yang abnormal

 Timbulnya perdarahan setelah menopause

 Pada fase invasive dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan

dapat bercampur dengan darah

 Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis

 Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang

panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi

hidronefrosisi. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.

 Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki,

timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum),

terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal atau timbul gejala-gejala


akibat metastasis jauh.

11

Anda mungkin juga menyukai