Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tuberkulosis (TB) paru adalah infeksi yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini paling sering menyerang
organ paru dengan sumber penularan adalah pasien TB paru Basil Tahan
Asam (BTA) positif (Amin dan Bahar, 2009). Sampai saat ini TB paru
masih menjadi masalah kesehatan yang utama di berbagai negara di dunia.
Berdasarkan Global Tuberculosis Report tahun 2015, TB sekarang berada
pada peringkat yang sama dengan penyakit akibat Human
Immunodeficiency Virus (HIV) sebagai penyakit infeksi paling mematikan
di dunia. Laporan dari World Health Organization (WHO) pada tahun
2015 menyebutkan terdapat 9,6 juta kasus TB paru di dunia dan 58%
kasus terjadi di daerah Asia Tenggara dan Afrika. Tiga negara dengan
insidensi kasus terbanyak tahun 2015 yaitu India (23%), Indonesia (10%),
dan China (10%). Indonesia sekarang berada pada ranking kedua negara
dengan beban TB tertinggi di dunia.
Pada tahun 2014 ditemukan jumlah kasus baru BTA positif
sebanyak 176.677 kasus, menurun bila dibandingkan kasus baru BTA
positif yang ditemukan tahun 2013 yang sebesar 196.310 kasus. Estimasi
prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 272 per 100.000 penduduk dan
estimasi insidensi berjumlah 183 per 100.000 penduduk. Jumlah kematian
akibat TB diperkirakan 25 per 100.000 kematian (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2014).

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian tuberculosis
Tuberculosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian
besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya. (Depkes RI, 2007).
Menurut Miller bahwa ”Kuman ini berbentuk batang dan bersifat
tahan asam sehingga di kenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).
Basil–basil tuberkel di dalam jaringan tampak sebagai mikroorganisme
berbentuk batang, dengan panjang bervariasi antara 1 – 4 mikron dan
diameter 0,3– 0,6 mikron. Bentuknya sering agak melengkung dan
kelihatan seperti manik –manik atau bersegmen. Kuman tuberkulosis cepat
mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa
jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman ini
dapat dormant atau tertidur lama dalam beberapa tahun” (dalam Fatimah,
2008).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobakterium tuberculosis suatu basil yang tahan asam yang menyerang
parenkim paru atau bagian lain dari tubuh manusia.
B. Etiologi
Penyebab dari penyakit tuebrculosis paru adalah terinfeksinya paru
oleh micobacterium tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk batang
dengan ukuran sampai 4 mycron dan bersifat anaerob. Sifat ini yang
menunjukkan kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya, sehingga paru-paru merupakan tempat prediksi penyakit
tuberculosis. Kuman ini juga terdiri dari asal lemak (lipid) yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan
kimia dan fisik. Penyebaran mycobacterium tuberculosis yaitu melalui

2
droplet nukles, kemudian dihirup oleh manusia dan menginfeksi ( Depkes
RI, 2002 ).
Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis BTA positif pada
waktu batuk atau bersin Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk droplet (percikan dahak).
C. Patofisiologi
Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan,
infeksi tuberculosis terjadi melalui (airborn) yaitu melalui instalasi dropet
yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang
yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mempunyai permukaan alveolus
biasanya diinstalasi sebagai suatu basil yang cenderung tertahan di saluran
hidung atau cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.
Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus atau paru-
paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan, leukosit polimorfonuklear pada tempat tersebut dan
memfagosit namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari
pertama masa leukosit diganti oleh makrofag.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh
darah. Organisme atau lobus dari kelenjar getah bening akan mencapai
aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan
lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai
penyebaran limfo hematogen yang biasanya sembuh sendiri, penyebaran
ini terjadi apabila focus nekrosis merusak pembuluh darah sehingga
banyak organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-
organ tubuh (Price & Wilson, 2005)
D. Gejala
Gejala TB paru
a. Gejala utama : batuk terus menerus dan berdahak selama tiga
minggu atau lebih
b. Gejala lainnya :
a. batuk bercampur darah

3
b. sesak napas dan nyeri dada
c. badan lemah
d. nafsu makan berkurang
e. berat badan turun
f. rasa kurang enak badan (lemas)
g. demam meriang berkepanjangan
h. berkeringat di malam hari walaupun tidak melakukan
kegiatan. (Kementrian Kesehatan RI, 2010)
E. pengkajia keperawatan
1. Aktivitas / istirahat.
Gejala :
a. Kelelahan umum dan kelemahan.
b. Nafas pendek karena bekerja.
c. Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari,
menggigil dan atau berkeringat.
d. Mimpi buruk.
Tanda :
a. Takhikardi, tachipnoe, / dispnoe pada kerja.
b. Kelelahan otot, nyeri dan sesak (pada tahap lanjut).
2. Integritas Ego.
Gejala :
a. Adanya faktor stres lama.
b. Masalah keuanagan, rumah.
c. Perasaan tak berdaya / tak ada harapan.
d. Populasi budaya.
Tanda :
a. Menyangkal. (khususnya selama tahap dini).
b. Ancietas, ketakutan, mudah tersinggung.
3. Makanan / cairan.
Gejala :
a. Anorexia.

4
b. Tidak dapat mencerna makanan.
c. Penurunan BB.
Tanda :
a. Turgor kulit buruk.
b. Kehilangan lemak subkutan pada otot.
4. Nyeri / kenyamanan.
Gejala :
a. Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda :
a. Berhati-hati pada area yang sakit.
b. Perilaku distraksi, gelisah.
5. Pernafasan.
Gejala :
a. Batuk produktif atau tidak produktif.
b. Nafas pendek.
Tanda :
a. Peningkatan frekuensi nafas.
b. Pengembangan pernafasan tak simetris.
c. Karakteristik sputum ; hijau purulen, mukoid kuning atau
bercampur darah.
d. Mudah terangsang yang nyata, perubahan mental ( tahap lanjut ).
6. Interaksi sosial.
Gejala :
a. Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular.
b. Perubahan pola biasa dalam tangguang jaawab / perubahan
kapasitas fisik untuk melaksankan peran.
7. Penyuluhan / pembelajaran.
Gejala :
a. Riwayat keluarga TB.
b. Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk.
c. Gagal untuk membaik / kambuhnya TB.

5
d. Tidak berpartisipasi dalam therapy.
F. Masalah / diagnose keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif.
3. Pola nafas tidak efektif.
4. Gangguan pola tidur.
5. Resiko Penyebaran infeksi.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7. Intoleransi aktivitas

6
G. Pathway

Mycobacterium tuberculosis

Airbone / inhalasi droplet

Saluran pernafasan

Saluran pernafasan atas Saluran pernafasan bawah

Bakteri yang besar bertahan di Paru-paru


bronkus

Alveolus
Peradangan bronkus

Alveolus Terjadi perdarahan


Penumpukan sekret mengalami
konsolidasi
dan
Penyebaran bakteri
eksudasi
Efektif Tidak efektif secara limfa hematogen

Sekret keluar Sekret sulit Gangguan


saat batuk dikeluarkan pertukaran
gas

Batuk terus Obstruksi


menerus
Demam Anoreksia Keletihan
malaese mual
Sesak nafas
muntah
Terhisap Peningkatan Intoleransi
orang sehat suhu tubuh aktivitas
pola nafas ketidakseimbangan
tidak efektif nutrisi
Resiko kurang dari
Penyebaran kebutuhan
infeksi Bersihan jalan nafas
tidak efektif
Gangguan pola
tidur

7
H. Intervensi keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
b. Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
c. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan 3 Keluarkan
sekret dengan batuk atau suction.
d. Barikan pelembab udara.
e. Monitor respirasi dan status O2.
f. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal.
g. Monitor suara nafas, seperti dengkur.
h. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot.
i. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan.
j. Monitor TTV
k. Observasi sianosis khususnya membran mukosa.
l. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan
tujuan penggunaan alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi).
m. Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif.
a. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
b. Berikan O2 ……l/mnt, metode………
c. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam.
d. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
e. Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
f. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
g. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan.
h. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab.
i. Monitor respirasi dan status O2.
j. Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan sekret.

8
k. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan : O2,
Suction, Inhalasi.
3. Pola nafas tidak efektif.
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
b. Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
c. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
d. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan.
e. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab.
f. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
g. Monitor respirasi dan status O2.
h. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea.
i. Pertahankan jalan nafas yang paten.
j. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi.
k. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi.
l. Monitor vital sign.
m. Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas.
n. Ajarkan bagaimana batuk efektif. Monitor pola nafas.
4. Gangguan pola tidur.
a. Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur.
b. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat.
c. Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca).
d. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
e. Kolaburasi pemberian obat tidur.
5. Resiko Penyebaran infeksi.
a. Pertahankan teknik aseptif.
b. Batasi pengunjung bila perlu.
c. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
d. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung.
e. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.

9
f. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase.
g. Monitor adanya luka.
h. Dorong istirahat.
i. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
a. Kaji adanya alergi makanan.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
c. Monitor lingkungan selama makan.
d. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan.
e. Monitor mual dan muntah.
f. Monitor intake nuntrisi.
g. Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi.
h. Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan
seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
i. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan. Anjurkan
banyak minum.
7. Intoleransi aktivitas
a. Kaji adanya alergi makanan.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
c. Monitor lingkungan selama makan.
d. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan.
e. Monitor mual dan muntah.
f. Monitor intake nuntrisi.
g. Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi.
h. Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan
seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.

10
i. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan.
j. Anjurkan banyak minum
k. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas.
l. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat.
m. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan.
n. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia,
sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik).
o. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien.
p. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi yang tepat.
q. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan.
r. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial.
s. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan.
t. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai.
u. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang.
v. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas.
w. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas.
x. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan.
I. Pencegahan dan pengobatan
1. Pencegahan
a. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang
bergaul erat dengan penderita tuberculosis paru BTA positif.
b. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan missal terhadap kelompok -
kelompok populasi tertentu misalnya : karyawan rumah sakit, siswa -
siswi pesantren.
c. Tidak membuang dahak di sembarang tempat, tetapi dibuang pada
tempat khusus dan tertutup. Misalnya dengan menggunakan

11
wadah/kaleng tertutup yang sudah diberi karbol/antiseptik atau pasir.
Kemudian timbunlah kedalam tanah.
d. Minum obat TB secara lengkap dan teratur sampai sembuh
e. Vaksinasi BCG
f. Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang penyakit tuberculosis
kepada masyarakat.
2. Pengobatan
Pengobatan TB paru bertujuan untuk menyembuhkan penderita,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan mata rantai
penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Obat
Anti Tuberkulosis (OAT).
Pengobatan terhadap penderita Tuberkulosis dilakukan dengan
prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Obat anti tuberkulosis harus diberikan dalam bentuk kombinasi
beberapa jenis obat
b. Obat dalam jumlah yang cukup dan dosis tepat sesuai dengan
kategori pengobatan.
c. Untuk menjamin kepatuhan penderita minum obat, dilakukan
pengawasan langsung oleh seorang Pengawas Minum Obat
(PMO).
d. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif
dan lanjutan.
J. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita stadium lanjut
menurut Depkes (2005) :
a. Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang
dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.

12
c. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau
retraktif) pada paru.
d. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan:
kolapsspontan karena kerusakan jaringan paru.

13
BAB III
PENUTUP
a. Saran
Penyakit TB sangat berbahaya dan dapat membunuhh setiap
indifidu didunia, hamper sebagian masyarakat didunia tidak mengetahui
akan bahaya dari TB. Akan lebih baik jika penyuluhan tentang TB
dilakukan bukan hanya diruang lingkup daerah yang terjangkau,
melainkan juga dilakukan dibagian daerah yang sulit untk dijangkau.
b. Kesimpulan
TB adalah penyaki yang menyerang saluran pernafasan dan dapat
menyerang organ lain jika tidak ditangani dan dilakukan pengobatan lebih
lanjut.

14
DAFTAR PUSTAKA
Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Depkes RI, Sagung Seto, 2000, hal
234 242.

Informasi Spesialite Obat, Edisi 40 / 2005.

Paradigma Sehat, Informasi Untuk Petugas Kesehatan, Kantor Wilayah


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Provinsi DKI-Jakarta,2000.

Pedoman Pengelolaan Obat Anti Tuberkulosa, Sub. Dit Tuberkulosa Direktorat


Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman, Jakarta, hal 1-5.

Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, cetakan ketujuh, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2002, hal 1-68.

Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, cetakan kedelapan,


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2002, hal 1-57.

StandarPengawasanProgramBidangKesehatan Penanggulangan Tuberkulosis,


Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2002,
hal 6-16. 9. ASHF, ASHF Drug Information, ASHFP, 2002, bagian 8-16

15

Anda mungkin juga menyukai

  • Echa Ujian
    Echa Ujian
    Dokumen6 halaman
    Echa Ujian
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Atm 19
    Atm 19
    Dokumen15 halaman
    Atm 19
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Gerontik Jadi
    Gerontik Jadi
    Dokumen15 halaman
    Gerontik Jadi
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Cover Rahayu
    Cover Rahayu
    Dokumen1 halaman
    Cover Rahayu
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Aprilia Atm
    Aprilia Atm
    Dokumen6 halaman
    Aprilia Atm
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Tugas Wulan
    Tugas Wulan
    Dokumen3 halaman
    Tugas Wulan
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Makala H
    Makala H
    Dokumen11 halaman
    Makala H
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Aaaaaaaa
    Aaaaaaaa
    Dokumen14 halaman
    Aaaaaaaa
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Sistem Reproduksi
    Sistem Reproduksi
    Dokumen1 halaman
    Sistem Reproduksi
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • DEFINISI
    DEFINISI
    Dokumen11 halaman
    DEFINISI
    ika
    Belum ada peringkat
  • DEFINISI
    DEFINISI
    Dokumen11 halaman
    DEFINISI
    ika
    Belum ada peringkat
  • Cover Rahayu
    Cover Rahayu
    Dokumen1 halaman
    Cover Rahayu
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Palliative Care
    Palliative Care
    Dokumen4 halaman
    Palliative Care
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Askep Henti Jantung
    Askep Henti Jantung
    Dokumen20 halaman
    Askep Henti Jantung
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Aprilia Atm
    Aprilia Atm
    Dokumen6 halaman
    Aprilia Atm
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan Hiv Aids
    Satuan Acara Penyuluhan Hiv Aids
    Dokumen3 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan Hiv Aids
    yusufpusk
    Belum ada peringkat
  • 11.konsep Dasar Infeksi
    11.konsep Dasar Infeksi
    Dokumen8 halaman
    11.konsep Dasar Infeksi
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • ACHMAD
    ACHMAD
    Dokumen19 halaman
    ACHMAD
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • 11.konsep Dasar Infeksi
    11.konsep Dasar Infeksi
    Dokumen8 halaman
    11.konsep Dasar Infeksi
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Makalah Sistem Sensorik, Anatomi Dan Fisiologi
    Makalah Sistem Sensorik, Anatomi Dan Fisiologi
    Dokumen29 halaman
    Makalah Sistem Sensorik, Anatomi Dan Fisiologi
    ALWAHIDA
    Belum ada peringkat
  • ACHMAD
    ACHMAD
    Dokumen19 halaman
    ACHMAD
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Cover Kep Anak
    Cover Kep Anak
    Dokumen1 halaman
    Cover Kep Anak
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Penuaan Ary
    Penuaan Ary
    Dokumen11 halaman
    Penuaan Ary
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Komunitas Tugas
    Komunitas Tugas
    Dokumen4 halaman
    Komunitas Tugas
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Tugas Gerontik
    Tugas Gerontik
    Dokumen13 halaman
    Tugas Gerontik
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Rizki Gadar Tugas
    Rizki Gadar Tugas
    Dokumen14 halaman
    Rizki Gadar Tugas
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Tugas KMB 3
    Tugas KMB 3
    Dokumen18 halaman
    Tugas KMB 3
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Tugas Komunitas 1
    Tugas Komunitas 1
    Dokumen12 halaman
    Tugas Komunitas 1
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat
  • Tugas Uts Paliatif
    Tugas Uts Paliatif
    Dokumen4 halaman
    Tugas Uts Paliatif
    Risky Ahmad Prasetiya
    Belum ada peringkat