Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Pengertian Limpoma


Limfoma Hodgkin adalah kanker pada sistem kelenjar getah bening tubuh, yaitu sistem
yang terdiri dari jaringan pembuluh dan kelenjar yang tersebar diseluruh tubuh. Getah bening
merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sistem getah bening (limfoma) turut
membantu sistem kekebalan tubuh dengan melawan infeksi dan membantu proses
pembuangan ‘limbah’ ke luar dari tubuh. Kanker ini dikenal juga dengan sebutan penyakit
Hodgkin dan termasuk jenis kanker yang tidak umum dibandingkan jenis-jenis kanker lain,
termasuk jika dibandingkan dengan jenis kanker pada sistem limfa (limfoma non-Hodgkin)
yang jauh lebih sering terjadi.

Penyebab Limfoma Hodgkin

Limfoma Hodgkin disebabkan oleh sel kanker yang berkembang pada sistem limfa. Sel
kanker sendiri berawal dari pertumbuhan sel-sel yang tidak normal yang bermutasi dan
berkembang tak terkendali. Penyebab mutasi sel kanker belum diketahui hingga saat ini dan
dapat menyebar (metastase) ke organ tubuh lain.
Pada kasus limfoma Hodgkin, sel-sel limfosit tipe B (sel darah putih yang bertugas melawan
infeksi) yang ada di dalam sistem limfa berlipat ganda secara tidak biasa dan bermutasi
menjadi sel kanker. Sel ini terus bertambah banyak hingga membunuh sel-sel yang sehat.
Saat inilah tubuh mulai rentan terhadap penyakit, menyebabkan munculnya gejala.
Limfoma Hodgkin lebih banyak ditemui pada pria yang berusia 20 atau 70 tahun
dibandingkan wanita. Beberapa faktor risiko limfoma Hodgkin lainnya, yaitu:

 Menderita penyakit yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh, seperti HIV.


 Pernah terpapar kondisi demam kelenjar yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr.
 Pernah mengidap limfoma non-Hodgkin sebagai akibat dari perawatan yang
menggunakan radioterapi atau kemoterapi.
 Pernah melalui perawatan yang berdampak kepada melemahnya sistem kekebalan
tubuh, misalnya pengobatan untuk menekan sistem kekebalan tubuh setelah prosedur
transplantasi organ.
 Menderita obesitas.
 Memiliki anggota keluarga yang menderita limfoma Hodgkin.
Gejala Limfoma Hodgkin
Gejala yang paling umum ditemui pada kasus limfoma Hodgkin adalah muncul benjolan pada
kelenjar getah bening yang terdapat di leher, ketiak, dan pangkal paha. Benjolan ini biasanya
tidak menyebabkan rasa sakit. Gejala lainnya, termasuk:

 Demam atau meriang.


 Berkeringat di malam hari.
 Terus-menerus merasa lelah.
 Kehilangan nafsu makan.
 Berkurangnya berat badan tanpa penyebab yang jelas hingga sebesar 10 persen dari
berat badan.
 Gatal-gatal.
 Batuk yang berkepanjangan.
 Pembesaran limpa, hati, atau mengalami keduanya.
 Sakit di bagian belakang tubuh, umumnya di punggung bagian bawah.

Diagnosis Limfoma Hodgkin


Dokter Anda biasanya akan langsung mengenali gejala limfoma Hodgkin berdasarkan
pengamatan terhadap kondisi dan riwayat kesehatan. Meski begitu, pasien tetap akan melalui
proses pemeriksaan fisik dan penunjang untuk memastikan diagnosis. Pasien akan segera
dirujuk untuk melakukan tes yang tepat untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Beberapa pemeriksaan yang umumnya dilakukan untuk mendapatkan diagnosis limfoma
Hodgkin adalah:

 Pemeriksaan fisik. Kelenjar getah bening di leher, ketiak dan daerah selangkangan
akan diperiksa apakah mengalami pembesaran atau tidak. Hal yang sama juga
dilakukan untuk organ hati dan limpa.
 Tes pencitraan tubuh, seperti X-ray, CT scan, MRI scan, dan PET scan.
 Tes darah.
 Biopsi, untuk mengambil sebagian atau keseluruhan kelenjar getah bening yang
terinfeksi melalui sebuah jarum, kemudian diperiksa di laboratorium. Prosedur ini
bisa dilakukan dengan bantuan bius lokal saja.
 Biopsi untuk mengambil cairan dari sumsum tulang guna mendeteksi tanda-tanda
kanker.

Setelah proses pemeriksaan selesai, dokter akan menentukan pada stadium apa pasien berada
disertai rangkaian perawatan sesuai dengan kondisi pasien. Stadium 1-4 menunjukkan
seberapa jauh penyebaran sel kanker, sementara tambahan huruf A dan B diberikan untuk
membedakan apakah penderita memiliki gejala limfoma Hodgkin atau tidak. A untuk tidak
memiliki gejala, B menandakan adanya gejala seperti demam yang menetap, keringat malam
atau berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. Berikut penjabarannya:

 Stadium 1, kanker berada hanya di satu kelenjar getah bening atau pada satu bagian
tubuh saja, misalnya pada leher saja atau area lain di atas/bawah diafragma.
 Stadium 2, kanker telah menyerang dua kelenjar getah bening atau menyebar pada
kelenjar getah bening terdekat, namun masih pada bagian tubuh yang sama, di
atas/bawah diafragma.
 Stadium 3, berarti kanker telah menyerang jaringan di sekitarnya atau organ lain,
misalnya limpa. Pada kondisi ini, kanker juga telah menyebar dari lokasi kemunculan
pertama kemudian ke kumpulan kelenjar di atas dan bawah dari diafragma.
 Stadium 4, disebut juga dengan stadium akhir, yaitu ketika kanker telah menyebar ke
beberapa jaringan atau organ tubuh lainnya. Kanker dapat menyebar ke paru-paru,
tulang, hati, limpa, kulit, dan tulang sumsum.

Pengobatan Limfoma Hodgkin


Limfoma Hodgkin memiliki tingkat penyembuhan total yang besar jika terdeteksi dan diobati
lebih dini. Pengobatan limfoma Hodgkin ditentukan berdasarkan stadium kanker dan
kesehatan pasien untuk menghancurkan sebanyak mungkin sel kanker dan menyembuhkan
penyakit. Beberapa langkah pengobatan yang dilakukan untuk mengobati limfoma Hodgkin,
antara lain:

 Kemoterapi.

Obat-obatan ini digunakan untuk membunuh sel limfa yang yang telah berubah menjadi sel
kanker. Obat kemoterapi tersedia dalam bentuk pil dan cairan yang disuntikkan ke pembuluh
darah. Pada stadium lanjut, obat kemoterapi bisa digunakan tanpa digabung dengan metode
pengobatan lain. Beberapa efek samping dari obat kemoterapi adalah muncul rasa mual dan
rambut rontok.
Pada beberapa kasus limfoma Hodgkin, kemoterapi dapat dikombinasikan dengan terapi
radiasi, baik untuk mengobati kanker pada stadium awal maupun stadium lanjut. Meski
begitu, metode radiasi kemoterapi kerap digabungkan dengan pil kemoterapi karena obat oral
umumnya dapat menjangkau seluruh bagian tubuh.

 Obat-obatan steroid.

Obat-obatan ini umumnya digunakan bersamaan dengan obat kemoterapi untuk mengobati
limfoma Hodgkin yang lebih serius atau ketika terapi awal tidak membuahkan hasil. Obat
steroid akan disuntikkan ke pembuluh darah bersamaan dengan pemberian obat kemoterapi.
Pada umumnya, ketika proses pengobatan selesai akan muncul efek samping berupa
gangguan tidur, meningkatnya nafsu makan yang dapat memicu penambahan berat badan,
gangguan pencernaan, dan gelisah.

 Kombinasi kemoterapi dengan obat lain

Rituximab adalah obat yang digunakan sebagai terapi biologi yang berfungsi sebagai antibodi
monoklonal terhadap sel kanker. Obat ini akan menempel pada permukaan sel kanker
sehingga akhirnya memicu sistem kekebalan tubuh untuk membunuh sel kanker tersebut.
Rituximab disuntikkan ke pembuluh darah selama beberapa jam dari keseluruhan durasi
terapi yang berlangsung. Beberapa efek samping rituximab yang bisa muncul adalah mual,
diare, kelelahan, dan gejala-gejala yang menyerupai flu (pusing dan nyeri otot). Pasien dapat
diberikan obat tambahan untuk mengurangi efek samping dari obat ini.
Pengobatan kombinasi seperti ini tidak diperuntukkan semua jenis limfoma hodgkin,
melainkan hanya untuk menangani limfoma hodgkin limfosit predominan yang sebenarnya
lebih jarang terjadi.

 Radiasi

Terapi ini menggunakan X-ray bertenaga tinggi untuk membunuh sel kanker. Energi yang
dipancarkan X-ray akan dipaparkan pada area kanker, misalnya pada kelenjar getah bening
atau area penyebaran sel kanker di sekitarnya. Durasi terapi akan bergantung pada stadium
kanker sehingga dapat memengaruhi kondisi pasien. Beberapa efek samping dari terapi ini
adalah mengalami rambut rontok, muncul warna kemerahan pada kulit yang terpapar radiasi,
dan merasa sangat lelah.

 Transplantasi stem cell

Prosedur ini dilakukan untuk mengangkat cairan sumsum tulang yang terkena kanker dan
menggantinya dengan yang sehat. Prosedur transplanstasi umumnya dipilih jika limfoma
Hodgkin menyerang kembali. Prosedur dilakukan dengan bantuan obat kemoterapi dan
radiasi untuk menghancurkan sel kanker sebelum batang sel yang sehat disuntikkan kembali
ke dalam tubuh.
Pengobatan kanker akan memerlukan pemeriksaan kesehatan lanjutan untuk memantau
perkembangan kesehatan dan tanda-tanda dari kanker yang menyerang kembali. Pemeriksaan
juga berguna untuk mengobati efek samping atau komplikasi pengobatan yang pada kasus
terburuk berisiko menjadi kanker jenis lain. Rentang pemeriksaan kesehatan dimulai dari
beberapa minggu sekali hingga beberapa bulan. Seiring waktu, frekuensi pemeriksaan bisa
berkurang.
Beberapa pengobatan alternatif umumnya digunakan untuk mengurangi stres atau efek
samping akibat kanker. Diskusikan terlebih dahulu dengan dokter Anda sebelum memilih
pengobatan alternatif, seperti pijat, akupuntur, teknik-teknik relaksasi, meditasi, dan
aromaterapi.

Komplikasi Limfoma Hodgkin


Penderita kanker, khususnya limfoma Hodgkin, berisiko mengalami komplikasi sebagai
akibat dari pengobatan. Komplikasi biasanya tetap muncul walau pasien telah sembuh dari
kondisinya. Beberapa komplikasi yang muncul akibat limfoma Hodgkin, yaitu:

 Melemahnya sistem kekebalan tubuh, menyebabkan tubuh menjadi lebih rentan


terkena infeksi dan penyakit. Pada sebagian kasus, pasien harus mengonsumsi
antibiotik secara rutin untuk menghindari infeksi.
 Gangguan kesuburan. Terapi pengobatan dengan prosedur kemoterapi dan radiasi
dapat menyebabkan gangguan kesuburan yang bersifat sementara maupun permanen.
Biasanya pasien akan menyimpan sel telur ataupun sperma sebelum pengobatan
dimulai agar bisa digunakan ketika mereka akan merencanakan kehamilan.
 Vaksinasi. Umumnya tidak direkomendasikan untuk menerima vaksin hidup yang
berasal dari virus atau mikroorganisme penyebab penyakit tertentu mengingat daya
tahan tubuh yang sedang menurun dan rentan terhadap serangan penyakit. Walau
demikian, penting untuk selalu memperbarui vaksin yang telah Anda ambil demi
menghindari timbulnya infeksi. Beberapa contoh vaksin hidup, yaitu BCG
(tuberkulosis) dan MMR (campak, gondok, dan rubella).
 Gangguan kesehatan lain, seperti penyakit jantung dan paru-paru, lebih mungkin
terjadi pada orang-orang yang pernah menderita limfoma Hodgkin.
 Berkembangnya kanker jenis lain, misalnya kanker darah (leukemia), kanker paru-
paru, atau kanker payudara. Risiko yang disebabkan oleh pengobatan kemoterapi dan
radioterapi ini biasanya muncul beberapa tahun hingga lebih dari sepuluh tahun
setelah pasien melalui pengobatan limfoma Hodgkin.
LIMFOMA HODGKIN

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI

 Limfe adalah cairan jaringan yang masuk kedalam pembuluh limfe


 Pembuluh limfe berbentuk seperti tasbih karena mempunyai banyak katub sepanjang
perjalanannya
· Pembuluh limfe dimulai dari: kapiler limfe → pembuluh limfe kecil → pembuluh limfe
besar → masuk ke aliran darah
· Limfe sebelum masuk aliran darah, melalui satu atau banyak kelenjar limfe
· Pembuluh limfe aferen adalah pembuluh limfe yang membawa limfe masuk kelenjar
limfe
· Pembuluh limfe eferen adalah pembuluh limfe yang membawa limfe keluar kelenjar
limfe
· Limfe masuk aliran pada pangkal leher melalui: Ductus Limphaticus dexter dan Ductus
thoracicus (Ductus Limphaticus sinister)
· Sistem saluran limfe berhubungan erat dengan sistem sirkulasi darah.
· Darah meninggalkan jantung melalui arteri dan dikembalikan melalui vena.
· Sebagian cairan darah yang meninggalkan sirkulasi dikembalikan masuk pembuluh
darah melalui
saluran limfe, yang merembes dalam ruang-ruang jaringan.
· Hampir seluruh jaringan tubuh mempunyai saluran limfatik yang mengalirkan kelebihan
cairan secara langsung dari ruang interstisial.
· Beberapa pengecualian antara lain bagian permukaan kulit, sistem saraf pusat, bagian
dalam dari saraf perifer, endomisium otot, dan tulang.
· Limfe mirip dengan plasma tetapi dengan kadar protein yang lebih kecil.
· Kelenjar limfe menambahkan limfosit pada limfe sehingga jumlah sel itu sangat besar di
dalam saluran limfe.
· Limfe dalam pembuluh limfe digerakkan oleh kontraksi otot di sekitarnya dan dibantu
oleh katup yang terdapat di sepanjang pembuluh limfe.

FUNGSI SISTEM LIMFATIK


1. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.
2. Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah.
3. Membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke sirkulasi darah. Saluran limfe
yang melaksanakan fungsi ini ialah saluran lakteal (di mukosa usus halus)
4. Kelenjar limfe menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan
penyebaran organisme itu ke dalam jaringan, dan bagian lain tubuh.
5. Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat imun (antibodi) untuk melindungi
tubuh terhadap mikroorganisme

SALURAN LIMFE
· Terdapat dua saluran limfe utama, ductus thoracicus dan ductus limfaticus dextra.
· Ductus thoracicus atau ductus limfaticus sinister, mengumpulkan cairan limfe dari tubuh
bagian tungkai bawah (kanan kiri), abdomen (kanan kiri), dada kiri, kepala kiri, lengan kiri,
kemudian masuk ke sirkulasi darah lewat vena subclavia sinistra
· Ductus Limphaticus Dexter ialah saluran yang jauh lebih kecil dan mengumpulkan limfe
dari kepala kanan, leher kanan, lengan kanan dan dada sebelah kanan, dan menuangkan
isinya ke dalam vena subklavia dextra yang berada di sebelah bawah kanan leher.
· Jika terjadi infeksi, kelenjar limfe dapat meradang (kelenjar limfe bengkak, merah dan
sakit), proses ini biasa disebut nglanjer (limfadenitis)
· Limfadenitis menunjukan adanya infeksi pada pembuluh limfe (jaringan) diatasnya

PEMBULUH LIMFE
· Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak katup
sehingga pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian petasan atau tasbih.
· Pembuluh limfe yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah dan terdiri
hanya atas selapis endotelium.
· Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai
rongga-rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ.
· Pembuluh limfe khusus di vili usus halus yang berfungsi sebagai absorpsi lemak
(kilomikron), disebut lacteal villi

KELENJAR LIMFE / LIMFONODI


· Limfonodi berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan terdapat di sepanjang
pembuluh limfe.
· Kerjanya sebagai penyaring limfe dan dijumpai di tempat-tempat terbentuknya limfosit.
· Kelompok-kelompok utama terdapat di dalam leher, axial, thorax, abdomen, dan lipatan
paha.

TONSIL
 Tonsil merupakan kelenjar limfe yang terdapat cavum oris dan faring (tonsila faringialis, tonsila palatina, tonsila lingualis)
 Tonsil merupakan garis depan pertahanan infeksi yang terjadi di mulut, hidung dan tenggorokan

 Tonsil yang gagal menahan infeksi akan meradang yang disebut: tonsilitis

LIMPA / LIEN
 Lien adalah kelenjar yang terletak di regio hipogastrium sinistra, didalamnya berisi banyak jaringan limfe dan sel darah
 Fungsi lien:

1. Membentuk eritrosit (terutama saat janin)


2. Memisahkan eritrosit mati dari sirkulasi darah
3. Menghasilkan limfosit, antibodi
4. Menghancurkan leukosit dan trombosit

RES (RETIKULO ENDOTELIAL SITEMA)


 Sistem didalam jaringan dan organ yang berfungsi memakan (fagosit) benda asing dan bakteri yang masuk tubuh
 Yang termasuk RES adalah:

1. Kelenjar limfe
2. Limpa

3. Hati
4. Sumsum tulang

2. DEFINISI
Limfoma merupakan istilah umum untuk keganasan dari sistem limfatik (kelenjar getah bening,
limpa, kelenjar timus di leher, dan sumsum tulang). Kelenjar getah bening merupakan suatu
kumpulan limfosit berukuran sebesar kacang yang tersebar di seluruh tubuh.
 Limfoma Hodgkin : Pada limfoma Hodgkin sel-sel dari sistem limfatik bertumbuh secara
abnormal dan dapat menyebar ke luar sistem limfatik. Jika penyakit ini semakin berkembang,
maka akan mempengaruhi fungsi pertahanan tubuh penderitanya. Pada penyakit ini
ditemukan perkembangan sel B abnormal atau dinamakan sel Reed-Sternberg (sel B adalah
salah satu jenis sel limfe yang berfungsi dalam sistem
pertahanan tubuh yang memproduksi antibodi). Nama Hodgkin diambil dari nama penemu
penyakit ini pada tahun 1832, yaitu Thomas Hodgkin.

3. ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit limfoma masih belum diketahui dengan pasti. Empat kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan,
kelainan sistem kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV),
Helicobacter Sp) dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia). . Namun diperkirakan aktivasi gen abnormal tertentu
mempunyai peran dalam timbulnya semua jenis kanker, termasuk limfoma.

4. GEJALA KLINIS
Pasien dengan limfoma Hodgkin dapat hadir dengan gejala berikut:
 Malam berkeringat
 Unexplained berat badan
 Kelenjar getah bening: gejala yang paling umum dari Hodgkin adalah pembesaran menyakitkan dari satu atau lebih kelenjar getah
bening. Node juga mungkin merasa lemas dan bengkak saat diperiksa. Node pada leher dan bahu (leher rahim dan supraklavikula)
yang paling sering terlibat (80-90% dari waktu, rata-rata). Kelenjar getah bening dada sering terpengaruh, dan ini mungkin melihat pada
sebuah radiograf dada.
 Splenomegali: pembesaran limpa terjadi pada sekitar 30% orang dengan limfoma Hodgkin. Pembesaran, bagaimanapun, jarang besar
dan ukuran limpa dapat berfluktuasi selama pengobatan.
 Hepatomegali: pembesaran hati, karena keterlibatan hati, hadir dalam sekitar 5% kasus.
 Hepatosplenomegali: pembesaran baik hati dan limpa disebabkan oleh penyakit yang sama.
 Nyeri:
Nyeri konsumsi alkohol berikut: klasik, node yang terlibat adalah menyakitkan setelah konsumsi alkohol, meskipun fenomena ini sangat
jarang.
Kembali sakit: nyeri punggung nonspesifik (rasa nyeri yang tidak dapat lokal atau penyebabnya ditentukan oleh pemeriksaan atau
teknik pemindaian) telah dilaporkan dalam beberapa kasus limfoma Hodgkin. Punggung bawah yang paling sering terkena.
 Tambalan berwarna merah pada kulit, perdarahan yang mudah dan petechiae karena jumlah platelet rendah (sebagai akibat infiltrasi
sumsum tulang, meningkatkan menjebak dalam limpa dll - yaitu penurunan produksi, penghapusan meningkat)
 Sistemik gejala: sekitar sepertiga pasien dengan penyakit Hodgkin juga dapat hadir dengan gejala sistemik, termasuk demam,
berkeringat di malam hari; berat badan yang tidak dapat dijelaskan setidaknya 10% dari total massa tubuh pasien dalam enam bulan
atau kurang, kulit gatal (pruritus) karena meningkatnya kadar eosinofil dalam aliran darah, atau kelelahan (kelesuan). Gejala-gejala
sistemik seperti demam, keringat malam, dan penurunan berat badan yang dikenal sebagai gejala B, dengan demikian, adanya
demam, penurunan berat badan, dan berkeringat di malam menunjukkan bahwa panggung pasien, misalnya, 2B 2A bukan.
 Siklus demam: pasien mungkin juga hadir dengan demam tinggi kelas siklis dikenal sebagai demam Pel-Ebstein, atau lebih sederhana
"demam PE". Namun, ada perdebatan mengenai apakah atau tidak demam PE benar-benar ada.
5. PATOFISIOLOGI
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di
kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha).
Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai
sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil
perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu
normal atau di bawah normal selama beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan lokasi pertumbuhan sel-
sel limfoma.
6. KLASIFIKASI

Stadium Penyebaran penyakit Kemungkin untuk sembuh

(angka harapan hidup selama 15 tahun

tanpa penyakit lebih lanjut)

I Terbatas ke kelenjar getah bening dari satu bagian tubuh Lebih dari 95%

(misalnya leher bagian kanan)

II Mengenai kelenjar getah bening dari 2 atau lebih daerah pada sisi yang 90%

sama dari diafragma, diatas atau dibawahnya

(misalnya pembesaran kelenjar getah bening di leher dan ketiak)

III Mengenai kelenjar getah bening diatas & dibawahdiafragma 80%

(misalnya pembesaran kelenjar getah bening di leher dan selangkangan)

IV Mengenai kelenjar getah bening dan bagian tubuh lainnya 60-70%

(misalnya sumsum tulang, paru-paru atau hati

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan rontgen dada membantu menemukan adanya pembesaran kelenjar di dekat
jantung
b. Limfangiogram bisa menggambarkan kelenjar getah bening yang jauh di dalam perut dan
panggul
c. CT scan lebih akurat dalam menemukan pembesaran kelenjar getah bening atau penyebaran
limfoma ke hati dan organ lainnya
d. Skening gallium bisa digunakan untuk menentukan stadium dan menilai efek dari pengobatan
e. Laparatomi (pembedahan ntuk memeriksa perut) kadang diperlukan untuk melihat
penyebaran limfoma ke perut.
8. PENATALAKSANAAN
• Terapi
Cara pengobatan bervariasi dengan jenis penyakit. Beberapa pasien dengan tumor keganasan tingkat rendah, khususnya golongan
limfositik, tidak membutuhkan pengobatan awal jika mereka tidak mempunyai gejala dan ukuran lokasi limfadenopati yang bukan
merupakan ancaman.

• Radioterapi
Walaupun beberapa pasien dengan stadium I yang benar-benar terlokalisasi dapat disembuhkan dengan radioterapi, terdapat angka
yang relapse dini yang tinggi pada pasien yang dklasifikasikan sebagai stadium II dan III. Radiasi local untuk tempat utama yang besar
harus dipertimbangkan pada pasien yang menerima khemoterapi dan ini dapat bermanfaat khusus jika penyakit mengakibatkan
sumbatan/ obstruksi anatomis.
Pada pasien dengan limfoma keganasan tingkat rendah stadium III dan IV, penyinaran seluruh tubuh dosis rendah dapat membuat
hasil yang sebanding dengan khemoterapi.

• Khemoterapi
1.Terapi obat tunggal Khlorambusil atau siklofosfamid kontinu atau intermiten yang dapat memberikan hasil baik pada pasien dengan
limfoma maligna keganasan tingkat rendah yang membutuhkan terapi karena penyakit tingkat lanjut.
2.Terapi kombinasi. (misalnya COP (cyclophosphamide, oncovin, dan prednisolon)) juga dapat digunakan pada pasien dengan tingkat
rendah atau sedang berdasakan stadiumnya.

9. PROGNOSIS
Prognosis penyakit Hodgkin ini relatif baik. Penyakit ini dapat sembuh atau hidup lama dengan pengobatan, meskipun tidak 100%.
Tetapi oleh karena dapat hidup lama, kemungkinan mendapatkan late complication makin besar. Late complicationitu antara lain:
 Timbulnya keganasan kedua/sekunder
 Disfungsi endokrin yang kebanyakan adalah tiroid dan gonade
 Penyulit kardiovaskuler terutama mereka yang medapat kombinasi radiasi dan pemberian
antrasiklin terutama yang dosisnya banyak (dose related)
 Penyulit pada paru. Pada mereka yang mendapat radiasi dan bleomisin yang juga dose
related.
 Pada anak-anak dapat terjadi gangguan pertumbuhan (Rachmat, 2001: 199).
 Sepsis

10. KOMPLIKASI
Penyakit Hodgkin dapat menyerang sistem syaraf dan menyebabkan lesi di mediastinum
yang dapat mengakibatkan sindrom vena cava superior. infeksi herper zooster sering
menyerang penderita penyakit hodgkin ini (Soeparman Sarwono, 1994: 275). Sindrom Vena
cava superior adalah sekumpulan gejala akibat pelebaran pembuluh darah vena yang
membawa darah dari bagian tubuh atas menuju ke jantung, Penghambatan aliran darah ini
(oklusis) melewati vena ini dapat menyebabkan sindrom vena cava superior
(SVCS). Penderita biasanya mengeluh sesak nafas bila berbaring, dirasanya leher dan muka
serta dada bagian atas membengkak, kadang-kadang juga lengan atas. Pada pemeriksaan
selain edema dari bagian-bagian tersebut, juga tampak dilatasi dari vena-vena di leher,
dinding serta lengan atas dengan gradasi yang berbeda tergantung derajat penyumbatan.

11. EPIDEMIOLOGI
Saat ini, sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup dengan limfoma maligna terutama tipe LNH,
dan dalam setahun sekitar 300 ribu orang meninggal karena penyakit ini. Dari tahun ke tahun,
jumlah penderita penyakit ini juga terus meningkat. Sekadar gambaran, angka kejadian LNH
telah meningkat 80 persen dibandingkan angka tahun 1970-an. Data juga menunjukkan,
penyakit ini lebih banyak terjadi pada orang dewasa dengan angka tertinggi pada rentang usia
antara 45 sampai 60 tahun. Sedangkan pada Limfoma Hodgkin (DH) relative jarang
dijumpai, hanya merupaka 1 % dari seluruh kanker. Di negara barat insidennya dilaporkan
3,5/100.000/tahun pada laki-laki dan 2,6/100.000/tahun pada wanita. Di Indonesia, belum ada
laporan angka kejadian Limfoma Hodgkin. Penyakit limfoma Hodgkin banyak ditemukan
pada orang dewasa muda antara usia 18-35 tahun dan pada orang di atas 50 tahun.
12. PENCEGAHAN
Tidak ada pedoman untuk mencegah limfoma Hodgkin karena penyebabnya tidak diketahui. Suatu faktor risiko adalah sesuatu
statistik yang meningkatkan prevalensi penyakit.
Faktor risiko meliputi:
 Jenis Kelamin: laki-laki
 Usia: 15-40 dan lebih dari 55
 Riwayat keluarga
 Sejarah mononukleosis menular atau infeksi dengan virus Epstein-Barr, agen penyebab
mononucleosis
 Sistim imun yang melemah, termasuk infeksi HIV atau adanya AIDS
 Penggunaan hormon pertumbuhan dalam jangka panjang
13. ASKEP
a. Pengkajian
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa nyeri,
mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat
dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera
dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik
merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfe dengan
sejenis virus atau mungkin tuberculosis limfa.
Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien limfoma antara lain:
1. Data subjektif
a.Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 380C
b.Sering keringat malam.
c.Cepat merasa lelah
d.Badan Lemah
e.Mengeluh nyeri pada benjolan
f.Nafsu makan berkurang

2. Data Obyektif
a.Timbul benjolan yang kenyal,mudah digerakkan pada leher,ketiak atau pangkal paha.
b.Wajahpucat

3.Kebutuhan dasar
• AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala:
Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
Kehilangan produktifitas dan penurunan toleransi latihan
Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda:
Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang menunjukkan kelelahan

• SIRKULASI
Gejala:
Palpitasi, angina/nyeri dada
Tanda:
Takikardia, disritmia.
Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran nodus limfa adalah
kejadian yang jarang)
Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obtruksi duktus
empedu dan pembesaran nodus limfa(mungkin tanda lanjut)
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.

• INTEGRITAS EGO
Gejala:
Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga
Takut/ansietas sehubungan dengandiagnosis dan kemungkinan takut mati
Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan (kemoterapi dan terapi
radiasi)
Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan pekerjaan
sehubungan dengan kehilangan waktu kerja.
Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang tergantung pada
keluarga.
Tanda:
Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif

• ELIMINASI
Gejala
Perubahan karakteristik urine dan atau feses.
Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi (infiltrasi dari nodus
limfa retroperitoneal)
Tanda
- Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi (hepatomegali)
- Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi (splenomegali)
- Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/ gagal ginjal).
- Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih lanjut)
• MAKANAN/CAIRAN
Gejala:
Anoreksia/kehilangna nafsu makan
Disfagia (tekanan pada easofagus)
Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10% atau lebih dari
berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
Tanda:
Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder terhadap kompresi
venakava superior oleh pembesaran nodus limfa)
Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena kava inferior dari
pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin)
Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus limfa
intraabdominal)
• NEUROSENSORI
Gejala:
Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran nodus limfa pada
brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral
Kelemahan otot, parestesia.
Tanda:
Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum terhadap sekitar.
Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan diskus pada
kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batng spinal)

• NYERI/KENYAMANAN
Gejala:
Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar mediastinum, nyeri
dada, nyeri punggung (kompresi vertebra), nyeri tulang umum (keterlibatan tulang
limfomatus).
Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.
Tanda
Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.

• PERNAPASAN
Gejala:
Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.
Tanda:
Dispnea, takikardia
Batuk kering non-produktif
Tanda distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi pernapasan dan kedaalaman
penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.
Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal).

• KEAMANAN
Gejala:
Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler pwencetus untuk infeksi virus
herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial)
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer tinggi virus
Epstein-Barr).
Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa minggu (demam pel
Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa menggigil.
Kemerahan/pruritus umum
Tanda: :
Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38oC tanpa gejala infeksi.
Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus servikal paling umum
terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus aksila dan mediastinal)
Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.
Pembesaran tosil
Pruritus umum.
Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)

• SEKSUALITAS
Gejala :
Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak mempengaruhi, tetapi
pengobatan mempengaruhi)
Penurunan libido.

• PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala :
Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien Hodgkin dari pada
populasi umum)
Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia)

b. Diagnosa Keperawatan
1.Nyeri b.d agen cedera biologi
2.Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
3.Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
4.Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
5.Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal / edema
jalan nafas.

c. Intervensi
A. Nyeri b.d agen cedera biologi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien berkurang/hilang
dengan KH :
1. Skala nyeri 0-3
2. Wajah klien tidak meringis
3. Klien tidak memegang daerah nyeri
Intervensi :
1.Kaji skala nyeri dengan PQRST
R : untuk mengetahui skala nyeri klien dan untuk mempermudah dalam menentukan
intervensi selanjutnya
2.Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi
R : teknik relaksasi dan distraksi yang diajarkan kepada klien, dapat membantu dalam
mengurangi persepsi klien terhadap nyeri yang dideritanya
3.Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik
R : obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh klien

B. Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan suhu tubuh klien turun / dalam
keadaan normal dengan kriteria hasil :
1.suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5 derajat celcius)
Intervensi :
2.Observasi suhu tubuh klien
R : dengan memantau suhu tubuh klien dapat mengetahui keadaan klien dan juga dapat
mengambil tindakan dengan tepat
3.Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha
R : kompres dapat menurunkan suhu tubuh klien
4.Anjurkan dan berikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan kebutuhan cairan
tubuh klien)
R : dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga keseimbangan cairan dalam
tubuh klien
5. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
R : antipiretik dapat menurunkan suhu tubuh

C. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan
nutrisi klien dapat terpenuhi dengan criteria hasil :
1.Menunjukkan peningkatan berat badan/berat badan stabil
2.Nafsu makan klien meningkat
3.Klien menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk
mempertahankan berat badan yang sesuai
Intervensi :
1.Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
R : mengidentifikasi defisiensi nutrisi dan juga untuk intervensi selanjutnya
2.Observasi dan catat masukan makanan klien
R : mengawasi masukan kalori
3. Timbang berat badan klien tiap hari
R : mengawasi penurunan berat badan dan efektivitas intervensi nutrisi
4.Berikan makan sedikit namun frekuensinya sering
R : meningkatkan pemasukan kalori secara total dan juga untuk mencegah distensi gaster
5. Kolaborasi dalam pemberian suplemen nutrisi
R : meningkatkan masukan protein dan kalori

D. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan sela 1 x 24 jam diharapkan diharapkan klien
dan keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh klien dengan criteria
hasil :
1.Klien dan keluarga klien dapat memahami proses penyakit klien
2.Klien dan keluarga klien mendapatkan informasi yang jelas tentang penyakit yang diderita
oleh klien
3. Klien dan keluarga klien dapat mematuhi proses terapiutik yang akan dilaksanakan
Intervensi :
1.Berikan komunikasi terapiutuk kepada klien dan keluarga klien
R : memudahkan dalam melakukan prosedur terpiutuk kepada klien
2.Berikan KIE mengenai proses penyakitnya kepada klien dan keluarga klien
R : klien dan keluarga klien dapat mengetahui proses penyakit yang diderita oleh klien

E. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal / edema
jalan nafas.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan bersihan jalan
nafas klien efektif/normal dengan criteria hasil :
1.Klien dapat bernafas dengan normal/efektif
2.Klien bebas dari dispnea, sianosis
3.Tidak terjadi tanda distress pernafasan
Intervensi:
1.Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama
R : perubahan dapat mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan/pengaruh pernafasn yang
membutuhkan upaya intervensi
2. Tempatkan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat tidur tinggi/atau
duduk tegak ke depan kaki digantung
R : memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan, dan menurunkan resiko
aspirasi
3. Bantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir /diafragma. Abdomen bila
diindikasikan
R : membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil, memberikan klien
beberapa kontrol terhadap pernafasan, membantu menurunkan ansietas
4.Kaji respon pernafasan terhadap aktivitas
penurunan oksigenasi selular menurunkan toleransi aktivitas

d. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan :
o Nyeri klien berkurang/hilang
o Suhu klien dalam batas normal suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5 derajat celcius)
o Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
o Klien dan keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh klien
 Bersihan jalan nafas klien efektif/normal

F. Media
 1. Leaflet : Tentang penyakit Limfoma Hodgkin
 2. Poster tentang penyakit Limfoma Hodgkin

 G. Sumber/Referensi
 a. Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC :
Jakarta.
 b. Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
 c. FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.
 d. Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.
H. Evaluasi
Formatif :
 · Klien dapat menjelaskan pengertian Limfoma Hodgkin
 · Klien mampu menjelaskan faktor penyebab dari penyakit Limfoma Hodgkin
 · Klien dapat menjelaskan tanda/gejala penyakit Limfoma Hodgkin
 · Klien mampu menjelaskan penatalaksanaan Limfoma Hodgkin

Anda mungkin juga menyukai