Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Benda asing atau corpus alienum adalah benda yang berasal dari luar
tubuh atau dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing
dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari luar tubuh) dan
benda asing endogen (dari dalam tubuh).1
Sumbatan napas karena benda asing adalah sebuah kedaruratan medis
yang dapat menyebabkan kematian. Menurut data Dewan Keamanan Nasional di
Amerika Serikat pada tahun 2002, sebesar lebih dari 4100 kasus aspirasi benda
asing yang menyebabkan kematian 2. Benda asing pada saluran napas dapat terjadi
pada semua umur terutama anak-anak. Rasio laki-laki banding wanita adalah1,4 :
1, dimana yang paling sering terjadi yaitu pada anak usia <15 tahun, dengan
sekitar 75% kasus terjadi pada anak usia 1–3 tahun 3. Hal ini dikarenakan pada
anak usia tersebut belum lengkapnya gigi molar, berlari dan bermain saat makan,
sering memasukkan benda ke dalam mulut, dan kurangnya koordinasi antara
menelan, peutupan epiglottis, dan bernapas.1
Benda asing di saluran napas dapat menjadi penyebab berbagai macam
penyakit paru akut maupun kronis. Gejala klinik yang timbul tergantung jenis dan
letak, serta sesak napas degan adanya stridor. Benda asing yang lama berada di
bronkus dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit paru kronik, bronkiestasis,
abses paru, dan jaringan granulasi yang menutupi benda asing. Jika terjadi
sumbatan total saluran nafas atas yang berlangsung lebih dari lima menit, hal ini
dapat mengakibatkan kerusakan jaringan otak dan henti jantung.1,11
Kasus benda asing tertelan dan impaksi makanan di saluran cerna juga
merupakan kasus yang sering dijumpai. Menurut data American Association of
Poison Control Centers tahun 2000, sebanyak 75% merupakan anak-anak dari
116.000 kasus. Usia insiden antara 6 bulan hingga 6 tahun. Berbagai jenis benda
asing yang ditemukan pada esofagus berupa kacang, biji tumbuhan, pulpen, peluit,
dan lainnya.4,5

1
Benda asing esophagus sering ditemukan di daerah penyempitan fisiologis
esophagus. Tujuh puluh persen dari 2394 kasus benda asing esofagus ditemukan
di daerah servikal, dibawah sfingter kriko faring, 12% didaerah hipofaring dan
7,7% didaerah esofagus torakal. Dilaporkan 48% kasus benda asing yang
tersangkut di daerah esofagogaster menimbulkan infeksi lokal. Gejala yang timbul
berupa rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging), disfagia
dan muntah.Tertelannya benda asing, dapat menjadi suatu tantangan yang
membutuhkan kecepatan diagnosis dan intervensi, dimana keterlambatan tindakan
akan menyebabkan morbiditas yang nyata dan bahkan kematian.5
Mengingat tingginya angka kejadian benda asing di bronkoesofagus
terutama pada anak-anak dan risiko yang dapat ditimbulkan sangat merugikan,
maka penulis tertarik untuk membahas mengenai benda asing di bronkoesofagus
dalam refrat ini.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Bronkoesofagus


2.1.1 Anatomi Bronkus
Trakea disokong oleh cincin tulang rawan berbentuk seperti sepatu kuda
yang panjangnya lebih dari 12,5 cm (5 inci). Trakea bercabang dua di setinggi
torakal-4 menjadi bronkus utama kanan dan kiri. Sekat dari percabangan itu
disebut karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan
bronkospasme dan batuk berat jika dirangsang. Karina letaknya lebih ke kiri dari
median, sehingga lumen bronkus utama kanan lebih luas dari bronkus utama
kiri.6,9
Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris. Bronkus utama kanan lebih
pendek dan lebih lebar dari bronkus utama kiri, panjangnya pada orang dewasa
kira-kira 2,5 cm dan mempunyai 6-8 cincin tulang rawan sedangkan panjang
bronkus utama kiri kira-kira 5cm dan mempunyai 9-12 cincin tulang rawan.
Bronkus utama kanan merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir
vertikal sehingga benda asing eksogen yang masuk ke bronkus akan lebih mudah
masuk ke bronkus utama kanan. Sedangkan pada bronkus kiri lebih panjang dan
lebih sempit, dan merupakan kelanjutan dari trakea yang mempunyai sudut lebih
tajam Faktor lain yang mempermudah masuknya benda asing ke dalam bronkus
utama kanan ialah kerja otot trakea yang mendorong benda asing itu ke kanan.
Selain itu, udara inspirasi ke dalam bronkus utama kanan lebih besar
dibandingkan dengan udara inspirasi ke bronkus utama kiri. 6,9
Bronkus utama kanan terbagi menjadi 3 buah lobus, superior, medius, dan
inferior, sedangkan bronkus utama kiri terbagi menjadi 2 buah lobus, superior
dan inferior. Tiap lobus diliputi oleh pleura viseral yang masuk ke fisura yang
dalam di celah antara lobus dan hilus. Tiap lobus bercabang lagi menjadi segmen
bronkopulmoner. Segmen ini mempunyai bronkus tertier dan pembuluh darah
tersendiri.6

3
Ukuran traktus trakeobronkial pada orang dewasa antara pria dan wanita,
serta pada anak-anak dan bayi berbeda. Pada tindakan bronkoskopi, hal ini
dibutuhkan untuk mengetahui jarak dari suatu lokasi diukur dari baris gigi depan
atas.

.
Gambar 1. Anatomi Trakeobronkial

2.1.2 Anatomi Esofagus


Esofagus merupakan suatu organ silindris berongga dengan panjang
sekitar 25 cm dan berdiameter 2 cm, terbentang dari hipofaring pada daerah
pertemuan faring dan esofagus(vertebra servikal 5-6) di bawah kartilago krikoid,
kemudian melewati diafragma melalui hiatus diafragma (vertebra torakal 10)
hingga ke daerah pertemuan esofagus dan lambung, lalu berakhir di orifisum
kardia lambung (vertebra torakal 11). Esofagus terletak di posterior jantung dan
trakea, di anterior vertebra, dan menembus hiatus diagragma tepat di anterior
aorta. Batas antara faring dan esofagus disebut introitus esofagus yang terletak
setinggi batas bawah vertebra servikalis keenam. Introitus esophagus dianggap
sebagai gate of tears dikarenakan sering terjadinya perforasi pada daerah ini saat
esofagoskopi. 6,9
Pada kedua ujung esophagus terdapat otot sfingter. Otot krikofaringeus
membentuk otot sfingter esophagus bagian atas dan terdiri atas serabut-serabut
otot rangka. Bagian esophagus ini secara normal berada dalam keadaan kontraksi
kecuali saat menelan. Sfingter esophagus bagian bawah bertindak sebagai sfingter

4
dan berperan sebagai sawar terhadap refluks isi lambung ke dalam esophagus.
Dalam keadaan normal sfingter ini menutup, kecuali bila makanan masuk ke
dalam lambung atau waktu muntah. 6

Gambar 2. Anatomi Esofagus


Dinding esofagus terdiri atas empat lapisan, yaitu mukosa, submukosa,
muskularis, dan serosa. Lapisan mukosa bagian dalam terbentuk dari epitel
gepeng berlapis yang berlanjut ke faring di ujung atas. Epitel ini mengalami
peralihan menjadi epitel toraks selapis pada perbatasan esofagus dan lambung (Z
line). Mukosa esofagus dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan
terhadap isi lambung yang asam. Lapisan submukosa mengandung sel-sel
sekretori yang memproduksi mukus yang mempermudah jalannya bolus makanan
dan melindungi mukosa dari cedera akibat zat kimia. Lapisan otot di lapisan luar
tersusun longitudinal dan lapisan dalam tersusun sirkular. Otot yang terdapat di
5% bagian atas esofagus adalah otot rangka, sedangkan otot di separuh bagian
bawah adalah otot polos. Bagian di antaranya adalah campuran otot rangka dan
otot polos. Berbeda dengan bagian saluran cerna yang lain, esofagus tidak
memiliki lapisan serosa, melainkan lapisan ini berupa jaringan ikat longgar yang
menghubungkan esofagus dengan struktur yang berdekatan. Tidak adanya serosa
menyebabkan semakin mudahnya penyebaran sel-sel tumor dan meningkatkan
kemungkinan kebocoran setelah operasi. 6

5
Gambar 3. Potongan melintang esofagus
Persarafan utama esofagus dipasok oleh serabut saraf simpatis dan saraf
parasimpatis. Selain itu, terdapat jala serabut saraf intramural intrinsic di antara
lapisan otot sirkular dan otot longitudinal (plexus Auerbach) yang berperan untuk
aturan peristaltic normal, serta terdapat jala saraf intrinsic kedua (plexus
meissner). 6,9
Terdapat tiga tempat pada esofagus yang mengalami penyempitan dalam
kondisi normal. Penyempitan pertama disebabkan oleh muskulus krikofaringeal
yang merupakan pertemuan antara serat otot striata dan otot polos sehingga daya
propulsifnya melemah. Daerah penyempitankedua disebabkan oleh persilangan
cabang utama bronkus kiri dan arkus aorta. Penyempitan yang ketiga disebabkan
oleh mekanisme sfingter gastroesofageal.7

2.2 Fisiologi
2.2.1 Fisiologi Bernapas1,8,10
1. Penyaringan udara
Bulu hidung menyarng partikel berukuran <5 µm sehingga partikel
tersebut tidak dapat mencapai alveolus. Sedangkan, uara yang mengalir melalui
nasofaring sangat turbulen shingga partikel yang ebih keil 1-5 µm akan
terperangkap dalam sekresi nasofaring
2. Pembersihan mukosilier
Di bawah laring, escalator mukosilaris akan menjebak debu-debu serta
bakteri yang terinhalasi. Mukus akan terus menerus membawa partikel dan bakteri

6
tersebut ke arah atas sehingga bisa ditelan dan dibatukkan. Produksi mukus kira-
kira 100ml/hari.
3. Reflex batuk
Refleks pertahanan bekerja membersihkan jalan napas dengan
menggunakan tekanan tinggi, udara yang mengalir dengan kecepatan tinggi, yang
akan membantu kerja pembersihan mukosiliaris bila mekanisme ini bekerja
berlebihan dan tidak efektif.
4. Refleks menelan atau muntah
Mencegah masuknya makanan atau cairan ke saluran napas.
5. Refleks bronkokonstriksi
Merupakan respon untuk mencegah iritan terinhalasi dalam jumlah besar,
seperti debu atau aerosi.
6. Makrofag alveolus
Sebagai pertahanan utama tingkat alveolus.
7. Ventilasi kolateral
Melalui pori-pori Khon yang dibantu oleh napas dalam. Dan juga untuk
mencegah atelektasis.
8. Fungsi Penghidu
Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dan pencecap dengan adanya
mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior, dan sepertiga bagian
atas septum. Partikel bau mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut
lendir atau bila menarik napas dengan kuat
3. Fungsi Fonetik
Resonansi oleh hidung penting ntuk menentukan kualitas suara ketika
berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi
berkurang ata hilang, sehingga terdengar suara sengau (rinolalia). Hidung juga
membantu proses pembentukan kata-kata yaitu dengan rongga mulut tertutup dan
hidung terbuka, dan palatum mole turun untuk aliran udara.

7
2.2.2 Fisiologi Menelan
Menelan merupakan suatu aksi fisiologis kompleks ketika makanan atau
cairan berjalan dari mulut ke lambung. Menelan dianggap sebagai rangkaian
gerakan otot yang sangat terkoordinasi, mulai dari pergerakan voluntar lidah
sampai dengan serangkaian refleks dalam faring dan esofagus. Bagian aferen
refleks ini merupakan serabut-serabut yang terdapat dalam saraf V, IX, dan X.
Pusat menelan atau deglutisi terdapat pada medula oblongata. Di bawah
koordinasi pusat ini, impuls-impuls berjalan ke luar dalam rangkaian waktu yang
sempurna melalui saraf kranial V, X, dan XII menuju ke otot-otot lidah, faring,
iaring, dan esofagus.6
Berikut fase-fase menelan, yaitu: 6,8
1. Fase Oral
Pada fase oral, makanan yang telah dikunyah oleh mulut disebut bolus
didorong ke belakang mengenai dinding posterior faring oleh gerakan voluntar
lidah. Akibat yang timbul dari peristiwa ini adalah rangsangan gerakan refleks
menelan.
2. Fase Faringeal
Pada fase faringeal, palatum mole dan uvula bergerak secara refleks
menutup rongga hidung. Pada saat yang sama, laring terangkat dan menutup
glotis, mencegah makanan memasuki trakea. Kontraksi otot konstriktor faringeus
mendorong bolus melewati epiglotis menuju ke faring bagian bawah dan
memasuki esofagus. Gerakan retroversi epiglotis di atas orifisium laring akan
melindungi saluran pernapasan sehingga mencegah makanan memasuki trakea.
Pernapasan secara serentak dihambat untuk mengurangi kemungkinan aspirasi.
Sebenarnya, hampir tidak mungkin secara voluntar menarik napas dan menelan
dalam waktu yang bersamaan.Keseluruhan fase faringeal terjadi selama 1,5 detik.
3. Fase Esofagal
Fase esofageal dimulai saat otot krikofaringeus berelaksasi sejenak dan
memungkinkan bolus memasuki esofagus. Setelah relaksasi singkat ini, gerakan
peristaltik primer yang dimulai dari faring diteruskan ke otot krikofaring sehingga
otot ini berkontraksi. Gerakan peristaltik terus berjalan sepanjang esofagus,

8
mendorong bolus menuju sfingter esofagus bagian distal. Bolus ini menyebabkan
otot sfingter distal berelaksasi dan memungkinkan bolus masuk ke dalam
lambung. Gerakan peristaltik primer bergerak dengan kecepatan 2 sampai 4 cm/
detik sehingga makanan yang tertelan mencapai lambung dalam waktu 5–15 detik.
Mulai setinggi arkus aorta, timbul gerakan peristaltik sekunder jika gerakan
primer gagal mengosongkan esofagus. Gerakan ini timbul dikarenakan adanya
sisa partikel makanan.

Gambar 4. Proses menelan


Sewaktu menelan terjadi perubahan tekanan dalam esofagus yang
mencerminkan fungsi motoriknya. Dalam keadaan istirahat, tekanan dalam
esofagus sedikit berada di bawah tekanan atmosfer, tekanan ini mencerminkan
tekanan intratorak. Daerah sfingter esofagus bagian atas dan bawah merupakan
daerah bertekanan tinggi. Daerah tekanan tinggi ini berfungsi untuk mencegah
aspirasi dan refluks isi lambung. Tekanan menurun bila masing-masing sfingter
relaksasi sewaktu menelan dan kemudian meningkat bila gelombang peristaltik
melewatinya.6,8

2.3 Benda Asing Bronkoesofagus


2.3.1 Definisi
Benda asing (corpus alienum) di dalam suatu organ ialah benda yang
berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak
ada.Benda asing yang berasal dari luar tubuh, disebut benda asing eksogen,

9
biasanya masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam
tubuh, disebut benda asing endogen.1
Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair, atau gas. Benda asing
eksogen padat terdiri dari zat organik, seperti kacang-kacangan, tulang dan zat
anorganik seperti jarum, peniti, batu dan lain-lain. Benda asing eksogen cair
dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair
non-iritatif yaitu cairan dengan PH 7,4. Benda asing endogen dapat berupa secret
kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, membran difteri, bronkolit, cairan
amnion, mekonium yang dapat masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat
proses persalinan.1

2.3.2 Epidemiologi
Mati lemas karena sumbatan jalan napas (suffocation) akibat tertelan atau
teraspirasi benda asing merupakan penyebab ke tiga kematian mendadak pada
anak dibawah umur 1 tahun dan penyebab kematian ke empat pada anak berusia
1-6 tahun. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tergantung pada komplikasi yang
terjadi.1
Dari semua kasus benda asing yang masuk ke dalam saluran napas dan
saluran cerna yang terjadi pada anak-anak, sepertiga benda asing yang teraspirasi
tersangkut di saluran napas1. Aspirasi benda asing dapat terjadi pada semua umur,
biasanya di bawah usia 15 tahun, terbanyak pada anak khususnya usia 1-3 tahun.
Namun, pada orang dewasa biasanya berhubungan dengan retardasi mental,
penggunaan alkohol dan sedatif, tindakan medik di daerah mulut dan faring,
gangguan kesadaran, trauma maksilofasial, gangguan neurologis dan dimensia
senilis. Kejadian aspirasi benda asing dari berbagai laporan lebih sering terjadi
pada laki-laki dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan 2 : 1.3,12
Kasus aspirasi benda asing di saluran napas paling banyak ditemukan di
bronkus yaitu mencapai 80-90%2. Sebesar 75% dari benda asing di bronkus
ditemukan pada anak di bawah 2 tahun. Benda asing bronkus paling sering di
bronkus kanan, karena bronkus utama kanan lebih besar, mempunyai aliran udara

10
lebih besar dan membentuk sudut lebih kecil terhadap trakea dibandingkan
dengan bronkus kiri.1
Sedangkan, benda asing di esofagus sering ditemukan di daerah
penyempitan fisiologis esofagus. Pada tahun 1999, American Association of
Poison Control mendokumentasikan sebanyak 182.105 kejadian tertelannya
benda asing pada pasien dibawah 20 tahun. Terdapat 1500-1600 insidensi
kematian per tahun akibat komplikasi yang terjadi karena benda asing pada
esofagus di Amerika.14
Benda asing kebanyakan tersangkut di servikal esofagus, terutama di otot
krikofaring atau arkus aorta, yaitu pada sfingter krikofaringeus karena pada daerah
tersebut adalah daerah yang sempit. Terkadang benda asing juga dapat ditemukan
di daerah penyilangan esofagus dengan bronkus utama kiri atau pada sfingter
kardio-esofagus1. Sekitar 75% kasus benda asing pada anak berlokasi di sfingter
esofagus atas dan sekitar 70% pada kasus dewasa di sfingter esofagus bawah.13

2.3.3 Etilologi dan Faktor Predisposisi


Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke
dalam saluran napas, antara lain:1,3
1. Faktor personal antara lain umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial,
tempat tinggal.
2. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal, antara lain keadaan tidur,
kesadaran menurun, alkoholisme dan epilepsi.
3. Faktor fisik yaitu kelainan dan penyakit neurologik.
4. Proses menelan yang belum sempurna pada anak.
5. Faktor dental, medical dan surgical, misalnya tindakan bedah, ekstraksi
gigi, belum tumbuhnya gigi molar pada anak usia kurang dari 4 tahun.
6. Faktor kejiwaan yaitu emosi, gangguan psikis.
7. Ukuran, bentuk dan sifat benda asing.
8. Faktor kecerobohan, antara lain meletakkan benda asing di mulut,
persiapan makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa,

11
makan sambil bermain, memberikan kacang atau permen pada anak yang
gigi molarnya belum tumbuh.
Sedangkan,secara klinis, masalah yang timbul akibat benda asing esofagus
dapat dibagi dalam golongan anak dan dewasa. Penyebab pada anak antara lain,
anomaly congenital termasuk stenosis kongenital, web, fistel trakeoesofagus,
danpelebaran pembuluh darah.1
Faktor predisposisi adanya benda asing di esofagus antara lain1,4,6 :
1. Belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik.
2. Koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna
padakelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun.
3. Retardasi mental
4. Gangguan pertumbuhan dan penyakit-penyakit neurologik lain
yangmendasarinya.
5. Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk
ataupemakai gigi palsu yang kehilangan sensasi rasa (tactile sensation)
daripalatum, pada pasien gangguan mental dan psikosis.
Walaupun banyak jenis makanan yang dapat tersangkut di esophagus,
pada orang dewasa, penyakit abnormalitas pada esophagus seperti esofagitis
eosinopilik, menjadi penyebab utama impaksi makanan. Selain esofagitis eosinofil
pada anak,impaksi makanan bisa disebabkan oleh anomali vaskular atau kelainan
kongenital lain.15

2.3.4 Patofisiologi
 Benda asing di bronkus
Sebesar 80-90% kasus aspirasi benda asing yaitu terperangkap di
bronkus13. Saat benda berada di dalam mulut sewaktu inspirasi, laring terbuka
dan benda asing masuk ke dalam laring. Saat benda asing terjepit di Sfingter
laring, pasien batuk berulang (paroksismal), trakea tersumbat ,mengi,dan sianosis.
Setelah masuk ke dalam trakea atau bronkus kadang terjadi fase asistomatik
selama 24 jam atau lebih, diikuti gejala pulmonum serta gejala yang bergantung
pada derajat sumbatan bronkus.1,12

12
Benda asing organik seperti kacang-kacangan, mempunyai sifat
higroskopik, mudah menjadi lunak dan mengembang oleh air, serta menyababkan
iritai mukosa yang dapat menjadi edema, dan meradang, dan dapat juga menjadi
jaringan granulasi di sekitar benda asing, sehingga gejala yang dirasakan akan
semakin hebat. Sedangkan, pada benda asing inoganik menimbulkan gejala yang
lebih ringan dan lebih mudah didiagnosis dengan pemeriksaan radioogik, yaitu
dengan gambaran radioopak. Pada benda asing yang terbuat dari metal, dapat
masuk ke dalam bronkus yang lebih distal, dengan gejala batuk spasmodik.1
Pada orang dewasa, benda asing bronkus cenderung tersangkut di bronkus
utama kanan, karena bronkus kanan hampir merupakan garis lurus dengan trakea
sedangkan bronkus kiri membuat sudut yang lebih tajam dengan trakea. Benda
asing yang lebih besar lebih banyak tersangkut di laring atau trakea.1,12
Jika benda asing berada dalam bronkus, terdapat tiga kemungkinan
fisiologis dalam hal obstruksi aliran udara. Jika benda tersebut menyumbat
bronkus secara total, terjadi atelektasis perifer akibat resorpsi udara paru-paru
distal ke dalam darah. Bila benda tersebut tidak menyumbat, dimana udara dapat
lewat disekitarnya baik pada inspirasi maupun ekspirasi, maka yang terjadi
mungkin hanya mengi setempat yang menyerupai asma. Kemungkinan ketiga dan
yang paling sering terjadi adalah obstruksi parsial dimana benda asing berfungsi
sebagai katup. Bronkus mengembang pada inspirasi dan memungkinkan lewatnya
udara ke paru-paru distal. Pada ekspirasi terjadi konstraksi bronkus di sekeliling
benda asing, sehingga udara terperangkap dalam paru-paru distal. Keadaan ini
menimbulkan emfisema di perifer dari benda asing tersebut. Jika benda asing
dibiarkan dapat timbul pneumonia, abses atau perdarahan. Kecurigaan akan
adanya benda asing merupakan salah satu indikasi bronkoskopi bilamana terdapat
pneumonia menetap atau kambuh, mengi setempat atau hemoptisis.1,12
 Benda asing di esofasagus
Pederita biasanya dapat melokalisasi jika tertelan benda asing pada
esophagus atas, tetapi tidak akan bisa jika lokasi di dua pertiga bawah dari
esophagus13. Ketika benda asing masuk ke esophagus, dapat hal ini menyebabkan
akan terbentuknya peradangan sehingga menimbulkan efek trauma pada

13
esophagus. Peradangan tersebut menyebabkan edema yang menimbulkan rasa
nyeri. Efek lebih lanjut adalah terjadi penumpukan makanan, rasa penuh di leher
dapat menganggu sistem pernapasan sebagai akibat trauma yang juga
mempengaruhi trakea, dimana trakea memiliki jarak yang dekat dengan
esophagus.1,14

2.3.5 Penegakan Diagnosis


2.3.5.1 Benda asing di bronkus
Secara umum, aspirasi benda asing dapat mempunyai tiga fase. Pertama
fase inisial dengan gejala choking dan gasping, batuk, ataupun obstruksi nafas saat
aspirasi. Kedua fase asimptomatis yaitu tersedaknya benda asing dengan relaksasi
atau reflek yang sering menyebabkan berkurangnya gejala, yang dapat bertahan
selama berjam-jam atau berminggu-minggu. Dan yang ketiga adalah fase
komplikasi yaitu benda asing menyebabkan erosi atau obstruksi yang berlanjut
pada peneumonia, atelektasis, ataupun abses12. Aspirasi benda asing dapat
memberikan gambaran klinis yang bervariasi, dari gejala yang minimal, sehingga
tidak jarang pasien dibawa berobat bukan pada hari pertama kejadian.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis adanya riwayat tersedak
sesuatu, tiba-tiba timbul “choking” (rasa tercekik), gejala, tanda, pemeriksaan
fisik dengan auskultasi, palpasi, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti
benda asing di saluran napas ditegakkan setelah dilakukan tindakan endoskopi
atas indikasidiagnostik dan terapi.1
a. Anamnesis
Gejala yang didapat dari anamnesis tergantung pada sumbatan benda asing
di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan
(total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran benda asing.1
Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan
mengalami 3 stadium. Stadium pertama merupakan gejala permulaan yaitu batuk-
batuk hebat secara tiba-tiba (violent paroxysms of coughing), rasa tercekik
(choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging) dan obstruksi jalan napas yang
terjadi dengan segera. Pada stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti oleh

14
interval asimtomatis. Hal ini karena benda asing tersebut tersangkut, refleks-
refleks akan melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Stadium ini
berbahaya, sering menyebabkan keterlambatan diagnosis atau cenderung
mengabaikan kemungkinan aspirasi benda asing karena gejala dan tanda yang
tidak jelas. Pada stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi,
erosi atau infeksi sebagai akibat reaksi terhadap benda asing, sehingga timbul
batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia dan abses paru.1,5
Pasien yang teraspirasi benda asing mungkin datang dengan keluhan
batuk, wheezing, stridor ataupun sianosis. Namun, sebagian besar datang ke
rumah sakit pada fase asimptomatik. Riwayat yang perlu ditanyakan adalah
perkiraan waktu aspirasi, durasi timbulnya gejala respiratory sejak terjadinya
aspirasi serta benda apa yang teraspirasi.1,11
B. Pemeriksaan Fisik
Pada fase asimptomatik keadaan umum pasien masih baik dan foto
rontgen thoraks belum memperlihatkan kelainan. Pada fase pulmonum, benda
asing berada di bronkus dan dapat bergerak ke perifer. Pada fase ini udara yang
masuk ke segmen paru terganggu secara progresif, dan pada auskultasi terdengar
ekspirasi memanjang disertai dengan mengi1. Pada aspirasi benda asing di
bronkial, pemeriksaan yang ditemukan adalah batuk, wheezing unilateral, an
penurunan bunyi nafas, tetapi hanya 65% pasien yang menderita ketiga kondisi
tersebut.12
C. Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan
radiologis dan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing
yang bersifat radioopak dapat dibuat rongent foto segera setelah kejadian, benda
asing radiolusen dibuatkan rongent foto setelah 24 jam kejadian, karena sebelum
24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran radiologis yang berarti. Biasanya
setelah 24 jam baru tampak tanda-tanda atelektasis atau emfisema.1
Video fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas
secara keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan
adanya obstruksi parsial.Bronkogram berguna untuk benda asing radiolusen yang

15
berada di perifer serta perlu untuk menilai bronkiektasis akibat benda asing yang
lama berada di bronkus.1
Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui adanya
gangguan keseimbangan asam basa, serta tanda-tanda infeksi traktus
trakeobronkial.1

2.3.5.2 Benda asing di esofagus


Diagnosis benda asing di esofagus ditegakkan berdasarkan
anamnesis,gambaran klinis dengan gejala dan tanda, pemeriksaan radiologik dan
endoskopik. Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan terapi.1
A. Anamnesis
Gejala utama pasien yang datang dengan benda asing di esophagus adalah
sensasi tidak dapat menelan. Riwayat pasien adalah yang terpenting sehingga
dapat mengetahui apakah kasus tersebut termasuk obstruksi benda akibat impaksi
makanan ataupun dengan benda asing.
Gejala klinis yang timbul yaitu disfagia, odinofagia, nyeri dada yang difus,
sensasi dada tertekan, dan iritasi laring16. Gejala disfagia bervariasi bergantung
pada ukuran benda asing. Disfagia lebih berat jika terdapat edem mukosa yang
memperberat sumbatan, sehingga timbul rasa sumbatan esophagus yang persisten.
Gejala lain berupa odinofagia yaitu nyeri ketika menelan atau ludah, hipersalivasi,
regurgitasi dan muntah, sampai dapat ludah berdarah. Gejala dapat sampai nyeri
punggung akibat perforasi.1
Bila pasien datang dengan keluhan riwayat tertelan sesuatu yang spesifik
diduga kelainan esofagus, sebaiknya dianamnesis jika terdapat Kesukaran dalam
menelan (disfagia) makanan padat atau cairan, disfagia (sumbatan komplit),
odinofagia (nyeri menelan), regurgitasi dari makanan yang belum dicerna,
hematemesis, adanya sensasi benda asing, perut terasa panas, penurunan berat
badan, dan suara serak.1,3

16
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, terdapat kekakuan lokal pada leher bila
bendaasing terjepit akibat edema yang timbul progresif. Bila benda asing tersebut
ireguler menyebabkan perforasi akut, dan didapatkan tanda-tanda
pneumomediastinum, emfisema leher dan pada auskultasi terdengar susara getaran
di daerah prekordial atau di antara skapula.1
Pada anak-anak, gejala nyeri atau batuk dapat disebabkan oleh aspirasi
dari air liur atau minuman dan pada pemeriksaan fisik didapatkan ronki, mengi,
demam, abses leher atau tanda-tanda emfisema subkutan. Benda asing yang
berada di daerah servikal esofagus dan di bagian distal krikofaring, dapat
menimbulkan gejala obstruksi saluran nafas dengan bunyi stridor, karena
menekan dinding trakea bagian posterior, dan edema periesofagus.1
C. Pemeriksaan Penunjang
Foto rontgen polos esofagus servikal dan torakal anteropsterior dan lateral
harus dilakukan pada penderita yang diduga tertelan benda asing. Benda asing
radiopak seperti uang logam, mudah diketahui lokasinya dan harus dilakukan
sesaat sebelum tindakan esofagoskopi untuk mengetahui kemungkinan benda
asing berpindah ke arah distal. Letak uang logam umumnya koronal, maka pada
hasil foto rontgen servikal / torakal posisi PA akan dijumpai bayangan radioopak
berbentuk bundar, sedangkan pada posisi lateral berupa garis radioopak yang
sejajar dengan kolumna vertebralis. Benda asing seperti tulang, kulit telur, dan
lain-lain cenderung berada pada posisi koronal dalam esofagus, sehingga lebih
mudah dilihat dalam posisi lateral. Benda asing radiolusen seperti plastik,
aluminium dan lain-lain, dapat diketahui dengan tanda inflamasi periesofagus atau
hiperinflamasi hipofaring dan esofagus bagian proksimal.1
Foto rontgen toraks dapat menunjukkan gambaran perforasi esofagus
dengan emfisema servikal, emfisema mediastinal, pneumotoraks, pyotoraks,
mediastinitis, serta aspirasi pneumonia. Foto rontgen leher posisi lateral dapat
menunjukkan tanda perforasi, dengan trakea dan laring bergeser ke depan,
gelembung udara di jaringan, adanya bayangan cairan atau abses bila perforasi
telah berlangsung beberapa hari.1,13

17
Gambaran radiologik benda asing batu baterai menunjukkan pinggir bulat
dengan gambaran densitas ganda, karena bentuk bilaminer. Foto polos sering
tidak menunjukkan gambaran benda asing, seperti daging dan tulang ikan
sehingga memerlukan pemeriksaan esofagus dengan kontras (esofagogram).
Esofagogram pada benda asing radiolusen akan memperlihatkan “filling
defectpersistent”. Xeroradiografi dapat menunjukkan gambaran penyangatan
(enhancement) pada daerah pinggir benda asing. Computed tomography scan (CT
Scan) esofagus dapat menunjukkan gambaran inflamasi jaringan lunak dan abses.
Magnetic resonance imaging (MRI) dapat menunjukkan gambaran semua
keadaan patologik esofagus.1,13

2.3.6 Penatalaksanaan
2.3.6.1 Benda asing di bronkus
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan
tepat, perlu diketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut.
Secara prinsip benda asing di saluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan
segera secara endoskopik dengan trauma minimum. Umumnya penderita dengan
aspirasi benda asing datang ke rumah sakit setelah melalui fase akut, sehingga
pengangkatan secara endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari
segi alat maupun personal yang telah terlatih.1
Evaluasi diagnostik berdasarkan riwayat dan gejala pasien. Tatalaksana
sebaiknya difokuskan pada kondisi sistemik pasien dan untuk menilai jika ada
tanda-tanda komplikasi.17
Benda asing di bronkus dikeluarkan secara bronkoskopi, menggunakan
bronkoskop kaku atau serat optik. Tindakan bronkoskopi harus segera dilakukan,
apalagi bila benda asing bersifat organik karena benda asingorganik seperti
kacang-kacangan mempunyai sifat higroskopik, mudah menjadi lunak dan
mengembang oleh air serta menyebabkan iritasi pada mukosa.1,
Prinsip penanganan benda asing di saluran napas adalah mengeluarkan
benda asing tersebut dengan segera dalam kondisi paling maksimal dan trauma
paling minimal1. Sejak tahun 1994, kasus aspirasi benda asing pada anak yang

18
dilakukan dengan tindakan bronkoskopi berhasil dengan menggunakan
bronkoskopi fleksibel (serat optik). Pada penelitian Swanon dkk, didapatkan
tingkat keberhasilan penggunaan bronkoskopi serat optic untuk ekstraksi benda
asing di trakeobronkial pada dewasa sama dengan pada anak18. Namun sumber
lain menyatakan pada bayi dan anak-anak sebaiknya digunakan bronkoskopi
kaku untuk mempertahankan jalan napas dan pemberian oksigen yang adekuat,
karena diameter jalan napas pada bayi dan anak-anak sempit. Pada orang dewasa
dapat dipergunakan bronkoskop kaku atau serat optik, tergantung kasus yang
dihadapi.1
Benda asing yang tidak dapat dikeluarkan dengan cara bronkoskopi,
seperti benda asing tajam, tidak rata dan tersangkut pada jaringan, dapat dilakukan
servikotomi atau torakotomi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pasien
dipulangkan 24 jam setelah tindakan, jika paru bersih dan tidak demam.1
Bronkoskopi merupakan suatu teknik yang memungkinkan visualisaasi
langsung trakea dan cabang-cabang utamanya. Cara ini paling serng digunakan
untuk memastikan diagnosis karsinoma bronkogenik, tetapi dapat juga digunakan
untuk mengangkat benda asing. Bronkoskopi kaku, sebagai bronkoskopi
konvensional, berupa suatu pipa logam berlubang dengan sistem lensa cermin
berlampu. Sedangkan fiberoptik bronkoskop, bronkoskopi fleksibel yang dapat
menghantarkan cahaya dan bayangan yang jelas sampai ke sudut-sudut. Alat ini
kecil dan berbahan lentur dan mengakibatkan trauma yang lebih ringan.1,6
Beberapa faktor penyulit mungkin dijumpai dan dapat menimbulkan
kegagalan bronkoskopi antara lain adalah faktor penderita, saat dan waktu
melakukan bronkoskopi, alat, cara mengeluarkan benda asing, kemampuan tenaga
medis dan para medis, dan jenis anesthesia. Kontraindikasi bronkoskopi yaitu
terdapat kontraindikasi relatif yang hanya dapat dikerjakan untuk indikasi terapi,
seperti pasien yang lemah dan tua, hipertensi pulmonum, keadaan kardio
pulmonum yang buruk, dan aneurisma aorta. Sedangkan untuk kontraindikasi
absolut seperti pada penyakit perdarahan yang memungkinkan terjadi hematoma
intralumen, hipoksemia, hiperkapnea akut, infark miokard akut, dan
dekompensasi jantung, serta radang akut saluran napas.1

19
2.3.6.2 Benda asing di esofagus
Pertama kali yang dilakukan saat pasien datang adalah mengevaluasi jalan
napas dan kemampuan ventilasi. Pada kasus benda asing di esofagus antibiotik
intravena dan steroid harus diberikan. Semua benda asing esofagus memerlukan
tindakan urgensi yang harus dilakukan dalam waktu 12 - 24 jam.17
Benda asing yang tertelan dapat hanya dilakukan terapi konservatif yang
tetap harus diobservasi. Terapi ini dilakukan pada kasus benda asing tumpul,
pendek (panjang < 6cm), dan kecil (diameter < 2,5cm). Benda asing akan berlalu
dengan spontan dalam waktu 4-6 hari. Pada beberapa kasus, dapat bertahan
sampai 4 minggu. Pasien harus selalu mengobservasi feses nya sampai benda
asing tersebut keluar.Bila benda asing tersangkut di otot krikofaring harus segera
dilakukan tindakan ekstraksi dengan esofagoskopi sesegera mungkin, apalagi bila
didapatkan gangguan pernapasan.4
Esofagoskopi merupakan tekhnik ekstraksi yang aman dan efektif, ini
dilakukan untuk tujuan diagnostik maupun terapetik. Esofagoskopi juga
merupakan indikasi absolut untuk benda asing tajam, tidak radioopak, panjang
dan jumlah lebih dari satu atau pada pasien dengan kelainan esofagus.6
Tindakan esogafoskopi dianggap sebagai emergensi pada kasus benda
asing yang tertelan dengan obstruksi komplit pada esofagus, pada benda tajam,
dan jika tertelan baterai dalam waktu 2 jam atau setidaknya 6 jam. Namun,
esogagoskopi dapat dilakukan dalam 24 jam dalam kasus tertelan benda asing
tanpa obstruksi komplit.17
Esofagoskopi memiliki dua tipe dasar yaitu esofagoskopi kaku dan
esofagoskopi fleksibel. Esofagoskopi kaku adalah tuba logam kaku dengan suatu
lumen berbentuk oval dimana dapat digunakan untuk melihat langsung gambaran
esofagus dan berbagai alat untuk biopsi dan pengeluaran benda asing.
Esofagoskopi kaku juga dapat melindungi esofagus dari bagian yang tajam pada
benda asing. Sedangkan esofagoskopi fleksibel yang memiliki saluran kecil untuk
melihat gambaran mukosa, aspirasi sekresi dan memasukkan forsep kecil untuk
biopsi dan pengeluaran benda asing.4

20
Penentuan timing endoskopi berdasarkan penilaian resiko aspirasi,
obstruksi atau perforasi, yaitu sebagai berikut:17
Endoskopi Emergensi Endoskopi Urgensi Endoskopi Nonurgensi

Obstruksi esofageal Benda asing esofagus Koin di esofagus (dapat


(misal tidak mampu yang ujungnya tidak diobservasi 12-24 jam pada
menelan air ludah) tajam pasien asimptomatis)

Impaksi bolus makanan


Benda asing esofagus
di esofagus tanpa Baterai yang sudah sampai
berupa baterai kancing
obstruksi komplit lambung tanpa gejala (dapat
Benda asing esofagus Magnet dalam jangkauan observasi hingga 48 jam)
yang berujung tajam endoskopi

Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara penyuluhan kepada


orangtua untuk mengawasi anak-anak dengan baik dan menjauhkan objek-objek
yang berpotensi menjadi benda asing esofagus dari jangkauan anak-anak,
terutama baterai jam yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan dalam waktu
singkat. Anak yang tuna rungu atau menggunakan alat bantu dengar
membutuhkan perhatian yang lebih ketat.

2.3.7 Komplikasi
Komplikasi aspirasi benda asing di bronkus dapat diklasifikasikan menjadi
komplikasi awal atau komplikasi akhir. Komplikasi awal dapat berupa sianosis,
respiratory distress ataupun respiratory arrest. Jika terjadi obstruksi lengkap maka
kolaps paru partial ataupun total dapat terjadi. Sedangkan komplikasi akhir dapat
berupa pneumona, empiema, fistula bronchial dan pneumothoraks.1
Sedangkan benda asing dalam esofagus dapat menimbulkan laserasi
mukosa, perdarahan, perforasi lokal dengan abses leher atau mediastinitis. Serta
perforasi esofagus dapat menimbulkan selulitis lokal, fistel trakeo-esofagus.
Benda asing esofagus juga dapat menyebabkan dehidrasi karena terganggunya
makan dan minum.10

21
BAB III
KESIMPULAN

Benda asing (corpus alienum) di dalam suatu organ ialah benda yang
berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak
ada. Benda asing dapat masuk karena tersangkut dan terjepit di bronkus maupun
esofagus.Kasus benda asing pada bronkoesofagus lebih banyak terjadi pada anak-
anak daripada orang dewasa.
Gejala sumbatan benda asing tergantung pada pada ukuran, bentuk dan
jenis benda asing, lokasi tersangkutnya benda asing, komplikasi yang timbul
akibat benda asing tersebut dan lama benda asing tertelan. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan hasil yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang meliputi radiologi serta bronkoskopi atau esofagoskopi
yang sekaligus dapat berguna untuk membantu mengeluarkan benda asing.
Tatalaksana tertelan benda asing dapat dilakukan dengan terapi konservatif
dengan observasi, ektraksi dengan esofagoskopi pada kasus benda asing di
esofagus, dan bronkoskopi pada kasus benda asing di bronkus, atau tindakan
pembedahan. Komplikasi teraspirasi benda asing dapat berupa sianosis,
respiratory distress ataupun respiratory arrest sampai pneumona, empiema, fistula
bronchial dan pneumothoraks. Sedangkan komplikasi tertelan benda asing dapat
berupa laserasi mukosa, perdarahan, perforasi lokal dengan abses leher atau
mediastinitis bahkan menimbulkan selulitis local dan fistel trakeo-esofagus akibat
perforasi esofagus.

22

Anda mungkin juga menyukai