Anda di halaman 1dari 29

[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

BAB I
PENDAHULUAN
Bronkopenumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang terjadi
pada Bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi, biasanya
sering disebabkan oleh bakteri streptokokus pneumonia dan Hemofilus influenza
yang sering ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi. Berdasarkan data WHO,
kejadian infeksi pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan antara 10-20%
pertahun.1
Anak dengan daya tahan atau imunitas terganggu akan menderita
bronkopneumonia berulang atau bahkan bisa anak tersebut tidak mampu mengatasi
penyakit ini dengan sempurna. Selain faktor imunitas, faktor iatrogen juga memicu
timbulnya penyakit ini, misalnya trauma pada paru, anastesia, pengobatan dengan
antibiotika yang tidaksempurna.2

Insiden penyakit ini pada negara berkembang termasuk indonesia hampir


30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan risiko kematian yang tinggi,
sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit
pada anak di bawah umur 2 tahun. Insiden pneumonia pada anak =5 tahun di negara
maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan dinegara berkembang 10-20
kasus/100 anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian
pertahun pada anak balita dinegara berkembang.3

Bronkopneumonia merupakan masalah kesehatan yang mencolok walaupun


ada berbagai kemajuan dalam bidang antibiotik. Hal ini disebakan oleh munculnya
organisme nosokomial yang resisten terhadap antibiotik. Adanya organisme-
organisme baru dan penyakit seperti AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
yang semakin memperluas spektrum dan derajat kemungkinan terjadinya
bronkopneumonia.2

STASE ANAK Page 1


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

BAB II
LAPORAN KASUS

Nama : Muhamad Fadil


Ruang : Bangsal Anak
Tanggal Lahir : 03-09-2018
Tanggal masuk : 17-11-2018
Tanggal keluar : 20-11-2018
Dokter : dr.Erni Desmita,Sp.A

A. ALLOANAMNESA
1. Identitas Pribadi

Nama pasien : Muhamad Fadil


Umur : 2 bulan, 2 minggu
Jenis kelamin : Laki-laki
Orang tua:
Ayah Ibu
Nama : Hendri Nama : Deka
Usia : 31 tahun Usia : 28 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP Pendidikan : D3
Alamat : Bunga Mas
Agama/Suku: Islam/Melayu

STASE ANAK Page 2


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

II. Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan Utama : Sesak Nafas
K. Tambahan : Batuk Pilek, demam dan lemas
Telaah :

Os datang ke RSHD dengan keluhan sesak nafas 2 minggu ini, Sesak


dirasakan tiba-tiba dan semakin lama semakin memberat, namun tidak
disertai dengan bunyi “ngik”.
Orang tua pasien mengatakan anak nya juga batuk dan pilek 1 minggu
ini, batuk terus menerus, berdahak, dengan dahak berwarna putih
kekuningan tetapi sulit untuk dikeluarkan.
Demam bersifat hilang timbul, demam turun saat minum obat penurun
panas, demam tidak disertai dengan menggigil, keringat dingin (-), mual (-
), muntah (-), riwayat perdarahan spontan (-), lingkungan sekitar tidak ada
yang mengalami sakit DBD.
Semenjak sakit nafsu makan menurun, tapi masih mau untuk menyusui.
Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil dalam batas normal.

Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita : Tidak ada


Riwayat Penyakit dalam Keluarga : Tidak ada
Riwayat Penggunaan Obat : Paracetamol
Riwayat Alergi Obat : Tidak ada
Riwayat Kelahiran : Normal
a. Ditolong oleh : Bidan
b. Keadaan Saat Lahir : Segera menangis
c. BBL : 3000 gram PBL : 48 cm LK : tidak diketahui (ibu Os lupa)

STASE ANAK Page 3


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

Riwayat Imunisasi
 Hepatitis B : 2 kali (0, 1, 6 bulan)
 BCG : 1 kali (0 bulan)
 DPT : 1 kali (2, 3, 4 bulan)
 Polio : 1 kali ( 0, 2, 3, 4 bulan)
 Campak : - (9 bulan)
 Imunisasi booster : -

Riwayat Perkembangan
• Menegakkan Kepala : 2 bulan ( 0-3 bulan)
• Membalikkan Badan : - (3-6 bulan)
• Merangkak : - (6-9 bulan)
• Duduk : - (6-9 bulan)
• Berdiri : - (9-12 bulan)
• Berjalan : - (12-18 bulan)
• Berbicara : - (12-18 bulan)
RiwayatNutrisi
• 0-6 bulan
ASI : Asi eksklusif Semau bayi
Lainnya :-
• 6-8 bulan
ASI :-
Makan Pagi/Siang/Malam : -
Makan selingan (snack) :-
Lainnya :-
• 8-12 bulan
ASI :-
Makan Pagi/Siang/Malam :-
Makanan selingan (snack) :-
Lainnya :-

STASE ANAK Page 4


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

• 12-23 bulan
ASI :-
Makan Pagi/Siang/Malam : -
Makanan selingan (snack) : -
Lainnya :-

Glasgow Coma Scale

RESPONSE SCORE

EYE

Membuka mata spontan (normal) 4


Dengan kata-kata akan membuka mata bila diminta 3
4
Membuka mata bila diberikan rangsangan nyeri 2
Tidak membuka mata walaupun dirangsang nyeri 1
VERBAL

Memiliki orientasi baik karena dapat memberi jawaban dengan 5


baik dan benar pada pernyataan yang diajukan (nama, umur, dll)
Memberikan jawaban pada pertanyaan tetapi jawabannya 4
seperti bingung
Memberikan jawaban pada pertanyaan tetapi jawabannya hanya 3 5
berupa kata – kata yang tidak jelas
Memberikan jawaban berupa suara yang tidakjelas bukan 2
merupakan kata
Tidak memberikan jawaban berupa suara apapun 1
MOTORIK

Dapat menggerakan seluruh ekstremitas sesuai dengan 6


permintaan
6
Dapat menggerakkan ekstremitas secara terbatas karena nyeri 5
(lokalisasi nyeri)

STASE ANAK Page 5


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

Respons gerakan menjauhi rangsang nyeri (menarik karena 4


nyeri)
Fleksi ekstremitas karena nyeri 3
Ekstensi ekstremitas karena nyeri 2
Tidak ada respons berupa gerak 1

TOTAL 15 15

Nilai 12 – 14 Gangguan Kesadaran Ringan


Nilai 9 – 11 Gangguan Kesadaran Sedang
Nilai  8 Coma

PEMERIKSAAN FISIK
1. KeadaanUmum
Keadaan Sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS: 15
Nadi : 110 x/i Reguler (N: 100-150x/i)
Pernafasan : 60 x/i (RR : 35-55x/i)
Temperatur : 36,2 oC (T: 36,6˚C-37,5˚C)
Tekanan Darah : - (S:65-85/D: 45-55 mmHg)

Data Antropometri
Berat Badan : 5,4 kg
Panjang Badan : 59 cm
Lingkar Lengan Atas : 13,5 cm
Lingkar Kepala : 39 cm

STASE ANAK Page 6


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

Status Gizi (WHO)

Hasil Status gizi menurut WHO :


Rasio BB menurut PB/TB: Di antara -2 SD sampai +2 SD : Gizi baik/cukup.

STASE ANAK Page 7


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

I. PemeriksaanFisik
 Kulit
a. Sianosis : Tidak ditemukan
b. Ikterus : Tidak ditemukan
c. Pucat : Tidak ditemukan
d. Turgor : Tidak ditemukan
e. Edema : Tidak ditemukan
 Rambut : hitam dan tidak mudah dicabut
 Kepala : Normal
a. Wajah
Dismorfik : Tidak
b. Mata
 Palpebra : Edema (-)
 Konjungtiva : Pucat (-), Hyperemis (-), Sekret (-)
 Sklera : Ikterus (-)
 Pupil : Isokor (+)
 Refleks Cahaya : +/+
c. Hidung : pucat, sekret(+)
Mulut
 Bibir : Tidak ditemukan kelainan
 Gusi : Tidak ditemukan kelainan
 Palatum : Tidak ditemukan kelainan
 Lidah : Tidak ditemukan kelainan
 Tonsil : T1-T1 Hiperemis (-)
 Faring : Hiperemis (-)
d. Telinga : Tidak ditemukan kelainan

 Leher
a. Kelenjar Getah Bening : Pembesaran KGB (-)
b. Kaku kuduk : Negatif

STASE ANAK Page 8


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

 Thoraks
a. Paru
 Inspeksi : Simetris kanan = kiri
 Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
 Perkusi : Sonor kedua lapang paru
 Auskultasi : Suara paru bronkial kedua lapang paru, Suara
tambahan : ronki basah +/+, wheezing -/-
b. Jantung
 Auskultasi : BJ I & II Normal
 Abdomen
a. Inspeksi : Soepel dan simetris, distensi (-)
b. Palpasi : Nyeri Tekan (-), Ascites(-), Massa (-).
Hepar :Tidak teraba,
Lien : Tidak teraba,
c. Perkusi : Timpani
d. Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
 Ekstremitas : Akral hangat, Oedema : (-), CRT : kembali cepat
 Genitalia : Tidak didapatkan kelainan
 Anus/ Rectum : Tidak dilakukan pemeriksaan
 P. Neurologis : Tidak dilakukan pemeriksaan

DIAGNOSIS BANDING
1. Bronkopneumonia
2. ISPA
3. Bronkiolitis

DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Bronkopneumonia

STASE ANAK Page 9


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

TERAPI SEMENTARA
Terapi pertama:
 IVFD RL asnet
100 (kgBB)/hari
100 x 5,4 = 540 cc/hari
koreksi :
dapat Asi ± 2 gelas (400cc/hari)
540-500 : 40cc/hari

peningkatan suhu tubuh : -

 Inj Ampisilin 3 x 200 mg


dosis 100 mg/kgBB/hari dibagi 3 x/hari
100x5,4 = 540 mg/hari : 3 = 180 mg/x beri
 Inj Gentamisin 2 x 10
Dosis 2,5 mg/kgBB/xberi
2,5 x 5,4 = 13,5 mg
 PCT inj 4 x 60 mg
Dosis 10-15 mg/kgBB/xBeri (4-6/hari)
54-81 mg/xberi
 Inj Dexametason 3x0,6 mg
 Nebul ventolin 1/3 fls + NaCl / 6 jam

 Diet : Diet ASI /PASI 20 cc/2 jam, NGT, Obs. Residu.

STASE ANAK Page 10


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. H2TL

2. Foto thorak

STASE ANAK Page 11


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

Hasil Pemeriksaan Penunjang


17/112018
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Hemoglobin 9,3 g/dl L : 13-17, P: 12-16
Hematokrit 28 % L : 39-52, P: 36-46
Leukosit 18.800 9-12 rb
Trombosit
1.212.000 150 rb – 450 rb

STASE ANAK Page 12


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

STASE ANAK Page 13


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

DIAGNOSA KERJA
Bronkopneumonia

STASE ANAK Page 14


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

FOLLOW UP

18/11/2018 Kesan keadaan sakit: tampak sakit sedang


Sensorium : CM, GCS = 15
S = Sesak nafas (+), Batuk berdahak (+), demam (-)
O = TD : -
HR : 112 x/i
RR : 60 x/i
T : 36,8 0c
BB : 5,4 kg
A = Bronkopneumonia
P = IVFD RL asnet mikro
 Inj Ampisilin 3 x 200 mg
 Inj Gentamisin 2 x 10
 PCT inj 4 x 60 mg k/p
 Inj Dexametason 3x0,6 mg
 Nebul ventolin 1/3 fls + NaCl / 6 jam
Rontgen thorax menunggu hasil

19/11/2018 Kesan keadaan sakit: tampak sakit sedang


Sensorium : CM, GCS = 15
S = sesak nafas berkurang, batuk berdahak (+), demam(-)
O = TD : -
HR : 110 x/i
RR : 40 x/i
T : 36,6 0c
BB : 5,4 kg
A = Bronkopneumonia
P = IVFD RL asnet mikro
 Inj Ampisilin 3 x 200 mg
 Inj Gentamisin 2 x 10
 PCT inj 4 x 60 mg k/p
 Inj Dexametason 3x0,6 mg

STASE ANAK Page 15


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

 Nebul ventolin 1/3 fls + NaCl / 6 jam


 Fisioterapi setiap hari
Rontgen thorax :
 Bronchopneumonia
 Konfigurasi cor normal
 Abdomen tak tampak kelainan

20/04/2017 Kesan keadaan sakit: tampak sakit sedang


Sensorium : CM, GCS = 15
S = sesak nafas (-), batuk sesekali (+), demam(-)
O = TD : -
HR : 110 x/i
RR : 40 x/i
T : 36,5 0c
BB : 5,4 kg
A = Bronkopneumonia
P = Pasien boleh pulang,
kontrol ulang poli anak senin, 26/11/2018
R/ Cefixime syr 2 x 1,2 ml
R/ Ambroxol 3 mg
CTM 0,5 mg
Salbutamol 0,4 mg
Prednison 0,6 mg
m.f pulv dtd no X
s 3 dd pulv 1

STASE ANAK Page 16


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
 Pneumonia lobaris
 Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
 Pneumonia intertisial (bronkiolitis)
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak infiltrat. (
Whalley and Wong, 1996).
Bronkopneumonia adalah frekuensi komplikasi pulmonary, batuk
produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu tubuh meningkat, nadi
dan pernafasan meningkat. (Suzanne G. Bare,1993)
Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-
paru yang disebakan oleh bakteri, jamur,virus, dan benda asing (Sylvia
Anderson,1994)
Jika digabungkan dapat menjadi, bronkopneumonia disebut juga
pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang
terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus
disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.

II. ETIOLOGI
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada
perbedaan dan kekhasan pneumonia pada anak, terutama spektrum etiologi,
gabaran klinis, dan strategi pengobatan. Etiologi pada neonatus dan bayi kecil
meliputi streptococcus grup B dan Bakteri gram negatif seperti E.coli,
Pseudomonassp, Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan balita seringnya

STASE ANAK Page 17


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

disebabkan oleh infeksi Streptococcus Pneumoniae, Haemophillus influenzae


tipe B dan Staphylococcus auereus.
Faktor lain yang mempengaruhi bronkopneumonia adalah menurunnya
daya tahan tubuh, seperti malnutrisi energi protein (MEP), penyakit kronis,
pengobatan antibiotik yang tidak adekuat.

Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di negara maju
:
USIA ETIOLOGI YANG ETIOLOGI YANG JARANG
SERING
Lahir – 20 hari BAKTERI BAKTERI
E. colli Bakteri anaerob
Streptococcus group B Streptococcus group D
Listeria monocytogenes Haemophillus influenzae
Streptococcus pneumoniae
Ureaplasma urealyticum
VIRUS
Virus Sitomegalo
Virus Herpes simpleks
3 minggu – 3 bulan BAKTERI BAKTERI
Chlamydia trachomatis Bordetella pertussis
Streptococcus Haemophillus influenzae tipe B
pneumoniae
VIRUS Moraxella catharalis
Virus Adeno Staphylococcus aureus
Virus Influenza Ureaplasma urealyticum
Virus Parainfluenza 1, VIRUS
2, 3

STASE ANAK Page 18


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

Respitatory Syncytical Virus Sitomegalo


Virus
4 bulan – 5 tahun BAKTERI BAKTERI
Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenzae tipe B
Mycoplasma Moraxella catharalis
pneumoniae
Streptococcus Neisseria meningitidis
pneumoniae
VIRUS Staphylococcus aureus
Virus Adeno VIRUS
Virus Influenza Virus Varisela-Zoster
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Synncytial
virus
5 tahun – remaja BAKTERI BAKTERI
Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenzae
Mycoplasma Legionella sp
pneumoniae
Streptococcus Staphylococcus aureus
pneumoniae
VIRUS
Virus Adeno
Virus Epstein-Barr
Virus Influenza
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial Virus
Virus Varisela-Zoster

STASE ANAK Page 19


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

III. EPIDEMIOLOGI
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan
utama pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita).
Diperkirakan hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang 2
juta anak meninggal setiap tahunnya akibat pneumonia. Menurut survei
kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi, 22,8% kematian balita
di indonesia disebabkan oleh penyakit respiratori, terutama pneumonia.

IV. FAKTOR RESIKO


Faktor resiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas pneumonia
pada anak balita di negara berkembang, antara lain:
a. Pneumonia yang terjadi pada masa bayi
b. Berat badan lahir rendah
c. Tidak mendapat imunisasi
d. Tidak mendapat ASI yang adekuat
e. Malnutrisi
f. Defisiensi vitamin A
g. Tingginya prevalens kolonisasi bakteri patogen di nasofaring
h. Tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi industri atau asap
rokok)
i. Imunodefisiensi dan imunosupresi : keadaan ini meningkatkan
predisposisi pneumonia.
j. Adanya penyakit lain yang mendahului, seperti infeksi HIV, campak
k. Tinggal di lingkungan padat penduduk
l. Intubasi, trakeostomi, refleks batuk yang terganggu, dan aspirasi :
keadaan ini menyebabkan organisme infeksi lebih mudah masuk
kedalam alveoli dan ruang udara terminal
m. Diskinesia silier, obstruksi bronkial, infeksi viral, merokok, dan bahan-
bahan kimia: kondisi ini menganggu kerja mukosiliar.

STASE ANAK Page 20


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

n. Abnormalitas anatomi, aspirasi cairan lambung atau sebab lain dari


inflamasi nooninfeksius, penurunan aliran darah, dan edema pulmonal:
kondisi tersebut meningkatkan predisposisi dari pneumonia.

V. KLASIFIKASI
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan,
dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi.
Pembagian secara anatomis :
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia lobularis
c. Pneumonia interstisialis (bronkiolitis)
Pembagian secara etiologi :
a. Bakteri : Pneumococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia,
Staphylococcus pneumonia, Haemofilus influenzae.
b. Virus : Respiratory Synctitial virus, Parainfluenzae virus,
Adenovirus
c. Jamur : Candida, Aspergillus, Mucor, Histoplasmosis,
Coccidiomycosis, Blastomycosis, Cryptoccosis.
d. Corpus Alienum
e. Aspirasi
f. Pneumonia hipostatik

VI. PATOGENESIS
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik.
Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan
mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal
dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin,
imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel

STASE ANAK Page 21


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau
bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas
bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas
bagian atas, dan jarang melalui hematogen.
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer
melalui saluran respiratori. Awalnya terjadi edema akibat reaksi jaringan yang
mempermdah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian
paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi sebukan sel PMN,
fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukan kuman pada alveoli. Lobus dan
lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna
menjadi merah. Stadium ini disebut hepatisasi merah.
Deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di
alveoli dan terjadi fagositosis cepat. Lobus masih tetap padat dan warnanya
menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram diliputi oleh fibrin. Alveolus
terisi fibrin dan leukosit. Kapiler tidak lagi kongestif. Disebut stadium
hepatisasi kelabu.
Selanjutnya jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel mengalami
degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Eksudat berkurang.
Disebut stadium resolusi. Sistem jaringan bronkopulmoner jaringan paru yang
tidak terkena akan tetap normal.
Secara patologi anatomi bronkopneumonia berbeda dari pneumonia
lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan distribusi yang tidak
teratur.

VII. GEJALA KLINIS


Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar dari ringan
hingga sedang. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam kehidupan, dan
mungkin terjadi komplikasi sehingga perlu dirawat.
Bronkopneumonia biasanya di dahului oleh infeksi saluran nafas bagian
atas selama beberapa hari. Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak
bergantung berat ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:

STASE ANAK Page 22


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

a. Gambaran infeksi umum :


- Demam  suhu bisa mencapai 39-40oC dan kadang dapat juga
disertai dengan kejang akibat demam yang tinggi.
- Sakit kepala
- Gelisah
- Malaise
- Penurunan nafsu makan
- Keluhan gastrointestinal  mual, muntah, diare
b. Gambaran gangguan respiratori:
- Batuk  awalnya kering kemudian menjadi produktif
- Sesak nafas
- Retraksi dada
- Takipnea
- Napas cuping hidung
- Penggunaan otat pernafasan tambahan
- Air hunger
- Sianosis
- Merintih
Pada pemeriksaan fisik bronkopneumonia tergantung dari luasnya daerah
yang terkena. Inspeksi dapat terlihat nafas cuping hidung, sianosis sekitar
hidung dan mulut, retraksi dada. Pada perkusi toraks sering tidak ditemukan
kelainan. Tetapi kadang dapat juga bunyi pekak saat perkusi atau bila sarang
bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi ditemukan
bunyi redup dan suara nafas mengeras saat auskultasi.
Saat auskultasi terdapat ronki basah halus, mengi dan penurunan suara
nafas. Tetapi ronki dan mengi sukar dilokalisasi sumbernya dari suara yang
kebetulan pada anak yang amat muda dengan dada hipersonor. Pada perkusi
dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.

STASE ANAK Page 23


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
a. Anamnesis terhadap manifestasi manifestasi klinis yang umumnya
dijumpai pada anak dengan bronkopneumonia
b. Temuan pemeriksaan fisik yang sesuai
c. Pemeriksaan penunjang seperti :
1) Darah lengkap
Leukositosis berkisar antara 15.000-40.000/mm3 , dengan predominan
PMN. Leukopenia menunjukan prognosis buruk. Leukositosis hebat
(> 30.000/mm3) hampir selalu menunjukan adanya infeksi bakteri,
sering ditemukan pada keadaan bakteriemi, dan resiko terjadi
komplikasi lebih tinggi. Kadang terdapat anemia ringan dan LED
meningkat. Secara umum hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan
LED tidak dapat membedakan antara infeksi virus dan bakteri secara
pasti.
2) C reaktif protein
Suatu protein fase akut yang disintesis oleh hepatosit. Sebagai respon
infeksi atau inflamasi jaringan
3) Uji serologis
Deteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik mempunyai
sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Tetapi diagnosis infeksi
Streptokokus grup A dapat dikonfirmasi dengan peningkatan titer
antibodi seperti antistreptolisin O, streptotozim.
4) Pemeriksaan mikrobiologis
5) Rontgen toraks
Posisi AP. Gambaran difus merata pada kedua paru berupa bercak
infiltrat yang dapat meluas hingga daerah petifer paru, disertai
dengan peningkatan corakan peribronkial.

STASE ANAK Page 24


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

IX. DIAGNOSA BANDING


a. Pneumonia lobaris
Biasanya pada anak yang lebih besar disertai badan menggigil dan kejang
pada bayi kecil. Suhu naik cepat sampai 39-40oC dan biasanya tipe
kontinua. Sesak nafas (+), nafas cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung
dan mulut dan nyeri dada. Anak lebih suka tidur pada sisi yang terkena.
Pada foto rotgen terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa
lobus.
b. Bronkioloitis
Diawali infeksi saluran nafas bagian atas, subfebris, sesak nafas, nafas
cupung hidung, retraksi intercostal dan suprasternal, terdengar wheezing,
ronki nyaring halus pada auskultasi. Gambaran labarotorium dalam batas
normal, kimia darah menggambarkan asidosis respiratotik ataupun
metabolik.
c. Aspirasi benda asing
Ada riwayat tersedak
d. Atelektasis
Adalah pengembangan tidak sempurna atau kempisnya bagian paru yang
seharusnya mengandung udara. Dispnoe dengan pola pernafasan cepat
dan dangkal, takikardia, sianosis. Perkusi mungkin batas jantung dan
mediastinum akan bergeser dan letak diafragma mungkin meninggi.
e. Tuberkulosis
Demam > 2 minggu, batuk > 3 minggu, berat badan menurun, nafsi makan
menurun, malaise, diare persisten yang tidak membaik dengan pengobatan
baku diare. Dan biasanya terdapat kontak. Diagnosis TB pada anak
ditegakkan dengan skor TB, yaitu:

STASE ANAK Page 25


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

Parameter 0 1 2 3
Laporan keluarga
Kontak TB Tidak - (BTA negatif atau BTA (+)
jelas tdk jelas
Postif (≥ 10mm,
Uji Tuberkulin negatif - - atau ≥5 mm pada
keadaan
imunosupresi
Berat badan/ BB/TB <90% Klinis gizi buruk
keadaan gizi - atau atau BB/TB <70% -
BB/U<80% atau BB/U<60%
Demam yg tdk
diketahui - ≥ 2 minggu - -
penyebabnya
Batuk kronik - ≥ 3 minggu - -
Pembesaran - ≥ 1 cm jumlah
kelenjar limfe > 1, tidak
kolli, aksila, nyeri
inguinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi - pembengkaka - -
panggul, lutut, n
falang
Foto toraks Normal/k Gambaran - -
elainan sugestif TB*
tdk jelas

X. PENATALAKSANAAN
a. Oksigen
b. Cairan intravena
c. Koreksi keseimbangan asam basa, elektrolit, gula darah

STASE ANAK Page 26


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

d. Analgetik/ antipirektik untuk demamnya


e. Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci keberhasilan
pengobatan. Pilihan lini pertama adalah golongan beta laktam atau
kloramfenikol. Jika tidak responsif, dapat diberikan antibiotik golongan
gentamisin, amikasin, sefalosporin sesuai dengan petunjuk etiologi yang
ditemukan. Terapi dilanjutkan 7-10 hari bila tidak ada komplikasi.

XI. KOMPLIKASI
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis
purulenta, pnemothorax, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis
purulenta. Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada
pneumonia bakteri. Efusi pleura, abses paru dapat juga terjadi.
Ilten F dkk. melaporkan mengenai komplikasi miokarditis (tekanan
sistolik ventrikel kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan gagal
jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2-24 bulan. Oleh
karena miokarditis merupakan keadaan yang fatal, maka dianjurkan untuk
melakukan deteksi dengan teknik noninvasif seperti EKG, ekokardiografi, dan
pemeriksaan enzim.

XII. PROGNOSIS
Secara umum, prognosisnya adalah baik, Gangguan jangka panjang pada
fungsi paru jarang, bahkan pada anak dengan pneumonia yang telah
terkomplikasi dengan empiema dan abses paru. Sekuele yang signifikan muncul
pada penyakit adenoviral, termasuk bronkiolitis obliterans. Kematian dapat
muncul pada anak dengan kondisi yang mendasari, seperti penyakit paru kronik
pada bayi prematur, penyakit jantung bawaan, imunosupresi, malnutrisi energi.
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat
diturunkan sampai kurang dari 1%.

STASE ANAK Page 27


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

STASE ANAK Page 28


[LAPORAN KASUS] November 22, 2018

DAFTAR PUSTAKA

1. Said M. Pneumonia. In: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar
Respirologi Anak. 1st ed. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008. H. 350-65.
2. Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Indonesia.
Pneumonia. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3. Cetakan kesebelas. Jakarta:
Infomedika Jakarta; 1985. H. 1228-35
3. Jr william w.hay, Levin myron j, sondheimer judith m, Deterding robin R.Lange
current diagnosis and treatment in pediatric.United states of america: The
McGraw-Hill companies;2007.
4. http://emedicine.medscape.com/article/954506. Accessed on 17 October 2013
5. http://www.scribd.com/doc/33659310/Askep-Bronkopneumonia-Pada-Anak-
Roy. Accessed on 15 April 2013

STASE ANAK Page 29

Anda mungkin juga menyukai