BAB 1
METODE PENUGASAN
DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN
A. Pendahuluan
Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga
kesehatan untuk bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat
diwujudkan dibidang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu
usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional
tersebut adalah pengembangan model praktek keperawatan profesional
(MPKP) yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian
asuhan tersebut.
Kelebihan :
- Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu
singkat dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang
baik
- Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
- Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja
- Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai
kerja.
- Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana.
- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta
didik yang melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kelemahan :
- Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga
kesulitan dalam penerapan proses keperawatan.
- Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas
pekerjaan.
- Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja
- Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
- Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
- Hubungan perawat dank klien sulit terbentuk
5
2. Metode TIM
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan
perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan
berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan dibidangnya
(Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh
pimpinan kelompok/ ketua group dan ketua group bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggota group / tim. Selain itu ketua group
bertugas memberi pengarahan dan menerima laporan kemajuan
pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan selanjutnya
ketua tim melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan
pelayanan / asuhan keperawatan terhadap klien.
3. Metode Primer.
Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an,
menggunakan beberapa konsep dan perawatan total pasien.
Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab selama
24 jam terhadap perencanaan pelaksanaan pengevaIuasi satu atau
beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien
dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer
memberikan perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika
perawat primer tidak sedang bertugas, perawatan
diberikan/didelegasikan kepada perawat asosiet yang mengikuti
rencana keperawatan yang telah disusuni oleh perawat primer.
Kelebihan :
- Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil
dan memungkinkan untuk pengembangan diri.
- Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi
meningkatkan motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat
- Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan
perawat primer dalam memberikan atau mengarahkan perawatan
sepanjang hospitalisasi.
- Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran
manajer operasional dan administrasi
- Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan
keperawatan secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat
primer adalah memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan
ilmu pengetahuan.
- Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa
informasi tentang kondisi klien selalu mutakhir dan
komprehensif serta informasi dapat diperoleh dari satu perawat
yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya.
- Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas
mereka.
- Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan
supervisi dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada
klien.
15
Kelemahan :
- Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
- Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki
akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan
asuhan keperawatan untuk klien.
- Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.
- Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.
- Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.
4. Metode Kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap
pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien
dengan pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode
penugasan kasus biasa diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi,
intensive care, perawat kesehatan komunitas.
Kelebihan :
- Perawat lebih memahami kasus per kasus
- Sistem evaluasi da
Kekurangan :
- Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab
- Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama
18
5. Metode Modifikasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan dengan
modifikasi antara tim dan primer.
Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai
dengan kondisi sumber daya manusia yang ada, antara lain adalah:
a. Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan
keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga
perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang
berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat
melakukan riset serta memanfaatkan hasil-hasil riset dalam
memberikan asuhan keperawatan
Disamping itu karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagaian
besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat
primer atau ketua tim tentang asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Achir Yani, Model Praktek Keperawatan di Rumah Sakit, disampaikan pada
seminar keperawatan yang diselenggarakan DPD I PPNI, Jawa timur di
Surabaya, 11 Desember 1999.
Cobell, C. ( 1992) , The efficacy of primary Nursing as a Foundation For Patient
Advocacy Nursing Practic, hal : 2-5
Douglas, LM. (1984) , the Effevtive Nurse Leader and Menager, Second edition,
St. Louis, the CV Mosby.
Gillies, D. (1989) , Nursing Management company a Sistem Approach,
Philadelphia, W.B. Saunders.
Huber,. D., (2000). Leadershi~ and nursing care management Philadelpia: W.B.
Saunders Company.
Kelompok Pekerja Keperawatan , Konsorsium Ilmu Kesehatan (1995), Konsep
Model Praktek Keperawatan, tidak dipublikasikan.
Keliat, B.A., dkk (2000). Pedoman manajemen sumber daya manusia perawat
ruang model praktek keperawatan profesional rumah sakit Marzoeki Mahdi
Bogor. Makalah : tidak dipublikasikan
Manurung, I., (2001). Model Pemberian Asuhan Keperawatan Makalah. Bogor: tidak
dipublikasi
Marquis, BL & Huston, Cj (1998), Management Decision Making For Nurses, 124
Cases Studies, 3 Ed. Philadelphia : JB Lippincott
Nursalam (2007), Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktek Keperawatan
Proffesional. Jakarta : Salemba Medika
Sitorus, R, Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit;
Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di
Ruang Rawat, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
Sudarsono, R.S. (2000). Berbagai model praktek keperawatan profesional di rumah
sakit. Makalah seminar dan semiloka MPKP II. Jakarta : tidak
dipublikasikan
Russel C. Swanburg .(1994). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan Untuk Perawat Klinis, Jakarta : EGC
Tappen, R.M., (l 995). Nursing Leadership and Management. Concepts and Practice.
(3 rd edition). Philadelpia: F.A. Davis Company.
22
BAB 2
Pendekatan Manajemen dalam penerapan MPKP
(Management Approach)
2) Visi
3) Misi
4) Tujuan
Contoh :
Visi Rungan :
- Menjadi ruangan yang mampu dan handal dalam pelayanan keperawatan di
Rumah Sakit ..A.. dengan pelayanan secara utuh bio-psiko-sosio dan spiritual
Misi Ruangan
- Kami dapat melayani pasien dengan layanan sepenuh hati
- Kami akan selalu berkomunikasi dengan pasien secara terapeutik
- Kami akan optimalisasi sarana pelayanan sehingga bisa efektif dan efisien
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima, berfokus pada
kesehatan dan kepuasan pasien dengan tetap memperhatikan aspek sosial
Moto Kami :
- Kami diciptkan untuk berbuat baik dengan sesama
Falsafah keperawatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan di Rumah sakit …B… perawat
meyakini:
- Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan bio, psiko, sosio, kultur
dan spiritual, di mana unsur spiritual merupakan unsur terpenting. Kebutuhan
ini penting selalu diperhatikan dalam setiap pemberian asuhan keperawatan di
lingkungan RS ……………….
- Keperawatan merupakan karya Tuhan Yang Maha Esa bagi umat manusia
melalui tim keperawatan yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan
secara optimal, kepada semua yang membutuhkan dengan tidak membedakan
suku, bangsa, agama maupun status sosial di tempat pelayanan keperawatan
berdasarkan dorongan kasih dari Allah.
- Tujuan asuhan keperawatan dicapai melalui anugerah Allah dan usaha
bersama tim keperawatan, tim kesehatan lainnya dan klien.
- Asuhan keperawatan diberikan dengan menggunakan proses keperawatan
31
b. Menyusun Kebijakan,
Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam
pengambilan keputusan. Analisis kebijakan merupakan nasehat atau
bahan pertimbangan pembuat kebijakan yang berisi tentang masalah
yang dihadapi, tugas yang mesti dilakukan oleh organisasi yang
berkaitan dengan masalah tersebut, dan juga berbagai alternatif
kebijakan yang mungkin bisa diambil dengan berbagai penilaiannya
berdasarkan tujuan kebijakan. Kebijakan yang disusun didalam
ruangan MPKP antara lain adalah kedisiplinan, aturan dinas, rotasi,
jenjang karir dan lain-lain.
a. Rencana Harian
Operan
14.00
Post conference
36
Tanggal/bulan
no nama perawat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 dst jml %
1 Duki √ √ -
2 Romi
3 Yulia
4 Saiful
Ket: (√) : perawat membuat rencana harian
(- ) : perawat tidak membuat rencana harian
(0) : perawat libur
b. Rencana Bulanan
1 2 3 4 5 6 7
Rapat Supervisi Audit Penkes Supervisi Audit Dst.
Lap. Katim dokumen keluarga PA dok
bulanan
Ketua Tim Kepala Ruang
(…………) (……………….)
1 2 3 4 5 6 7
Rapat Supervisi Supervisi Penkes Supervisi Audit Dst.
ruangan PA PA keluarga PA dok
Ketua Tim Kepala Ruang
(…………) (……………….)
41
c. Rencana tahunan
Setiap akhir tahun kepala ruang melakukan evaluasi hasil kegiatan
dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut
serta penyusunan rencana tahunan berikutnya.
Rencana kegiatan tahunan mencakup :
a) Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik
proses kegiatan (aktifitas yang dilakukan dari 4 pilar praktek
profesioanal) serta evaluasi mutu pelayanan
b) Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing
tim
c) Penyegaran terkait dengan materi MPKP khusus kegiatan yang
masih rendah pencapaianya yang bertujuan mempertahankan
kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan meningkatkanya dimasa
mendatang
d) Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan
jenjang karir perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi
karu), rekomendasi untuk melajutkan pendidikan formal, membuat
jadual untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.
42
B. Pengorganisasian
1. Struktur organisasi
Gambar 2.1
Struktur Organisasi Ruangan A
3. Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar semua pasien yang menjadi tanggung jawab
tiap kelompok selama 24 jam. Secara individu, setiap pasien
mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total selama
dirawat dan juga setiap shift dinas. Hal ini menggambarkan tanggung
jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien
sehingga terwujudlah perawatan pasien yang holistik. Daftar pasien
juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain dan keluarga untuk
berkolaborasi tentang perkembangan dan perawatan pasien. Daftar
pasien ruangan diisi oleh katim sebelum operan dengan dinas
berikutnya.
4. Klasifikasi Pasien
Pasien diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi yang dibagi
dalam tiga kelompok berdasarkan tingkat ketergantungan klien :
(1) Perawatan Total, yaitu klien memerlukan 7 jam perawatan
langsung per 24 jam
(2) Perawatan Parsial, yaitu klien memerlukan 4 jam perawatan
langsung per 24 jam
(3) Perawatan Mandiri, yaitu klien memerlukan 2 jam perawatan
langsung per 24 jam
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori di atas adalah
sebagai berikut:
1. Kategori I : Perawatan mandiri/self care
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara
umum baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan
orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan
biasanya ringan dan sederhana.
2. Kategori II : Perawatan sedang/partial/intermediate care
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu
makan, memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan
kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar
mandi. Penampilan pasien sakit sedang. Tindakan perawatan pada
pasien ini monitor tanda-tanda vital, periksa urin reduksi, fungsi
fisiologis, status emosional, kelancaran drainase atau infus. Pasien
memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk mendukung
emosi 5 – 10 menit/shift. Tindakan dan pengobatan 20 – 30
menit/shift atau 30 – 60 menit/shift dengan mengobservasi efek
samping obat atau reaksi alergi.
48
Dalam satu penelitian Douglas (1975, dalam Sudarsono, 2000) tentang jumlah
tenaga perawat di rumah sakit, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan
pada pagi, sore dan malam tergantung pada tingkat ketergantungan pasien
seperti pada tabel berikut.
50
Tabel 2.11 : Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang
b. Dinas siang
3 x 0,14 = 0,42
14 x 0.15 = 2.10
5 x 0,30 = 1,50
Jumlah 4,02 → 4 orang
c. Dinas malam
3 x 0,10 = 0,30
14 x 0.07 = 0,98
5 x 0,20 = 1,00
Jumlah 2,26 → 2 orang
Berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa total jumlah
kebutuhan perawat untuk dinas pagi, sore dan malam sebanyak 12
orang.
Dari tabel diatas, dengan kapasitas tempat tidur 32 buah, diperlukan perawat
sebagai berikut :
Jumlah kebutuhan perawat setiap hari = 7.11 + 5.28 + 3.35
= 15.74 → 16 orang
Libur/cuti = ± 5 orang
Jumlah tenaga yang dibutuhkan = 16 + 5 = 21 orang + kepala
ruangan + 4 orang perawat
primer
= 26 orang
52
C. Pengarahan
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada staff agar
mereka mampu bekerja secara optimal dalam melaksnaakan tugas-
tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki. Pengarahan ini
termasuk didalamnya adalah kejelasan komunikasi, pengembangan
motivasi yang efektif. Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi yang
paling fundamental dalam manajemen, karena merupakan pengupayaan
berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai
dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi
sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan
benar. Memang diakui bahwa usaha-usaha perencanaan dan
pengorganisasian bersifat vital, tetapi tidak akan ada output konkrit yang
akan dihasilkan sampai kita mengimplementasi aktivitas-aktivitas yang
diusahakan dan yang diorganisasi. Untuk maksud itu maka diperlukan
tindakan pengawasan (actuating) atau usaha untuk menimbulkan action.
1) Program motivasi
Program motivasi dimulai dengan membudayakan cara berfikir positif
bagi setiap SDM dengan mengungkapkannya melalui pujian
(reinforcement) pada setiap orang yang bekerja bersama-sama.
Kebersamaan dalam mencapai visi, dan misi merupakan pendorong
kuat untuk fokus pada potensi masing-masing anggota.
53
2) Manajemen konflik,
MPKP merupakan pendekatan baru, maka kemungkinan
menimbulkan konflik yang disebabkan oleh persepsi, pandangan dan
pendapat yang berbeda. Untuk itu dilakukan pelatihan tentang sistem
pelayanan dan asuhan keperawatan bagi semua SDM yang ada
(MPKP). Selain itu dalam implementasi MPKP, Kepala
subdepartemen keperawatan (Kasubdepwat), kepala ruangan (kalak)
dan katim agar melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
untuk mencegah dan menyelesaikan konflik. Komunikasi yang
terbuka diarahkan kepada penyelesaian konflik dengan win-win
solution.
3) Supervisi
Pengawasan merupakan hal yang penting dilakukan untuk
memastikan pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan sesuai
standar mutu yang ditetapkan. Pelayanan tidak diartikan sebagai
pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan
partisipatif yaitu perawat yang mengawasi pelaksanaan kegiatan
memberikan penghargaan pada pencapaian atau keberhasilan dan
memberi jalan keluar pada hal-hal yang belum terpenuhi. Dengan
demikian pengawasan mengandung makna pembinaan.
4) Pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain agar
aktifitas organisasi tetap berjalan. Pendelegasian dilaksanakan melalui
proses sebagai berikut :
a) Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan
b) Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas
c) Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan
d) Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa
tujuaanya
e) Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas
f) Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena
menghadapi masalah tertentu, manajer harus bisa menjadi model
peran dan menjadi narasumber untuk menyelesaikan masalah
yang etrjadi
g) Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
h) Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan
Nama : ………………………………………………
Nip. :………………………………………………
Unit Kerja :………………………………………………
Jabatan :………………………………………………
Jakarta, …………………………….
Yang Mendelegasikan tugas Penerima delegasi
(…………………….) (…………………..)
5) Komunikasi efektif
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya
pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi,
komunikasi yang kurang baik dapat mengganggun kelancaran organisasi
dalam mencapai tujuan.
Beberapa bentuk komunikasi diruang MPKP antara lain adalah operan, pr
conferen dan post conferen:
a) Operan
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien atau komunikasi
dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam. Operan dinas pagi ke
60
dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dinas sore ke
dinas malam langsung dipimpin oleh penanggung jawab tim sore ke
penanggung jawab tim malam.
b) Pre conferen
Pre conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan yang dipimpin oleh katim atau penanggung
jawab tim. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana
harian) dan tambahan rencana dari katim atau PJ tim. Isi post
conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal
penting untuk operan (Keliat, 2000).
c) Post conferen
Post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shif dan sebelum operan. Isi post
conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal
penting untuk operan (Keliat, 2000).
62
d) Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, dengan
melibatkan klien untuk mermbahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan oleh ketua Tim atau penanggung jawab jaga dengan
melibatkan seluruh anggota tim.
Karakteristik pelaksanan ronde keperawatan antara lain:
- Klien dilibatkan secara langsung
- Klien merupakan fokus kegiatan
- Perawat pelaksana, perawat primer dan konsuler melakukan
diskusi bersama
- Kosuler memfasilitasi kreatifitas
- Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat
asosiet, perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengatasi masalah
63
Tujuan :
- menumbuhkan cara berfikir secara kritis
- Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berasal dari masalah klien
- Meningkatkan vadilitas data klien
- Menilai kemampuan justifikasi
- Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
- Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
perawatan.
Peran perawat primer dan perawat pelaksana dalam
menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan
yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa
disebutkan antara lain :
- Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
- Menjelaskan masalah keperawatan utama
- Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
- Menjelaskan tindakan selanjutnya
- Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
Peran perawat primer lain dan atau konsuler
- Memberikan justifikasi
- Memberikan reinforcement
- Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan
serta tindakan yang rasional
- Mengarahkan dan koreksi
- Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
64
D. Fungsi Pengendalian
Pengendalian (controlling) adalah proses untuk mengamati secara
terus-menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan
mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi. Pengawasan
(controlling) dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan,
mengoreksi penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang
dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan. Adalah wajar jika
terjadi kekeliruan-kekeliruan tertentu, kegagalan-kegagalan dan petunjuk-
petunjuk yang tidak efektif hingga terjadi penyimpangan yang tidak
diinginkan dari pada tujuan yang ingin dicapai.
1) Audit struktur
Berfokus pada sumber daya manusia, lingkungan perawatan, termasuk
fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standart, SOP
dan rekam medic, pelanggan (internal maupun external). Standart dan
indikator diukur dengan mengunakan cek list.
2) Audit proses
Merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan apakah
standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat retrospektif,
concurrent, atau peer review. Retrospektif adalah audit dengan
menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui
pemeriksaan dokumentasi. Concurent adalah mengobservasi saat
kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan
balik sesame anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
3) Audit hasil
Audit hasil adalah produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien,
kondisi SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat berupa
keberhasilan pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa
efektifitas dan efisiensi serta kepuasan. Untuk indikator mutu berupa
BOR, ALOS, TOI, angka infeksi nosokomial dan angka dekubitus.
68
Keterangan :
- Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu hari
kali jumlah hari dalam satu satuan waktu
- Jumlah hari persatuan waktu, jika diukur persatu bulan maka jumlahnya
28-31 hari, tergantung jumlah hari dalam bulan tersebut
3) Kondisi pasien
a) Audit dokumentasi asuhan keparawat
Audit dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam medik
yang pulang atau yang sedang dirawat lalu dibuat
rekapitulasinya untuk ruangan. Survey masalah pasien yang
diambil dari pasien baru yang dirawat pada bulan yang
bersangkutan untuk menganalisa apakah ada masalah baru
yang belum dibuat standar asuhannya. Ketua tim akan
memberi kontribusi data yang dibutuhkan oleh kepala ruangan
dalam menilai pencapaian kegiatan MPKP.
Bagan 1
Hubungan antara fungsi-fungsi manajemen
72
DAFTAR RUJUKAN
BAB 3
PERENCANAAN
TENAGA KEPERAWATAN
Contoh kasus :
Diketahui rata-rata perawatan selama 24 jam adalah 120 jam seperti pada
tabel, BOR rata-rata 70 %, jumlah tempat tidur 100, berapa kebutuhan
perawat di rumah sakit tersebut :
Tabel 3.1 : Rrata-rata perawatn selama 24 jam
Rata-rata jam Jumlah jam
Rata-rata
NO Jenis /katagori perawatan perawatan
pasien/hari
pasien/hari /hari
1 Pasien bedah 10 4 40
2 Pasien anak 5 6 30
3 Pasien penyakit 10 5 50
dalam
Jumlah 25 120
76
Jawab :
120 x (70/100 x 100) x 365
Tenaga Perawat
( 365 76 ) x 6
Keterangan :
TP = Tenaga perawat
A = Jumlah jam perawatan / 24 jam
41 Mg = 365 - 52 (Hr Ming.) - 12 hr libur - 12 hr cuti = 289 / 7
Contoh kasus :
Diketahui rata-rata perawatan selama 24 jam adalah 40 jam seperti pada
tabel, BOR rata-rata 70 %, jumlah tempat tidur 100, berapa kebutuhan
perawat di rumah sakit tersebut :
Tabel 1.2 rata-rata perawatn selama 24 jam
Rata-rata jam Jumlah jam
Rata-rata
NO Jenis /katagori perawatan perawatan
pasien/hari
pasien/hari /hari
1 Pasien bedah 10 4 40
Jawab :
( A x 52 mg ) x 7 Hr ( TT x BOR )
Tenaga Perawat x 125%
41 mg x 40 jam
( 40 x 52 mg ) x 7 Hr ( 100 x 0,7 )
Tenaga Perawat x 125%
41 mg x 40 jam
= 776
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan : 776 orang
C. Metode Ilyas
Metode ini dikembangakan oleh Yaslis Ilyas sejak tahun 1995.
Rumus dasar dari formula ini adalah sebagai berikut :
A x B x 365
Tenaga Perawat
(255 x jam kerja / hari)
Keterangan:
A = Jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan pasien)
B = sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
365 = jumlah hari kerja selama setahun
255 = hari kerja efektif perawat/tahun
= {365 - (12 hari libur nasional - 12 hari libur cuti tahunan) x 3/4}
= 255 hari
78
Contoh kasus :
Diketahui rata-rata perawatan selama 24 jam adalah 6 jam, BOR rata-rata
70 %, jumlah tempat tidur 100, berapa kebutuhan perawat di rumah sakit
tersebut :
Jawab :
A x B x 365
Tenaga Perawat
(255 x jam kerja / hari)
6 x (100 x 0,7) x 365
Tenaga Perawat
(255 x 6 )
= 100 orang
D. Douglas (1992)
Douglas (1992), mengklasifikasi derajat ketergantungan klien menjadi
tiga kategori, yaitu :
a. Perawatan minimal, memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam dengan
kriteria :
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift)
5) Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil
79
Dst
a. Dinas pagi :
3 x 0,17 = 0,51
14 x 0.27 = 3,78
5 x 0,36 = 1,90
Jumlah 6,90 → 6 orang
b. Dinas siang
3 x 0,14 = 0,42
14 x 0.15 = 2.10
5 x 0,30 = 1,50
Jumlah 4,02 → 4 orang
c. Dinas malam
3 x 0,10 = 0,30
14 x 0.07 = 0,98
5 x 0,20 = 1,00
Jumlah 2,26 → 2 orang
E. Metode rasio
Metode rasio adalah metode yang didasarkan pada SK Menkes Nomor:
262/Menkes/Per/VI/79), sebagaimana pada tabel 2.3
Tabel 2.3 Rasio Tempat Tidur dan Personel Rumah Sakit
b) Kelas II 3 jam/24 jam, c) Kelas III 4,5 jam/24 jam dan d) Kelas
IV 6 jam/24 jam. Dalam satu hari, perawat terbagi menjadi tiga
shift dimana setiap shiftnya memerlukan 35 % untuk shift pagi,
35 % untuk shift sore dan 30 % untuk shift malam.
∑ jam perawatan
∑ tenaga kep.R. Rawat Inap = + Loss day + Tugas non kep.
Jam kerja efektif per shif
52 + 12 + 14
X 21 = 6
286
21 + 6
100 X 25 = 7
Jadi tenaga yang diperlukan adalah :
Tenaga yang ada + faktor koreksi + tugas non keperawatan =
21 + 6 + 7 = 34 orang perawat
86
b. Kamar Operasi
Dikamar operasi menggunakan dasar perhitungan sebagai berikut :
1) Jumlah jenis operasi
2) Jumlah kamar operasi
3) Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam per hari) pada hari
kerja.
4) Tugas perawat dikamar operasi (instrumentator, perawat sirkulasi =
2 orang /tim)
5) Ketergantungan pasien
- Operasi besar : 5 jam/ 1 operasi
- Operasi sedang : 2 jam / 1 operasi
- Operasi kecil : 1 jam / 1 operasi
(∑ jam perawatan /hari X ∑ operasi) X ∑ perawat dalam tim
=
Jam kerja efektif / hari
Contoh kasus :
Dalam suatu rumah sakit terdapat 25 operasi /hari, dengan perincian :
- Operasi besar 6 orang
- Operasi sedang 10 orang
- Operasi kecil 9 orang
Berapa kebutuhan tenaga perawat di ruang ini :
87
Jawab :
(6 x 5) +(10 x 2) + (9x1) X 2
= 18
7 jam
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan dikamar operasi
adalah 18 orang
c. Diruang Gawat darurat
Dasar perhitungan di unit gawat darurat adalah :
1) Rata-rata jumlah pasien / hari
2) Jumlah jam perawatan / hari
3) Jam efektif perawat / hari
4) Ketergantungan pasien
- Gawat darurat :
- Mendesak :
- Tidak mendesak:
Rumus :
D X 365
TP:
255 X Jam kerja/hari
Keterangan:
TP = Tenaga perawat
D = Jam keperawatan
365 = jumlah hari kerja selama setahun
255 = hari kerja efektif perawat/tahun
= {365 - (12 hari libur nasional - 12 hari libur cuti tahunan) x 3/4}
= 255 hari
Indeks ¾ merupakan indeks yang berasal dari karakteristik
jadual kerja perawat dirumah sakit yang dihitung dari setiap
empat hari kerja efektif, dimana perawat mendapat libur satu hari
setelah jadual jaga malam. Uraiannya sebagai berikut hari
pertama perawat masuk pagi, hari kedua siang, hari ketiga malam
dan hari keempat perawat mendapat libur satu hari
Jam kerja/hari = 6 jam/hari
88
Contoh :
Diruang gawat darurat diketahui :
- rata-rata jumlah pasien / hari : 30
- Jumlah jam perawatan : 4 jam
- Jam efektif /hari : 7 jam
Berapa kebutuhan tenaga perawat di ruangan/hari :
30 x 4
= 29
7
d. Critical care
Diketahui :
- Rata-rata jumlah pasien/hari : 10 orang
- Jumlah jam perawatan/hari : 12 jam
Jadi kebutuhan tenaga perawatan diruang critikal care adalah :
e. Rawat Jalan
Diketahui :
- Rata-rata jumlah pasien 1 hari = 100
- Jumlah jam perawatan 1 hari 15
Jadi kebutuhan tenaga perawat di rawat jalan ini adalah :
89
DAFTAR PUSTAKA
BAB 4
Manajemen Konflik Dalam Organisasi
A. Pendahuluan
Terjadinya konflik dalam setiap organisasi merupakan sesuatu hal
yang tidak dapat dihindarkan. Hal ini terjadi karena orang-orang yang
terlibat dalam organisasi mempunyai karakter, tujuan, visi, maupun gaya
yang berbeda-beda. Di sisi lain adanya saling interaksi dan ketergantungan
antara satu dengan yang lain yang menjadi karakter setiap organisasi.
Dalam proses interaksi antara suatu subsistem dengan subsistem lainnya
tidak ada jaminan akan selalu terjadi kesesuaian atau kecocokan antara
individu pelaksananya. Setiap saat ketegangan dapat saja muncul, baik
antar individu maupun antar kelompok dalam organisasi. Banyak faktor
yang melatar - belakangi munculnya ketidakcocokan atau ketegangan,
antara lain: sifat-sifat pribadi yang berbeda, perbedaan kepentingan,
komunikasi yang “buruk”, perbedaan nilai, dan sebagainya. Perbedaan-
91
B. Pengertian
Menurut Marquis,& Huston, (20030), Konflik merupakan
ketidaksesuaian internal atau eksternal yang diakibatkan dari perbedaan
ide, nilai atau perasaan antara dua orang atau lebih. Sedangkan menurut
Deutcsh (1973) dalam Huber (2000), menyatakan konflik adalah
perselisihan yang timbul bila keseimbangan antara perasaan, pikiran,
hasrat, dan prilaku dua orang atau lebih terancam. Jadi konflik terjadi
kalau tidak ada kesesuaina antara perasaan, pikiran, hasrat, dan
92
D. Jenis-jenis Konflik
Terdapat berbagai macam jenis konflik, tergantung pada dasar
yang digunakan untuk membuat klasifikasi. Ada yang membagi konflik
atas dasar fungsinya, ada pembagian atas dasar pihak-pihak yang terlibat
dalam konflik, dan sebagainya.
1. Konfliks dilihat dari Tingkatannya
Untuk mengatasi konflik manajer harus mengetahui pada lefel apa
konflik terjadi sehingga dia dapat menyusun strategi secara cepat
dalam menangani konflik tersebut . Menurut Gordon (1993),
menyatakan ada 5 tingkatan konflik yaitu antara lain :
a. Konflik intrapersonal, yaitu Konflik terjadi jika indifudu
mengalami internal konflik yang berkaitan dengan tujuan atau
mengalami konflik peran dalam kelompok.
b. Konflik Interpersonal, yaitu konflik terjadi jika dua individu
berbeda pendapat tentang isu-issu baru, tindakan atau tujuan-
tujuan dan hasil yang diharapkan kelompok
c. Konfliks Intra Group, yaitu konflik terjadi substantive dan afektif,
substanstif konflik didasarkan pada ketidaksetujuan secara
intelektual, affektif konflik terjadi karena respon emosional
terhadap situasi dan atuu akibat dari interaksi antar anggota
kelompok yang berbeda personality
d. Intergrup group, yaitu konflik terjadi antar kelompok atau antar
departemen dalam organisasi
95
2. Observasi langsung
Tidak semua konflik disuarakan oleh karyawan. Oleh karena itu
ketajaman observasi dari pimpinan akan dapat mendeteksi ada
tidaknya suatu (sumber) konflik, sehingga dapat segera ditangani
sebelum mengalami eskalasi.
3. Kotak saran (suggestion box)
Cara semacam ini banyak digunakan oleh perusahaan atau lembaga-
lembaga lain. Cara ini cukup efektif karena para karyawan ataupun
para pengadu tidak perlu bertatap muka dengan pimpinan. Bahkan
bisa merahasiakan identitasnya. Namun, lembaga juga harus hati-hati
karena adanya kemungkinan adanya “fitnah” dari kotak saran
tersebut.
4. Politik pintu terbuka
Politik pintu terbuka memang sering diumumkan, tetapi hasilnya
sering tidak memuaskan. Hal ini sering terjadi karena pihak pimpinan
tidak sungguh-sungguh dalam “membuka” pintunya. Paling tidak ini
dirasakan oleh karyawan. Juga adanya keseganan dari pihak
karyawan sering menjadi penghalang terhadap keberhasilan cara
semacam ini.
5. Mengangkat konsultan personalia
Konsultan personalia pada umumnya seorang ahli dalam bidang
psikologi dan biasanya merupakan staf dari bagian personalia.
Kadang-kaang karyawan segan pergi menemui atasannya, tetapi bisa
menceritakan kesulitannya pada konsultan psikologi ini.
6. Mengangkat “ombudsman”
Ombudsman adalah orang yang bertugas membantu “mendengarkan”
kesulitan-kesulitan yang ada atau dialami oleh karyawan untuk
101
DAFTAR PUSTAKA
BAB 5
IKLIM KERJA
A. Pengertian
Steers & Porter (1991), menyatakan iklim kerja merupakan
lingkungan internal yang mewakili faktor-faktor dalam organisasi yang
menciptakan kultur dan lingkungan sosial dimana aktivitas-aktivitas
pencapaian tujuan berlangsung. Sedangkan Huber, (2000), menyatakan bahwa
iklim kerja disebut juga sebagai kepribadian organisasi yang dapat dirasakan
sebagai anggota suatu organisasi, ketika karyawannya menyatakan persepsi
atau pendapat umum yang timbul dinamika pada tempat bekerja sikap dan
tingkah lakunya dipengaruhi. Kemudian dikemukakan oleh Gibson (1997),
menyatakan bahwa iklim kerja adalah lingkungan internal atau psikologi
organisasi yang mempengaruhi praktik dan kebijakan SDM yang diterima
oleh anggota organisasi.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa iklim kerja adalah persepsi dari staf terhadap lingkungan kerjanya
berdasarkan realitas yang berisi suatu peraturan dan kebijakan yang berlaku
109
sama untuk setiap pekerja dimana diperlukan empati serta pengertian dari
manajer ke bawahan sehingga tercipta motivasi staf untuk melaksanakan
pekerjaan dengan cepat, tepat dan akurat.
c. Standart (Standard)
Standart adalah pernyataan deskriptif mengenai model contoh, ukuran
yang disusun berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan
111
d. Penghargaan (reward)
Penghargaaan adalah suatu bentuk imbalan baik materi maupun
immaterial yang didapatkan sebagai balas jasa atas suatu pekerjaan yang
telah dilakukan. Penghargaan adalah dimensi dari iklim organisasi yang
dipersepsikan oleh anggota organisasi terhadap adanya penghargaan atau
imbalan sebagai balas jasa atas pekerjaan yang telah atau akan
dilakukannya. Pandangan anggota organisasi terhadap imbalan yang
diterimanya berkaitan erat dengan persepsi seseorang mengenai dirinya,
harga diri, harapan, kebutuhan, keinginan, kepuasan kerja dan prestasi
kerja yang dicapainya. Penetapan dari suatu penghargaan yang obyektif
diperlukan kriteria yang jelas dan terukur dalam menentukan staf yang
akan diberikan penghargaan, hal ini agar tidak menghancurkan kondisi
kompetitif, menimbulkan sikap apatis dan keraguan bagi staf.
Penghargaan dapat diberikan dalam bentuk positif seperti jenjang karir,
upah yang sesuai sedangkan penghargaan yang negative dapat diberikan
berupa hukuman administrative sampai dengan pemecatan. Penghargaaan
112
e. Kejelasan (Clarity)
Kejelasan adalah persepsi objektif dari suatu keterangan yang terinci dan
jelas mengenai tugas-tugas atau batasan wewenang hak dan kewajiban
yang diberikan kepada staf untuk melakukan tugas. Kejelasan adalah
dimensi dari iklim kerja yang dipersepsikan oleh anggota organisasi
terhadap semua aktifitas pekerjaan yang diorganisir dengan baik dengan
tujuan yang dirumuskan dengan jelas. Aspek ini sangat perlu mendapat
perhatian yang serius, karena penjelasan yang lengkap tentang ruang
lingkup tugas yang menjadi tanggung jawab anggota yang bersangkutan,
bermanfaat dalam melaksanakan aktifitas pekerjananya terutama
menyangkut kaitan antara tugas satu dengan tugas lainnya. Perlunya kerja
sama, koordinasi dan hal-hal lainnya yang menyangkut sikap anggota
tersebut. Jadi kejelasan itu terkait dengan perasaan pegawai bahwa
mereka mengetahui apa yang diharapkan dari mereka berkaitan dengan
pekerjaan, peranan dan tujuan organisasi.
f. Rekan Kerja
Rekan kerja adalah semangat kerja sama saling mendukung antara
anggota didalam suatu kelompok kerja dalam suatu organisasi untuk
mencapai tujuan. Rekan kerja adalah dimensi dari iklim kerja yang
dipersepsikan oleh staf pekerja yang memiiki hubungan saling percaya
dan saling membantu diantara mereka dalam lingkungan kerjanya. Rekan
113
kerja sama atau koordinasi, standart kinerja dan otonomi perawat. Bila aspek-
aspek tersebut kurang mendapat perhatian maka akan tercipta kondisi kerja
yang tidak kondusif.
Swansburg (2000), menyatakan bahwa aktifitas keperawatan yang
dibuat oleh manajer dapat menjadi iklim kerja yang positif yaitu dengan :
1. Mengembangkan misi, tujuan yang objektif berdasarkan masukan dari
perawat pelaksana termasuk tujuan pribadi staf tersebut.
2. Memberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang termasuk
perkembangan karir dan pendidikan berkelanjutan.
3. Meningkatkan kerjasama tim.
4. Menganalisa sistem kompensasi organisasi keperawatan dan strukturnya
untuk memberi penghargaan atas kompensasi dan produktifitasnya.
5. Meningkatkan otonomi, harga diri dan rasa percaya diri dalam
melaksanakan keperawatan.
6. Memberikan kepercayaan dan keterbukaan termasuk memberikan
motivasi.
7. Mengkaji hal-hal yang tidak diperlukan dan memberikan hukuman berat
membatasinya.
8. Memberikan keamanan dan kebebasan untuk mengemukakan ide tanpa
adanya konflik dan konfrontasi.
9. Mengembangkan perencanaan termasuk desentralisasi pembuatan
keputusan dan partisipasi dalam pelaksanaan keperawatan.
116
A. Etos Kerja
Setiap organisasi yang selalu ingin maju, akan melibatkan anggota untuk
meningkatkan mutu kinerjanya, diantaranya setiap organisasi harus
memiliki etos kerja.
1. Pengertian
Tasmara (1991), menyatakan bahwa etos kerja adalah totalitas
kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang,
meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong
diri manusia untuk bertindak dan meraih amal yang optimal. Sedangkan
Damayanti (2008), secara lebih khusus dapat mengartikan bahwa etos
kerja itu sebagai usaha komersial yang menjadi suatu keharusan demi
hidup, atau sesuatu yang imperatif dari diri, maupun sesuatu yang
terkait pada identitas diri yang telak bersifat sakral. Identitas diri
yang terkandung di dalam hal ini, adalah sesuatu yang telah
diberikan oleh tuntutan religius, kepercayaan yang telah diyakini
dalam kehidupan seseorang.
Jansen (2002), menyatakan etos kerja profesional adalah seperangkat
perilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran yang kental,
keyakinan yang fundamental, disertai komitmen yang total pada
117
f. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan
mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan
harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap
karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang
telah ditetapkan. Ketegasan pimpinan menegur dan menghukum
setiap karyawan yang indisipliner akan mewujudkan kedisiplinan
yang baik pada perusahaan tersebut.
g. Sanksi
Sanksi berperan penting dalam memelihara kedisiplinan
karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat,
karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan
perusahaan, sikap, perilaku indisipliner karyaan akn berkurang.
8. Pelaksanaan dan Penetapan Disiplin Kerja
Untuk mengkondisi kan kar yawan perusahaan aga r bisa
melaksanakan tindakan disiplin maka terdapat beberapa prinsip
pendisiplinan (Heidjrachman, dkk, 1990 : 239)
a. Pendisiplinan dilakukan secara pribadi
Pendisiplinan ini dilakukan dengan menghindari menegur
kesalahan didepan orang banyak agar karyawan yang
137
PEDOMAN PROFESI
KEPEMIMPINAN & MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH SURABAYA
TAHUN 2009-2010
B. Tujuan Belajar
1. Tujuan Umum :
Setelah melaksanakan Praktik manajemen keperawatan, mahasiswa diharapkan
dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan dengan menggunakan
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP), secara bertanggung jawab dan
menunjukan sikap kepemimpinan yang professional
144
2. Tujuan Khusus :
Setelah menyelesaikan kegiatan praktek kepemimpinan dan manajemen, peserta
mampu :
a. Melaksanakan pengkajian di Ruang praktek.
b. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT
c. Mengidentifikasi masalah
d. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil pengkajian
Model Asuhan Keperawatan Profesional : (1) Operan, (2) Timbang Terima, (3)
Ronde Keperawatan, (4) Supervisi Keperawatan, (5) Discharge planning, (6)
Dokumentasi Keperawatan.
e. Melaksanakan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil pengkajian
Model Asuhan Keperawatan Profesional : (1) Operan, (2) Timbang Terima, (3)
Ronde Keperawatan, (4) Supervisi Keperawatan, (5) Discharge planning, (6)
Dokumentasi Keperawatan.
f. Mengevaluasi pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional : (1) Operan, (2) Timbang
Terima, (3) Ronde Keperawatan, (4) Supervisi Keperawatan, (5) Discharge
planning, (6) Dokumentasi Keperawatan.
C. Manfaat
1. Bagi pasien
Tercapainya kepuasan klien yang optimal.
2. Bagi perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
b. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
d. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.
3. Bagi rumah sakit
a. Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang perawatan X yang berkaitan
dengan pelaksanaan asuhan keperawatan professional.
b. Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta menyusun
rencana strategi.
c. Mempelajari penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
secara optimal.
D. Kompetensi :
Kompetensi yang diharapkan untuk mencapai tujuan khusus tersebut diatas meliputi
N Tahapan Proses Peran Kepala Peran Ketua Tim/ Peran pelaksana
o Keperawatan Ruangan/ Karu Katim
1 Pengkajian Mengidentifikasi Mengidentifikasi
Mengidentifikasi masalah terkait fungsi masalah terkait fungsi
masalah terkait manajemen manajemen
fungsi manajemen
2 Perencanaan
Fungsi perencanaan Bersama katim Bersama karu Melaksanakan
145
Fungsi ketenagaan membuat visi dan membuat visi dan pembagian tugas
misi ruangan misi ruangan yang diberikam
Bersama katim Bersama Karu katim
menyusun standart menyusun standart Melaksanakan
kerja diruangan yang kerja diruangan yang rencana asuhan
terdiri dari : terdiri dari : keperawatan
- Tata tertib kerja - Tata tertib kerja Menyiapkan
- SAK - SAK keperluan untuk
- SOP - SOP melaksanakan
Menyusun perangkat asuhan keperawatan
MPKP Menyusun perangkat mengikuti ronde
- kartu anggota MPKP keperawatan
Tim, - kartu anggota bersama katim dan
- Format catatan Tim, kepala ruangan
harian - Format catatan
- Format harian
pengkajian awal - Format
keperawatan, pengkajian awal
- penentuan 10 keperawatan,
(sepuluh) - penentuan 10
diagnosa yang (sepuluh)
sering muncul diagnosa yang
- Format sering muncul
pendelegasian, - Format
- Format pendelegasian,
discharge - Format discharge
planning, planning,
- format audit - format audit
dokumentasi, dokumentasi,
- Format - Format
penghitungan penghitungan
BOR, LOS, TOI BOR, LOS, TOI
Menunjuk katim mengadakan serah
Mengikuti serah terima tugas
terima klien Bersama karu
Mengidentifikasi melakukan
tingkat pembagian tugas
ketergantungan klien Menyusun rencana
Mengidentifikasi asuhan keperawatan
jumlah perawat yang sekelompok klien
dibutuhkan Mengidentifikasi
Berdasarkan aktifitas kesiapan keperluan
dan kebutuhan klien untuk melaksanakan
Merencanakan asuhan keperawatan
strategi pelaksanaan Melakukan ronde
keperawatan keperawatan bersama
Merencanakan kepala ruangan
logistik ruangan Mengorientasikan
/fasilitas ruangan klien baru pada
Melakukan lingkungan
pendokumentasian Melakukan pelaporan
dan
pendokumentasian
rencana keperawatan
146
Mengatur kegiatan
pendelegasi Memberikan
an kepada pujian,
bawahan motivasi
Melakukan pada anggota
supervisi tim
bersama Melakukan
Katim dan pre dan post
tim lainnya conferen
Melakukan
supervise
bersama
Karu
Mengawasi
discharge
planning
4 Evaluasi
Fungsi Mengevaluasi kinerja Mengevaluasi Mengevaluai asuhan
pengendalian katim asuhan keperawatan keperawatan
Memberikan umpan Memberikan upan Memberikan umpan
balik pada kinerja balik pada pelaksana balik pada
katim Memperhatiakan pelaksana askep
Meneliti kepuasan aspek legal & etik Memperhatikan
klien dan keluarga Melakukan aspek legal & etik
Menghitung BOR, pelaporan & Melakukan
LOS dan TOI pendokumentasian pelaporan &
Melakukan audit pendokumentasian
dokumen
Melakukan audit
kasus infeksi
nosokomial
Mengatasi masalah
di ruang rawat &
menetapkan tindak
lanjut
Memperhatikan
aspek legal & etik
keperawatan
Melakukan
pelaporan &
pendokumentasian
E. Pelaksanaan
Metode pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Bobot SKS
Praktik kepemimpinan dan manajemen keperawatan mempunyai bobot 3
2) Pengelolaan ruang rawat dilaksanakan dalam 6 minggu dengan menggunakan metode MPKP
3) Kegitan praktek
No Kegiatan Keterangan
I PERSIAPAN Minggu ke 1
148
F. Lahan Praktek
Lahan praktek yang digunakan untuk proses belajar mengajar praktek kepemimpinan dan manajemen
keperawatan adalah ruang rawat di rumah sakit baik ruang perawatan dewasa, bedah, medikal, anak,
maternitas, geriatri maupun psikiatri di RSAL dr. Ramelan Surabaya
H. Tehnik Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan melalui :
1). Evaluasi Individu
a. pre test (20 %)
b. Laporan kelolaan ruang rawat sebagai karu/katim/perawat pelaksana (40 %)
c. Post test (20 %)
d. Keaktifan dan sikap koopereatif (20 %)
2). Evaluasi kelompok
a. Proposal kegiatan awal (10 %)
b. Desiminasi awal (10 %)
c. Proses manajerial (operan, pre post conferment, delegasi, ronde keperawatan dan
seterusnya (50%)
d. Desiminasi akhir (10 %)
e. Laporan hasil kegiatan (10 %)
f. Penilaian dari tim kesehatan lain (10%)
3). Evaluasi total (Nilai individu X 30 % + Nilai kelompok X 70 %)
149
4). Batas Nilai yang harus dicapai dalam kategori LULUS adalah:
1) A : > 75
2) AB : 70 – 74.9
3) B : 65 – 69.9
4) BC : 60 – 64.9 ( TIDAK LULUS / MENGULANG)
5) C : 55 – 59.9 ( TIDAK LULUS / MENGULANG)
Kuesioner tidak bertujuan untuk menilai kinerja dan pengetahuan rekan-rekan, tetapi untuk
memperoleh gambaran yang tepat tentang pelaksanaan manajemen pelayanan dan asuhan
keperawatan serta hambatan-hambatan atau kendala-kendala yang ditemukan dalam hal
pelaksanaannya. Hasil kajian yang diperoleh dari rekan-rekan, merupakan masukan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan asuhan keperawatan di Rumah Sakit
Huada Setia.
Kuesioner ini mencakup dua bagian, yaitu bagian pertama berisi data sosio demografi dan
bagian kedua berisi tentang fungsi-fungsi manajemen keperawatan. Segala informasi yang
diberikan akan dijamin kerahasiaannya dan akan digunakan hanya untuk peningkatan mutu
pelayanan keperawatan di rumah sakit ini.
Mahasiswa
B. Fungsi-fungsi Manajemen
Petunjuk Pengisian :
Beri tanda (V) pasa salah satu kolom yang disediakan
- Keterangan pilihan jawaban
Selalu : bila anda selalu melakukan tindakan seperti yang dituliskan
dalam pernyataan.
Sering : bila anda hampir selalu melakukan tindakan seperti yang ditulis
151
dalam pernyataan.
Kadang-kadang : bila anda hampir tidak pernah melakukan tindakan seperti yang
ditulis dalam pernyataan.
Tidak pernah : bila anda tidak pernah melakukan tindakan seperti yang ditulis
dalam pernyataan.
KADANG TIDAK
NO PERNYATAAN SELALU SERING
KADANG PERNAH
A Fungsi Perencanaan
1 Dalam melaksanakan tugas, saya
mempunyai tujuan dan rencana kerja
sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit
2 Dalam bekerja saya berdasarkan
peraturan yang ada di rumah sakit
3 Saya menyusun rencana harian dengan
menggunakan format yang tersedia
diruangan
B Pengorganisasian
1 Saya mengetahui struktur organisasi
ruangan
2 Dalam bekerja saya melakukan tugas
sesuai dengan uraian tugas
3 Sistem pemberian asuhan keperawatan
yang digunakan dengan metode team
(MPKP) telah didijalankan dengan baik
4 Pengaturan shif yang ada dalam ruangan
saya berdasarkan dari tingkat
ketergantungan klien
5 Dalam melaksanakan pelayanan
keperawatan saya berkoordinasi dan
kolaborai dengan team yang lain
6 Setiap 1 bulan diadakan ronde
keperawatan untuk menyelesaikan
masalah pasien
C Pengarahan
1 Setiap dinas pagi saya selalu melakukan
operan bersama dengan kepala ruangan
2 Saya merasakan bahwa alur komunikasi
diruangan saya sangat jelas dan baik
3 Kepala ruang saya mampu menjadi role
model bagi pekerjaan saya
4 Kepala ruang saya bisa menciptakan
hubungan saling percaya dan menolong
dengan staf
5 Pendelegasian diruangan dilakukan
kepada staf yang memiliki kompetensi
yang dibutuhkan dalam menjalankan
tugas
6 Pendelegasian tugas yang diberikan
kepada saya sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab saya
Supervisi diruangan saya disusun secara
terjadwal
D Pengendalian
152
2. Fungsi Pengorganisasian
a. Apakah wewenang, tugas dan tanggung jawab saudara sudah cukup jelas ?
b. Adakah sistem klasifikasi pasien ?
c. Metode apa yang digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan ?
d. Apakah setiap staf mempunyai uraian tugas yang jelas ?
e. Apakah perawat melaksanakan tugas sesuai aturan tugas ?
f. Apakah kebutuhan keperawatan direncanakan sesuai dengan klasifikasi pasien ?
g. Apakah tersedia format pendokumentasian proses keperawatan ?
h. Apakah kepala ruangan yang membuat jadual shift ?
4. Fungsi Pengawasan
a. Apakah karu melaskanakan pengawasan dengan SAK dan SOP ?
b. Apakah karu mengawasi kehadiran, catatan dokumentasi dan laporan kondite perawat ?
c. Bagaimana melakukan penilaian mutu keperawatan diruangan?
d. Apa indikator mutu yang digunakan sebagai ukuran kualitas pelayanan keperawatan di
ruangan?
e. Apa kegiatan mutu yang dilakukan untuk mengukur kualitas pelayanan keperawatan
ruangan?
f. Apakah tersedia SAK, SOP sesuai kebutuhan ruangan?
g. Apakah karu melakukan audit keperawatan secara berkala?
PEDOMAN OBSERVASI
Nama Ruangan :
Hasil Observasi
No Objek Observasi
Ada Tidak Ada
1 Visi Rumah Sakit
2 Misi Rumah Sakit
3 Visi bidang keperawatan
4 Misi bidang keperawatan
5 Visi ruangan rawat inap
6 Misi ruangan rawat inap
7 SK Direktur terkait keperawatan
8 Perencanaan strategis bidang keperawatan
9 Rencana kegiatan tahunan ruangan
10 Rencana kegiatan bulanan ruangan
11 Rencana kegiatan mingguan ruangan
12 Rencana kegiatan harian ruangan
13 Struktur organisasi ruangan
14 Standar kebutuhan tenaga keperawatan/pola ketenagaan
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
15 Ketersediaan format pengkajian keperawatan
16 Ketersediaan format diagnosa keperawatan
17 Ketersediaan format intervensi keperawatan
18 Ketersediaan format implementasi keperawatan
154
A. PERENCANAAN
Petunjuk:
Penilai : Dosen / Kepala keperawatan
Waktu : saat bimbingan /supervisi
Cara evaluasi :
o Nilai 1 jika dikerjakan
o Nilai 0 jika tidak dikerjakan
1. VISI
No Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
1 Kepala ruangan menetapkan visi ruangan MPKP
2 Visi yang ditetapkan sesuai dengan visi rumah sakit
3 Visi bersifat futuristik (gambaran kemajuan di masa depan)
4 Visi disosialisasikan kepada semua staf perawat
155
Total Skor
Nilai = Total skor X 100 Nilai: …………
4
2. MISI
No Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
1 Kepala ruangan menetapkan misi
2 Misi yang ditetapkan sesuai dengan visi yang hendak dicapai
3 Misi disusun dalam bentuk rangkaian kegiatan mencapai
visi
4 Misi disosialisasikan kepada semua staf perawat
Total Skor
Nilai = Total skor X 100 Nilai: …………
4
3. FILOSOFI
No Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
1 Menyusun filosofi ruangan
2 Filosofi sesuai dengan filosofi rumah sakit
3 Filosofi disosialisasikan kepada semua staf perawat
4 Filosofi menjadi pedoman kegiatan pelayanan
Total Skor
4. RENCANA HARIAN
No Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
1 Menyusun Rencana Harian setiap kali dinas
2 Mencantumkan tanggal dinas di Rencana Harian
3 Urutan kegiatan disusun secara kronologis
4 Tercantum kegiatan manajerial
5 Tercantum kegiatan asuhan
6 Rencana Harian dikerjakan secara konsisten
Total Skor
B. PENGORGANISASIAN
1. STRUKTUR ORGANISASI
No Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
1 Terdapat organogram ruangan
2 Menggambarkan kedudukan kepala ruangan
3 Adanya posisi tim I dan II
4 Gambaran jumlah perawat pelaksana
Total Skor
Nilai = Total skor X 100 Nilai: ………..
4
2. JADWAL DINAS
No Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
1 Menggunakan format yang disediakan
2 Tercantum nama-nama perawat per Tim
3 Tergambar adanya penanggung jawab harian
4 Susunan dinas pershift, pagi, sore dan malam
5 Jadwal dibuat untuk satu bulan
Total Skor
3. DAFTAR PASIEN
No Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
1 Tercantum nama pasien tiap tim
2 Tercantum nama katim
3 Tergambar nama perawat pelaksana
4 Tergambar perawat asosiet (PA)
5 Tercantum nama dokter yang merawat
6 Tergambar perawat yang dinas pagi, sore dan malam
7 Tercantum tanggal , bulan dan tahun
Total Skor
Nilai = Total skor X 100 Nilai: …………
7
157
C. PENGARAHAN
1. OPERAN
No Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
1 Karu/Pj shift membuka acara dengan salam
2 Katim/Pj Tim mengoperkan Dx Keperawatan
3 Katim/Pj Tim mengoperkan Tuk yg sudah dicapai
4 Katim/Pj Tim mengoperkan Tindakan yang sudah
dilaksanakan
5 Katim/Pj Tim mengoperkan Hasil Asuhan Keperawatan
6 Katim/Pj Tim mengoperkan Tindak Lanjut
7 Pj Tim berikutnya mengklarifikasi
8 Karu memimpin ronde
9 Karu merangkum informasi operan
10 Karu memimpin doa dan menutup acara
Total Skor
Nilai = Total skor X 100 Nilai: …………
10
2. IKLIM MOTIVASI
No Pernyataan Aktivitas Iklim Motivasi 4 3 2 1
1 Anda memberi harapan yang jelas kepada staf
2 Anda bersikap fair dan konsisten terhadap semua staf
3 Anda mengembangkan konsep kerja kelompok
4 Anda mengintegrasikan kebutuhan staf dengan
kebutuhan organisasi
5 Anda memberikan tantangan kerja sebagai kesempatan
untuk mengembangkan diri
6 Anda melibatkan staf dalam pengambilan keputusan
7 Anda memberikan kesempatan kepada staf menilai dan
mengontrol pekerjaannya
8 Anda menciptakan hubungan saling percaya dan
menolong dengan staf
9 Anda menjadi role model bagi staf
10 Anda memberikan reinforcement (pujian)
Sub Total
Total
Nilai = Total skor X 100 Nilai : ………….
10
Petunjuk :
4 Jika Anda Selalu mengerjakan isi pernyataan
3 jika Anda Sering mengerjakan isi pernyataan
2 jika Anda Kadang-kadang mengerjakan isi pernyataan
1 jika Anda Tidak pernah mengerjakan isi pernyataan
158
3. PENDELEGASIAN
Skor
No Pernyataan Pendelegasian 4 3 2 1
1 Pendelegasian dilakukan kepada staf yang
memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam
menjalankan tugas
2 Tugas yang dilimpahkan dijelaskan sebelum
melakukan pendelegasian
3 Selain pelimpahan tugas, kewenangan juga
dilimpahkan
4 Waktu pendelegasian tugas ditentukan
5 Apabila si pelaksana tugas mengalami kesulitan,
Karu, Katim memberikan arahan untuk
mengatasi masalah
6 Ada evaluasi setelah selesai tugas dilaksanakan
Total
Nilai = Total skor X 100 Nilai : ………….
24
4. SUPERVISI
Skor
No Aspek yang Dinilai 4 3 2 1
1 Supervisi disusun secara terjadwal
2 Semua staf mengetahui jadwal supervisi yang
dilaksanakan
3 Materi supervisi dipahami oleh supervisor
maupun staf
4 Supervisor mengorientasikan materi supervisi
kepada staf yang disupervisi
5 Supervisor mengkaji kinerja staf sesuai dengan
materi supervisi
6 Supervisor mengidentifikasi pencapaian staf dan
memberikan reinfrocement
7 Supervisor mengidentifikasi aspek kinerja yang
perlu ditingkatkan oleh staf
8 Supervisor memberikan solusi dan role model
bagaimana meningkatkan kinerja staf
9 Supervisor menjelaskan tindak lanjut supervisi
yang telah dilaksanakan
10 Supervisor memberikan reinforcement terhadap
pencapaian keseluruhan staf
Sub Total
Total
Nilai = Total skor X 100 Nilai : ……….
40
159
D. PENGENDALIAN
Cara evaluasi :
o Nilai 1 jika dikerjakan
o Nilai 0 jika tidak dikerjakan
1. Indikator Mutu
No Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
1 BOR dihitung setiap satu bulan
2 AVLOS diukur setiap bulan
3 TOI diukur setiap bulan
4 Angka lari dicatat setiap bulan
5 Angka pengekangan fisik dihitung
tiap bulan
6 Angka infeksi nosokomial dicatat
setiap bulan
7 Angka cedera diukur tiap bulan
Total Skor
Nilai = Total skor X 100 Nilai : …………….
7
A. Perencanaan
1. Visi
2. Misi
3. Filosofi
4. Rencana harian
B. Pengorganisasian
5 Struktur organisasi
6 Jadwal dinas
7 Daftar pasien
C. Pengarahan
8 Operan
9 Iklim motivasi
10 Pendelegasian
11 Supervisi
D. Pengendalian
12 Indikator mutu umum
13 Audit dokumentasi
keperawatan
14 Survey kepuasan
15 Survey masalah pasien
Nilai Rata – rata : ∑nilai
161
15
( ……………………………….) ( ………………………………..)
A. PERENCANAAN
Cara evaluasi : memeriksa rencana harian yang disusun
o Nilai 1 jika dikerjakan
o Nilai 0 jika tidak dikerjakan
1. RENCANA HARIAN
No Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
1 Menyusun Rencana Harian setiap kali dinas
2 Mencantumkan tanggal dinas di Rencana Harian
3 Urutan kegiatan disusun secara kronologis
4 Tercantum kegiatan manajerial
5 Tercantum kegiatan asuhan
6 Rencana Harian dikerjakan secara konsisten
Total Skor
Nilai = Total skor X 100 Nilai: …………
162
B. Pengorganisasian
1. JADWAL DINAS
No Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
1 Menggunakan format yang disediakan
2 Tercantum nama-nama perawat per Tim
3 Tergambar adanya penanggung jawab harian
4 Susunan dinas pershift, pagi, sore dan malam
5 Jadwal dibuat untuk satu bulan
Total Skor
Nilai = Total skor X 100 Nilai: ………….
5
2. DAFTAR PASIEN
No Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
1 Tercantum nama pasien tiap tim
2 Tercantum nama katim
3 Tergambar nama perawat pelaksana
4 Tergambar perawat asosiet (PA)
5 Tercantum nama dokter yang merawat
6 Tergambar perawat yang dinas pagi, sore dan
malam
7 Tercantum tanggal , bulan dan tahun
Total Skor
Nilai = Total skor X 100 Nilai: …………
7
C. PENGARAHAN
1. PRE CONFERENCE
No Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
1 Katim/Pj Tim membuka acara
2 Katim/Pj Tim menanyakan rencana harian
3 Katim/Pj Tim memberi masukan dan tindak
lanjut
4 Katim/Pj Tim memberi reinforcement
5 Katim/Pj Tim menutup acara
Total Skor
163
2. POST CONFERENCE
No Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
1 Katim/Pj Tim membuka acara
2 Katim/Pj Tim menanyakan hasil asuhan
masing-masing pasien
3 Katim/Pj Tim menanyakan kendala pemberian
asuhan
4 Katim/Pj Timmenanyakan tindak lanjut pada
dinas berikutnya
5 Katim/Pj Tim memberikan reinforcement
6 Katim/Pj Tim menutup acara
Total Skor
3. IKLIM MOTIVASI
No Pernyataan Aktivitas Iklim Motivasi SL SR KD TP
1 Anda memberi harapan yang jelas kepada staf
2 Anda bersikap fair dan konsisten terhadap semua staf
3 Anda mengembangkan konsep kerja kelompok
4 Anda mengintegrasikan kebutuhan staf dengan
kebutuhan organisasi
5 Anda memberikan tantangan kerja sebagai
kesempatan untuk mengembangkan diri
6 Anda melibatkan staf dalam pengambilan keputusan
7 Anda memberikan kesempatan kepada staf menilai
dan mengontrol pekerjaannya
8 Anda menciptakan hubungan saling percaya dan
menolong dengan staf
9 Anda menjadi role model bagi staf
10 Anda memberikan reinforcement (pujian)
Sub Total
Total
Petunjuk :
4 Jika Anda Selalu mengerjakan isi pernyataan
3 jika Anda Sering mengerjakan isi pernyataan
2 jika Anda Kadang-kadang mengerjakan isi pernyataan
1 jika Anda Tidak pernah mengerjakan isi pernyataan
Nilai = Total skor X 100 Nilai : ………….
10
164
4. PENDELEGASIAN
Skor
No Pernyataan Pendelegasian 4 3 2 1
1 Pendelegasian dilakukan kepada staf yang memiliki
kompetensi yang dibutuhkan dalam menjalankan
tugas
2 Tugas yang dilimpahkan dijelaskan sebelum
melakukan pendelegasian
3 Selain pelimpahan tugas, kewenangan juga
dilimpahkan
4 Waktu pendelegasian tugas ditentukan
5 Apabila si pelaksana tugas mengalami kesulitan,
Karu, Katim memberikan arahan untuk mengatasi
masalah
6 Ada evaluasi setelah selesai tugas dilaksanakan
Sub Total
Total
Nilai = Total skor X 100 Nilai : ………….
6
5. SUPERVISI
Skor
No Aspek yang Dinilai 4 3 2 1
1 Supervisi disusun secara terjadwal
2 Semua staf mengetahui jadwal supervisi yang
dilaksanakan
3 Materi supervisi dipahami oleh supervisor
maupun staf
4 Supervisor mengorientasikan materi supervisi
kepada staf yang disupervisi
5 Supervisor mengkaji kinerja staf sesuai
dengan materi supervise
6 Supervisor mengidentifikasi pencapaian staf
dan memberikan reinforcement
7 Supervisor mengidentifikasi aspek kinerja
yang perlu ditingkatkan oleh staf
8 Supervisor memberikan solusi dan role model
bagaimana meningkatkan kinerja staf
9 Supervisor menjelaskan tindak lanjut supervisi
yang telah dilaksanakan
10 Supervisor memberikan reinforcement
terhadap pencapaian keseluruhan staf
Sub Total
Total
Nilai = Total skor X 100 Nilai : ………….
10
165
6. Case Conference
No Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
1. Visit Dokter
No Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
Persiapan
A
1 Menyiapkan data klien
2 Menyiapkan klien
B Pelaksanaan
1 Memberikan salam
2 Menjelaskan data yang didapatkan dari klien
3 Menjelaskan tindakan yang sudah dilakukan
4 Menjelaskan hasil tindakan yang dilakukan
5 Mendengarkan dokter bicara dengan terapeutik
6 Meminta klarifikasi dari dokter
7 Mendampingi dokter dalam pemeriksaan
8 Menggunakan komunikasi secara terapeutik
C Dokumentasi
1 Meminta dokter untuk mendokumentasikan dalam
status klien
Total Skor
166
Tgl TT
No Kegiatan Nilai Ket.
penilaian Penilai
A. Perencanaan
1. Rencana harian
B. Pengorganisasian
2. Jadwal dinas
3. Daftar pasien
C. Pengarahan
4. Pre conference
5. Post conference
6. Iklim motivasi
7. Pendelegasian
8. Supervisi
9. Case conference
10. Visit dokter
Nilai Rata – rata : ∑nilai
10
Nilai Rata-rata Kinerja Hasil Observasi: ……………..
167
Petunjuk pengisian:
Berilah tanda (V) pada jawaban yang menurut anda sudah dilakukan atau benar.
No. Kriteria Penilaian
1 2 3 4
A. Persiapan
1. Mengkaji data subjektif dan objektif pasien/
keluarga
2. Merumuskan masalah keperawatan pasien/ keluarga
3. Merencanakan tindakan keperawatan untuk pasien
4. Merencanakan tindakan keperawatan untuk keluarga
B. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
5. Mengucapkan salam
6. Melakukan evaluasi/ validasi masalah pasien/
keluarga
7. Membuat kontrak dengan pasien / keluarga
8. Mendiskusikan tentang masalah yang terjadi
9. Mendiskusikan cara-cara mengatasi masalah
10. Melatih pasien/ keluarga cara mengatasi masalah
11. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien/
keluarga
12. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik
13. Mengevaluasi respon subjektif pasien / keluarga
14. Mengevaluasi respon objektif pasien / keluarga
15. Menganjurkan kegiatan lanjutan untuk pasien /
keluarga (jadwal kegiatan harian)
168
( ……………………………….) ( ………………………………..)
169
A. PERENCANAAN
Petunjuk:
Cara evaluasi : memeriksa rencana harian yang disusun
o Nilai 1 jika dikerjakan
o Nilai 0 jika tidak dikerjakan
RENCANA HARIAN
No Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
Total Skor
Berilah tanda (V) pada jawaban yang menurut anda sudah dilakukan atau benar.
No. Kriteria Penilaian
1 2 3 4
A. Persiapan
1. Mengkaji data subjektif dan objektif pasien/ keluarga
2. Merumuskan masalah keperawatan pasien/ keluarga
3. Merencanakan tindakan keperawatan untuk pasien
4. Merencanakan tindakan keperawatan untuk keluarga
B. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
5. Mengucapkan salam
6. Melakukan evaluasi/ validasi masalah pasien/ keluarga
7. Membuat kontrak dengan pasien / keluarga
8. Mendiskusikan tentang masalah yang terjadi
9. Mendiskusikan cara-cara mengatasi masalah
10. Melatih pasien/ keluarga cara mengatasi masalah
11. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien/ keluarga
12. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik
13. Mengevaluasi respon subjektif pasien / keluarga
14. Mengevaluasi respon objektif pasien / keluarga
15. Menganjurkan kegiatan lanjutan untuk pasien /
keluarga (jadwal kegiatan harian)
16. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya dengan
pasien/ keluarga
C. Dokumentasi asuhan keperawatan
171
( ……………………………….) ( ………………………………..)
172
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
SB B C K
NO. URAIAN
(4) (3) (2) (1)
Fase Orientasi :
1 Kemampuan melakukan sosialisasi dalam orientasi
Kemampuan mengembangkan rencana pengkajian manajemen
2
keperawatan
Fase Praktek :
Kemampuan melakukan pengkajian tentang manajemen
3
keperawatan
Kemampuan melakukan analisis tentang manajemen keperawatan
4
(SWOT)
5 Kemampuan menetapkan masalah sesuai dengan prioritas
Kemampuan merumuskan masalah dengan menggunakan kriteria
6
yang ditetapkan (5 W + 1 H)
Kemampuan menseleksi alternatif pemecahan masalah sesuai
7
dengan pertimbangan sumber daya yang tersedia
176
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam era persaingan yang semakn ketat, setiap perusahaan dituntut untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi dan berkewajiban memuaskan setiap
pelangganya, hal ini berlaku hampir diseluruh perusahaan yang berkepentingan
memenangkan persaingan, tidak hanya perusahaan penyedia jasa pada umumnya, tetapi
hal ini pun berlaku juga terhadap pelayanan rumah sakit (Ilyas : 2004). Rumah Sakit
sebagai sarana penyedia pelayanan kesehatan dimana setiap klien dan keluarganya
menggantungkan harapan begitu besar terhadap kualitas pelayanan bagi mereka, maka
sudah sepatutnya kualitas pelayanan prima bagi setiap pelanggan mendapatkan perhatian
serius, sehingga tercipta suatu kualitas hubungan emosional yang baik antara rumah sakit
dengan pelanggan dan mitra usahanya.
Pembaharuan dan adaptasi harus dilakukan oleh rumah sakit untuk dapat memenuhi
kebutuhan pelanggan yang ingin dilayani secara cepat dan akurat. Usaha mengadaptasi
segala kiat manajemen dilakukan agar arah dan proses pelayanan rumah sakit dapat
berjalan dan berorientasi sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga rumah sakit siap
177
untuk berkompetensi diarena pelayanan kesehatan global. Dalam hal ini, manajemen
keperawatan memegang peranan yang tidak kalah penting dalam mengelola keperawatan
untuk dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga
dan masyarakat yang bermuara kepada kualitas pelayanan rumah sakit. Dalam hal ini
Azwar (1996), mengatakan bahwa pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan
kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standard
dan kode etik profesi.
Rumah Sakit Husada Setya merupakan rumah sakit rujukan bagi masyarakat. Sebagai
rumah sakit rujukan, rumah sakit Husada Setya selalu berusaha melakukan pembaharuan.
Hal ini dapat dilihat melalui restrukturisasi rumah sakit yang dilaksanakan sejak Juni 2009
termasuk restrukturisasi manajemen keperawatan. Rumah sakit juga melakukan
pemekaran fisik dengan memberikan pelayanan rawat inap pada 3 (tiga) instalasi yaitu :
instalasi A, B, dan C. Restrukturisasi rumah sakit yang dilakukan bersamaan dengan
proses akreditasi rumah sakit, dimana keperawatan menjadi salah satu dari 12 (dua belas)
bidang pelayanan yang dinilai. Dalam kegiatannya, keperawatan melakukan revisi Standar
Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Asuhan Keperawatan (SAK).
Berdasarkan wawancara dengan kepala komite keperawatan tanggal 2 September
2009, diketahui bahwa masih ada permasalahan yang ditemui dalam penerapan
manajemen keperawatan, baik dalam fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
maupun pengawasan, dimana fungsi manajemen tersebut belum dilaksanakan secara
optimal. Praktek profesi manajemen dari Stikes Hang Tuah Surabaya, (2008), melaporkan
terdapat 7 (tujuh) permasalahan berdasarkan urutan prioritas, yaitu belum optimalnya
pelaksanaan metode penugasan, belum optimalnya pelaksanaan dokumentasi asuhan
keperawatan, belum optimalnya pelaksanaan SAK dan SOP, belum adanya persamaan
persepsi dalam pembuatan rencana kegiatan harian, belum optimalnya mekanisme
supervisi terhadap kinerja perawat, belum optimalnya penerapan sistem reward dan
punishment, dan belum optimalnya Subdepwat dalam melaksanakan fungsinya.
Praktek profesi manajemen dari Stikes Hang Tuah Surabaya (2008), dalam
prakteknya juga melaporkan hasil pelaksanaan dan evaluasi kegiatan yaitu pelatihan dan
bimbingan praktek penerapan MPKP berjalan dengan baik dan peserta merasakan manfaat
dari pelathian tersebut. Dari hasil peneilaian angket sebelum dan sesudah mengikuti
pelatihan terjadi peningkatan rata-rata 12.6%, artinya terjadi peningkatan pengetahuan
tentang MPKP di Rumah sakit Praktek profesi manajemen dari Stikes Hang Tuah. Dan
dari penerapan MPKP diruang percontohan (ruang I dan II) beberapa kegiatan MPKP yang
direncanakan sudah dilaksanakan, namun ada beberapa kegiatan MPKP yang belum
dilaksanakan, yaitu diskusi kasus untuk kedua ruangan. Ada beberapa hambatan yang
dirasakan antara lain : beban kerja yang banyak, pekerjaan nonkeperawatan seperti
mengambil darah, , membuat administasi pasien, pendokumentasian sering terhambat
karena format pendokumentasian terbatas.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, mahasiswa Program studi SI Keperawatan
Stikes Hang Tuah Surabaya akan melaksanakan program kegiatan praktek profesi dalam
lingkup manajemen keperawatan untuk melanjutkan program yang telah dijalankan dan
mencoba menjalankan program yang belum terealisasi pada pada program manajemen
sebelumnya. Melalui kegiatan tersebut diharapkan dapat menjawab permasalahan diatas
dan dapat membantu pihak manajemen rumah sakit untuk meningkatkan manajemen
178
C. MANFAAT
1. Bagi Program Studi SI Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya, adalah peningkatan
kualitas proses belajar mengajar yang melibatkan mahasiswa secara aktif dalam
kegiatan administrasi dan manajemen secara nyata di rumah sakit.
2. Bagi rumah sakit, pada periode praktek profesi manajemen ini mahasiswa dapat
membantu rumah sakit atau instansi pelayanan kesehatan untuk menyelesaikan
masalah yang bersifat teknis operasional dari suatu aspek manajemen pelayanan
keperawatan tertentu, sehingga diharapkan dapat membantu rumah sakit atau instansi
pelayanan kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara umum
yang akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
3. Bagi mahasiswa, diharapkan kegiatan ini dapat memperluas wawasan dan menambah
pengalaman dalam mengaplikasikan administrasi dan manajemen keperawatan.
179
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
c. Visi
Memberikan mutu pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat
d. Misi
1) Bertindak sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
2) Berperan sebagai pusat pelayanan kasus trauma (Traumatic centre)
3) Bertindak sebagai pusat pelatihan, pendidikan, penelitian dan pengembangan
sumber daya manusia kesehatan
4) Menjadikan Rumah Sakit yang terakreditasi secara nasional
e. Tujuan
1) Menciptakan keluaran kerja:Aman, Informatif, Efektif, Efisien, Mutu, dan
Manusiawi
2) Melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang berbentuk
pelayanan:bio, psiko, sosio, spiritual pada kasus-kasus medis antara lain:
(a) Bedah thorak kardiovaskular
(b) Bedah kepala dan leher
(c) Bedah tumor
(d) Bedah perut
(e) Bedah perkemihan
(f) Bedah plastik
(g) Bedah saraf
(h) Bedah tulang
3) Menyiapkan pasien dan keluarga dalam menghadapi operasi
4) Mencegah komplikasi
5) Menjamin kecukupan nutrisi
6) Mencegah terjadinya infeksi nasokomial
7) Mengurangi morbiditas dan mortalitas
8) Menciptakan kerjasama yang baik antara petugas, pasien, dan keluarga
9) Memberikan rasa aman dan nyaman
g. Pelayanan Ruang operasi dengan 6 ruang OK di Instalasi Bedah Sentral untuk operasi
Bedah, Kebidanan dan Kandungan, Mata dan THT
h. Pelayanan Perinatologi
i. Pelayanan Kamar Bersalin
j. ICU yang sekaligus berfungsi sebagai ICCU
k. Pelayanan Keperawatan Jiwa
l. Pelayanan Kesehatan Tahanan
m. Pusat Pelayanan Terpadu
4. Penampilan Kerja
Berdasarkan laporan indikator pelayanan rumah sakit, data triwulan dari bulan Januari
sampai dengan bulan September tahun 2008 yaitu:
a. Jumlah pasien yang dirawat 6381 orang
b. BOR 81,59 %
c. LOS 7,45 hari
d. BTO 11,71
e. TOI 1,62
5. Ketenagaan
Jenis ketenagaan yang ada di Rumah Sakit Husada Setya pegawai tetap, tenaga honorer
yang terdiri dari dokter, perawat, administrasi, teknik dan tenaga lain. Tenaga perawat di
ruang rawat inap dan ruang rawat jalan berjumlah 406 orang (September 2008) dengan
status kepegawaian PNS 222 orang, pegawai harian lepas (PHL) 170 orang,
Kategori perawat berdasarkan tingkat pendidikan terdiri dari (Subdepwat, 2005):
a. S-2 : 2 orang (0,49 %)
b. S-1 : 12 orang (2,9 %)
c. D-III : 203 orang (50 %)
d. SPK : 189 orang (46,55 %)
Distribusi tenaga keperawatan diruang rawat inap berdasarkan status pendidikan dapat
dilihat pada tabel 2.1.
PERAWAT
No Nama Ruangan PHL JUM
PNS JML
TT
S-1 D-III SPK S-1 D-III SPK
1 Mawar 1 1 6 3 4 14 14
2 Mawar 2 1 1 13 15 15
182
3 Mawar 3 2 8 4 1 14 13
4 Mawar 4 2 5 7 14 9
5 VIP Melati 1 5 7 13 7
7 Nuri 3 4 5 1 13 10
8 Bugenvill 4 9 1 14 16
9 Parkit I 2 5 6 13 20
10 Parkit II 1 1 10 12 20
10 Cemara I 1 9 1 2 13 25
11 Cemara II 2 7 5 1 15 25
11 Cendana I 1 7 5 1 14 26
12 Cendana II 2 4 5 3 14 24
13 Cempaka I 1 4 6 1 1 13 22
14 Cempaka II 5 3 6 14 20
15 Mahoni I 4 3 6 13 23
16 Mahoni II 1 1 4 5 2 13 22
17 ICU 1 3 2 8 5 19 7
18 Eboni 2 4 5 11 16
19 Trembesu 6 6 1 13 35
20 ECW/IGD/Anes
2 8 13 25 3 49 34
tes
21 PPT 5 3 8 0
TOTAL 12 51 153 152 36 406 388
b. Kelemahan (Weakness)
1) Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam keperawatan yang masih kurang,
hal ini dapat dilihat dari proporsi SDM keperawatan berdasarkan tingkat
pendidikan sebagai berikut: SPK sebesar 62,5%, D-III Keperawatan 35,2%, S-1
Keperawatan 2,2%, S-2 Keperawatan 0,27%.
2) Program pemasaran yang masih kurang dimana masih banyak anggapan
masyarakat bahwa RS pemerintah hanya menerima anggota PNS dan
keluarganya.
183
3) Jumlah perawat yang belum sesuai dengan perhitungan alokasi jumlah klien
yang ideal
4) 48% tenaga keperawatan yang ada adalah Pegawai Harian Lepas (PHL) yang
sewaktu-waktu akan keluar
5) MAKP belum dilaksanakan dengan optimal
6) Pelaksanaan model MAKP belum sesuai harapan.
c. Peluang (Opportunity)
1) Rumah Sakit ini menerima pasien umum sehingga memungkinkan masyarakat
luas dapat memanfaatkan sarana dan fasilitas pelayanan yang tersedia.
2) Dengan menerima pasien Kelas III, saat ini RS dapat menjadi alternatif pilihan
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena biaya yang relatif
murah bahkan gratis.
3) Adanya mahasiswa S1 keperawatan praktik manajemen keperawatan
4) Ada kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi perawat
d. Ancaman (Threath)
1) Semakin banyak rumah sakit yang menawarkan pelayanan keperawatan
berkualitas yang bisa menjadi pesaing
2) Diberlakukannya Undang-Undang tentang perlindungan konsumen dan tuntutan
akan penerapan hukum dan etik keperawatan.
b. Pengorganisasian
185
1) Struktur Organisasi
Wawancara, menurut Kepala ruang didapatkan informasi bahwa struktur
ketenagaan yang ada sudah dibentuk 2 tim sebagai penerjamaan dari
konsep MPKP diruangan.
Observasi : adanya struktur organisasi yang di pasang di dinding ruangan
nurse station.
Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana menunjukkan katagori cukup baik
(78,3% & 82 %),
Masalah : -
2) Pengorganisasian Perawatan klien
Wawancara : menurut Kepala ruang didapatkan data bahwa metode
penugasan yang dilakukan menggunakan metode tim, dengan membentuk
dalam ruangan 2 tim
Observasi : Hasil pengamatan ada 2 tim diruangan yang dibuat sesuai
tugas sehari-hari. Pembagian tanggungjawab terhadap pasien dilakukan
berdasarkan kamar, perawat pelaksana langsung bertanggung jawab kepada
kepala ruangan, tidak bertanggung jawab kepada ketua tim. Dan pada
struktur organisasi di ruangan sudah menunjukkan penerapan metode tim.
Kuesioner : Persepsi perawat ruang menunjukkan katagori cukup baik
(75%) dalam bekerja berdasarkan metode modifikasi tim-primer.
Masalah : Belum optimalnya pelaksanaan metode modifikasi tim-
primer.
3) Uraian tugas
Wawancara : Menurut Kepala ruanga setiap perawat sudah mempunyai
uraian tugas masing-masing bagi tiap tenaga keperawatan. Batas wewenang
dan tanggung jawab perawat cukup jelas dengan dibuat job discription
dimasing-masing ruangan.
Observasi : Diruangan sudah ada buku uraian tugas perawat sesuai
perannya.
Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana dan kepala ruang menunjukkan
katagori baik (86 % & 76 %).
Masalah : -
4) Metode penugasan
Wawancara : menurut Karu didapatkan informasi bahwa penghitungan
jumlah tenaga sudah disesuaikan dengan rasio klien tetapi menggunakan
standart minimal dengan rumus Gillis.
Observasi : jumlah perawat masih kurang dengan dinas rincian dinas
sebagai berikut Pagi = 2, Siang = 2, malam 2, libur = 2 dan cuti 2. Untuk
dinas pagi ditambah 1 kepala ruang, 1 wakil kepala ruang dan 1 ketua tim.
Kuesioner : Persepsi Perawat pelaksana mengenai penghitungan tenaga
dengan kategori cukup (74 %)
186
Masalah : -
2) Komunikasi
Wawancara : menurut Kasubdepwat didapatkan informasi bahwa jalur
komunikasi dilakukan secara bottum up dan top down. Asuhan keperawatan
yang didokumentasikan diberitahukan pada saat timbang terima pasien dan
ditindaklanjuti oleh perawat yang bertugas pada shift berikutnya.
Observasi : komunikasi antara staff esuai dengan jalur. Pada saat timbang
terima pasien di ruangan, dilaporkan tindakan yang telah dilakukan dan
yang akan dilanjutkan oleh perawat pada shift berikutnya.
Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana menunjukkan katagori baik
(97,5%).
Masalah : -
3) Pendelegasian
Wawancara : Menurut Karu didapatkan informasi bahwa pendelegasian
diruangan masih belum ada tetapi dilakukan hanya dengan cara lesan.
Observasi : Format pendelegasian diruangan tidak ada
Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana menunjukkan kategori cukup baik
(74 %).
Masalah : Belum optimalnya penerapan pendelegasian dalam
penerapan metode MPKP.
d. Fungsi pengendalian
1) Program pengendalian mutu
Wawancara : Menurut Karu sudah ada tim pengendalian mutu, tetapi
pelaksanaan gugus kendali mutu masih belum optimal.
Observasi: Belum ada sistem pelaporan dan pencatatan kegiatan
pengendali mutu dan belum ada struktur kerja dan format pengendalian
diruangan.
Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana dan kepala ruang menunjukkan
katagori cukup baik (73 % & 62 %).
Masalah : Sistem pengendalian mutu belum optimal .
2) Pelaksanaan SOP dan SAK
Wawancara : Menurut Karu Asuhan keperawatan yang diberikan sudah
mengacu pada Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang sudah ditetapkan.
Dan saat ini sedang SOP dan SAK sedang direvisi dan akan segera
diberikan kepada tiap-tiap unit rawat inap diadakan revisi ulang dan saat ini
yang sudah berjalan adalah ruang Jiwa.
Observasi : SOP dan SAK sudah ada.
Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana dan kepala ruang menunjukkan
kategori baik (86 % & 86 %).
188
Masalah : -
BAB III
PERENCANAAN
karu mengenai uraian tugas masing-masing tim, fungsi pengarahan yang ditekankan pada
kegiatan supervisi, dan fungsi pengendalian yang difokuskan pada indikator mutu dalam
bentuk penghitungan BOR, LOS, TOI, dan Audit dokumentasi keperawatan. Dengan
melakukan kegiatan penyegaran diharapkan keempat masalah yang didapatkan pada
pengkajian terselesaikan secara bersamaan.
Untuk melakukan pelatihan ini dibutuhkan sumber daya yang mencakup materi pelatihan,
ketenagaan, peralatan, ruangan dan konsumsi. Materi pelatihan disiapkan dan digandakan
oleh mahasiswa. Materi disiapkan dalam bentuk hand out dan buku catatan harian
sejumlah perawat diruangan. Materi yang disiapkan yaitu tentang konsep MPKP,
pengorganisasian pemberian asuhan keperawatan, pendokumentasian asuhan keperawatan,
dan supervisi dalam Keperawatan.
Ketenagaan yang terkait dalam kegiatan ini adalah pemberi materi pelatihan oleh
mahasiswa, Peralatan yang dibutuhkan adalah papan untuk latihan penulisan catatan
harian dan buku catatan harian. Peralatan disiapkan oleh mahasiswa bersama ruangan.
Ruang yang dipilih untuk penyegaran adalah ruang percontohan yaitu ruang Cemara 2 dan
Cendrawasih 2 dan cempaka 2 yang mampu menampung kurang lebih 15 orang.
Konsumsi berupa makan siang disiapkan oleh mahasiswa.
3 Pembuatan Terbentuk
perangkat format catatan
MPKP harian
- Buku catatan Terbentuk
harian format
- Format audit pengkajian
catatan harian keperawatan
- Format Terbentuk
pengkajian rencana
awal diagnosis (10
keperawatan diagnosa)
- Renpra (10 Terbentuk
diagnosis yg. format
Sering discharge
dipakai) planning
- Format Terbentuk
discharge format BOR,
planning ALOS dan
- Format TOI
pendelegasian
- Format
penghitungan
BOR, LOS,
TOI
4 Praktek 26-11-08 Cempaka Kalak, Diskusi Ada
pelaksanaan 2 Wakal keseragaman
kegiatan : (2 jam X 3 Cemara 2 ak, PP Praktek pemahaman
- Membuat ruang = 6 tentang cara
catatan harian jam) pengisian
- Audit catatan catatan harian,
harian audit catatan
- Mengisi harian dan
pengkajian dokumentasi
awal keperawatan,
keperawatan menentukan
- Menulis renpra,
Renpra (10 pembuatan
diagnosis yg. discharge
Sering planning dan
dipakai) penghitungan
- Mengisi BOR, LOS
format dan TOI
pendelegasian
- Mengisi
format
discharge
planning
- menghitung
BOR,ALOS,
TOI
Pelaksanaan Peserta
kegiatan mampu
mempraktekka
n hasil
193
penyegaran
dan latihan
berdasarkan
format yang
telah
disepakati
5 Evaluasi Peserta
Program mampu
- Knowledge menerapkan
(Post test) mpkp dengan
- Sikap model Tim-
- Psikomotor primer
BAB IV
PELAKSANAAN DAN EVALUASI
Presentasi kegiatan residensi dan hasil analisis pengkajian serta rencana penyelesaian masalah
manajemen keperawatan di rumah sakit ...A.... dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 20
November 2007 yang dihadiri oleh, subdepartement keperawatan, komite keperawatan yang
merangkap pembimbing lapangan, kepala instalasi A,B,C dan para kepala ruangan, serta
pembimbing akademik. Pada pertemuan tersebut telah disepakati prioritas masalah yang telah
ditetapkan meliputi : 1) Pemahaman tentang metode penugasan tim belum seragam, 2) belum
optimalnya pelaksanaan umpan balik dari Karu dalam penerapan dokumentasi asuhan
keperawatan, 3) Pemahaman tentang rencana kegiatan harian belum seragam, 4) tim
pengendali mutu keperawatan belum berjalan sebagaimana mestinya, dan 5) penerapan
pendelegasian dalam penerapan metode MPKP belum dijalankan.
Rencana penyelesaian masalah diatas adalah melakukan kegiatan penyegaran dengan tema
penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional dengan metode modifikasi tim-primer.
Fokus penyegaran antara lain adalah penulisan rencana harian, operan, pre post conference,
supervisi, pengisian format dokumentasi keperawatan, cara melakukan audit catatan harian dan
dokumentasi keperawatan, konsep pendelegasian dalam asuhan keperawatan, pengisian format
discharge planning dan penghitungan BOR, ALOS, TOI.
A. Pelaksanaan Kegiatan
1. Penyegaran
Penyegaran dilakukan di tiap ruangan dengan tujuan untuk efektifitas kegiatan dan
pelaksanaan ditempatkan pada jam 12.00 s/d 14.00 wib agar yang dinas siang bisa
hadir. Materi penyegaran yang diberikan adalah konsep MPKP dengan fokus
kegiatan antara lain adalah fokus penyegaran antara lain adalah penulisan rencana
harian, operan, pre post conference, supervisi, pengisian format dokumentasi
195
3. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan MPKP mulai dilakukan tanggal 25 November 2008 sesuai
jadwal yang telah disusun. Karena ada 2 (dua) orang mahasiswa yang praktek, maka
praktek pelaksanaan observasi dan pengamatan MPKP diunit percontohan dibagi
berdasarkan instalasi. Instalasi A (Ruang Cendrawasih 2) oleh mahasiswa diamati
bersama-sama, Instalasi C (Ruang Cemara 2) oleh mahasiswa Setiadi, dan Instalasi B
( Ruang Cempaka 2) oleh mahasiswa Dewi Maryam.
Ada beberapa kegiatan yang dilatih pada saat praktek tersebut, yaitu: latihan
penulisan rencana harian, latihan operan, latihan pre & post conference, latihan
penulisan pengkajian dokumentasi keperawatan, latihan menentukan diagnosa yang
telah disediakan, latihan melakukan audit dokumentasi keperawatan dan rencana
harian oleh kepala ruang, latihan penulisan discharge planning oleh ketua tim, latihan
pengisian format pendelegasian, dan latihan menghitung BOR, LOS, TOI bagi kepala
ruang.
Pembagian Fokus kegiatan adalah kepala ruangan difokuskan untuk memimpin
operan, audit catatan harian perawat dan dokumentasi keperawatan, membuat rencana
harian Kepala ruang, memberikan pengarahan dan memotivasi pada staf, dan
pendelegasian. Ketua tim difokuskan untuk melakukan kegiatan pengisian pengkajian
awal keperawatan dan penentuan dignosis dan rencana keperawatan yang telah
dibuat, memimpin pre post conference, pembagian tugas, membuat rencana harian.
Perawat pelaksana difokuskan untuk membuat rencana harian, pelaksanaan asuhan
keperawatan berdasarkan rencana yang telah dibuat oleh Katim.
Penerapan dan uji coba MPKP di Rumah Sakit Kepolisian Pusat R.S Sukanto, dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Penulisan rencana kegiatan harian
Latihan penulisan rencana harian ditulis berdasarkan note book yang telah dibuat
pada tahap diskusi penyiapan perangkat MPKP. Pelaksanaan latihan penulisan
196
rencana harian dilakukan pada pagi hari sebelum operan dengan pemikiran nanti
bisa ditambah apabila pada saat operan terdapat hal-hal yang perlu dilakukan
bagi pasien tanggung-jawabnya. Hasil diskusi dengan para perawat didapatkan
data bahwa pembuatan rencana harian dirasakan lama, isinya masih sangat
umum, sehingga penentuan Note Book kemudian di ringkas lagi supaya efektif.
Hasil pengamatan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 didapatkan data bahwa
kepala ruangan selalu membuat rencana harian yang ditulis pada buku harian
tetapi isi catatan masih bersifat umum belum berisi tentang supervisi katim dan
perawat pelaksana dan supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan
unit lain yang terkait. ketua tim dan perawat pelaksana belum optimal membuat
rencana harian dengan alasan jumlah pasien cukup banyak sehingga para
perawat lebih menekankan pada Catatan perawat yang ada distatus klien.
b. Operan
Operan dinas malam ke perawat dinas pagi, dinas pagi ke dinas sore dipimpin
oleh kepala ruangan, sedangkan operan dinas sore ke dinas malam langsung
dipimpin oleh penanggung jawab tim sore ke penanggung jawab tim malam.
Seluruh perawat dinas pagi dan malam berkumpul di ruang perawat, kepala
ruang memberi pengarahan secara umum dan penekanan pada hal-hal yang
perlu diperhatikan. Untuk selanjutnya dilakukan ronde keliling dengan operan
langsung ke pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
Pengamatan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 kegiatan operan sudah
dilakukan. Kegiatan operan lebih terfokus pada masalah kolaborasi, lalu
mahasiswa melakukan diskusi dengan perawat yang ada serta dibuat panduan
operan yang lebih terfokus pada masalah keperawatan, tindakan yang sudah
dilakukan dan rencana tindak lanjut, serta pencatatan jumlah cairan terakhir.
Saat operan, terjadi tanya jawab dan klarifikasi data atau pasien dan perawat
pemberi dan penerima laporan diarahkan oleh mahasiswa terutama untuk
penentuan masalah keperawatan dan prioritas masalah.
c. Pre-post conference
Setelah operan dan pengarahan dari kepala ruangan, ketua tim melakukan
kegiatan pre-post conference bersama anggota timnya dan membagi habis
pasien sesuai dengan pasien kelolaan dan pasien titipan pada shiftnya.
Mahasiswa berdiskusi dengan kepala ruang tentang metode penugasan tim
primer, bersama-sama dengan ketua tim menentukan tingkat ketengantungan
pasien agar mempunyai persepsi yang sama sehingga dalam pembagian tugas
perawat pelaksana disesuaikan tingkat ketergantungan pasien.
Pelaksanaan kegiatan pre-post conference pada umumnya sudah dilakukan
sesuai dengan petunjuk pelaksanaan, tetapi para perawat belum terbiasa. Lalu
mahasiswa diskusi dengan ketua tim agar pre & post conference bisa dilakukan
secara efektif. Ketua tim cukup mengecek catatan harian perawat pelaksana
dan menambahkan informasi perencanaaan dan pelaksanaan sesuai kondisi
klien.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan mahasiswa, diruang Cemara 2 dan
Cendrawasih 2 Katim hanya mempunyai 1 perawat pelaksana, karena jumlah
perawat yang masih kurang, sehingga pre & post conference yang dilakukan
sangat singkat karena hanya kepada satu perawat.
197
d. Supervisi
Kegiatan supervisi meliputi operan, pre-post conference, pembuatan rencana
harian, dokumentasi, pelaksanaan SOP & SAK. Mahasiswa melakukan
sipervisi kepada kepala ruangan, katim dan perawat pelaksana. Kepala ruangan
melakukan supervisi kepada ketua tim pada kegiatan pre-post conference, dan
pembuatan rencana harian. Ketua tim mensupervisi perawat pelaksana dalam
melakukan kegiatan asuhan keperawatan, dan pendokumentasian asuhan
keperawatan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan mahasiswa, Kepala ruangan telah
melakukan supervisi kepada perawat pelaksana dan ketua tim mengenai
pelaksanaan kegiatan dan dokumentasi asuhan keperawatan. Ketua tim juga
telah melakukan supervisi kepada perawat pelaksana hanya dokumentasi
asuhan keperawatan tetapi masih belum terstruktur.
g. Sistem pendelegasian
198
B. Evaluasi Kegiatan
1. Kemampuan kognitif
Evaluasi kognitif dilakukan dengan memberikan soal pre test sebelum penyegaran dan
pelaksanaan dan soal post test setelah penyegaran dan pelaksanaan kepada seluruh
peserta pelatihan. Kemudian lembar jawaban dinilai berdasarkan kunci jawaban yang
dibuat. Soal pre test dan post test yang terdiri dari 30 soal mengenai MPKP,
dokumentasi keperawatan dan studi kasus yang ada diruangan. Penilaian pre dan post
dilakukan diawal kegiatan dan akhir kegiatan.
Hasil observasi di dapatkan nilai sebagai berikut nilai rata-rata pre tes adalah 70.88 %
(jumlah peserta 24 orang), rata-rata nilai post test adalah 80,24 % (jumlah peserta 24
orang). Terjadi peningkatan rata-rata 9,36 %, artinya terjadi peningkatan pengetahuan
tentang MPKP di 3 ruang yaitu Ruang Cempaka 2, Cendrawasih 2 dan Cemara 2
Rumkitpolpus RS Sukanto.
Observasi Tiap ruang didapatkan hasil sebagai berikut ruang Cemara 2 nilai pretest
70,1 % dan post test 81,2 %, ruang Cendrawasih 2 pre test 71, 6 % dan post test 81,4%.
199
2. Kemampuan Psikomotor
Evaluasi psikomotor dilakukan dengan mengobservasi peserta selama latihan dan
praktikum. Mahasiswa mengobservasi kegiatan peserta dalam melakukan operan,
kegiatan pre dan post conference, penulisan catatan harian, supervisi, pengisian
pengkajian awal keperawatan, pemilihan diagnosis yang tepat dari 10 diagnosis yang
telah dibuat, pendelegasian, penulisan discharge planning saat klien pulang dan
pembuatan BOR, LOS dan TOI.
Penilaian dilakukan pada tanggal 2, 3 dan 4 Desember 2008 dan di dapatkan hasil
bahwa kegiatan operan, pre -post conference, rencana harian, supervisi, penulisan
pengkajian awal keperawatan dokumentasi asuhan keperawatan, penulisan
pendelegasian, penulisan discharge planning dan penghitungan BOR, LOS dan TOI
telah dilakukan. Rata-rata kepala ruang telah menulis rencana harian setiap hari,
kegiatan operan sebanyak 2 kali, supervisi sebanyak 2 kali, penulisan pengkajian dan
penentuan diagnosa keperawatan 5 pasien dan audit dokumentasi sebanyak 1 kali
terhadap status pasien.
Dari pengamatan yang dilakukan oleh mahasiswa, seluruh kegiatan yang dilakukan
masih belum optimal, hal ini tampak melalui kegiatan operan belum menggambarkan
aktivitas yang telah dilakukan oleh perawat, rencana harian belum menggambarkan
keseluruhan tindakan yang akan dilakukan pada pasien, rencana supervisi kepala ruang
kepada katim dan perawat pelaksana tidak dijalankan sesuai kontrak, pengisian
pengkajian keperawatan telah dilakukan sesuai pedoman, format discharge planning
telah terisi dengan benar, format pendelegasian dalam latihan telah terisi dengan benar.
Hasil observasi didapatkan nilai rata-rata kegiatan operan di 3 ruang percontohan
diruang 90%, pre dan post conference 93,34 %, pembuatan rencana harian 100%,
Penulisan pengkajian awal dan penentuan diagnosis keperawatan 90%, pemberian
asuhan keperawatan langsung 95 %, hasil audit dokumentasi keperawatan 85 %,
penghitungan BOR, LOS dan TOI 100 %, dan penulisan discharge planning 100 %.
Hasil observasi tiap ruang didapatkan data sebagai berikut Ruang Cemara nilai
kegiatan operan 90%, pre dan post conference 90%, pembuatan rencana harian 100%,
Penulisan pengkajian awal dan penentuan diagnosis keperawatan 86,67%, pemberian
asuhan keperawatan langsung 95 %, hasil audit dokumentasi keperawatan 85 %,
penghitungan BOR, LOS dan TOI 100 %, dan penulisan discharge planning 100 %.
Ruang Cempaka 2 nilai kegiatan operan 90%, pre dan post conference 90%,
pembuatan rencana harian 100%, Penulisan pengkajian awal dan penentuan diagnosis
keperawatan 80%, pemberian asuhan keperawatan langsung 95 %, hasil audit
dokumentasi keperawatan 85 %, penghitungan BOR, LOS dan TOI 100 %, dan
penulisan discharge planning 100 %.
Ruang Cendrawasih 2 nilai kegiatan operan 100%, pre dan post conference 100%,
pembuatan rencana harian 100%, Penulisan pengkajian awal dan penentuan diagnosis
keperawatan 90%, pemberian asuhan keperawatan langsung 95 %, hasil audit
dokumentasi keperawatan 90 %, penghitungan BOR, LOS dan TOI 100 %, dan
penulisan discharge planning 100 %.
3. Afektif
Evaluasi sikap dinilai dengan observasi keaktifan peserta dalam bertanya dan sikap
mereka terhadap program perubahan cara kerja. Cara penilaian adalah melakukan
200
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan penerapan MPKP diruang percontohan (ruang Cemara 2 dan Cendrawasih2) Rumkitpolpus RS
Sukanto, akan dijelaskan berdasarkan teori yang terkait dan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan
sebagai berikut:
menyediakan fasilitas (buku/note book) yang mendukung pelaksanaan pembuatan rencana kegiatan dan
dibuat buku/note book) yang efisien dan efektif.
2. Operan
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien atau komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam.
Operan dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dinas sore ke dinas
malam langsung dipimpin oleh penanggung jawab tim sore ke penanggung jawab tim malam. Tujuan
operan pasien menurut Taylor (1993) adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat membantu
untuk menetapkan rencana perawatan pasien, mengevaluasi intervensi keperawatan, memberi
kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan tentang perawatan yang diberikan kepadanya, serta
membantu menentukan prioritas diagnosa dan tujuan dari perawatan yang diberikan. Dalam operan
diterangkan tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan oleh perawat yang telah selesai tugas.
Operan ini harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara sinkat, jelas dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan
perkembangan klien saat itu.
Kegiatan operan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 sudah dilakukan sesuai dengan prinsip operan,
namun masih belum optimal, antara lain : isi dari operan yang masih bersifat kolaboratif, operan yang
dilakukan kadang-kadang tidak dilakukan bersama-sama karena belum semua perawat hadir pada
waktunya, visit dokter pada jam pergantian shift, kepala ruang / ketua tim tidak hadir karena ada acara
tertentu.
Rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan : menyepakati kembali jadwal dinas pagi, sore dan malam,
menulis laporan pada status pasien saja, dibuat kesepakatan mengenai jam visite dokter, membuat
rencana perawatan yang komprehensif dan terorganisir.
3. Pre-post conference
Pre-post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan dan sebelum
operan berikutnya yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim. Isi pre conference adalah
rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari katim atau PJ tim. Isi post conference
adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (Keliat, 2000).
Pelaksanaan kegiatan pre-post conference diruang Cemara 2 & cendrawasih 2 pada umumnya sudah
dilakukan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan tetapi isi post conference belum sepenuhnya hasil
asuhan keperawatan.
Ada beberapa kendala dalam kegiatan pre post conference diruangan antara lain adalah perawat belum
terbiasa pendekatan manajemen dalam pengelolaan askep, kegiatan yang begitu padat, jadwal visite
dokter bersamaan dengan tindakan perawat, fungsi struktur diruang masih belum menggambarkan
kegiatan fungsi kegiatan MPKP, yang terdiri dari kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana.
Rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah perlunya peningkatan motivasi agar pelaksanaan
pre-post conference dapat terus dilakukan, peningkatan kualitas melalui pendidikan dan pelatihan,
kepala ruangan melakukan supervisi dan mengingatkan katim terhadap pelaksanaan pre-post
conference agar terbiasa dan menjadi budaya kerja. Perlunya peninjauan struktur ruangan dan
pemetaan tenaga yang proporsional, adanya uraian tugas yang jelas di Ruang Cemara 2 dan
Cendrawasih 2 agar kegiatan diruangan lebih optimal.
4. Supervisi
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang
disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan
efektif (Sudjana, 2004).
Kron & Gray (1987) mengartikan supervisi sebagai kegiatan yang merencanakan, mengarahkan,
membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai dan mengevaluasi
secara berkesinambungan anggota secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan
203
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dari hasil pengkajian ditemukan 14 (empat belas) masalah yang berkaitan dengan
manajemen pelayanan dan asuhan keperawatan. Dari masalah-masalah diatas dengan
mempertimbangkan sumberdaya, kewenangan dan kemampuan yang diatasi hanya 5
(lima) prioritas masalah, yaitu pemahaman tentang metode penugasan tim belum
seragam, belum optimalnya pelaksanaan umpan balik dari Karu dalam penerapan
dokumentasi asuhan keperawatan, fungsi pengendalian mutu ruangan yang
difokuskan pada Indikator mutu dalam bentuk penghitungan BOR, LOS, TOI yang
belum optimal, belum optimalnya pembuatan rencana kegiatan harian, dan sistem
pendelegasian yang belum dilakukan.
2. Kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasi masalah diatas adalah :
a. Penyegaran :
Penjelasan tentang konsep MPKP yang meliputi penulisan catatan harian bagi
Kalak, Katim dan perawat pelaksana, pengisian Format audit catatan harian dan
dokumentasi keperawatan oleh kepala ruangan, pengisian format pengkajian awal
keperawatan, penentuan diagnosis dan rencana keperawatan, penulisan format
discharge planning, pendelegasian dan pembuatan penghitungan BOR, LOS, TOI
b. Penyiapan perangkat MPKP
Penyiapan perangkat kegiatan MPKP dilakukan dengan menyusun format
bersama dengan kepala ruang dan supervisor ruangan. Perangkat yang disusun
antara lain adalah kartu anggota Tim, Format pengkajian awal keperawatan,
penentuan 10 (sepuluh) diagnosa yang sering muncul diruangan, format
207
a. Kepala ruangan dan ketua tim hendaknya melakukan bimbingan kepada perawat
pelaksana untuk pembuatan rencana harian dan dokumentasi asuhan keperawatan.
b. Melakukan audit keperawatan secara berkala pada pasien yang akan pulang atau
dalam proses perawatan.
c. Melakukan supervisi tingkat ruang sesuai dengan acuan yang ada yang telah
ditentukan oleh direksi Rumah Sakit.
4. Perawat Pelaksana
a. Membudayakan kegiatan yang telah ajarkan dan menjadikan suatu rutinitas
kegiatan.
b. Membudayakan membaca dan menulis asuhan keperawatan pasien
c. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan untuk menunjang profesionalisme
perawat.
5. Mahasiswa praktek yang akan datang diharapkan dapat memantau hasil residensi
terdahulu khususnya di ruang percontohan MPKP dan menambah kegiatan lain yang
belum dapat dilaksanakan seperti: rencana mingguan, bulanan, dan ronde keperawatan
dan menyempurnakan format pengkajian dan rencana intervensi yang sudah ada.
ROPOSAL
DOKUMENTASI PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dokumentasi merupakan salah satu hal yang penting dalam penerapan MAKP. Di
masa yang akan datang perawat professional dihadapkan pada suatu tanggung jawab dan
tanggung gugat terhadap segala tindakan yang dilaksanakan. Kesalahan sekecil apapun
yang dilakukan akan berdampak terhadap citra keperawatan secara keseluruhan. Kesadaran
masyarakat menggunakan jasa pengacara untuk memperoleh, membela dan meminta
tanggung jawab serta tanggung gugat dalam perawatan kesehatan juga semakin meningkat.
Untuk itu dibutuhkan sebuah pendokumentasian yang lengkap dan jelas.
Dalam pendokumentasian komponen yang penting adalah komunikasi, proses
keperawatan dan standart keperawatan. Kegiatan konsep pendokumentasian meliputi
keterampilan berkomunikasi, keterampilan mendokumentasi proses keperawatan dan
keterampilan standart. Efektifitas dan efisiensi sangat bermanfaat dalam mengumpulkan
informasi yang relevan dan akan meningkatkan kualitas pencacatan keperawatan.
209
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menerapkan sistem pendokumentasian yang efektif, efesien, akurat, lengkap dan
menjamin kepastian hukum
2. Tujuan Khusus
a. Mendokumentasikan penerimaan pasien baru (addmision orientation)
b. Mendokumentasikan pengkajian
c. Mendokumentasikan tindakan dan perkembangan klien dengan menggunakan
sistem pendokumentasian model SOAP
d. Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan setiap hari dengan
lembar observasi
e. Mendokumentasikan sentralisasi obat oral dan injeksi pada semua pasien kelolaan.
f. Mendokumentasikan timbang terima setiap pergantian shift.
g. Mendokumentasikan discharge planning pada klien yang akan pulang
h. Mendokumentasikan resume keperawatan pada klien yang sudah pulang
3. Manfaat
a. Mempunyai nilai hukum, sebagai pertanggungjawan perawat
b. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
c. Sebagai alat komunikasi dengan perawat dan tenaga kesehatan lain
d. Sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan
e. Sebagai referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan
f. Mempunyai nilai penelitian, sebagai bahan atau obyek riset
g. Akreditasi
210
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Dokumentasi adalah semua catatan otentik dalam penerapan manajemen asuhan
keperawatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam perasoalan hukum .
Dokumentasi keperawatan adalah keterangan tertulis dari seluruh pelayanan keperawatan
yang diberikan kepada klien, baik pasien yang mengalami rawat inap maupun rawat jalan.
BAB 3
PERENCANAAN
1. Persiapan pendokumentasian
Penanggungjawab: ………………………..
2. Tujuan:
Setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan, diharapkan mahasiswa PSIK
mampu menerapkan pendokumentasian keperawatan kepada pasien secara efektif,
efisien, akurat dan menjamin kepastian hukum.
3. Rencana Strategi
a. Mendiskusikan format pengkajian, observasi, tindakan keperawatan, dan
pendokumentasian yang sesuai .
b. Menyiapkan format pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi
keperawatan dengan bekerjasama dengan perawat ruangan.
c. Menyiapkan petunjuk teknis pengisian format/ pendokumentasian keperawatan.
d. Melaksanakan pendokumentasian bersama dengan perawat ruangan
4. Kriteria Hasil
a. Tersedia lembar penerimaan pasien baru
b. Tersedia lembar serah terima pasien baru
c. Tersedia format pengkajian persistem (ROS)
d. Terdapat lembar observasi
e. Terdapat lembar hasil laboratorium
f. Terdapat lembar hasil pemeriksaan radiologi
g. Terdapat rencana keperawatan
h. Terdapat lembar konsultasi
i. Terdapat lembar sentralisasi obat
j. Terdapat lembar timbang terima
k. Terdapat discharge planning
l. Terdapat resume keperawatan
m. Dokumentasi terlaksana sesuai format
5. Pelaksanaan
Pelaksanaan dokumentasi keperawatan dilaksanakan selama praktik manajemen
keperawatan mulai tanggal...........
Pembagian peran berdasarkan jadwal yang telah ditentukan.
a. Pengkajian
Format pengkajian persistem (ROS) dilakukan oleh PP didokumentasikan
sesuai dengan kasus di ruang Mawar.
b. Diagnosa keperawatan
213
Keadaan spiritual berisi tentang kebiasaan beribadah dan lain-lain hingga dapat
disimpulkan suatu masalah keperawatan.
Pemeriksaan penunjang dan therapy
10. Tanda tangan PP
Petunjuk Teknis
Pengisian Work Sheet
I. Tujuan
Work sheet dibuat dengan tujuan sebagai catatan perawat primer dan perawat
asociate yang berisi data-data klien untuk memudahkan perawat melakukan asuhan
keperawatan kepada klien.
Petunjuk Teknis
Pengisian Format Timbang Terima
I. Tujuan
Laporan timbang terima dibuat dengan tujuan sebagai bahan pertanggung jawaban
serta dokumentasi terhadap informasi-informasi yang berkaitan dengan kondisi atau keadaan
pasien secara umum dan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan pada pasien.
Petunjuk Teknis
Pengisian Format Penerimaan Pasien Baru
I. Tujuan
Laporan Penerimaan pasien baru dibuat dengan tujuan sebagai bahan pertanggung
jawaban terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan sekaligus sebagai bahan dokumentasi
pelaksanaan penerimaan pasien baru.
Ruang dokter
Kamar mandi atau WC
Dapur
Mushola
5. Menjelaskan tentang sistem sentralisasi obat serta informed consent.
6. Melarang pasien dan keluarga membawa barang berharga. Jika ada barang yang
hilang bukan menjadi tanggung jawab pihak rumah sakit.
7. Memperkenalkan pasien baru dengan pasien lain yang sekamar (bila ada).
8. Menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah disampaikan oleh
perawat
9. Meminta tanda tangan keluarga atau pasien bahwa telah menerima penjelasan
perawat primer pada lembar admission orientation.
C. Perawat primer menandatangani lembar penerimaan pasien baru sebagai bahan
dokumentasi bahwa pasien dan keluarga sudah mendapat informasi yang jelas.
220
Petunjuk Teknis
Pengisian Lembar Serah Terima Pasien Baru
I. Tujuan
Lembar serah terima pasien baru dibuat dengan tujuan sebagai bahan pertanggung
jawaban terhadap data-data dari pasien (identitas, daftar obat, alat dan jenis pemeriksaan yang
dimiliki serta catatan khusus dari pasien ) sebagai bahan dokumentasi pelaksanaan penerimaan
pasien baru.
WORKING SHEET
NAME :................
SHIFT............................
DATE :................
Bed Name Medical Nursing Note Observation
Patient Dx Problem
222
Penjelasan tentang :
1. Perkenalan diri
( ) ( )
223
Surabaya,...................................
(.................................)
Lampiran 7 : Laporan discharge planning
(................................)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dilakukan secara berkesinambungan
mulai dari klien masuk sampai dengan klien pulang. Untuk itu diperlukan adanya suatu
perencanaan klien pulang (discharge planning), yang bertujuan untuk meningkatkan status
kesehatan klien secara signifikan dan menurunkan biaya-biaya yang diperlukan untuk
rehabilitasi lanjut, dengan adanya discharge planning klien dapat mempertahankan
kesehatannya dan membantu klien untuk lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan mereka
sendiri (Jane Erwin, 1999).
Dari pengkajian yang kami dapatkan Discharge planning di Ruang Bedah A sudah
dilakukan hampir pada semua pasien yang akan pulang tetapi belum optimal diantaranya belum
terdokumentasi dengan baik dan hanya dilakukan secara lisan. Dokumentasi discharge planning
yang ada di ruang Bedah A hanya meliputi tanggal kontrol dan hasil-hasil laborat.
Berdasarkan hasil kuesioner dari 8 orang perawat didapatkan 25% perawat
menyatakan telah memberikan pendidikan kesehatan tentang perencanaan pulang dengan kartu
discharge planning dan didokumentasikan, sedangkan 75% perawat menyatakan pernah
melakukan pendidikan kesehatan tentang perencanaan pulang dengan kartu discharge planning
namun tidak didokumentasikan.Format dan kartu discharge Planning sudah tersedia.
Program pendidikan profesi ners PSSKp Fakultas Keperawatan Unair diharapkan mampu
menjadi role model dalam pelaksanaan discharge planning di ruang Bedah A RSU Dr. Soetomo
Surabaya secara benar. Dengan demikian diharapkan tujuan peningkatan kualitas kesehatan
pasien dapat tercapai secara optimal.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan discharge planning diharapkan dapat memberikan
kontinuitas perawatan setelah pasien pulang.
b. Tujuan Khusus
Setelah melakukan Discharge Planning mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengkaji kebutuhan rencana pemulangan.
2. Mengidentifikasi masalah utama pasien pulang.
3. Memprioritaskan masalah pasien.
4. Membuat perencanaan terhadap pasien pulang dengan melibatkan tim
multidisiplin dalam penyusunannya.
5. Mengajarkan kepada pasien dan keluarganya tentang kebutuhan pasien di
rumah (meliputi pengobatan/kontrol, kebutuhan nutrisi, aktifitas dan istirahat,
perawatan diri).
6. Melakukan evaluasi pada pasien selama Discharge Planning.
7. Mendokumentasikan perencanaan pulang pasien.
225
1.3 Manfaat
a. Pasien dan keluarga:
1. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam melakukan perawatan
di rumah.
2. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien.
3. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan, ketrampilan dan
sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien.
b. Mahasiswa :
1. Terjadi pertukaran informasi antara mahasiswa dengan pasien sebagai
penerima pelayanan dengan mahasiswa saat melakukan asuhan keperawatan.
2. Mengevaluasi pengaruh intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien.
3. Membantu mahasiswa dalam mengembangkan ilmu yang telah dimiliki serta
mengaplikasikannya.
4. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif untuk menentukan perencanaan pulang bagi pasien secara tepat.
1. 4 Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Hamidha, S.Kep.
PP1 : Sri Mahdani, S.Kep.
PA1 : Rizka amaliah, S. Kep.
Supervisor : 1. Setiadi, M.Kep
2. Hj. Hadi amarawati, SKM
3. Sri Rejeki, SST
1.5 Pelaksanaan
Topik : Perencanaan pulang pada pasien Ny. Jumain dan
keluarga
Hari/ Tanggal : Jumat, 19 September 2009
Waktu : 10.00 WIB -Selesai
Pelaksana : Perawat Primer
Tempat : Ruang Mawar RS..B…
Sasaran : Klien Ny. Ny. Jumain dan keluarga
Materi : Pengobatan/Kontrol, Kebutuhan Nutrisi, Aktifitas dan
istirahat, Perawatan diri klien dengan Ca Mammae
Metode : Diskusi dan tanya jawab
Media : Status pasien, Leaflet, Format discharge planning, Kartu
rencana pulang, sarana dan prasarana perawatan
226
Keadaan pasien :
1. Klinis & pemeriksaan penunjang
lain.
2. Tingkat ketergantungan.
(menurut kebutuhan perawatan diri
dari Orem)
Perencanaan Pulang
(Discharge Planning)
Program HE :
Penyelesaian Lain-lain
1. Pengobatan/control
administrasi 2. Kebutuhan nutrisi
3. Aktivitas & istirahat
4. Perawatan diri
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Discharge planning adalah merupakan proses yang dinamis, agar tim kesehatan
mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan perawatan
mandiri di rumah (Swenberg, 2000).
2.2 Tujuan
Menurut Jipp dan Siras (1986) :
2.1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikososial dan sosial.
2.2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
2.3. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien.
2.4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain.
2.5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap
dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien.
2.6. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat.
2.3 Manfaat
Menurut Spath (2003) :
a. Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada pasien yang
dimulai dari rumah sakit.
b. Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin
kontinuitas perawatan pasien.
c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien dan
menidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru.
d. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan perawatan rumah.
2.4 Prinsip-prinsip
a. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan kebutuhan
dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
b. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang
mungkin timbul paa saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah yang
timbul di rumah dapat segera diantisipasi.
c. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif, perencanaan pulang merupakan
pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerjasama.
229
d. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.
Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan
pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat.
e. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap klien
masuk tatanan layanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.
BAB 3
KEGIATAN
3.1 Pelaksanaan
Topik : Discharge Planning pada klien dengan Carsinoma
mammae pro kemoterapi.
Hari/ Tanggal : 19 September 2008
Sasaran : Ny. Sulam dan keluarga
Waktu : 10.30 WIB
Tempat : Ruang Bedah A RSU Dr. Soetomo
Acara Dihadiri oleh :
a. Pembimbing pendidikan sebanyak 1 orang
b. Pembimbing ruangan sebanyak 1 orang
c. Supervisor sebanyak 4 orang
d. Mahasiswa PSKp sebanyak 10 orang
3.2 Metode
Metode yang digunakan dalam discharge planning adalah diskusi dan Tanya jawab
setelah diberikan penjelasan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan
klien oleh keluarga setelah keluar dari rumah sakit, meliputi :
a. Perawatan di rumah
Pemberian pendidikan kesehatan mengenai : pedoman perawatan luka di rumah,
aturan makanan, aktivitas dan istirahat, waktu dan tempat kontrol.
b. Obat-obatan yang masih harus diminum
Penjelasan tentang obat yang pemberiannya masih dilanjutkan, dosis, cara pemberian,
dan waktu pemberian yang tepat.
c. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan selama MRS dibawakan kepada klien sewaktu pulang.
d. Surat-surat
Surat-surat, seperti surat kontrol ulang, dan surat-surat yang diperlukan saat akan
melakukan kontrol ulang
3.3 Media
Media yang digunakan dalam pelaksanaan discharge planning kepada klien dan
keluarganya diantaranya; status pasien, kartu discharge planning, leaflet, sarana dan
prasarana perawatan.
231
b. Evaluasi Proses
No. Waktu Kegiatan
2. 10.45 – 11.00 WIB Diskusi dan klarifikasi dari supervisor serta pembimbing ruangan:
1. Siti Maimunah, Amd.Kep.
a) Peran dan pembagian porsi masing-masing peran
antara Karu, PP, dan PA sudah baik sekali.
b) Penjelasan pada saat pendidikan kesehatan kepada
keluaga pasien sudah sesuai.
2. Hj Siti Khasanah, SKM
a) Bahasa harus ditawarkan dulu , dan kalau bisa gambar
atau alat peraga yang asli misalnya penjelasan tetang
gizi.
3. Jafar unmah, SKep.,Ns
a) Pelaporan dari PP ke Karu tentang apa Discarge
planning atau pasien pulang.
b) Pada pasiennya terdapat luka atau tidakdan lukanya
disebelah mana
4. Setiadi, M.Kep.
a) Penggolongan luka tolong diperhatikan
b) Bahasa yang digunakan dan fokuskan pada keluarga
dan klien tentang penyuluhannya.
c. Evaluasi Hasil
1. Kegiatan dihadiri 40% dari 10 orang supervisor yang diundang
2. Selama kegiatan, setiap mahasiswa bekerja sesuai dengan tugas masing-masing peran
yang dimainkan.
3. Acara dimulai waktu terlambat 30 menit dari waktu yang telah ditentukan.
4. Kegiatan berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan dilaksanakannya discharge
planning.
d. Hambatan
1. Pelaksana discharge planning kurang berpengalaman terhadap masalah yang dihadapi
klien sehingga pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien kurang maksimal.
2. Adanya hambatan perbedaan bahasa sehingga penyampaian materi discharge planning
tidak dapat diserap klien secara optimal.
232
e. Dukungan
1. Pengorganisasian acara discharge planning yang tersusun.
2. Adanya kerjasama dan kesempatan yang seluas-luasnya antara pihak perawat ruangan
dengan mahasiswa sebagai pelaksana.
3. Hubungan saling percaya yang terjalin antara keluarga klien dengan pelaksana
didscharge planning.
4. Tersedianya fasilitas pendukung discharge planning yang baik di ruang bedah Aster.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Discharge planning diharapkan membawa manfaat bagi pasien dan keluarganya
dalam meningkatkan kemandirian pasien, dan kualitas pemeliharaan kesehatan keluarga
setelah keluar dari rumah sakit, terutama dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Pelaksanaan discharge planning oleh mahasiswa berjalan dengan lancar. Adapun
materi pendidikan kesehatan yang disampaikan dalam discharge planning yang
dilaksanakan meliputi lima hal, yakni tentang pedoman perawatan luka pad carcinoma
mammae, pengobatan, aturan diet, jadual kontrol ulang, dan aktivitas-istirahat.
4.2 Saran
1. Discharge planning sebaiknya dilaksanakan sejak pertama kali pasien MRS sampai
dengan pasien akan dipulangkan, karena perencanaan pemulangan pasien telah
dimulai sejak awal pasien dirawat di ruang rawat.
2. Perawat primer sebagai pelaksana kunci discharge planning, sebaiknya meningkatkan
pengetahuan, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan interpersonal sehingga
klien mampu menyerap informasi yang diberikan dan pelaksanaan discharge planning
dapat dilaksanakan kepada setiap pasien
3. Evaluasi terhadap pendidikan kesehatan yang telah diberikan sebaiknya dilakukan
pada tiap-tiap inti materi sehingga perawat dapat mengetahui tingkat pemahaman
pasien dan keluarga, serta dapat merencanakan materi pendidikan kesehatan yang
akan diberikan selanjutnya.
233
Daftar Pustaka
Chesca, (1990). Perencanaan Pulang Pasien. Makalah Kuliah untuk Perawat. Yogyakarta.
Morison (2004). Manajemen Luka. Jakarta: EGC
Nursalam, (2002). Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Salemba Medika. Jakarta.
Gillies, (1989). Managemen Keperawatan Suatu pendekatan Sistem, Edisi Terjemahan. Alih
Bahasa Dika Sukmana dkk. Jakarta.
234
NO.Reg :...................................
Nama/umur : .................../.............
RESUME KEPERAWATAN Kamar : .................................
Diagnosa Medik : .................................
Tgl MRS :..................................
1. Keadaan penderita ketika pulang atau pindah
Keadaan Umum :
Suhu : ……...., Nadi :………….., RR :…………., Tensi : ……….....
Masalah selama dirawat :
Perubahan eliminasi urine Gangguan mobilisasi
Ansietas Resti infeksi
Nyeri Resti hemoragi
Ggn keseimbangan cairan &elektrolit Lain-lain ....................
Kurang pengetahuan
2. Pengobatan
Meneruskan obat : Ya Tidak
Diberikan resep : Ya Tidak
Jenis Obat : Antibiotika Roboransia
Jenis dan dosis :... Jenis dan dosis :...
Analgesik Antipiretika
Jenis dan dosis :... Jenis dan dosis :....
Lainnya :…
Jenis dan dosis :....
3. Perawatan luka
Operasi Ya Tidak Lain-lain : ………
4. Kontrol ulang : 1 minggu 2 minggu 3 minggu
Tgl dan tempat : ...................................
5. Pendidikan kesehatan :
Nutrisi Cara rawat luka
Aktivitas dan istirahat Lainnya :.......
6. Lain-lain : …………………………………
Surabaya, …………………2008
(……….……………………….)
Perawat Primer
235
No. Reg :
Nama :
DICHARGE PLANNING
Jenis Kelamin :
Alamat :
Tanggal MRS: Tanggal/Tempat Kontrol :
Tanggal KRS:
Aturan Diet :
Lain-lain :
Saya selaku keluarga menyatakan telah mendapat penyuluhan hal-hal tersebut di atas oleh
mahasiswa PSSKp Fakultas Keperawatan Unair Surabaya dan telah mengerti.
( ................................. ) ( ........................)
Perawatan Luka:
Catatan Khusus:
Lampiran 8 : Laporan Penyuluhan
LAPORAN PENYULUHAN
239
1. Pelaksanaan
Hari/tanggal : Jumat, 26 September 2009
Pukul : 12.40 – 13.10 WIB
Pelaksana : Mahasiswa PSSIK Angkatan B I Stikes Hang Tuah sby
Topik : Persiapan Pre Operasi
Tempat : Ruang Mawar
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
2. Pengorganisasian
Moderator : Merina Lusty, S.Kep.
Penyaji : Rizka Amaliah, S.Kep.
Fasilitator : Sri Maharani, S.Kep.
Observer : Dewi Maryam, S.Kep.
Pembimbing : 1. Dhian Satya, S.Kep, Ns.
2. Dya Sustrami, S. Kep. Ns
3. Siti Hamidhah, Amd. Kep.
4. Haris Kuswoyo, S. Kep. Ns.
3. Pelaksanaan Kegiatan
No. Waktu Kegiatan Pelaksana
1. 12.40 – Pembukaan : Moderator
12.43 a. Penyampaian salam
b. Memperkenalkan anggota
c. Menyampaikan tujuan penyuluhan
d. Kontrak waktu
2. 12.43 – Penyajian : Penyaji materi
12.50 a. Menggali pengalaman peserta
penyuluhan tentang persiapan pre
operasi
b. Penyajian materi persiapan pre operasi
3. 12.50 – Diskusi Moderator
13.05 a. Tanya Jawab dan fasilitator
b. Masukan oleh pembimbing
4. 13.05 – Penutup : Moderator
13.10 a. Melakukan evaluasi tentang materi
yang telah disampaikan
b. Menyimpulkan hasil penyuluhan.
c. Menyampaikan salam
d. Membagikan leaflet
4. Pertanyaan
1) Tolong dijelaskan kembali tentang maksud dari Sabar, Tawakal dan Ikhtiar saat
menunggu acara operasi ? (Tn. Paidi)
2) Saat sebelum operasi kan tubuh harus dalam keadaan sehat tetapi mengapa harus
dilakukan puasa sebelum melakukan operasi ? (Tn. Saruwi)
3) Apa yang dapat menyebabkan kanker itu muncul? Apakah bisa dari makanan? (Tn.
Krido)
240
5. Jawaban
1) Sabar, tawakkal dan ikhtiar menunggu jadwal operasi yang kadang tidak menentu
dengan cara banyak berdoa dan berdzikir sesuai dengan agama dan keyakinan
masing-masing.
2) Puasa dan urus-urus sebelum dilakukan operasi bertujuan agar pencernaan pasien
bersih dan saat dilakukan operasi tidak mengotori area operasi (ditakutkan pasien
tiba-tiba buang air besar di kamar operasi) karena area operasi harus tetap steril
sampai pasien selesai dilakukan operasi.
3) Penyebab utama kanker sebenarnya belum diketahui secara pasti tetapi setiap orang
pasti mempunyai bakat kanker yang artinya setiap orang dapat menderita kanker.
Beberapa faktor pencetus terjadinya kanker adalah makanan yang mengandung
penyedap atau penambah rasa (mono sodium glutamat atau MSG atau sering dikenal
dengan micin), pewarna buatan, pengawet (termasuk makanan kaleng), makanan
cepat saji, makanan yang dipanggang (seperti sate, ikan bakar, dll).
4) Faktor-faktor yang dapat mempercepat pertumbuhan kanker adalah faktor pencetus
terjadinya kanker seperti yang telah dijelaskan sebelumnya serta stress, cara
pencegahannya dengan cara menghindari makanan yang telah disebutkan diatas dan
menambah konsumsi buah-buahan, sayur hijau dan makanan yang banyak
mengandung nutrisi serta mengurangi stress.
5) Yang dapat meningkatkan trombosit kalau dari makanan adalah buah-buahan seperti
jeruk, jambu biji merah, sayuran hijau, dan lain-lain.
6. Hasil evaluasi
a) Evaluasi stuktur
a. Persiapan sarana dan prasarana dilakukan satu hari sebelum acara.
b. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan dua hari sebelum acara.
c. Penyelenggaraan acara sesuai dengan tempat dan waktu yang direncanakan.
b) Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan :
Peserta mendengarkan dan memperhatikan materi penyuluhan dengan baik
Peserta mengajukan pertanyaan terkait dengan materi penyuluhan.
Semua pertanyaan para peserta dapat dijawab dengan baik oleh fasilitator dan
penyaji serta moderator.
b. Peserta mengikuti penyuluhan dari awal hingga akhir
c. Peserta tidak ada yang mennggalkan tempat saat penyuluhan berlangsung.
c) Evaluasi Hasil.
a. Peserta dapat menjelaskan dan menyebutkan kembali materi penyuluhan yang telah
dijelaskan
b. Jumlah peserta yang hadir adalah 9 orang dari 10 orang yang diundang (90%), 1
orang tidak dapat mengikuti penyuluhan karena harus mengambil obat dengan segera
di depo farmasi.
241
IV. Metode
Ceramah, tanya jawab dan diskusi
V. Media
Leaflet dan flip chart
242
3 Evaluasi 10
1. Peserta mampu menyebutkan
-. Bertanya menit
7 dari 12 persiapan fisik
sebelum operasi
2. Peserta mampu menyebutkan
-. Menjawab
3 dari 5 persiapan psikologis
sebelum operasi
4.
Penutup
-Mendengarkan
1. Menyimpulkan materi
2. Memberi salam -Menjawab salam
5 menit
3. Membagikan leaflet
243
VII. Pengorganisasian
Pembicara : Rizka Maharani, S.Kep
Moderator : Junita Juwita wati, S.Kep
Fasilitator : Sri Maharani, S. Kep.
Observer : Dewi Maryam, S. Kep
Pembimbing : 1. Dhian Stya, S.Kep, Ns.
2. Dya Sustrami, S. Kep. Ns
VIII. Evaluasi
a. Struktural :
- Peserta hadir di tempat penyuluhan
- Penyuluhan dilakukan di Ruang Mawar RS ..B…
- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya (satuan acara
penyuluhan dan leaflet)
b.Proses :
- Masing-masing anggota tim bekerja sesuai dengan tugas
- Peserta antusias terhadap materi penyuluhan, serta peserta yang terlibat
penyuluhan 50% dari peserta yang hadir
c. Hasil:
Peserta mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh penyuluh yaitu
sesuai dengan tujuan khusus, peserta dapat menyebutkan:
1. Pengertian persiapan pasien sebelum operasi
2. Macam-macam persiapan pasien sebelum operasi
3. Persiapan fisik sebelum operasi
4. Persiapan psikologis sebelum operasi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1) Tujuan Umum :
Setelah dilakukan ronde keperawatan masalah keperawatan yang belum teratasi dapat
diatasi.
2) Tujuan Khusus :
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, perawat mampu :
1. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis dalam pemecahan masalah
keperawatan klien
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah pasien
3. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
4. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
5. Meningkatkan kemampuan justifikasi
6. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
7. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana Asuhan Keperawatan
8. Melaksanakan asuhan keperawatan secara menyeluruh.
245
1.3 Manfaat
1) Bagi Klien :
1) Membantu menyelesaikan masalah klien sehingga mempercepat masa
penyembuhan.
2) Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien.
3) Memenuhi kebutuhan pasien.
2) Bagi Perawat :
a. Dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor perawat.
b. Menjalin kerjasama tim.
c. Menciptakan komunitas keperawatan profesional.
3) Bagi rumah sakit :
Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
1.4 Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Junita Maharani, S.Kep
PP 1 : Siti Fitri, S.Kep
PP 2 : Khoirul Badri, S.Kep
PA 1 : Dewi Maryam, S.Kep
PA 2 : Dian Eko Sulastri, S.Kep
Konselor : 1. dr. Icuk
2. Muawanah, AMG.
3. Anton, SKep
4. Hepta Aisiyah, S.Kep.
Supervisor : 1. Setiadi, M.Kep
2. Diyah Arini, S.Kep.,Ns
3. Sumiatun, ETN, SST, SPd
Ronde Ronde
I. Pembukaan dan Penyajian Data Nurse
1) Salam pembukaan Station 15 menit
2) Memperkenalkan klien dan tim Nurse Kepala Ruangan
ronde dan menjelaskan tujuan Station
kegiatan ronde serta
mempersilahkan PP1
menyampaikan kasusnya Nurse PP1
3) Menyampaikan dasar Station
pertimbangan dilakukan ronde. Nurse PP1
4) Menjelaskan riwayat penyakit Station PP1
5) Menjelaskan masalah klien yang
belum terselesaikan dan tindakan
yang telah dilaksanakan Nurse PPI
6) Menyampaikan evaluasi Station PP2
7) Klarifikasi data yang telah
disampaikan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas
dan melaksanakan asuhan keperawatan (Nursalam, 2002).
2.3 Manfaat
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
c. Terciptanya komunitas perawatan yang profesional
d. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
e. Perawat dapat melaksanakan model keperawatan dengan tepat dan benar
Penetapan Pasien
Persiapan Pasien :
Inform Concernt
Hasil Pengkajian/ Validasi
data
validasi data
TAHAP RONDE PADA BED
KLIEN
c. Hasil
Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
Masalah pasien dapat teratasi
Perawat dapat :
1. Menumbuhkan cara berfikir yang kritis
2. Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
3. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
4. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
5. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien.
250
INFORMED CONSENT
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : …………………………………..
Umur : …………………………………..
Alamat : …………………………………..
…………………………………..
Nama : …………………………………..
Umur : …………………………………..
Jenis Kelamin : ......................................................
Alamat : …………………………………..
…………………………………..
Ruang : Bedah Aster
No. RM. : …………………………………..
Dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Pasien/keluarga mengisi surat persetujuan untuk kerja sama dalam ronde keperawatan
2) Pasien dan keluarga telah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan dilakukan
ronde keperawatan
3) Pasien dan keluarga menerima untuk dilakukan ronde keperawatan
4) Pasien dan keluarga memberikan persetujuan untuk dilakukan ronde keperawatan
Ketentuan ronde keperawatan tersebut diatas telah dijelaskan oleh perawat dan saya telah
mengerti dengan sepenuhnya.
Demikianlah persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Surabaya, September 2009
Yang membuat pernyataan
Perawat Primer Pasien
Saksi-saksi :
1. …………………………….. (……………………)
2. …………………………….. (..…………………..)
251
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Ronde keperawatan diharapkan membawa manfaat bagi perawat dalam mengasah
kemampuan berpikir kritis dan menciptakan komunitas keperawatan yang profesional. Bagi
pasien dan keluarganya, ronde keperawatan diharapkan dapat mempercepat penyembuhan dan
meningkatkan kualitas kesehatan klien sehingga pada akhirnya turut meningkatkan kualitas
pelayanan rumah sakit.
Pelaksanaan Ronde keperawatan oleh mahasiswa praktik profesi manajemen
keperawatan PSKp FKp Unair angkatan B9 di ruang bedah Aster dilaksanakan pada Kamis, 25
September 2008 terhadap keluarga Ny. Tumiarsih berjalan dengan cukup lancar. Adapun
masalah keperawatan yang diangkat saat pelaksanaan ronde adalah PK: Trombositopenia,
dengan beberapa saran intervensi antara lain modifikasi jenis makanan dan kolaborasi untuk
pemeriksaan penunjang secara lengkap untuk mengetahui adanya metastase serta kolaborasi
untuk pemberian tranfusi trobosit.
4.2 Saran
2. Ronde keperawatan sebaiknya dilaksanakan secara rutin di ruang rawat inap oleh
perawat-perawat yang terlibat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien.
3. Perawat primer sebagai pelaksana kunci ronde keperawatan, sebaiknya
meningkatkan pengetahuan, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan
interpersonal sehingga dapat memberikan manfaat besar bagi pasien, komunitas
perawat, dan rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M & Esther Matassarin-Jacobs. 1997. Medical Surgical Nursing : Clinical
Management for Continuity of Care, Edisi 5, W.B. Saunders Company,
Philadelphia
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.
Doenges, Marilyn E, et all. 1993. Nursing Care Plans : Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis Company, Philadelphia.
Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC.
Jakarta.
Lab. UPF Bedah, 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi , RSDS-FKUA, Surabaya
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa: Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Edisi 1, Yayasan IAPK Pajajaran,
Bandung.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif
antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk
komunikasi yang harus ditingkatkan keefektivitasannya adalah saat pergantian shift,
yaitu saat timbang terima pasien.
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu ( laporan ) yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat jelas dan komplit tentang tindakan mandiri perawat,
tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan / belum dan perkembangan pasien saat
itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh
perawat primer penanggung jawab dinas sore atau dinas malam secara tulisan dan
lisan.
Berdasarkan hasil kuesioner yang disebar pada 8 orang perawat didapatkan
hasil 75 % perawat menyatakan timbang terima dilakukan dengan fokus pada
masalah medis dan 25 % dilakukan dengan fokus pada masalah medis dan masalah
keperawatan. Berdasar dari hasil observasi pelaksanaan timbang terima di Ruang
Bedah A saat ini untuk shift malam ke shift pagi telah memenuhi standar yaitu telah
disampaikan tentang diagnosis keperawatan, intervensi yang telah dan belum
dilaksanakan serta pesanan khusus yang berkaitan dengan klien, sedangkan shift pagi
ke sore dan sore ke malam belum terlaksana secara optimal.
1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Mengkomunikasikan segala informasi yang berkaitan dengan kondisi
klien.
1.1.2 Tujuan Khusus
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan klien (Data Fokus).
b. Menyampaikan diagnosis keperawatan klien.
c. Menyampaikan tindakan keperawatan dan tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan kepada klien.
d. Menyampaikan tindakan keperawatan dan tindakan kolaboratif yang
belum dilakukan kepada klien.
e. Menyampaikan hal penting yang harus ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya.
f. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
g. Mendokumentasikan timbang terima.
253
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Perawat
a. Meningkatkan komunikasi dan kerjasama antar perawat.
b. Menjalin hubungan yang bertanggung jawab antar perawat.
c. Meningkatkan kualitas pelaksanaan askep terhadap penderita yang
berkesinambungan.
1.3.2 Bagi Klien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung pada saat perawat
melakukan validasi data
1.4 Pengorganisasian
Kepala ruangan : …………….
PP 1 (pagi) : ……………
PA 1 (pagi) : …………….
PP 2 (pagi) : …………….
PA 2 (pagi) : ……………
PP 3 (sore) : ……………
PA 3 (sore) : …………….
Pasien : ……………
Supervisor : …………….
Pembimbing: : ……………
……………
……………
1.5 Pelaksanaan Timbang Terima
Hari / Tanggal : ……………
Pukul : ……………
Pelaksana : ……………
Tempat : ……………
Sasaran : ……………
Metode : ……………
Media : ……………
RENCANA TINDAKAN
MASALAH
Teratasi,
Belum teratasi
1.9 Evaluasi
Teratasi sebagian
1. Struktur
Pada timbang terima, sarana prasarana yang menunjang telah tersedia antara
Muncul
lain : Lembar timbang masalah
terima, baru
status klien, work sheet dan alat tulis, serta kedua
kelompok shif timbang terima Kepala ruangan seharusnya memimpin timbang
terima yang dilaksanakan pada pergantian shif yaitu malam ke pagi, pagi ke
sore. Kegiatan timbang terima pada shif sore ke malam dipimpin oleh PP yang
bertugas saat itu.
256
2. Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh Karu dan diikuti oleh seluruh perawat
yang bertugas sebelumnya maupun yang akan ganti dinas. PP mengoperkan
kepada PP berikutnya yang akan mengganti dinas. Timbang terima pertama
dilakukan di Nurse Station kemudian ke bed klien dan kembali lagi ke Nurse
Station. Isi timbang terima mencakup identitas klien, diagnosis keperawatan,
intervensi yang sudah dilakukan, intervensi yang belum dilakukan dan pesan
khusus. Setiap klien tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke pasien.
3. Hasil
a) Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift
b) Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan
c) Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
BAB 2
TINJAUAN KASUS
2.1 Pengertian
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien (Nursalam, 2002).
2.2 Tujuan :
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum
b. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya.
c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
2.3 Langkah-langkah
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
b. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-
hal apa yang akan disampaikan
c. Perawat primer menyampaikan kepada penaggungjawab shift yang
selanjutnya meliputi :
1) Kondisi atau keadaan klien secara umum
2) Tindak lanjut atau dinas yang menerima operan
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
d. Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-
buru
e. Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara
langsung melihat keadaan klien
b. Pelaksanaan
257
2) Hasil Evaluasi
a. Evaluasi struktur
Persiapan dilakukan 5 hari sebelum acara dimulai. Acara sesuai dengan jadwal
gannt chart yang telah dibuat.
b. Evaluasi proses
258
No Waktu Kegiatan
1 13.00-13.45 WIB Pelaksanaan timbang terima
2 13.45-14.00 WIB Diskusi dan klarifikasi dari supevisor serta pembimbing (baik
pendidikan ataupun ruangan) :
PEMBIMBING 1.
Pada lembar timbang terima, kolom implementasi
yang telah dilakukan harap dilengkapi untuk hasil observasi
tanda-tanda vitalnya.
PEMBIMBING 2.
Untuk pasien yang mengalami nyeri kronik tidak
cukup hanya di berikan tehnik relaksasi dan distraksi untuk
mengurangi nyeri tetapi perlu juga kolaborasi untuk konsul
paliatif guna mendapatkan obat yang dapat menurunkan atau
menghilangkan rasa nyeri seperti Copar dan lain sebagainya.
PEMBIMBING 3.
1. Pada saat ke bed pasien, seharusnya PP lebih berperan
dan aktif dari pada Kepala ruang.
2. Penulisan pada proposal harap lebih teliti.
3. Penulisan pada lembar timbang terima diharapkan lebih
diperhatikan dan di lengkapi.
4. Pada leaflet persiapan pre operasi, ditambahkan untuk
perawatan post opersinya juga seperti pasien harus
mobilisasi sedini mungkin (miring kanan dan kiri
selanjutnya diteruskan dengan duduk dan berdiri serta
berjalan-jalan).
5. Resiko efek samping kemoterapi jangka pendek tidak
hanya muntah, mual dan urtikaria tetapi perlu
ditambahkan juga kehilangan nafsu makan karena pada
umumnya klien akan tidak dapat merasa makanan
(kehilangan rasa makanan) sehingga perlu dijelaskan
tentang makanan tambahan yang bisa dikonsumsi klien
seperti susu, buah-buahan dan lain sebaginya.
PEMBIMBING 4
Pada proses pelaksanaan yang telah dilaksanakan
sudah sangat bagus, hanya perlu dipelajari lagi tentang
penguasaan grammer dan cara pengucapan dalam bahasa
inggris.
c. Evaluasi hasil
1) Kegiatan dihadiri 54,5 % dari 11 orang yang diundang.
2) Selama kegiatan, masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan
tugasnya.
3) Acara dimulai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
4) Kegiatan berjalan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan baik.
d. Hambatan
259
e. Dukungan
1) Pengorganisasian acara timbang terima keperawatan yang terstruktur.
2) Proses bimbingan pelaksanaan timbang terima oleh pembimbing akademik
dan ruangan.
3) Adanya kerjasama dan kesempatan yang seluas-luasnya antara pihak
perawat ruangan dengan mahasiswa sebagai pelaksana.
4) Hubungan saling percaya yang terjalin antara keluarga klien dengan
pelaksanaan timbang terima keperawatan.
5) Tersedianya fasilitas pendukung untuk kelancaran proses timbang terima
yang baik di ruang bedah Aster.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan
yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus
dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga
informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum
dilaksanakan.
Timbang terima bertujuan untuk kesinambungan informasi mengenai keadaan klien
secara menyeluruh sehingga tercapai asuhan keperawatan yang optimal.
Pelaksanaan timbang terima pada hari Rabu, 08 Oktober 2008 terhadap semua klien
kelolaan di ruang elektif kelas III (bed no. 5-10 dan 15-20) Ruang bedah Aster, sebanyak 11
klien. Pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar sesuai perencanaan dan semua personal dapat
melaksanakan kegiatan sesuai peran masing-masing.
4.2 Saran
1. Timbang terima keperawatan sebaiknya dilaksanakan secara rutin di ruang rawat inap oleh
perawat-perawat yang terlibat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien.
2. Kepala Ruangan sebaiknya memberikan kesempatan kepada kedua PP untuk lebih aktif
dibed pasien.
3. Kenyamanan pasien harus tetap diperhatikan saat melakukan tindakan (validasi)
4. Validasi data saat di pasien seharusnya tidak berulang-ulang (cukup 1x) dengan alokasi
waktu tiap pasien kurang lebih 5 menit.
260
PETUNJUK TEKNIS
PENGISIAN FORMAT TIMBANG TERIMA
1. Nama, ditulis sesuai identitas klien
2. No. Bed atau kamar ditulis sesuai nomor bed yang ditempati klien
3. Diagnosis medis ditulis lengkap tentang diagnosis terakhir termasuk pro atau post op
dan hari ke berapa.
4. Tanggal ditulis kapan laporan timbang terima ditulis dan dilaporkan.
5. Di bawah kolom SHIFT PAGI/SIANG/MALAM, adalah tempat menuliskan isi
timbang terima sesuai petunjuk kolom paling kiri.
6. Isi tiap kolom untuk SHIFT PAGI/SIANG/MALAM secara berurutan adalah
sebagai berikut:
a. Masalah keperawatan dan data fokus (DO dan DS), diisi masalah
keperawatan yang masih muncul sampai masalah ini dituliskan beserta data
objektif (DO) dan data subjektif (DS) yang mendukung.
b. Implementasi keperawatan yang sudah dilakukan ditulis semua intervensi
yang telah dilakukan oleh perawat.
c. Implementasi keperawatan yang belum/dilanjutkan diisi intervensi yang
belum dilakukan atau sudah dilakukan tapi harus dilanjutkan.
d. Pesan khusus atau hal-hal yang perlu diperhatikan digunakan untuk menulis
pesan-pesan khusus yang harus diberitahukan di luar implementasi keperawatan
yang harus dilanjutkan.
e. Tanda tangan diisi oleh PP yang mengoperkan dan menerima setelah validasi
ke pasien.
f. Tanda tangan karu diisi oleh Karu setelah antara PP yang mengoperkan dan
menerima sudah sepakat dan sudah tidak ada klarifikasi lagi dan hanya berlaku
untuk pagi hari saja saat karu bertugas
Lampiran 11 : laporan pelaksanaan supervisi 261
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2003). Memberikan
asuhan keperawatan secara profesional didukung dengan adanya sumber daya manusia yang
bermutu, standart pelayanan, termasuk pelayanan yang berkualitas, disamping fasilitas yang
sesuai harapan masyarakat. Agar pelayanan keperawatan sesuai dengan harapan konsumen dan
memenuhi standard yang berlaku maka perlu dilakukan pengawasan atau supervisi terhadap
pelaksanaan asuhan keperawatan. Supervisi merupakan salah satu bentuk kegiatan dari
manajemen dan merupakan cara yang tepat untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan.
Supervisi adalah teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah mempelajari dan memperbaiki
secara bersama-sama. Kunci sukses supervisi yaitu 3 F, yaitu Fair, Feedback, dan Follow Up
(H. Burton, dalam Pier AS, 1997 : 20). Dan merupakan ujung tombak tercapainya tujuan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada 8 perawat ruang Bedah A, 62,5% perawat
menyatakan supervisi keperawatan di ruang Bedah A sudah dilaksanakan secara rutin setiap
tahun namun belum efektif. Dan 37,5% perawat menyatakan tidak tahu. Pelaksanaan supervisi
di Ruang Bedah A telah dilakukan namun instrumen dan pendokumentasian supervisi belum
ada.
Berdasar atas kondisi di atas maka kami merencanakan dan akan melaksanakan supervisi
tentang Perawatan Luka Post-Operasi di Ruang Bedah A. Perawatan luka post operasi
mencegah timbulnya infeksi, mengobservasi keadaan luka, dan mempercepat penyembuhan
luka.
Adapun tujuan dari supervisi pelaksanaan perawatan luka adalah untuk mengetahui
pengetahuan, keterampilan dan sikap perawat tentang pelaksanaan perawatan luka dan dapat
berdiskusi bersama tentang sesuatu yang baru mengenai pelaksanaan perawatan luka.
1.2 Tujuan
1.2.1Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan peran seorang kepala ruangan sebagai supervisor dalam lingkup
tanggung jawabnya, terutama dalam melakukan supervisi terhadap Perawat Primer dalam
melakukan perawatan luka.
1.2.2Tujuan Khusus
a. Mampu menyusun, melaksanakan atau menetapkan tujuan supervisi.
b. Mampu mempersiapkan instrumen perawatan luka.
c. Mampu menilai kinerja perawat dalam melaksanakan prinsip perawatan luka.
d. Mampu membimbing dan memberikan masukan terhadap staf.
e. Mampu memberikan follow-up terhadap hasil supervisi terhadap staf
f. Mampu melaksanakan dokumentasi hasil supervisi.
262
1.3. Pelaksanaan
Kegiatan supervisi pelaksanaan perawatan luka akan dilaksanakan pada :
Hari / tanggal : Kamis, 18 September 2008
Waktu : 09.00 WIB s/d 09.30 WIB
Lama kegiatan : 30 menit
Tempat : Kantor Karu , Nurse Station dan Ruang perawatan pasien
Topik : Pelaksanaan perawatan luka Ny. Mu’minah dengan diagnosa
medis Abses Retroperitoneal dan post-operasi drainase abses
hari ke-6
Aspek : Pengetahuan dan keterampilan perawat dalam perawatan
luka
Supervisor : Kepala ruangan
Yang disupervisi : Perawat primer dan perawat associate
5. Instrumen
1) Format instrumen supervisi prinsip pelaksanaan perawatan luka
2) Format laporan supervisi keperawatan
7. Struktur Pengorganisasian
1) Kepala Ruangan : Hepta Nur A., S.Kep
2) Perawat Primer : Sukesi, S.Kep.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah mempelajari
dan memperbaiki secara bersama-sama (H. Burton, dalam Pier AS, 1997 : 20). Supervisi
keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan.
Alur Supervisi
Ka. Bid Perawatan
Kasi Perawatan
Pre Supervisi
Ka. Per IRNA
Supervisi
Supervisi
Delegasi
Pasca Supervisi
Fair PA PA
Feed Back
Follow Up
Kualitas Pelayanan
Meningkat
Langkah-langkah Supervisi
1. Pra supervisi
a) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
b) Supervisor menetapkan tujuan
2. Supervisi
a) Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen
yang telah disiapkan.
b) Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
c) Supervisor memanggil Perawat Primer dan Perawat Associate untuk
mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan.
d) Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
e) Supervisor melakukan tanya jawab dengan Perawat Primer dan Perawat
Associate
f) Supervisor memberikan masukan dan solusi pada Perawat Primer dan
Perawat Associate
g) Supervisor memberikan reinforsement pada Perawat Primer dan Perawat
Associate.
2. Area Supervisi.
a) Pengetahuan dan pengertian tentang klien.
b) Ketrampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar.
c) Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran, empati
3. Cara Supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
a) Langsung.
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, feed back
dan perbaikan.
Adapun prosesnya adalah:
1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan
keperawatan didampingi oleh supervisor.
2) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement dan
petunjuk.
3) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi
yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki
yang masih kurang. Reinforcement pada aspek yang positif sangat
penting dilakukan oleh supervisor.
2) Supervisi secara tidak langsung :
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak
melihat langsung apa yang terjadi dilapangan sehingga mungkin terjadi
kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.
BAB 3
PELAKSANAAN SUPERVISI PERAWATAN LUKA
Pelaksanaan Kegiatan
Hari/ Tanggal : Kamis, 18 September 2008
Waktu : 09.00-10.00 WIB
Tempat : Ruang Bedah Aster RSU Dr. Soetomo Surabaya
Acara : Supervisi Perawatan Luka
Hasil Evaluasi:
1) Evaluasi Struktur
Persiapan dilaksanakan 6 hari sebelum acara dimulai, dari pembuatan proposal dan
role play supervisi perawatan luka.
268
2) Evaluasi Proses
No. Waktu Kegiatan
1 09.00-09.45 Pelaksanaan supervisi perawatan luka pada Ny. Mu’minah
2 09.45-10.00 Masukan dan klarifikasi dari pembimbing dan supervisor
Pembimbing 1:
1. Untuk pelaksanaan rawat luka, kasa yang basah diperas terlebih
dahulu sehingga tidak menetes dan membasahi lantai serta pakaian
pasien.
Pembimbing 2:
1. Proses sudah sempurna, kepala ruangan keliling tidak hanya
mengawasi yang merawat luka
Pembimbing 3:
1. Proses supervisi oleh kepala ruangan sudah berjalan dengan baik
2. Pada persiapan alat kepala ruangan harus mengawasi dan
membuka alat untuk perawatan luka sebaiknya dilakukan di
depan pasien
3. Waktu yang digunakan untuk perawatan luka terlalu lama selain
itu harus memperhitungkan pemakaian kasa dan kapas jangan
terlalu banyak
3) Evaluasi Hasil
1. Kegiatan dihadiri oleh undangan 40 % dari 10 orang yang diundang
2. Acara dimulai sesuai dengan waktu yang ditentukan
3. Mahasiswa melaksanakan tugasnya sesuai dengan peran masing-masing.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Selama pelaksanaan supervisi perawatan luka pada Ny. Mu’minah dapat
dilaksanakan sesuai rencana dalam proposal. Proses pelaksanaan supervisi dapat terlaksana
dengan baik, sesuai dengan alur, terlihat dari pembagian antara peran Perawat Primer dan
Perawat Asosiate sudah sesuai dengan Job Description masing-masing dan kepala ruangan
dapat menjalankan perannya dalam pelaksanaan tahap-tahap tindakan supervisi sesuai dengan
prinsip supervisi Fair, Feedback, dan Follow Up. Selain itu kepala ruangan telah menyebutkan
rencana pelaksanaan supervisi selanjutnya dalam rangka meningkatan kualitas pelayanan
keperawatan.
4.2 Saran
1. Karu perlu meningkatkan pengetahuan tentang supervisi keperawatan melalui
pendidikan dan pelatihan tentang supervisi sehingga dapat melaksanakan supervisi
sesuai peran
2. PP perlu secara aktif dalam mengevaluasi tindakan yang dilakukan PA
3. Secara keseluruhan masing – masing orang perlu meningkatkan “soft skill” sehingga
dapat melaksanakan tindakan dengan tepat.