BAB I
PENDAHULUAN
Bronkopenumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang terjadi
pada Bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi, biasanya
sering disebabkan oleh bakteri streptokokus pneumonia dan Hemofilus influenza
yang sering ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi. Berdasarkan data WHO,
kejadian infeksi pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan antara 10-20%
pertahun.1
Anak dengan daya tahan atau imunitas terganggu akan menderita
bronkopneumonia berulang atau bahkan bisa anak tersebut tidak mampu mengatasi
penyakit ini dengan sempurna. Selain faktor imunitas, faktor iatrogen juga memicu
timbulnya penyakit ini, misalnya trauma pada paru, anastesia, pengobatan dengan
antibiotika yang tidaksempurna.2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. ALLOANAMNESA
1. Identitas Pribadi
Riwayat Imunisasi
Hepatitis B : 2 kali (0, 1, 6 bulan)
BCG : 1 kali (0 bulan)
DPT : 1 kali (2, 3, 4 bulan)
Polio : 1 kali ( 0, 2, 3, 4 bulan)
Campak : - (9 bulan)
Imunisasi booster : -
Riwayat Perkembangan
• Menegakkan Kepala : 2 bulan ( 0-3 bulan)
• Membalikkan Badan : - (3-6 bulan)
• Merangkak : - (6-9 bulan)
• Duduk : - (6-9 bulan)
• Berdiri : - (9-12 bulan)
• Berjalan : - (12-18 bulan)
• Berbicara : - (12-18 bulan)
RiwayatNutrisi
• 0-6 bulan
ASI : Asi eksklusif Semau bayi
Lainnya :-
• 6-8 bulan
ASI :-
Makan Pagi/Siang/Malam : -
Makan selingan (snack) :-
Lainnya :-
• 8-12 bulan
ASI :-
Makan Pagi/Siang/Malam :-
Makanan selingan (snack) :-
Lainnya :-
• 12-23 bulan
ASI :-
Makan Pagi/Siang/Malam : -
Makanan selingan (snack) : -
Lainnya :-
RESPONSE SCORE
EYE
TOTAL 15 15
PEMERIKSAAN FISIK
1. KeadaanUmum
Keadaan Sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS: 15
Nadi : 110 x/i Reguler (N: 100-150x/i)
Pernafasan : 60 x/i (RR : 35-55x/i)
Temperatur : 36,2 oC (T: 36,6˚C-37,5˚C)
Tekanan Darah : - (S:65-85/D: 45-55 mmHg)
Data Antropometri
Berat Badan : 5,4 kg
Panjang Badan : 59 cm
Lingkar Lengan Atas : 13,5 cm
Lingkar Kepala : 39 cm
I. PemeriksaanFisik
Kulit
a. Sianosis : Tidak ditemukan
b. Ikterus : Tidak ditemukan
c. Pucat : Tidak ditemukan
d. Turgor : Tidak ditemukan
e. Edema : Tidak ditemukan
Rambut : hitam dan tidak mudah dicabut
Kepala : Normal
a. Wajah
Dismorfik : Tidak
b. Mata
Palpebra : Edema (-)
Konjungtiva : Pucat (-), Hyperemis (-), Sekret (-)
Sklera : Ikterus (-)
Pupil : Isokor (+)
Refleks Cahaya : +/+
c. Hidung : pucat, sekret(+)
Mulut
Bibir : Tidak ditemukan kelainan
Gusi : Tidak ditemukan kelainan
Palatum : Tidak ditemukan kelainan
Lidah : Tidak ditemukan kelainan
Tonsil : T1-T1 Hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
d. Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Leher
a. Kelenjar Getah Bening : Pembesaran KGB (-)
b. Kaku kuduk : Negatif
Thoraks
a. Paru
Inspeksi : Simetris kanan = kiri
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kedua lapang paru
Auskultasi : Suara paru bronkial kedua lapang paru, Suara
tambahan : ronki basah +/+, wheezing -/-
b. Jantung
Auskultasi : BJ I & II Normal
Abdomen
a. Inspeksi : Soepel dan simetris, distensi (-)
b. Palpasi : Nyeri Tekan (-), Ascites(-), Massa (-).
Hepar :Tidak teraba,
Lien : Tidak teraba,
c. Perkusi : Timpani
d. Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
Ekstremitas : Akral hangat, Oedema : (-), CRT : kembali cepat
Genitalia : Tidak didapatkan kelainan
Anus/ Rectum : Tidak dilakukan pemeriksaan
P. Neurologis : Tidak dilakukan pemeriksaan
DIAGNOSIS BANDING
1. Bronkopneumonia
2. ISPA
3. Bronkiolitis
DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Bronkopneumonia
TERAPI SEMENTARA
Terapi pertama:
IVFD RL asnet
100 (kgBB)/hari
100 x 5,4 = 540 cc/hari
koreksi :
dapat Asi ± 2 gelas (400cc/hari)
540-500 : 40cc/hari
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. H2TL
2. Foto thorak
DIAGNOSA KERJA
Bronkopneumonia
FOLLOW UP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
Pneumonia lobaris
Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Pneumonia intertisial (bronkiolitis)
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak infiltrat. (
Whalley and Wong, 1996).
Bronkopneumonia adalah frekuensi komplikasi pulmonary, batuk
produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu tubuh meningkat, nadi
dan pernafasan meningkat. (Suzanne G. Bare,1993)
Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-
paru yang disebakan oleh bakteri, jamur,virus, dan benda asing (Sylvia
Anderson,1994)
Jika digabungkan dapat menjadi, bronkopneumonia disebut juga
pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang
terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus
disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
II. ETIOLOGI
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada
perbedaan dan kekhasan pneumonia pada anak, terutama spektrum etiologi,
gabaran klinis, dan strategi pengobatan. Etiologi pada neonatus dan bayi kecil
meliputi streptococcus grup B dan Bakteri gram negatif seperti E.coli,
Pseudomonassp, Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan balita seringnya
Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di negara maju
:
USIA ETIOLOGI YANG ETIOLOGI YANG JARANG
SERING
Lahir – 20 hari BAKTERI BAKTERI
E. colli Bakteri anaerob
Streptococcus group B Streptococcus group D
Listeria monocytogenes Haemophillus influenzae
Streptococcus pneumoniae
Ureaplasma urealyticum
VIRUS
Virus Sitomegalo
Virus Herpes simpleks
3 minggu – 3 bulan BAKTERI BAKTERI
Chlamydia trachomatis Bordetella pertussis
Streptococcus Haemophillus influenzae tipe B
pneumoniae
VIRUS Moraxella catharalis
Virus Adeno Staphylococcus aureus
Virus Influenza Ureaplasma urealyticum
Virus Parainfluenza 1, VIRUS
2, 3
III. EPIDEMIOLOGI
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan
utama pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita).
Diperkirakan hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang 2
juta anak meninggal setiap tahunnya akibat pneumonia. Menurut survei
kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi, 22,8% kematian balita
di indonesia disebabkan oleh penyakit respiratori, terutama pneumonia.
V. KLASIFIKASI
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan,
dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi.
Pembagian secara anatomis :
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia lobularis
c. Pneumonia interstisialis (bronkiolitis)
Pembagian secara etiologi :
a. Bakteri : Pneumococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia,
Staphylococcus pneumonia, Haemofilus influenzae.
b. Virus : Respiratory Synctitial virus, Parainfluenzae virus,
Adenovirus
c. Jamur : Candida, Aspergillus, Mucor, Histoplasmosis,
Coccidiomycosis, Blastomycosis, Cryptoccosis.
d. Corpus Alienum
e. Aspirasi
f. Pneumonia hipostatik
VI. PATOGENESIS
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik.
Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan
mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal
dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin,
imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau
bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas
bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas
bagian atas, dan jarang melalui hematogen.
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer
melalui saluran respiratori. Awalnya terjadi edema akibat reaksi jaringan yang
mempermdah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian
paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi sebukan sel PMN,
fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukan kuman pada alveoli. Lobus dan
lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna
menjadi merah. Stadium ini disebut hepatisasi merah.
Deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di
alveoli dan terjadi fagositosis cepat. Lobus masih tetap padat dan warnanya
menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram diliputi oleh fibrin. Alveolus
terisi fibrin dan leukosit. Kapiler tidak lagi kongestif. Disebut stadium
hepatisasi kelabu.
Selanjutnya jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel mengalami
degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Eksudat berkurang.
Disebut stadium resolusi. Sistem jaringan bronkopulmoner jaringan paru yang
tidak terkena akan tetap normal.
Secara patologi anatomi bronkopneumonia berbeda dari pneumonia
lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan distribusi yang tidak
teratur.
VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
a. Anamnesis terhadap manifestasi manifestasi klinis yang umumnya
dijumpai pada anak dengan bronkopneumonia
b. Temuan pemeriksaan fisik yang sesuai
c. Pemeriksaan penunjang seperti :
1) Darah lengkap
Leukositosis berkisar antara 15.000-40.000/mm3 , dengan predominan
PMN. Leukopenia menunjukan prognosis buruk. Leukositosis hebat
(> 30.000/mm3) hampir selalu menunjukan adanya infeksi bakteri,
sering ditemukan pada keadaan bakteriemi, dan resiko terjadi
komplikasi lebih tinggi. Kadang terdapat anemia ringan dan LED
meningkat. Secara umum hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan
LED tidak dapat membedakan antara infeksi virus dan bakteri secara
pasti.
2) C reaktif protein
Suatu protein fase akut yang disintesis oleh hepatosit. Sebagai respon
infeksi atau inflamasi jaringan
3) Uji serologis
Deteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik mempunyai
sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Tetapi diagnosis infeksi
Streptokokus grup A dapat dikonfirmasi dengan peningkatan titer
antibodi seperti antistreptolisin O, streptotozim.
4) Pemeriksaan mikrobiologis
5) Rontgen toraks
Posisi AP. Gambaran difus merata pada kedua paru berupa bercak
infiltrat yang dapat meluas hingga daerah petifer paru, disertai
dengan peningkatan corakan peribronkial.
Parameter 0 1 2 3
Laporan keluarga
Kontak TB Tidak - (BTA negatif atau BTA (+)
jelas tdk jelas
Postif (≥ 10mm,
Uji Tuberkulin negatif - - atau ≥5 mm pada
keadaan
imunosupresi
Berat badan/ BB/TB <90% Klinis gizi buruk
keadaan gizi - atau atau BB/TB <70% -
BB/U<80% atau BB/U<60%
Demam yg tdk
diketahui - ≥ 2 minggu - -
penyebabnya
Batuk kronik - ≥ 3 minggu - -
Pembesaran - ≥ 1 cm jumlah
kelenjar limfe > 1, tidak
kolli, aksila, nyeri
inguinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi - pembengkaka - -
panggul, lutut, n
falang
Foto toraks Normal/k Gambaran - -
elainan sugestif TB*
tdk jelas
X. PENATALAKSANAAN
a. Oksigen
b. Cairan intravena
c. Koreksi keseimbangan asam basa, elektrolit, gula darah
XI. KOMPLIKASI
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis
purulenta, pnemothorax, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis
purulenta. Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada
pneumonia bakteri. Efusi pleura, abses paru dapat juga terjadi.
Ilten F dkk. melaporkan mengenai komplikasi miokarditis (tekanan
sistolik ventrikel kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan gagal
jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2-24 bulan. Oleh
karena miokarditis merupakan keadaan yang fatal, maka dianjurkan untuk
melakukan deteksi dengan teknik noninvasif seperti EKG, ekokardiografi, dan
pemeriksaan enzim.
XII. PROGNOSIS
Secara umum, prognosisnya adalah baik, Gangguan jangka panjang pada
fungsi paru jarang, bahkan pada anak dengan pneumonia yang telah
terkomplikasi dengan empiema dan abses paru. Sekuele yang signifikan muncul
pada penyakit adenoviral, termasuk bronkiolitis obliterans. Kematian dapat
muncul pada anak dengan kondisi yang mendasari, seperti penyakit paru kronik
pada bayi prematur, penyakit jantung bawaan, imunosupresi, malnutrisi energi.
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat
diturunkan sampai kurang dari 1%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Said M. Pneumonia. In: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar
Respirologi Anak. 1st ed. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008. H. 350-65.
2. Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Indonesia.
Pneumonia. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3. Cetakan kesebelas. Jakarta:
Infomedika Jakarta; 1985. H. 1228-35
3. Jr william w.hay, Levin myron j, sondheimer judith m, Deterding robin R.Lange
current diagnosis and treatment in pediatric.United states of america: The
McGraw-Hill companies;2007.
4. http://emedicine.medscape.com/article/954506. Accessed on 17 October 2013
5. http://www.scribd.com/doc/33659310/Askep-Bronkopneumonia-Pada-Anak-
Roy. Accessed on 15 April 2013