Panduan Pengelolaan Linen 2016
Panduan Pengelolaan Linen 2016
PENGELOLAAN LINEN
RS. BAPTIS BATU TAHUN 2016
(Revisi Pertama)
RS BAPTIS BATU
JL RAYA TLEKUNG NO 1
JUNREJO – BATU
DAFTAR ISI
ii
4.3. TENAGA LAUNDRY ....................................................................................... 21
4.4. PENATALAKSANAAN LINEN ...................................................................... 21
4.5. PENGELOLAAN LINEN DI RUANGAN ........................................................ 22
4.5.1. Prosedur Untuk Linen Kotor Infeksius ............................................................ 22
4.5.2. Prosedur Prosedur Untuk Linen Kotor Tidak Infeksius .................................. 23
4.5.3. Transportasi ..................................................................................................... 23
4.6. TATA LAKSANA PENGELOLAAN LINEN KOTOR SAMPAI DENGAN
PENDISTRIBUSIAN .......................................................................................... 23
BAB V. TATA LAKSANA PELAYANAN LINEN ................................................ 27
5.1. PERMINTAAN LINEN BARU ......................................................................... 27
5.2. PEMBUATAN LINEN BARU .......................................................................... 27
5.3. PERMINTAAN PERBAIKAN LINEN ............................................................. 28
5.3.1. Perbaikan Linen ............................................................................................... 28
5.3.2. Pembuatan Alat Pelindung Diri Berbahan Linen ............................................ 28
BAB VI. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) ............................. 29
6.1. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA .............................................. 29
BAB VII. MONITORING DAN EVALUASI .......................................................... 45
7.1. MONITORING .................................................................................................. 45
7.1.1. Tujuan Monitoring........................................................................................... 45
7.2. EVALUASI ........................................................................................................ 46
7.2.1. Tujuan Dari Evaluasi ....................................................................................... 46
7.2.2. Materi Yang Dievaluasi ................................................................................... 46
iii
LEMBAR PENGESAHAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. TUJUAN.
1.2.1. UMUM.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen di rumah sakit.
1.2.2. KHUSUS.
1) Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen di rumah sakit.
2) Sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan linen yang bersih, kering, rapi,
utuh dan siap pakai.
3) Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk terjadinya
infeksi silang.
4) Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung dan lingkungan dari bahay
potensial.
5) Untuk menjamin ketersediaan linen di setiap unit di rumah sakit.
1
BAB II
MANAJEMEN LINEN DI RUMAH SAKIT
Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan rumah sakit adalah melalui pemberian
pelayanan penunjang medic yang professional, bermutu dan aman. Salah satu aspek
terpenting diantaranya adalah adanya manajemen linen yang baik di rumah sakit.
Dengan adanya manajemen linen rumah sakit yang baik diharapkan dapat membantu
upaya rumah sakit dalam menekan angka kejadian infeksi nosokomial. Selain daripada
itu, melihat banyaknya tuntutan baik dari pemerintah maupun masyarakat sendiri, maka
rumah sakit berupaya untuk memenuhi standart atau aturan yang diwajibkan.
Diantaranya mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republic Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan lingkungan rumah sakit. Serta tuntutan
dari akreditasi versi KARS 2012 yang masuk dalam standart PPI (PPI 7.1 EP 3).
2.1. PERMASALAHAN.
Banyak permasalahan dalam pengelolaan linen di rumah sakit yang sering
dijumpai. Kendala tersebut antara lain:
1. Kualitas linen yang tidak baik, dalam arti linen sudah kadaluarsa dan tidak
memenuhi persyaratan untuk beredar.
2. Kualitas hasil cucian yang jelek contoh masih terdapatnya noda dan bahan
kimia pada linen bersih.
3. Unit pengguna yang tidak melakukan SPO penanganan linen kotor dengan baik.
4. Tidak adanya ruangan khusus untuk penanganan linen kotor dan bersih.
5. Kurang optimalnya pengelolaan linen menurut jenisnya missal bantal, korden,
linen berenda dll.
6. Kurangnya koordinasi antara unit pengguna dan unit linen.
7. Kurangnya pemahaman tentang kewaspadaan universal.
8. Kurangnya pemahaman dalam pemilihan, penggunaan dan efek samping bahan
kimia berbahaya.
9. Kurangnya kemampuan dalam pemilihan jenis linen.
Untuk menghindari permasalahan diatas maka diperlukan adanya unit manajemen linen
rumah sakit yang terkoordinasi dengan baik.
2
Jadi untuk menghindari hal diatas perlu dilakukan upaya –upaya pendukung antara lain:
1. Pilih linen dari pabrik atau supplier yang sudah terbukti.
2. Jumlah linen yang disediakan minimal 3 parstcok.
3. Pelihara sebaik-baiknya karena menyangkut uang dalam jumlah besar saat
pengadaan linen.
4. Toleransi kehilangan dan kerusakan 35% (AHA).
5. Jangan lupa untuk mendepresiasikan meskipun untuk 1 tahun
3
17. Kain penutup untuk tabung gas, troli.
18. Macam- macam doek.
19. Popok bayi, baju bayi, kain bedong, gurita bayi.
20. Steek laken bayi.
21. Kelambu bayi.
22. Laken bayi.
23. Selimut bayi.
24. Masker.
25. Washalp.
26. Handuk.
27. Linen untuk operasi.
4
Jenis tenunan ada 2 macam yaitu anyaman plain/ plain weave dan anyaman
twill/ twill weave.
Keterangan konstruksi:
30 dan 20 adalah jumlah pilinan benang.
156 x 64 adalah jumlah benang dalam 1₺.
Plat atau teill adalah nama tenunan yang dinyatakan dengan 1/1 atau 2/1.
Sedangkan 44₺, 58₺,96₺ adalah lebar kain 115cm, 145cm dan 240cm.
2.2.5. Produksi.
Produsen garment yang mengerjakan atau menerima jahitan linen/ baju RS saat
ini sudah banyak tersedia. Perlu diingat karena yang jumlahnya permintaan sangat
banyak dan sifat kebutuhannya cepat dan mendesak, jangan lagi memakai konveksi
kecil atau penjahit rumahan yang hanya punya mesin 10 unit. Karena hal ini akan
menghambat proses produksi sehingga mengganggu pelayanan.
5
1. Standar desain.
Harus diperhatikan:
a. Model utamakan yang lebih simple.
b. Ergonomis atau kenyamanan.
c. Pemilihan bahan yang tepat.
d. Harga.
2. Standar material.
a. Cotton 100%.
b. Poly- cotton 65%-35%.
c. Polyester 100%.
3. Standar ukuran.
a. Sprei flat 160 x 270cm.
b. Sprei karet 90x200x15cm.
c. Sarung bantal 50x70 cm.
d. Steik laken 70 x 160cm.
e. Selimut lurik 120 x 200cm.
f. Zeil/ perlak 65x110cm.
g. Ukuran baju S, M, L, XL, dan XXL.
4. Standar jumlah.
Standart jumlah linen lebih dikenal dengan sebutan parstock linen.
Parstock adalah jumlah linen yang dibutuhkan untuk melengkapi unit di satu
bagian tertentu.
Tujuannya adalah sebagai standart persediaan linen yang mencukupi untuk
menunjang kelangsungan operasional sehari-hari.
Ratio yang direkomendasikan KEMENKES adalah berdasarkan ratio jumlah
keseluruhan tempat tidur suatu rumah sakit, minimal 3-5 parstock linen. Dengan
pengertian 1 parstock adalah 1 set linen. Untuk 1 set terdiri dari apasaja
tergantung dari kebijakan masing- masing rumah sakit. Untuk rumah sakit
Baptis batu sendiri 1 parstock linen terdiri dari sprei karet, perlak, sprei
perlak/kecil, sarung bantal, selimut dan baju pasien.
Pengertian 5 parstock linen dengan penghitungan:
1 parstock dipakai pasien.
6
1 parstock dicuci di laundry.
1 parstock di ruang penyimpanan.
1 parstock sedang dijahit.
1 parstock masih berupa bahan.
a. Sesuai standart KEMENKES jumlah yang dianjurkan sebanyak 5 par.
b. 1 par= 1 set.
c. Contoh:
Kalau kita punya bed 100, BOR 70%, diganti 1x sehari dan lama cuci 1 hari
maka jumlah linen yang harus disiapkan adalah: 5 x 100 x70% x1 x1= 350
par.
5. Standar kelayakan.
Kelayakan linen yang digunakan untuk mendapatkan linen yang sesuai dengan
kebijakan KEMENKES dengan memperhatikan :
a. Kualitas linen.
b. Kuantitas linen.
c. Pemakaian life time label.
d. Kalibrasi linen meliputi tidak boleh sobek, tidak kusut, tidak berbau amis/
tetap segar, tidak ada bercak, warna tidak belang dan tidak menerawang.
7
Jumlah linen yang sempurna memungkinkan untuk digunakan dalam
perencanaan linen tahun berikutnya. Ketahanan textile yang baik adalah 120 kali
cuci di laundry rumah sakit apabila menggunakan minimal 3 par stock.
2. Teknologi tekstil.
a. TC Water Repellent.
Kain dibuat seperti daunt alas sehingga air tetap dipermukaan dan tidak
merember kedalam serat kain. Meskipun demikian udara masih bias masuk,
masih bias bernapas sehingga pemakai tidak merasa kepanasan.
b. Cotton Soil Release.
Teknologi textile untuk membuat textile jadi mudah melepas noda. Noda
mudah hilang saat proses pencucian berlangsung.
8
3. Biaya perawatan pasien.
Contoh penghitungan biaya linen untuk ruang rawat inap:
a. Total biaya pembuatan linen 1 parstock rp.868.000
b. Tarif laundry perkilo perhari rp.8.000
c. Masa hidup linen 120 kali cuci
d. Jumlah yang harus dibayar pasien perhari : 868.000/120 x
(2.5x8.000)=27.237
Jadi dapat disimpulkan kalau harga sewa linen lebih murah daripada harga
laundry perhari.
4. Distribusi linen.
Ada 3 sistem penyimpanan dan pendistribusian linen;
a. Sentralisasi linen.
Terpusatnya semua kegiatan linen dalam 1 tempat/ system, sehingga semua
kegiatan berawal dan berakhir di tempat yang sama. Resiko kehilangan lebih
besar karena penanggung jawab linen hanya 1 pihak saja.
b. Desentralisasi linen.
Semua kegiatan linen tersebar pada ruangan- ruangan yang ada di rumah
sakit.
c. Semi centralisasi linen.
Penggabungan antara system sentralisasi dan desentralisasi.
Ada pertanggungjawaban dari pihak ke 2. Dan resiko kehilangan linen dapat
diminimalisasikan.
9
Skema Atau Alur Pengadaan Linen Rumah Sakit Baptis Batu
Perencanaan
(Sentralisasi Dan Standarisasi Linen)
Proses Pengadaan
Pengadaan
Penerimaan
Hilang Rusak
Pemusnahan
Pencatatan & Pelaporan
5. Limbah linen.
Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan ayau beracun secara langsung atau tidak langsung dapat
mencermarkan atau merusak lingkungan hidup.
Kegiatan rumah sakit selalu menghasilkan limbah. Baik limbah padat cair
maupun gas.
Salah satunya adalah limbah linen. Setelah masa pakai habis harus dimusnahkan,
dibakar dalam incinerator.
Alur pembuangan limbah yang ada di rumah sakit baptis batu:
a. Limbah dari mesin cuci langsung dialirkan keluar melalui saluran pipa
tertutup menuju ke bak penampungan sementara ( intercept ) sebanyak 2
kali.
b. Ada 3 proses yang terjadi di bak penampungan sementara tersebut:
- Penyaringan material benda padat.
- Pengendapan sisa lumpur atau kotoran.
- Pengaliran sisa air limbah.
c. Selanjutnya sisa air limbah akan dialirkan ke IPAL untuk dilakukan proses
selanjutnya.
Pemeriksaan air limbah dilakukan monitoring dan evaluasi secara rutin tiap 3
bulan sekali.
10
BAB 3
PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN LINEN
11
PRINSIP PENGELOLAAN LINEN DI RUMAH SAKIT.
Rendah Tinggi
Desinfeksi tingkat rendah Desinfeksi tingkat tinggi
Sterilisasi
infeksius
Linen kotor Pemilahan &
Unit Laundry Pencucian
dari ruangan Penimbangan
Non infeksius
Pengeringan
Pelipatan
Sterilisasi
Steril
CSSD
12
3.2. Struktur Organisasi.
Direktur RS
Wadiryan
KaInstal IPS
13
Laundry
Sarana fisik.
Sarana fisik untuk instalasi laundry mempunyai persyaratan tersendiri. Terutama
untuk pemasangan peralatan pencucian yang baru. Sebelum pemasangan data
lengkap sangat diperlukan untuk memudahkan koordinasi dan jejaring selama
pengoperasiannya. Tata letak dan hubungan antar ruangan memerlukan
perencanaan yang baik, untuk memudahkan penginstalasian termasuk instalasi
listrik, air, uap, dan lainnya. Saran fisik instalasi laundry terdiri dari beberap
ruang antara lain :
1. Ruang penerimaan linen kotor.
Ruangan ini memuat:
a. Meja penerima, yaitu untuk linen yang terinfeksi dan tidak terinfeksi. Linen
yang diterima harus sudah terpisah, kantong warna kuning untuk yang
terinfeksi dan kantong warna hitam untuk yang tidak terinfeksi.
b. Timbangan.
c. Ruang yang cukup untuk troli pembawa linen kotor untuk dilakukan
desinfeksi sesuai standart.
14
5. Ruang penyimpanan linen.
Ruang ini memuat:
a. Lemari dan rak untuk menyimpan linen.
b. Meja administrasi.
c. Suhu antara 22-27◦C.
Prasarana.
1. Prasarana listrik.
Sebagian besar peraltan laundry menggunakan daya listrik. Adapun tenaga
listrik yang digunakan di instalasi laundry terbagi dua bagian antara lain:
a. Instalasi penerangan.
b. Instalasi tenaga.
2. Prasarana air.
Prasarana air untuk instalasi laundry memerlukan sedikitnya 40% dari
kebutuhan air di rumah sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat tidur per
hari. Kebutuhan air untuk proses pencucian dengan kualitas air bersih sesuai
standart air.
Standart air yang digunaka untuk mencuci mempunyai standart air bersih
berdasarkan Permenkes No. 416 tahun 1992 dan standart khusus bahan kimia
dengan penekanan tidak adanya:
a. Hardness – garam ( calcium, carbonate, dan chloride 0.
Standart baku mutu: 0 – 90 ppm.
- Tingginya konsentrasi garam dalam air menghambat kerja bahan
kimia pencuci sehingga proses pencucian tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
- Efek pada linen dan mesin.
- Garam akan mengubah warna linen putih menjadi keabu- abuan
dan linen warna akan cepat pudar.
15
- Mesin cuci akan berkerak ( scale forming), sehingga dapat
menyumbat saluran- saluran air dan mesin.
b. Iron – Fe ( besi ).
Standart baku mutu: 0 – 0,1 ppm.
- Kandungan zat besi pada air mempengaruhi konsentrasi bahan
kimia, dan proses pencucian.
- Linen putih akan menjadi kekuning-kuningan ( yellowing ) dan
linen warna akan cepat pudar.
- Mesin cuci akan berkarat.
- Bersifat alkali.
3. Prasarana uap.
Prasarana uap pada instalasi laundry dipergunakan pada proses pencucian,
pengeringan dan setrika.
16
yang digunakan dapat diketahui dari buku operating manual dari setiap
mesin.
3. Pemeriksaan V- belt dilakukan setiap satu bulan sekali. Yakni secara
visual dengan melihat keretakan lempeng V- belt dan ketegangannya (
kelenturan ). Toleransi pengukuran 0,2 – 0,5 mm. jika melebihi atau
sudah tidak memennuhi syarat V –belt tersebut harus segera diganti.
4. Pemeriksaan pipa uap panas ( steam ) dilakukan setiap akan dimulai
menjalankan mesin cuci. Setiap saluran diperiksa terlebih dahulu
terutama pipa yang terbungkus Styrofoam ( isolasi ) dengan cara dilihat
apakah masih terbungkus dengan baik dan tidak ada semburan air atau
uap. Pada prinsipnya pada sambungan antara pipa dengan peralatan
pencucian harus dalam keadaan utuh den tidak bocor. Jika terjadi
kebocoran harus segera dilaporkan pada tehnisi rumah sakit untuk
perbaikan.
17
Bahan kimia yang dipakai secara umum terdiri dari:
1. Alkali.
Mempunyai peran meningkatkan fungsi atau peran detergent dan emulsifier
serta membuka pori dari linen.
2. Detergent.
Sabun pencuci.
Mempunyai peran menghilangkan kotoran yang bersifat asam secara global.
3. Emulsifier.
Mempunyai peran untuk mengemulsi kotoran yang berbentuk minyak dan
lemak.
4. Bleach atau pemutih.
Mengangkat kotoran atau noda, mencemerlangkan linen, dan bertindak
sebagai desinfektan, baik pada linen yang berwarna ( ozone ) dan yang putih
( chlorine ).
5. Sour atau penetral.
Menetralkan sisa dari bahan kimia pemutih sehingga PH nya menjadi 7 atau
netral.
6. Softener.
Berfungsi melembutkan linen. Dipergunakan pada proses akhir pencucian.
7. Starch atau kanji.
Digunakan pada proses akhir pencucian untuk membuat linen menjadi kaku.
Juga sebagai pelindung linen terhadap noda sehingga noda tidak sampai ke
serat.
18
BAB 4
PROSEDUR PELAYANAN LINEN
19
mempunyai pengaruh terhadap lingkungannya. Oleh karena itu
pemilihan warna sangat penting. Alternative dari kain warna yang
polos adalah kain dengan corak motif, trend ini memberikan nuansa
yang lebih santai dan modern.
4. Standart ukuran. Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak
hanya sisi penggunaan, tetapi juga dari biaya pengadaan dan biaya
operasional yang timbul. Makin luas dan berat linen, makin mahal
biaya pengadaan dan pengoperasiannya.
5. Standart jumlah. Idealnya jumlah stok linen 5 par ( kapasitas )
dengan posisi 3 par ber[putar di ruangan: I stok terpakai, 1 stok
dicuci, 1 stok cadangan dan 2 par mengendap di logistic: 1 par sudah
terjahit dan 1 par masih berupa lembaran kain.
6. Standart penggunaan. Standart yang baik seharusnya tahan cuci
sampai 350 kali dengan prosedur normal. Sebaiknya setiap rumah
sakit menentukan standart kelayakakan sebuah linen, apakah dengan
umur linen., kondisi fisik atau dengan frekuensi cuci. Sebaiknya
linen itu sendiri diberi identitas ataupun informasi. Informasi yang
ditampilkan biasanya:
- Logo rumah sakit dan nama rumah sakit.
- Tanggal beredar atau mulai dipergunakan.
- Item ukuran.
- No. ID
- Dan nama ruangan pemakai.
20
2. Mesin cuci ukuran sedang dan kecil ( 25- 100kg ) tanpa penyekat seperti
pada mesin besar dapat digunakan dengan memperhatikan batas ruang
kotor dan bersih dengan jelas.
3. Pipa pembuangan limbah cair hasil pencucian ( pemanasan- desinfeksi )
langsung dialirkan ke dalam system pembuangan yang terpendam dalam
tanah menuju IPAL.
4. Peralatan pendukung yang mutlak digunakan untuk menbantu proses
pemanasan – desinfeksi :
- Pencatat sushu pada mesin.
- Thermostat untuk membantu meningkatkan suhu pada mesin.
- Glass atau kaca untuk melihat level air.
- Flow meter pada inlet air bersih ke mesin cuci untuk mengukur
jumlah air yamg dibutuhkan pada saat pengenceran bahan kimia
terutama pada saat desinfeksi.
21
Linen kotor yang dapat dicuci di laundry dapat dikategorikan menjadi :
1. Linen kotor infeksius.
Adalah linen yang terkontamo=inasi dengan darah, cairan tubuh, dan feses
terutama yang berasal dari infeksi TB paru, infeksi salmonella dan shigella, HBV
dan HIV dan infeksi lainnya yang spesifik ( SARS ) dimasukkan ke dalam
kantong dengan segel yang dapat terlarut dalam air dan kembali ditutup dengan
kantong luar berwarna kuning bertuliskan infeksius.
2. Linen kotor tidak infeksius.
Adalah linen yang tidak terkontaminasi darah, cairan, dan feses yang berasal dari
pasien lainnya secara rutin dari seluruh pasien dari ruangan biasa ataupun ruang
isolasi yang terinfeksi.
Untuk lebih terperinci penenganan linen dibedakan dengan lokasi sebagai
berikut:
22
4.5.2. Prosedur Untuk Linen Kotor Tidak Infeksius.
- Biasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
- Gunakan APD ( sarung tangan, apron dan masker ).
- Persiapkan alat dan bahan.
- Masukkan linen kotor ke dalam troli kotor yang berada dekat ruang spoel
hock dan siap dibawa ke laundry.
4.5.3. Transportasi.
Transportasi dapat merupakan bahaya potensial dalam menyebarkan organism,
jika linen kotor tidak tertutup dan troli tidak dibersihkan.
Persyaratan alat transportasi linen:
- Dipisahkan antara troli linen kotor dan linen bersih, jika tidak maka wadah
penampung yang harus terpisah.
- Bahan troli terbuat dari stainless stell dan tidak mudah berkarat.
- Wadah mampu menampung beban linen.
- Wadah mudah dilepas dan setiap saat habis difungsikan selalu dicuci
demikian juga dengan troli harus dicuci.
- Muatan atau loading linen kotor dan bersih tidak boleh berlebihan.
- Wadah harus tertutup.
23
3. Pencucian.
Pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkan noda ( bersih), awet ( tidak
cepat rapuh ), namun memenuhi persyratan sehat bebas dari mikroorganisme
pathogen.
Sebelum melakukan pencucian setiap harinya lakukan pemanasan samapi
dengan desinfeksi untuk membunuh mikroorganisme yang mungkin tumbuh
dimesin cuci. Untuk dapat mencapai tujuan pencucian harus mengikuti
persyaratantehnis pencucian:
a. Waktu.
Waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan temperature dan
bahan kimia guna mencapai hasil cucian yang bersih, dan sehat. Jika
waktu tidak tercapai sesuai dengan yang dipersyaratkan maka kerja
bahan kimia tidak berhasil dan yang terpentingmikroorganisme dan jenis
petst seperti kutu dan tungau dapat mati.
b. Suhu.
Suhu yang direkomendasikan sangat bervariasi mulai 30 derajat celcius
sampai dengan 90 derajat celcius tergantung dari bahan dan jenis linen.
- Proses pra cuci dengan atau tanpa bahan kimia dengan suhu
normal.
- Proses cuci dengan bahan kimia alkali dan detergent untuk linen
putih 45-50 derajat celcius, untuk linen warna 60-80 derajat
celcius.
- Proses bleaching atau dilakukan desinfeksi 65 atau 70 derajat
celcius.
- Proses bilas 1 dan 2 dengan suhu normal.
- Proses penetralan dengan suhu normal.
- Proses pelembut atau pengkanjian dengan suhu normal.
c. Bahan kimia.
Bahan kimia yang digunakan terdiri dari alkali, emulsifier, detergent,
bleach ( clorine dan oksigen bleach), sour, softerner, dan starch. Masing-
masing mempunyai fungsi tersendiri.
24
d. Mechanical action.
Adalah putaran mesin pada saat proses pencucian. Factor yang
mempengaruhi :
- Loading atau muatan tidak sesuai dengan kapasitas mesin. Mesin
harus dikososngkan 25% dari kapasitas mesin.
- Level air yang tidak tepat.
- Motor penggerak yang tidak stabil yang disebabkan oleh poros
tidak simetris lagi dan automatic reverse yang tidak bekerja.
- Takaran detergent yang berlebihan dapat mengakibatkan
melicinkan linen dan busa yang berlebihan akan mengakibatkan
sedikit gesekan.
- Menggunakan bahan kimia yang sesuai atau tidak berlebihan.
4. Pemerasan.
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap pencucian
selesai. Pemerasan dilakukan dengan mesin cuci yang juga memiliki fungsi
pemerasan.
5. Pengeringan.
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering atau drying yang mempunyai
suhu mencapai 70 derajat celcius selama 10 menit. Pada proses ini, jika
mikroorganisme yang belum mati atau terjadi kontaminasi ulang diharapkan
dapat mati.
6. Penyetrikaan.
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika otomatis dengan suhu 120
derajat celcius, namun harus diingat bahwa linen mempunyai keterbatasan
terhadap suhu antara 70-80 derajat celcius.
7. Pelipatan.
Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapihan juga mudah digunakan pada
saat penggantian linen dimana tempat tidur kosong atau saat pasien diatas
tempat tidur. Proses pelipatan sekaligus juga melakukan pemantauan antara
linen yang masih baik dan sudah rusak agar tidak dipakai lagi.
25
8. Penyimpanan.
Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi linen dari kontaminasi ulang
baik dari bahay seperti mikroorganisme dan pest, juga untuk mengontrol posisi
linen tetap stabil.
Sebaiknya penyimpanan linen 1,5 par di ruang penyimpanan dan 1,5 par
disimpan diruangan. Ada baiknya lemari penyimpanan dipisahkan menurut
masing-masing ruangan dan diberi obat anti ngengat yaitu kapur barus. Sebelum
disimpan sebaiknya linen dibungkus dengan plastic transparan sebelum
didistribusikan.
9. Pendistribusian.
Disini diterapkan system FIFO yaitu linen yang tersimpan sebelumnya harus
dikeluarkan atau dipakai terlebih dahulu.
10. Penggantian linen yang rusak.
Linen rusak dapat dikategorikan:
- Umur linen yang sudah standart.
- Human error termasuk hilang.
Jenis kerusakan ada yang dapat diperbaikidan adapula yang memas harus
diganti.penggantian dapat segera dilakukan petugas laundry dengan
mengirimkan formulir permintaan linen ke pihak logistic.
26
BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN LINEN.
27
5.3. PERMINTAAN PERBAIKAN LINEN.
Permintaan Perbaikan Linen adalah Rangkaian kegiatan permintaan perbaikan
linen di lingkungan RS Baptis Batu. Proses Permintaan Perbaikan Linen Baru di RS
Baptis Batu adalah sebagai berikut:
Setiap linen yang rusak dapat dibawa ke bagian Kamar Jahit buku perbaikan
linen. Bagian Kamar Jahit melakukan perbaikan sesuai dengan kebutuhan. Apabila linen
sudah tidak dapat diperbaiki dan tidak layak pakai maka bagian Kamar Jahit berhak
untuk mengganti dengan linen yang baru. Setelah linen siap bagian Kamar jahit
memberitahu kepada Instalasi atau Bagian pemilik linen. Instalasi atau Bagian yang
memperbaiki linen harus membawa buku ekspedisi dan ditandatangani oleh kedua belah
pihak sewaktu linen diserahkan.
28
BAB VI
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
29
yang dapat merupakan sumber penularan bagi lingkungan.
Penularan dapat melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
Pencegahan :
- Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian petugas
rumah sakit terhadap penyakit hepatitis B dan
penularannya.
- Memberikan vaksinasi kepada petugas.
- Menggunakan APD sesuai SPO.
- Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi, dan
sterilisasi terhadap bahan dan peralatan yang
dipergunakan terutama bila terkena bahan infeksi.
- Secara tehnis setiap petugas harus melaksanakan tugas
sesuai SPO.
c. Virus HIV ( human immunodeficiency virus ).
Penyakit yang ditimbulkannya disebut AIDS ( acquired
immunodeficiency syndrome ). Virus HIV menyerang target sel
dalam jangka waktu lama. Jarak waktu masuknya virus kedalam
tubuh sampai timbulnya AIDS tergantung pada daya tahan tubuh
seseorang dan gaya hidup sehatnya.
HIV dapat hidup di dalam darah, cairan vagina, cairan sperma, air
susu ibu, sekreta dan ekskreta tubuh.
Penularannya melalui darah, jaringan, sekreta, ekskreta tubuh
yang mengandung virus dan kontak langsung dengan kulit yang
terluka.
Pencegahan:
- Linen yang terkontaminasi berat ditempatkan dikantong
plastic keras berisi desinfektan, berlapis ganda, tahan
tusukan, kedap air dan berwarna khusus serta diberi label
bahan menular / AIDS selanjutnya dibakar.
- Menggunakan APD sesuai SPO.
30
2. Bahaya bahan kimia.
a. Debu.
Pada instalasi laundry debu dapat berasl dari bahan linen itu
sendiri. Debu linen yang yang sesuai adalah 0,2 milligram/m3.
Efek pada kesehatan.
Mekanisme penimbunan debu dalam paru-paru dapat terjadi
dengan menarik napas sehingga udara yang mengandung debu
masuk kedalam paru-paru. Pada pemajanan yang lama dapat
terjadi pneumoconiosis, dimana partikel debu dijumpai di paru-
paru dengan gejala sukar bernapas. Pneumoconiosis yang
disebabkan oleh serat kain / linen /kapas disebut bissinosis.
Gejalanya hamper sama dengan asma yang disebut Monday chest
tightness atau Monday fever, karena gejala terjadi pada hari
pertama kerja setelah libur yaitu senin, sering gejala hilang pada
hari kedua dan bila permaparan berlanjut maka gejala akan
semakin berat.
Pengendalian.
- Pencegahan terhadap sumber.
- Diusahakan agar debu tidak keluar dari dumbernya
dengan mengisolasi sumber debu.
- Memakai APD sesuai SPO.
- Ventilasi yang baik.
- Dengan alat exhauster.
b. Bahaya bahan kimia.
Sebagian besar dari bahaya di instalasi laundry diakibatkan oleh
zat kimia seperti detergen, desinfektan, zat pemutih dll. Tingkat
resiko yang diakibatkan tergantung dari besar, luas dan lama
pemajanan. Oleh karena itu sikap berhati- hati terhadap semua
bahan kimia yang dipakai dan potensial masuk ke dalam tubuh
sangat diperlukan. Informasi dari bahan kimia dapat dibaca pada
label kemasan dari produsennya yang lazim disebut MSDS.
Penanganan zat kimia di instalasi laundry:
31
1. Alkali.
Fungsi: bubuk penambah sifat alkali.
Sifat: Bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas
yang mungkin beracun dan iritasi tapi tidak mudah
terbakar.
Bahaya:
- Iritasi mata dan kulit.
- Bila terhirup akan mengakibatkan edema paru.
- Bila tertelan menyebabkan kerusakan hebat pada
selaput lendir.
Pertolongan pertama :
- Mata: cuci secepatnya dengan air sebanyak-
banyaknya.
- Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti
pakaian yang terkontaminasi.
- Terhirup: jauhkan dari jangkauan.
- Tertelan : cuci mulut, minum air atau susu.
Tindakan pencegahan:
- Control teknis, gunakan ventilasi yang cukup.
- Pemakaian APD.
- Penyimpanan dan pengankatan: simpan ditempat
aslinya, wadah tertutup, dibawah kondisi kering,
ventilasi baik, jauhkan dari asam dan suhu yang
ekstrim.
2. Detergen.
Fungsi: detergen atau sabun cuci.
Sifat: Bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas
yang mungkin beracun dan iritasi, tidak mudah terbakar.
Bahaya:
- Iritasi mata dan kulit.
- Bila terhirup menyebabkan edema paru.
32
- Bila tertelan menyebabkan kerusakan selaput
lendir.
Pertolongan pertama :
- Mata: cuci secepatnya dengan air yang banyak.
- Kulit: cuci dengan air dang anti pakaian yang
terkontaminasi.
- Terhirup: pindahkan dan jauhkan.
- Tertelan: bersihkan bahan kimia dari mulut,
minum 1-2 gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:
- Memakai APD.
- Penyimpanan dan pengangkutan; simpan ditempat
aslinya, wadah tertutup dibawah kondisi kering,
ventilasi yang baik, jauhkan dari asam dan suhu
yang ekstrim.
3. Emulsifier.
Fungsi: cairan pengemulsi lemak atau minyak dan
prespotter.
Sifat: rusak oleh sinar matahari, stabil dan tidak mudah
terbakar.
Bahaya:
- Iritasi mata dan kulit.
- Bila terhirup menyebabkan iritasi.
- Bila tertelan menyebabkan iritasi.
Pertolongan pertama:
- Mata: aliri dengan air selama 15 menit.
- Kulit; cuci dengan air.
- Terhirup: pindahkan dan jauhkan dari sumber.
- Tertelan: cuci mulut, minum air atau susu 1-2
gelas dan jangan berusaha untuk muntah.
33
Tindakan pencegahan:
- Pemakaian APD.
- Penyimpanan dan pengangkutan: simpan di tempat
sejuk dan kering, jauhkan dari sinar matahari
langsung dan sumber panas.
34
b. Chlorine bleach.
Fungsi : pemutih berklorine.
Sifat : bereaksi dengan asam akan mengeluarkan gas
klorine dengan cepat , tidak mudah terbakar.
Bahaya:
- Iritasi berat pada mata dan rasa terbakar pada
kulit.
- Bila terhirup menyebabkan iritasi saluran
pernapasan, asma edema paru dan kanker paru.
- Bila tertelan menyebabkan rasa terbakar.
Pertolongan pertama:
- Mata: cuci dengan air secepatnya.
- Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti
pakaian yang terkontaminasi.
- Terhirup: pindahkan dari sumber.
- Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau
susu.
Tindakan pencegahan :
- Memakai APD.
- Penyimpanan dan pengangkutan: simpam
ditempat sejuk dan kering, jauhkan dari asam dan
hindari sumber panas.
35
- Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti
pakaian yang terkontaminasi.
- Terhirup: jauhkan dari sumber.
- Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau
susu.
Tindakan pencegahan:
- Memakai APd.
- Penyimpanan dan pengangkutan: simpan ditempat
sejuk dan kering, jauhkan dari asam dan hindari
sumber panas.
d. Softener.
Fungsi: cairan pelunak dan pelembut kain.
Sifat: stabil, tidak mengandung bahan berbahaya, tidak
mudah terbakar.
Bahaya :
- Iritasi berat pada mata dan kulit.
- Bila terhirup menyebabkan iritasi.
- Bila tertelan menyebabkan iritasi.
Pertolongan pertama:
- Mata: cuci secepatnya dengan air.
- Kulit: cuci secepatnya dengan air, ganti pakaian
yang terkontaminasi.
- Terhirup: jauhkan dari sumber.
- Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau
susu.
Tindakan pencegahan:
- Memakai APD.
- Penyimpanan dan pengangkutan: simpan ditempat
sejuk dam kring, hindari suhu yang ekstrim.
36
e. Starch.
Fungsi: Bahan pengkanji.
Sifat: stabil, tidak mengandung bahan berbahaya , tidak
mudah terbakar.
Bahaya:
- Iritasi pada mata, kemungkinan iritasi pada kulit.
- Bila terhirup menyebabkan iritasi.
- Bila tertelan kemungkinan menyebabkan iritasi.
Pertolongan pertama:
- Mata: cuci secepatnya dengan air.
- Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti
pakaian yang terkontaminasi.
- Terhirup: pindahkan dari sumber.
- Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau
susu.
Tindakan pencegahan:
- Memakai APD.
- Penyimpanan dan pengangkutan: simpan di tempat
sejuk dan kering, hindari suhu yang ekstrim.
f. Formaldehyde.
Pemajanan dengan antiseptic dalam waktu lama dapat
menyebabkan dermatitis, ekseme, dan alergi.
Formaldehyde merupakan komponen dari banyak
antiseptic dan desinfektan, zat ini menyebabkan dermatitis
kontak, gangguan saluran pernapasan dan bersifat
karsiogenik.
Perlindungan:
- Dengan pemakaian APD sesuai SPo.
- Segera mencuci tangan sesudah kontak.
- Meningkatkan hygiene perorangan.
37
- Memperkuat daya tahan tubuh dengan gisi yang
baik.
c. Bahaya Fisika.
1. Bisisng.
Bising dapat diartikan sebagai suara yang dapat
menurunkan pendengaran baik secara kuantitatif
(peningkatan ambang pendengaran) maupun secara
kualitatif (penyempitan spectrum pendengaran), berkaitan
dengan factor intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu.
Di rumah sakit bising merupakan masalah yang salah
satunya berasal dari mesin cuci. Pajanan bising yang
terjadi lama membuat efek kumulatif yang bertingkat dan
menyebabkan gangguan pendengaran berupa noise induce
hearing loss (NIHL).
Pengendalian :
a. Sumber:
Desain akustik.
Menggunakan mesin atau alat yang kurang bising.
b. Media:
Menjauhkan sumber dari pekerja.
Mengabsorbsi dan mengurangi pantulan bising
secara akustik pada dinding, langit-langit dan
lantai.
Menutup sumber bising dengan barrier.
c. Pekerja:
Menggunakan APD ( ear plug atau ear muff).
Ruang isolasi untuk istirahat.
Rotasi pekerja untuk periode waktu tertentu antara
lingkungan kerja yang bising dengan yang tidak
bising.
38
Pengendalian secara administrative dengan
menggunaka jadwal kerja.
2. Cahaya.
Pencahayaan di laundry sangat penting karena berhubungan
dengankeselamatan pekerja, peningkatan pencermatan, kesehatan yang
lebih baik, suasana nyaman. Petugas yang terpajan gangguan
pencahayaan akan mengeluh kelelahan mata dan keluhan laian berupa
iritasi ( konjungtivitis), ketajaman penglihatan terganggu, akomodasi dan
konvergensi terganggu, sakit kepala.
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain dengan mengadakan
pencahayaan yang cukup sesuai dengan standart rumah sakit ( minimal
200 lux).
3. Listrik.
Kecelakaan tersengat listrik dapat terjadi pada petugas laundry oleh
karena dukungan pengetahuan listrik yang belum memadai.
Pada umumnya yang terjadi di rumah sakit adalah kejutan listrik
microshock dimana listrik mengalir ke badan petugas melalui system
peralatan yang tidak baik.
Efek kesehatan:
- Luka bakar di tempat tersengat listrik.
- Kaku pada otot ditempat yang tersengat listrik.
Pengendalian:
- Pengukuran jaringan atau instalasi listrik.
- Pemasangan pengaman atau alat pengamanan sesuai ketentuan.
- Pemasangan tanda-tanda bahaya dan indicator.
- Penempatan pekerja sesuai ketrampilan.
- Waktu kerja petugas digilir.
- Memakai sepatu atau sandal isolasi.
39
4. Panas.
Panas dirasakan bila suhu udara di atas suhu nyaman ( 26-28 derajat
celcius) dengan kelembaban antara 60-70%.
Pada instalasi laundry panas yang terjadi adalah panas lembab.
Efek pada kesehatan:
- Heat syncope ( pingsan karena panas).
- Heat disorder ( kumpulan gejala yang berhubungan dengan
kenaikan suhu tubuh dan mengakibatkan kekurangan cairan
tubuh) seperti:
a. Heat stress atau heat exhaustion:
Terasa panas dan tidak nyaman, tekanan darah menurun
menyebabkan gejala pusing dan mual.
b. Heat cramps:
Spasme otot yang disebabkan cairan dengan elektrolit
yang rendah, masuk kedalam otot, akibat banyak cairan
tubuh yang keluar melalui keringat sedangkan
penggantinya hanya air minum biasa tanpa elektrolit.
c. Heat stroke:
Disebabkan kegagalan bekerja SSP dalam mengatur
pengeluaran keringat, suhu tubuh dapat mencapai 40
derajat celcius.
Pengendalian :
- Isolasi peralatan yang menimbulkan panas.
- Menyempurnakan ventilasi yang ditempatkan
diatas sumber panas yang bertujuan menarik udara
panas keluar ruangan dapat digunakan kipas angin
ruangan.
- Menyediakan persediaan air minum yang cukup
dan memenuhi syarat dekat tempat kerja dan kalau
perlu disediakan extra salt.
40
- Hindarkan petugas yang harus bekerja
dilingkungan panas apabila berbadan gemuk dan
berpenyakit kardiovaskuler.
- Pengaturan waktu kerja dan istirahat.
5. Getaran.
Getaran atau vibrasi adalah factor fisik yang ditimbulkan oleh subyek
dengan getaran isolasi.
Vibrasi yang terjadi dapat local atau seluruh tubuh.
Mesin cuci yang bergetar dapat memajani petugas melalui transmisi atau
penjalaran, baik getaran yang mengenai seluruh tubuh ataupun setempat
yang merambat melalui tangan atau lengan operator.
Efek kesehatan:
- Pada system peredaran darah dapat terjadi kesemutan,dan parese.
- Terhadap system tulang, sendi dan oto dapat terjadi gangguan
osteoarticular yaitu gangguan pada sendi jari tangan.
- Terhadap system syaraf dapat terjadi parastesi, menurunnya
sensitifitas, gangguan kemampuan membedakan dan atrofi.
Pengendalian :
- Terhadap sumber diusahakan menurunkan getaran dengan
bantalan anti vibrasi atau isolator den pemeliharaan mesin yang
baik.
- Terhadap pekerja tidak ada pelindung khusus hanya dianjurkan
menggunakan sarung tangan untuk menghangatkan tangan dan
perlindungan gangguan vaskuler.
6. Ergonomic.
Adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya
dengan pekerjaan mereka. Posisi tubuh yang salah atau tidak alamiah
apalagi dalam sikap paksa dapat menimbulkan kesulitan dalam
melaksanakan kerja, mengurangi ketelitian, mudah lelah sehingga kerja
41
menjadi kurang efisien. Hal ini jika terjadi dalam jangka waktu lama
dapat menyebabkan gangguan fisik dan psikologi.
Gejala penyakit sehubungan dengan alat gerak yaitu persendian, jaringan
otot,saraf atau pembuluh darah ( low back pain0.
Pengendalian:
a. Mengangkat beban berat.
Tubuh kita mampu mengangkat beban seberat badan kita sendiri,
kira-kira 50 kg untuk laki-laki dan 40 kg untuk perempuan. Bila
barat beban yang akan diangkat lebih dari setengah dari berat
badan si pengangkat, maka beban harus dibagi menjadi dua.
Apabila beban tidak dapat dibagi maka hendaknya beban
diangkat secara beramai-ramai.
b. Posisi duduk.
Tinggi alas duduk sebaiknya antara 38 sampai 48 cm.
Kursi harus stabil dan tidak goyang atau bergerak.
Kursi harus memungkinkan cukup kebebasan bagi gerakan
petugas.
c. Posisi berdiri.
Berdiri lebih baik tidak lebih dari 6 jam.
d. Bahaya psikososial.
Diantara berbagai ancaman bahaya yang timbul akaibat kerja
dirumah sakit, factor psikologis juga memerlukan perhatian
antara lain:
1. Stress yaitu ancaman fisik dan psikologis dari factor
lingkungan terhadap kesejahteraan individu. Stress dapat
disebabkan oleh:
- Tuntutan pekerjaan.
Dukungan kerja yang lebih maupun yang kurang,
tekanan waktu, tanggung jawab yang berlebih
ataupun kurang.
- Dukungan dan kendala.
42
Hubungan yang tidak baik dengan atsan, teman
sekerja, adanya berita yang tidak dikehendaki atau
gossip, adanya kesulitan keuangan dll.
Manifestasi klinis dari stress antara lain depresi, ansietas,
sakit kepala, kelelahan, dan kejenuhan, gangguan
pencernaan, dan gangguan fungsi organ lainnya.
Pengendalian: menjaga kebugaran jasmani dan adanya
kegiatan yang menimbulkan rasa senang dalam bekerja
seperti cara kebersamaan, retret dll.
e. Keselamata dan kecelakaan kerja.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja
dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-
cara melakukan kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga
oleh karena dibelakang peristiwa tersebut tidak terdapat unsure
kesengajaan. Beberapa bahaya potensial terjadinya kecelakaan kerja
dilaundry antara lain:
1. Kebakaran.
Kebakaran terjadi apabila terdapat tiga unsure secara bersama-
sama. Unsure tersebut adalah zat asam, bahan yang mudah
terbakar dan panas.
Penanggualangan:
- Adanya system penyimpanan yang baik terhadap bahan
yang mudah tebakar.
- Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
dilakukan secara terus menerus.
- Jalur evakuasi.
- Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran.
43
Penanggulangan :
- Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sol yang rusak
atau memakai tali sepatu yang longgar.
- Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat
dari bahan yang tidak licin.
- Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran seperti pasir,
debu, minyak yang memudahkan terpeleset.
- Lantai yang cacat misalnya banyak lubanh atau
permukaannya miring harus segara diperbaiki.
44
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI
7.1. MONITORING
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan
dan cakupan progam pelayanan seawall mungkin, untuk dapat menemukan dan
memperbaiki masalah yang timbul dalam pelaksanaan progam.
45
7.2. EVALUASI
Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti tahap
pencucian, pengeringan dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka
kinerja dari pengelolaan linen di rumah sakit.
46