Anda di halaman 1dari 80

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI BIOLOGI

DISUSUN OLEH :
MALINI DHP PASARIBU
F1D016028

PEMBIMBING :
Prof. Dr. Ir. Bambang Sulistyo, Dipl.GIS, M.Si

Asisten :
1. Erizan Risarman (E1F0160032)
2. Yolanda Eka Safitri (E1F016022)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas perkenannya lah
penulisan laporan Sistem Informasi Geografis ini dapat diselesaikan.
Kompilasi laporan Sistem Informasi Geografis ini disusun dengan tujuan agar
praktikan yang mengambil mata kuliah Sistem Informasi Geografis memahami
tentang pemanfaatan lahan baik secara manual maupun secara aplikasi yang
digunakan.
Penyusunan laporan dimulai pada acara ke – 1 yang membahas tentang
penentuan arahan fungsi pemanfaatan lahan secara manual, dan acara ke – 2 yang
membahas tenang penentuan arahan fungsi pemanfaatan lahan secara digital dengan
menggunakan program ArcView, dengan harapan agar praktikan dapat membedakan
keunggulan dari Sistem Informasi Geografis secara langsung dengan memanfaatkan
pengalaman masa lalu yaitu dengan tanpa adanya Sistem Informasi Geografis dan
masa kini dengan adanya Sistem Informasi Geografis. Acara ke -3 yang membahas
tentang penentuan luas hasil analisis arahan fungsi pemanfaatan lahan secara digital,
acara ke – 4 yang membahas tentang penyusunan layout peta Muara Bangkahulu,
acara ke – 5 yang membahas tentang onscreen digitizing.
Pada Kesempatan ini saya menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya pada dosen pembimbing matakuliah sistem informasi geografis serta asisten
yang membantu saya dalam menyelasaikan laporan praktikum mata kuliah sistem
informasi geografis ini. Akhir kata saya mengharapkan semoga laporan praktikum ini
dapat bermanfaat baik bagi saya sendiri maupun bagi pembaca .

Bengkulu, 08 Desember 2018

Malini DHP Pasaribu


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

ACARA PRAKTIKUM KE – 1 : PENENTUAN ARAHAN FUNGSI


PEMANFAATAN LAHAN SECARA MANUAL
Landasan Teori
Tujuan Praktikum
Metode
Hasil pengamatan/hasil praktikum
Evaluasi/tugas

ACARA PRAKTIKUM KE – 2 : PENENTUAN ARAHAN FUNGSI


PEMANFAATAN LAHAN SECARA DIGITAL
Landasan Teori
Tujuan Praktikum
Metode
Hasil pengamatan/hasil praktikum
Evaluasi/tugas

ACARA PRAKTIKUM KE – 3 : PENENTUAN LUAS HASIL ANALISIS


ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN SECARA DIGITAL
Landasan Teori
Tujuan Praktikum
Metode
Hasil pengamatan/hasil praktikum
Evaluasi/tugas
ACARA PRAKTIKUM KE – 4 : PENYUSUNAN LAYOUT PETA
PENGGUNAAN LAHAN
Landasan Teori
Tujuan Praktikum
Metode
Hasil pengamatan/hasil praktikum
Evaluasi/tugas

ACARA PRAKTIKUM KE – 5 : ONSCREEN DIGITIZING


Landasan Teori
Tujuan Praktikum
Metode
Hasil pengamatan/hasil praktikum
Evaluasi/tugas

DAFTAR PUSTAKA
ACARA PRAKTIKUM KE – 1 :
PENENTUAN ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN SECARA
MANUAL

DASAR TEORI
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem berbasis komputer yang
memberikan empat kemampuan untuk menangani data bereferensi geografis, yaitu :
input data, pengolahan data, manipulasi dan analisis keluaran (Aronoff, 1989). SIG
adalah suatusistem yang dirancang untuk mengerjakan atau menganalisis data spasial
yang terdiri atas sub sistem masukan data, penyimpanan data, pengolahan data serta
keluarannya (Star & Estes, 1990). SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk
menangani data spasial yang tersimpan dalam format digital dan jumlah data yang
besar dapat disimpan dan diambil secara cepat.
SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk menangani data spasial yang
mana di dalam SIG, data tersimpan dalam formatdigital. Jumlah data yang besar
dapat disimpan dan diambil kembali secara cepat dengan biaya yang rendah dengan
memanfaatkan sistem informasi berbasis kerja komputer. Keunggulan SIG yang
lainnya adalah kemampuan manipulasi dan analisis data spasial dengan mengkaitkan
data dan informasi atribut untuk menyatukan tipe data yang berbeda dalam suatu
analisis tunggal. Menurut Aronoff (1989), SIG terdiri dari beberapa komponen yang
dapat digunakan untuk menangani data spasial, yaitu komponen masukan data,
pengolahan data, manipulasi dan analisis dataserta keluaran data. Uraian selanjutnya
mengenai komponen-komponen SIG mengacu berikut ini;

1.Komponen Masukan Data


Komponen masukan data merupakan sumber data yang dapat digunakan dalam SIG.
Sumber data ini antara lain berupa peta-peta, foto udara, citra satelit, data lapangan
maupun tabel-tabel atribut yang berkaitan. Komponen ini harus dapat menjamin
kosistensi kualitas data dalam proses pemasukan dan penerimaan data agar hasilnya
benar dan dapat dimanfaatkan.
2.Komponen Pengolahan Data
Komponen pengolahan data SIG meliputi fungsi-fungsi yang dibutuhkan untuk
menyimpan atau menimbun dan memanggil kembalidata dari arsip data
dasar.Efisiensi fungsi ini harus diutamakan sehingga perlu dipilih sesuai dengan
struktur data yang digunakan.
3.Komponen Manipulasi dan Analisis Data
Fungsi-fungsi manipulasi dan analisis data membedakan informasi yang dapat
dihasilkan oleh SIG. Komponen ini dapat digunakan untuk mengubah format data
dan memperoleh parameter.
4.Komponen Keluaran Data
Keluaran data dapat digunakan sebagai dasar identifikasi informasi yang diperlukan
dalam pengambilan keputusan dan/ atau perencanaanLahan merupakan salah satu
faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan banyak digunakan oleh manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu lahan juga digunakan sebagai tempat
tinggal manusia. Food Agricultural Organizationdalam Setya Nugraha (2007:3)
menyatakan bahwa lahan ialah bagian dari bentang alam (landscape)yang mencakup
pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi bahkan
keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan
berpengaruh terhadappenggunaan/pemanfaatanlahanPemanfaatanlahan diartikan
sebagai setiap bentuk intervensi(campurtangan) manusia terhadap lahan dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spirituil(Setya
Nugraha,2007:7).
Pemanfaatan lahan harus disesuaikan dengan fungsi utama kawasan agar tidak
terjadi kerusakan lingkungan. Permasalahan umum yang hampir terjadi disetiap
wilayah ialah tidak sesuainya pemanfaatan lahan dengan arahan fungsi kawasannya,
khususnya untuk kawasan hutan lindung. Penduduk mulai menjamah hutan lindung
untuk kegiatan pertanian, hal ini disebabkan karena pertambahan penduduk yang
terus meningkat setiap tahun sedangkan jumlah lahan tetap. Kondisi demikian juga
terjadi di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus Propinsi Lampung sehingga
dibutuhkan arahan fungsi pemanfaatan lahan Luntungan.
Terdapat dua pendekatan dalam penentuan tata guna lahan (Mather, 1986).
Pendekatan pertama adalah berdasarkan asumsi bahwa tata guna lahan ditentukan
oleh kondisi fisik lahan, sedangkan pendekatan kedua berdasarkan asumsi bahwa tata
guna lahan ditentukan oleh kekuatan ekonomi. Tidak dapat dipungkiri, bahwa
keduanya mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pemanfaatan lahan, namun
akhirnya semua kembali kepada pengguna lahan. Selain itu pemanfaatan lahan juga
dipengaruhi oleh lokasi, ketersediaan modal dan distribusinya, ketersediaan dan biaya
tenaga kerja, ketersediaan sarana transportasi serta iklim sosial dan politik di lokasi
tersebut.
Dalam Listumbinang Halengkara (2012:32) menjelaskan bahwa arahan
fungsi pemanfaatan lahan merupakan kajian potensi lahan untuk peruntukan suatu
kegiatan ke dalam suatu kawasan tertentu berdasarkan fungsi utamanya. Arahan
fungsi pemanfaatan lahan juga dapat diartikan sebagai upaya untukmenata
pemanfaatan lahan pada suatu kawasan sesuai dengan kemampuannya. Tujuan dari
arahan fungsi pemanfaatan lahan adalah untuk mencapai keseimbangan antara
kemampuan lahan dengan jenis pemanfaatan dan teknologi yang digunakan sebagai
upaya untuk melindungi kelangsungan fungsi dan manfaat sumber dayaalam di suatu
wilayah.Penetapan arahan untuk pemanfaatan lahan, diperlukan data, data spasial,
seperti kemiringan lereng, jenis tanah, dan curah hujan sedangkan untuk evaluasi
pemanfaatan lahan yang sesuai dengan arahan pemanfaatannya dibutuhkan data
penggunaan lahaneksisting di lapangan dalam proses pengumpulan dan manipulasi
data untuk memperoleh zonasi arahan pemanfaatan lahan melalui petapeta
konvensional membutuhkan proses yang cukup rumit dan memakan waktu lama
sehingga dibutuhkan suatu sistem pengolahan data yang mudah dan cepat dalam
melakukan analisis dan perubahan data. Salah satu sistem pengolahan data tersebut
yaitu berupa Sistem Informasi Geografi (SIG) yang bekerja secara digital.

Lahan adalah Bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian
lingkungan fisik (iklim, topografi, hidrologi, bahkan keadaan fegetasi alami) yang
semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan.
Malingreau (1977) dalam Muryono (2005:6) mengemukakan bahwa Lahan
merupakan suatu daerah di permukaan bumi yang ciri -cirinya mencakup semua
pengenal yang bersifat cukup mantab dan dapat diduga berdasarkan daur dari biosfer,
tanah, air, populasi manusia pada masa lampau dan masa kini sepanjang berpengaruh
atas penggunaan lahan pada masa kini dan masa yang akan datang. Lahan memiliki sifat
atau karakteristik yang spesifik. Sifat-sifat lahan (land characteristics) adalah atribut atau
keadaan unsur-unsur lahan yang dapat diukur atau diperkirakan, seperti tekstur tanah,
struktur tanah, kedalaman tanah, jumlah curah hujan, distribusi hujan, temperatur,
drainase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya. (Djaenudin, dkk 1993) dalam Muryono
(2008: 6).

Lahan menurut Aldrich (1981) dalam Rita(2007:16) lahan merupakan material


dasar dari suatu lingkungan yang diartikan berkaitan dengan sejumlah karakteristik
alami yaitu iklim, geologi, tanah, topografi, hidrologi dan biologi. Penggunaan Lahan:
Semua jenis penggunaan atas lahan oleh manusia yang meliputi pertanian, lapangan olah
raga, rumah mukim, rumah sakit hingga kuburan Lendgreen (1985) dalam Rita (2008 :
18).

Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi


(campurtangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya
baik materiil maupun spiritual Arsyad (1989) dalam Muryono (2008: 6). Penggunaan
lahan dapat dikelompokan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan
pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian.

TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat menentukan arahan fungsi
pemanfaatan lahan secara manual.
BAHAN, ALAT DAN DATA
Bahan dan alat yang digunakan untuk acara praktikum ini meliputi :
 Plastik transparansi
 OHP marker
 Ketas millimeter
 Peta arahan pemanfaatan lahan
 Alat tulis
 Kertas transparansi
 Kertas A4
Data yang digunakan yaitu data jenis tahan, slope (kemiringan), dan intensitas
curah hujan. Data tersebut disajikan pada peta di dalam buku ajar mata kuliah sistem
informasi geografis.

PROSEDUR KERJA
1. Kertas transparansi letakkan diatas peta intesitas curah hujan, lalu gambar
pola peta dengan menggunakan OHP marker untuk setiap batasnya
2. Kertas transparani yang telah di gambar peta, dengan peta intesitas curah
hujan, lalu letakkan lagi di atas peta jenis tanah gambar kembali dengan OHP
marker lalu gunakanlah warna yang berbeda untuk masing-masing peta.

HASIL PENGAMATAN/ HASIL PRAKTIKUM


Tabel 1. Hasil dari penentuan fungsi pemanfaatan lahan secara manual
Nilai Skor Arahan
No. Kelerengan Jenis Tanah Intensitas Curah Jumlah Skor Pemanfaatan
Hujan Lahan
1. 40 30 40 110 Budidaya
2. 60 30 40 130 Penyangga
3. 60 30 50 140 Penyangga
4. 100 30 40 170 Penyangga
5. 100 30 50 180 Lindung
6. 60 30 50 140 Penyangga
7. 60 30 50 140 Penyangga
8. 20 30 50 100 Penyangga
9. 100 15 50 165 Penyangga
10. 100 45 50 195 Lindung
11. 60 45 50 155 Penyangga
12. 0 15 50 65 Budidaya
13. 100 45 50 195 Lindung
14. 100 15 50 165 Penyangga
15. 40 45 50 135 Penyangga
16. 40 45 30 115 Budidaya
17. 60 45 30 135 Penyangga
18. 60 15 50 125 Penyangga
19. 60 15 30 105 Budidaya
20. 100 15 30 145 Penyangga
21. 40 15 30 85 Budidaya
22. 100 30 30 160 Penyangga
23. 60 30 30 120 Budidaya
24. 60 30 50 140 Penyangga
25. 40 30 30 100 Budidaya
26. 60 30 20 110 Budidaya
27. 20 30 20 70 Budidaya
28. 40 30 20 90 Budidaya
29. 40 75 20 135 Penyangga
30. 60 75 20 155 Penyangga
31. 20 75 20 115 Budidaya
32. 20 75 10 105 Budidaya
33. 60 75 10 155 Penyangga
34. 20 60 10 90 Budidaya
35. 60 60 10 130 Penyangga
36. 80 60 10 150 Penyangga

Gambar 1. Hasil peta penentuan fungsi arahan pemanfaatan lahan secara manual

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari acara 2 yaitu penentuan arahan fungsi
pemanfaatan lahan secara digital ini diperoleh hasil yang dimana dari overlay peta
kemiringan, peta jenis tanah dan peta curah hujan serta dilakukan scoring yang
berpedoman pada kriteria penilaian Balai Rehabilitasi lahan dan Konservasi Tanah,
maka diperoleh tiga kawasan berdasarkan fungsi utamanya. Tiga kawasan tersebut
terdiri dari kawasan lindung, kawasan budidaya dan kawasan penyagga. Yang mana
kawasan lindung ditandai dengan pemberian warna coklat, pada kawasan lindung
disebut kawasan lindung dikarnakan kawasan tersebut memiliki wilayah dengan
keadaan yang fungsi lindungnya untuk kelestarian sumber daya alam, air flora dan
fauna seperti hutan lindung, hutan suaka, hutan satwa dan daerah yang berada
disekitar mata air dan daerah lainnya. kawasan penyangga diberi dengan warna biru
dimana kawasan penyangga merupakan kawasan dimana kawasan tersebut berfungsi
lindung dan kawasan budidaya contohnya seperti daerah hutan produksi terbatas,
perkebunan ( tanaman keras), dan yang lain lain. Dan kawasan budidaya ditandai
dengan pemberian warna biru muda. Dimana kawasan budidaya ini merupakan
kawasan dimana kawasan yang diusahakan dengan tanaman tahunan seperti hutan
produksi tetap , perkebunan (tanaman keras) dan tanaman buah- buahan dan
sebagainya.
ACARA PRAKTIKUM KE – 2 :
PENENTUAN ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN SECARA
DIGITAL

DASAR TEORI
Lahan merupakan sumber daya yang sangat penting, di mana makhluk hidup
menggunakan lahan untuk tinggal dan bertahan hidup di atasnya. Lahan merupakan
komponen fisik, yang terdiri dari iklim, topografi, tanah, hidrologi, dan vegetasi di
atasnya di mana komponen tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya (FAO,
1976).
Seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan masyarakat akan lahan semakin
besar. Jumlah penduduk yang semakin meningkat secara signifikan, mengakibatkan
berkembangnya kegiatan pembangunan yang dilakukan semakin pesat. Masalah yang
sering terjadi saat ini adalah terbatasnya lahan yang sesuai untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan lahan. Hal ini mengakibatkan banyak masyarakat
membuka lahan baru atau disebut dengan alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan
fungsi lahannya. Terbatasnya lahan yang baik membuat petani-petani terpaksa harus
membuka lahan pertanian di lahan marjinal.
Alih fungsi lahan ini dapat memicu proses geomorfik yang mengakibatkan
degradasi atau kerusakan lahan (Sutikno, 1993). Permasalahan tersebut muncul ketika
alih fungsi lahan terus menerus terjadi. Lahan hutan yang terus dirubah menjadi lahan
permukiman maka kandungan hara di lapisan tanah atas (top soil) akan hilang,
akibatnya keadaan kimia, fisik dan juga semakin berkurang. Adanya fungsi dan
degradasi lahan ini disebabkan oleh lemahnya manajemen lahan (FAO, 2008),
sehingga diperlukan adanya arahan fungsi kawasan lahan.
Arahan fungsi kawasan lahan di Indonesia telah diatur dalam UU Nomor 26
tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990, dan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/PRT/M/2007. Peraturan-peraturan
tersebut mengatur sedemikian rupa tentang pemanfaatan ruang dan lahan. UU
Penataan Ruang khusus mengatur penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) dari skala nasional hingga detil perkotaan. Salah satu acuan dalam
penyusunan Rencana Tata Ruang adalah arahan fungsi kawasan dan pemanfaatan
lahan wilayahnya. Setiap pemerintah daerah perlu memperhatikan karakteristik
daerahnya dalam pembuatan arahan fungsi kawasan lahan untuk penyusunan RT/RW.
Daerah hulu berfungsi sebagai daerah tangkapan hujan dan mempunyai fungsi
perlindungan dari keseluruhan DAS. Daerah tengah merupakan daerah peralihan dari
hulu ke hilir dan biasanya mempunyai fungsi kawasan budidaya. Daerah hilir
merupakan output dari sistem DAS, menjadi cerminan dari proses atau fenomena
yang terjadi di hulu dan di tengah DAS. Membuat arahan fungsi kawasan saat ini
memanfaatkan teknologi sistem informasi geografis dan penginderaan jauh, agar
lebih tepat dan efisien dalam menata arahan fungsi kawasan lahan.
Sistem Informasi Geografis dibutuhkan dalam pemodelan arahan fungsi
kawasan lahan, dengan menggunakan metode pengharkatan dan teknik overlay
beberapa parameter arahan fungsi kawasan lahan, maka arahan fungsi kawasan yang
akan dibuat lebih tepat dan cepat.
Parameter fisik yang dibutuhkan dalam penyusunan arahan fungsi kawasan
adalah beberapa parameter yaitu intensitas curah hujan, kemiringan lereng, jenis
tanah, sempadan sungai dan kawasan rawan bencana.

a. Faktor Kemiringan Lereng


Tabel 1. Harkat Kemiringan Lereng Kelas Kemiringan Lereng
Kelas Kemiringan Lereng (%) Keterangan skor
1 0-8 Datar 20
2 8-15 Landai 40
3 15-25 Agak Curam 60
4 25-45 Curam 80
5 >45 Sangat Curam 100
Sumber: Departemen Kimpraswil (2007)

b. Faktor Jenis Tanah


Tabel 2. Harkat Jenis Tanah
Kelas Jenis Tanah Keterangan Bobot
1 Aluvial, tanah glei, planosol, Tidak peka 15
hidromorf kelabu, laterik tanah
2 Latosol Kurang peka 30
3 Brown forest soil, non-calcic brown, Agak Peka 45
mediteran
4 Andosol, laterit, grumusol podsol, Peka 60
podsolic
5 Regosol, litosol, organosol, renzina Sangat peka 75
Sumber: Departemen Kimpraswil (2007)
c. Faktor Intensitas Curah Hujan
Tabel 3. Harkat Intensitas Curah Hujan
Kelas Curah Hujan (mm/hari) Keterangan Bobot

1 <13,60 Sangat rendah 10

2 13,61 – 20,70 Rendah 20

3 27,71 – 34,80 Tinggi 30


4 27,71-34,80 Sedang 40

5 >34,80 Sangat tinggi 50


Sumber: Departemen Kimpraswil (2007)

Kriteria arahan fungsi kawasan sebagai berikut,

a. Kawasan Fungsi Lindung


Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi lindung, apabila
besar skor fungsi kawasan lahannya ≥175, atau memenuhi beberapa syarat
yaitu mempunyai lereng lebih dari 45%, jenis tanah sangat peka terhadap
erosi, merupakan jalur pengaman aliran sungai yaitu sekurang-kurangnya 100
meter di kanan-kiri sungai, merupakan pelindung mata air, radius 200 meter di
sekeliling mata air, mempunyai ketinggian (elevasi) 2000 mdpal atau lebih,
sempadan pantai < 200 meter dari garis pantai, dan kepentingan khusus
sebagai kawasan lindung (flora, fauna, cagar budaya).
b. Kawasan Fungsi Penyangga
Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi penyangga
apabila besarnya nilai skor fungsi kawasannya lahannya sebesar 125-174 dan
atau memenuhi kriteria umum yaitu keadaan fisik lahan memungkinkan untuk
dilakukan budidaya secara ekonomis, lokasinya secara ekonomis mudah
dikembangkan sebagai kawasan penyangga, dan tidak merugikan segi-segi
ekologi atau lingkungan hidup apabila dikembangkan sebagai kawasan
penyangga.
c. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Tahunan
Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan dengan fungsi budidaya
tanaman tahunan apabila besarnya nilai skor fungsi kawasan lahannya ≤ 125
serta mempunyai tingkat kemiringan lahan >8% dan memenuhi kriteria umum
seperti pada kawasan fungsi penyangga.
d. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman
Semusim dan Permukiman Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai
kawasan dengan fungsi budidaya tanaman tahunan apabila besarnya nilai skor
fungsi kawasan lahannya ≤ 125 serta mempunyai tingkat kemiringan lahan
≤8% dan memenuhi kriteria umum seperti pada kawasan fungsi penyangga.
fungsi kawasan lahannya ≤ 125 serta mempunyai tingkat kemiringan lahan
≤8% dan memenuhi kriteria umum seperti pada kawasan fungsi penyangga.

TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat menentukan arahan fungsi
pemanfaatan lahan secara digital.
BAHAN, ALAT DAN DATA
Bahan dan alat yang digunakan untuk acara praktikum ini meliputi :
 Laptop
 Aplikasi ArcView
 Data Slope (Kemiringan)
 Data Jenis Tanah
 Data Intensitas Curah Hujan
Data yang digunakan meliputi data slope (kemiringan), data jenis tanah, dan data
intensitas curah hujan. Data tersebut disajikan dalam bentuk file.

PROSEDUR KERJA
1. Pertama buka aplikasi Arc-view

2. Akan muncul gambar di bawah ini

3. Klik No
4. Akan muncul seperti gambar di bawah ini

5. Kemudian klik add theme

6. Kemudian akan muncul tampilan data seperti di bawah ini, lalu masukkan
data slope, jenis tanah dan intensitas curah hujan dan klik ok.

7. Lalu akan muncul data slope, jenis tanah dan intensitas curah hujan pada peta.
Ceklis semua pilihan seperti pada gambar dibawah ini.
8. Klik open theme table

9. Selanjutnya, akan muncul tabel slope sperti dibawah ini

10. Kemudian, pilih table dan klik start editing

11. Selanjutnya, pilih edit dan klik add field seperti ada gambar dibawah in
12. Kemudian, akan muncul seperti pada gambar di bawah ini dan klik OK
(catatan : name(skor slope))

13. Selanjutnya akan muncul tabel skor slope dan diisi skor sesuai penuntun
seperti pada gambar dibawah ini

14. Kemudian lakukan hal yang seperti langkah ke 8 sampai ke 13 untuk jenis
tanah dan intensitas curah hujan
15. Kemudian klik file dan klik extensions seperti pada gambar di bawah ini
16. Selanjutnya pilih geoprocessing dan klik OK seperti pada gambar di bawah
ini

17. Langkah selanjutnya yaitu pilih view dan klik geoprocessing wizard seperti
pada gambar

18. Kemudian akan muncul gambar seperti di bawah ini dan pilih union to theme
dan pilih next
19. Kemudian akan muncul gambar seperti di bawah ini dan klik next
(catatan : untuk output sesuaikan dengan tempat penyimpanan data)

20. Kemudian akan muncul gambar seperti di bawah ini dan klik finish
(catatan : untuk output sesuaikan dengan tempat penyimpanan data)

21. Selanjutnya dari gabungan 1( slope+tanah) seperti gambar digabung dengan


intensitas curah hujan dan klik finish (catatan : untuk output sesuaikan dengan
tempat penyimpanan data)
22. Selanjutnya akan muncul gambar sperti di bawah ini dan hanya centang
gabungan 2

23. Kemudian klik gabungan 2 dan pilih open theme table dan akan muncul
gambar seperti di bawah ini
24. Selanjutnya pilih edit-start editing-pilih skor slope, kemudian pilih query
builder. Seperti pada gambar di bawah ini

Akan muncul seperti di bawah ini lalu klik skor slope = 0 kemudian pilih new
set

Setelah itu akan muncul seperti pada gambar dibawah ini lalu pilih delete
record untuk meghilangkan warna kuning pada data
25. Lakukan hal yang sama pada jenis tanah dan intensitas curah hujan .
26. Kemudian Tambahkan tabel jumlah dan keterangan dengan memilih edit lalu
klik add field kemudian untuk jumlah klik calculate .

27. Selanjutnya, pilih view-geoprocessing wizard, pilih disolpe feature dan klik
next.

28. Selanjutnya akan muncul gambar seperti di bawah ini dan gabungan kedua
diganti menjadi keterangan seperti pilihan pada gambar di bawah ini.
Selanjutnya output disimpan sesuai dengan nama yang inginkan dan klik next
29. Kemudian klik finish

30. Hasil dari langkah ke 29 di ceklis hanya arahan pemanfaatan lahan seperti
gambar di bawah ini
HASIL PENGAMATAN/ HASIL PRAKTIKUM
Hasil penentuan arahan fungsi pemanfaatan lahan secara digital :
Tabel 1. Hasil penentuan arahan fungsi pemanfaatan lahan

Gambar 1. Hasil penentuan arahan fungsi pemanfaatan lahan

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari acara 2 yaitu penentuan arahan fungsi
pemanfaatan lahan secara digital ini diperoleh hasil yang dimana dari overlay peta
kemiringan, peta jenis tanah dan peta curah hujan serta dilakukan scoring yang
berpedoman pada kriteria penilaian Balai Rehabilitasi lahan dan Konservasi Tanah,
maka diperoleh tiga kawasan berdasarkan fungsi utamanya. Tiga kawasan tersebut
terdiri dari kawasan lindung, kawasan budidaya dan kawasan penyagga. Yang mana
kawasan lindung ditandai dengan pemberian warna coklat, pada kawasan lindung
disebut kawasan lindung dikarnakan kawasan tersebut memiliki wilayah dengan
keadaan yang fungsi lindungnya untuk kelestarian sumber daya alam, air flora dan
fauna seperti hutan lindung, hutan suaka, hutan satwa dan daerah yang berada
disekitar mata air dan daerah lainnya. kawasan penyangga diberi dengan warna biru
dimana kawasan penyangga merupakan kawasan dimana kawasan tersebut berfungsi
lindung dan kawasan budidaya contohnya seperti daerah hutan produksi terbatas,
perkebunan ( tanaman keras), dan yang lain lain. Dan kawasan budidaya ditandai
dengan pemberian warna biru muda. Dimana kawasan budidaya ini merupakan
kawasan dimana kawasan yang diusahakan dengan tanaman tahunan seperti hutan
produksi tetap , perkebunan (tanaman keras) dan tanaman buah- buahan dan
sebagainya.
Setelah dilakukan nya penggabungan pada ketiga peta kawasan tersebut,
maka dapat diketahui kawasan budidaya pada peta gabungan ada 12 dengan jumlah
skor yaitu 124 atau kurang dari itu, kawasan penyangga pada peta ada 15 dengan
jumlah skor yaitu antara 125-174, dan ketiga kawasan lindung pada peta ada 3
dengan jumlah skor yaitu lebih dari 175.
ACARA PRAKTIKUM KE – 3 :
PENENTUAN LUAS HASIL ANALISIS ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN
LAHAN SECARA DIGITAL

DASAR TEORI
Dalam pengkajian ini mengguna-kan metode Sistem Informasi Geografis
(SIG). Pengertian SIG sendiri merupakan pemrosesan data keruangan dalam bentuk
pemrosesan data numerik dan atribut (Luntungan 1998: 12) .
(Luntungan 1998: 12) menjelaskan bahwa arahan fungsi pemanfaatan lahan
merupakan kajian potensi lahan untuk peruntukan suatu kegiatan ke dalam suatu
kawasan tertentu berdasarkan fungsi utamanya.
Arahan fungsi pemanfaatan lahan juga dapat diartikan sebagai upaya untuk
menata pemanfaatan lahan pada suatu kawasan sesuai dengan kemampuannya
Dalam hal ini tujuan dari arahan fungsi pemanfaatan lahan adalah untuk mencapai
keseimbangan antara kemampuan lahan dengan jenis pemanfaatan dan teknologi
yang digunakan sebagai upaya untuk melindungi kelangsungan fungsi dan manfaat
sumberdaya alam di suatu DAS. Artinya apabila penggunaan lahan pada masing-
masing kawasan tidak sesuai dengan fungsi utamanya maka perlu dilakukan tindakan
arahan fungsi pemanfaatan lahan dengan menerapkan tindakan rehabilitasi lahan dan
konservasi tanah secara vegetatif dan mekanik yang bertujuan untuk mengembalikan
dan menjaga fungsi utama kawasannya.
Pemanfaatan lahan di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41 tahun 2007.
Peraturan-peraturan tersebut mengatur sedemikian rupa tentang pemanfaatan ruang
dan lahan (arahan fungsi kawasan). Aturan tersebut menjadi pedoman dalam
penyusunan arahan fungsi kawasan, agar kondisi lahan sesuai dengan peruntukannya
dan mencegah terjadinya alih fungsi lahan di kawasan lindung. Perubahan tata guna
lahan yang tidak mengindahkan rencana tata ruang yang telah ditetapkan memberikan
kontribusi terbesar dalam rusaknya fungsi kawasan lindung. Perubahan penggunaan
lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya dapat mengakibatkan banjir dan
longsor. Pemanfaatan lahan untuk berbagai kebutuhan hidup masyarakat pun telah
mendorong terjadinya perubahan tata guna lahan di beberapa wilayah di Sulawesi
Selatan, dan satu diantaranya adalah Kabupaten Enrekang. Dengan luas wilayah
178.601 Ha dan cenderung mengalami peningkatan jumlah penduduk dalam 5 tahun
terakhir, menggambarkan bahwa secara perlahan ketersediaan lahan menjadi sempit
untuk memenuhi segala kebutuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang pesat
telah mendorong peningkatan kebutuhan lahan untuk pemukiman, pertanian, dan
kebutuhan lainnya (Soemarwoto 1985 dalam Sudaryanto, 2010). Perubahan tata guna
lahan di wilayah ini untuk menunjang aktivitas hidup masyarakat sebagian sudah
tidak sesuai lagi dengan arahan fungsi kawasan, tidak terkecuali lahan pertanian
termasuk kawasan lindung yang tidak seharusnya “dikorbankan” untuk
memaksimalkan perekonomian masyarakat setempat.
Persoalan peningkatan ekonomi masyarakat bahkan perlahan tapi pasti
mendorong pembukaan lahan-lahan baru yang tidak terkendali sehingga
menyebabkan terjadinya degradasi fungsi kawasan lindung yang dapat mengancam
keberlanjutan produksi pertanian. Dengan kondisi ini, penetapan fungsi kawasan
menjadi sangat penting dalam menjaga kelestarian dan mencegah kerusakan
lingkungan. Mencermati hal tersebut, maka diperlukan upaya untuk meminimalisir
degradasi fungsi kawasan lindung di wilayah ini melalui pemetaan lahan kawasan
lindung berdasarkan sistem informasi geografis.
Dibutuhkan arahan pengelolaan dengan memberikan akses kepada
masyarakat sekitar, agar dapat mengelola dan memanfaatkan kawasan lindung untuk
peningkatan kesejahteraannya tanpa mengesampingkan pengelolaan kawasan yang
sesuai dengan arahan fungsinya evaluasi kemampuan lahan merupakan salah satu
upaya untuk memanfaatkan lahan (sumberdaya lahan) sesuai dengan potensinya.
Penilaian potensi lahan sangat diperlukan terutama dalam rangka penyusunan
kebijakan, pemanfaatan lahan dan pengelolaan lahan secaraberkesinambungan. Untuk
menyusun kebijakan tersebut sangat diperlukan peta-peta yang salah satunya adalah
peta kemampuan lahan(Sadyohutomo, 2012)..
Analisis dan evaluasi kemampuan lahan dapat mendukung proses dalam
penyusunan rencana penggunaan lahan di suatu wilayah yang disusun dengan cepat
dan tepat sebagai dasar pijakan dalam mengatasi benturan pemanfaatan penggunaan
lahan/sumberdayaalam. (Suratman dkk, 1993).
Klasifikasi kemampuan lahan adalah penilaian komponen lahan yang menurut
Arsyad (1989) adalah penilaian komponen-komponen lahan secara sistematis dan
pengelompokan ke dalam berbagai kategori berdasar sifat-sifat yang merupakan
potensi dan penghambat dalam penggunaan lahan.Lahan digolongkan kedalam 3 (tiga
) kategori utama yaitu kelas, sub-kelas dan satuan kemampuan lahan. Lahan
digolongkan kedalam 3 (tiga ) kategori utama yaitu kelas, sub-kelas dan satuan
kemampuan lahan.
Perencanaan penggunaan lahan di wilayah propinsi dapat menggunakan
klasifikasi padatingkat kelas dan untuk wilayah kabupaten menggunakan sub kelas
.Kemampuan lahan dapat dicerminkan dalam bentuk peta kemampuan lahan. Peta
kemampuan lahan dapat menggambarkan tingkat kelas potensi lahan secara
keruangan dan dapat dipakai untuk menentukanarahan penggunaan lahan pedesaan
secara umum.Klasifikasi kemampuan lahan dapat diterapkan sebagai metode
perencanaan penggunaan lahan (Hockensmith dan Steele, 1943).
Sistem informasis Geografis (SIG) tidak dapat dilepaskan dengan basis data,
sebab SIG sendiri memerlukan data (spasial dan atribut) yang disimpan di dalam
basis data spasial (dimana data atribut terdapat didalamnya). Selain itu, semua
perangkat SIG-pun secara inherent telah dilengkapi dengan kemampuan dalam
mengelola basis data. Di dalam usaha membentuk bangunan informasi yang penting
(enterprise). Berikut adalah beberapa pengertian dari basis data yang telah di
kembangkan atas dasar sudut pandang yang sedikit berbeda(Modul ArcGis, 2007):

Data Spasial
Data Spasial merupakan data yang menunjuk posisi geografi dimana setiap
karakteristik memiliki satu lokasi yang harus ditentukan dengan cara yang unik.
Untuk menentukan posisi secara absolut berdasar sistem koordinat. Untuk area kecil,
sistem koordinat yang paling sederhana adalah grid segiempat teratur. Untuk area
yang lebih besar, berdasarkan proyeksi kartografi yang umum digunakan
(Tuman,2001). Analisa Spatial Karakteristik utama Sistem Informasi Geografi adalah
kemampuan menganalisis sistem seperti analisa statistik dan overlay yang disebut
analisa spasial. Analisa dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi yang sering
digunakan dengan istilah analisa spasial, tidak seperti sistem informasi yang lain
yaitu dengan menambahkan dimensi ‘ruang (space)’ atau geografi. Kombinasi ini
menggambarkan attribute attribut pada bermacam fenomena seperti umur seseorang,
tipe jalan, dan sebagainya, yang secara bersama dengan informasi seperti dimana
seseorang tinggal atau lokasi suatu jalan (Keele,1997). Analisa Spasial dilakukan
dengan mengoverlay dua peta yang kemudian menghasilkan peta baru hasil analisis
(Tuman,2001).
Overlay Spasial
Salah satu cara dasar untuk membuat atau mengenali hubungan spasial melalui proses
overlay spasial. Overlay Spasial dikerjakan dengan melakukan operasi join dan
menampilkan secara bersama sekumpulan data yang dipakai secara bersama atau
berada dibagian area yang sama. Hasil kombinasi merupakan sekumpulan data yang
baru yang mengidentifikasikan hubungan spasial baru.
Overlay Peta
Merupakan proses dua peta tematik dengan area yang sama dan menghamparkan satu
dengan yang lain untuk membentuk satu layer peta baru. Kemampuan untuk
mengintegrasikan data dari dua sumber menggunakan peta merupakan kunci dari
fungsi-fungsi analisis Sistem Informasi Geografi. Konsep Overlay Peta Alamat
Overlay Peta merupakan hubungan interseksi dan saling melengkapi antara fitur-fitur
spasial. Overlay Peta mengkombinasikan data spasial dan data attribut dari dua theme
masukan.

TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu menentukan luas hasil
analisis arahan fungsi pemanfaatan lahan secara digital
BAHAN, ALAT DAN DATA
Bahan dan alat yang digunakan untuk acara praktikum ini meliputi :
 Laptop
 Aplikasi ArcView
 Data Slope (Kemiringan)
 Data Jenis Tanah
 Data Intensitas Curah Hujan
Data yang digunakan meliputi data slope (kemiringan), data jenis tanah, dan data
intensitas curah hujan. Data tersebut disajikan dalam bentuk file.

PROSEDUR KERJA
1. Pertama buka aplikasi Arc-view

2. Akan muncul gambar di bawah ini

3. Klik No
4. Akan muncul seperti gambar di bawah ini

5. Kemudian klik add theme

6. Kemudian akan muncul tampilan data seperti di bawah ini, lalu masukkan
data slope, jenis tanah dan intensitas curah hujan dan klik ok.

7. Lalu akan muncul data slope, jenis tanah dan intensitas curah hujan pada peta.
Ceklis semua pilihan seperti pada gambar dibawah ini.
8. Klik open theme table

9. Selanjutnya, akan muncul tabel slope sperti dibawah ini

10. Kemudian, pilih table dan klik start editing

11. Selanjutnya, pilih edit dan klik add field seperti ada gambar dibawah in
12. Kemudian, akan muncul seperti pada gambar di bawah ini dan klik OK
(catatan : name(skor slope))

13. Selanjutnya akan muncul tabel skor slope dan diisi skor sesuai penuntun
seperti pada gambar dibawah ini

14. Kemudian lakukan hal yang seperti langkah ke 8 sampai ke 13 untuk jenis
tanah dan intensitas curah hujan
15. Kemudian klik file dan klik extensions seperti pada gambar di bawah ini
16. Selanjutnya pilih geoprocessing dan klik OK seperti pada gambar di bawah
ini

17. Langkah selanjutnya yaitu pilih view dan klik geoprocessing wizard seperti
pada gambar
18. Kemudian akan muncul gambar seperti di bawah ini dan pilih union to theme
dan pilih next

19. Kemudian akan muncul gambar seperti di bawah ini dan klik next
(catatan : untuk output sesuaikan dengan tempat penyimpanan data)

20. Kemudian akan muncul gambar seperti di bawah ini dan klik finish
(catatan : untuk output sesuaikan dengan tempat penyimpanan data)
21. Selanjutnya dari gabungan 1( slope+tanah) seperti gambar digabung dengan
intensitas curah hujan dan klik finish (catatan : untuk output sesuaikan dengan
tempat penyimpanan data)

22. Selanjutnya akan muncul gambar sperti di bawah ini dan hanya centang
gabungan 2

23. Kemudian klik gabungan 2 dan pilih open theme table dan akan muncul
gambar seperti di bawah ini
24. Selanjutnya pilih edit-start editing-pilih skor slope, kemudian pilih query
builder. Seperti pada gambar di bawah ini

Akan muncul seperti di bawah ini lalu klik skor slope = 0 kemudian pilih new
set

Setelah itu akan muncul seperti pada gambar dibawah ini lalu pilih delete
record untuk meghilangkan warna kuning pada data
25. Lakukan hal yang sama pada jenis tanah dan intensitas curah hujan .
26. Kemudian Tambahkan tabel jumlah dan keterangan dengan memilih edit lalu
klik add field kemudian untuk jumlah klik calculate .

27. Selanjutnya, pilih view-geoprocessing wizard, pilih disolpe feature dan klik
next.
28. Selanjutnya akan muncul gambar seperti di bawah ini dan gabungan kedua
diganti menjadi keterangan seperti pilihan pada gambar di bawah ini.
Selanjutnya output disimpan sesuai dengan nama yang inginkan dan klik next

29. Kemudian klik finish

30. Hasil dari langkah ke 29 di ceklis hanya arahan pemanfaatan lahan seperti
gambar di bawah ini

31. Kemudian klik 2x pada warna di arahan pemanfaatan lahan, lalu pilih legend
type menjadi Unique Value
32. Selanjutnya pilih value field dan klik keterangan

33. Selanjutnya akan muncul gambar seperti pada gambar dan klik apply

34. Selanjutnya klik properties, kemudian map units dan distance units dirubah
menjadi meters dan klik OK
35. Kemudian ganti skala sesuai dengan yang dinginkan(misalnya 1:400.000)
36. Selanjutnya pilih arahan klik table

37. Selanjutnyapilih file-Extension-dan pilih Xtools dan klik OK

38. Selanjutnya pilih close


39. Kemudian klik Xtools dan pilih calculate area.

HASIL PENGAMATAN/ HASIL PRAKTIKUM

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari acara 3 yaitu penentuan luas arahan
fungsi pemanfaatan lahan secara digital dengan skoring didapatkan hasil yaitu fungsi
lahan itu sendiri terbagi menjadi tiga. Yaitu kawasan lindung (KL) kawasan lindung
ini dapat ditetapkan dengan skoring atau berdasarkan nilai kepentingan obyek atau
dikenal dengan istilah kawasan lindung setempat, kawasan lindung dinyatakan
sebagai kawasan lindung apabila besarnya skor total kemampuan lahannya sama atau
lebih dari 175 dan kawasan penyangga dinyatakan sebagai kawasan penyangga jika
suatu satuan lahan ditetapkan apabila besarnya skor total kemampuan lahannya 125-
174 dan berada pada kriteria dapat melakukan budidaya secara ekonomis, dan
lokasinya lebih mudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga tanpa merugikan
segi segi ekologi dan kawasan budidaya dikatakan budidaya jika besar skornya pada
kemampuan lahan 124 atau kurang dari tersebut dan dapat dimanfaatkan untuk usaha
tani tanaman tahunan.
Dari tabel yang telah dihitung luas nya secara digital, didapat hasil yaitu
kawasan budidaya ada 12 dengan area feet yaitu 253125606.316, perimeter feet
213238.141, acres 5810.964, dan hectares 2351.623. Untuk kawasan lindung ada 3
dengan area feet yaitu 45862308.433, perimeter feet 42130.479, acres 1052.854, dan
hectares 426.076. Dan yang terakhir kawasan penyangga ada 15 dengan area feet
yaitu 457472193.027, perimeter feet 234385.428, acres 10502.116, dan hectares
4250.073.
ACARA PRAKTIKUM KE – 4 :
PENYUSUNAN LAYOUT PETA PENGGUNAAN LAHAN

DASAR TEORI
Sistem Informasi Geografis merupakan suatu bentuk pengolahan informasi
geografis atau spasial yang berupa sistem dengan komponen input, manajemen data,
analisis, dan output, yang dalam pelaksanaannya menggunakan komputer sebagai
media dan software seperti ArcView, ArcGIS, Surfer dan lain-lain. Sistem Informasi
Geografis merupakan metode untuk mempermudah dalam memahami data spasial
yang dimiliki. Data spasial dalam Sistem Informasi Geografis dapat berupa data
topografi seperti data ketinggian lahan dan data kemiringan lereng, selain itu data
lainnya dapat berupa data antropologi seperti data sebaran penduduk, kepadatan
penduduk, dan data-data berbasis spasial lainnya. Sistem Informasi Geografis
memiliki keunggulan dalam menyajikan data-data spasial tersebut sehingga lebih
mudah untuk dianalisis dan diketahui polanya.
Salah satu bentuk penyajian data spasial dalam Sistem Informasi Geografis
adalah peta. Ilmu yangmempelajari khusus tentang peta adalah kartografi, yaitu ilmu,
teknologidan seni untuk menyampaikan data atau informasi tentang objek atau area di
permukaan bumi dalam bentuk peta. Kartografi disebut pula sebagai kartografi adalah
teknik memperkecil (reduksi) karakteristik keruangan dari daerah yang luas (dari
permukaan bumi) atau benda angkasa dan membuatnya lebih mudah diamati. Peta me
rupakan mediakomunikasi dalam sistem informasi dan geografis, sehingga
keberadaannya sangat pentingdalam transfer informasi spasial.
Pembuatan peta dapat dilakukan dengan menggunakan kartograf, namun pada
masa kini peta dapat dibuat dengan menggunakan komputer dengan lebih cepat dan
lebihmudah. Salah satu perangkat lunak komputer yang dapat digunakan untuk
membuat petaadalah ArcView versi 3.3. Dalam pembuatan peta hendaknya
memperhatikan komponen-komponen utama peta yang harus dimiliki oleh sebuah
peta, seperti skala, judul peta,sistem proyeksi, orientasi, arah mata angin, legenda,
sumber data dan sebagainya. Pembuatan peta merupakan hal yang sangat bermanfaat
di zaman modern ini karenahampir semua data dapat disajikan dalam bentuk data
spasial, sehingga keahlian untuk membuat peta merupakan kemampuan yang sangat
bermanfaat bagi seseorang di zamanini.
Layout adalah tata letak dari suatu element desain yang berupa gambar dan
teks sehingga hasil menjadi lebih baik dan mudah untuk dipresentasikan. Pembuatan
layout peta merupakan pekerjaan terakhir setelah input data , editing data , analisis
data , penambahan label dan pembahasan-pembahasan lainnya.Layout ini akan
bermanfaat untuk memperjelas peta dan memperindah secara tampilan selain itu
tujuan yang lebih penting mengenai layout peta adalah sebagai atribut pelengkap
yang mampu menjelaskan isi peta yang merupakan isi-isi penting dari peta tersebut.
Tanpa adanya layout , sebuah peta tidak akan berarti apa-apa karena sistem peletakan
desain peta ada dilayot , tanpa layout peta akan sulit dimengerti dan sukar untuk
dipahami sehingga akan bermakna seperti gambar biasa, sehingga perlu dilakukan
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampiran layout yang baik.
Pengetahuan tentang layout ini sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampiran dalam desain peta.
Pembuatan layout peta merupakan pekerjaan terakhir setelah input data,
editing data, analisis data, penambahan label, dan pengaturan legenda daftar isi telah
dilakukan. Melalui fasilitas layout dapat membuat dan mengatur data mana saja yang
akan digunakan sebagai output dari proses atau analisis gis yang digunakan serta
bagaimana data tersebut akan ditampilkan.
Layout ini akan bermanfaat untuk memperjelas peta dan memperindah secara
tampilan, selain itu tujuan yang lebih penting mengenai layout peta adalah sebagai
atribut pelengkap yang mampu menjelaskan isi peta, yang merupakan informasi-
informasi penting. Tanpa adanya layout, sebuah peta tidak akan berarti apa-apa, dan
hanya bermakna sebagai gambar biasa. Pentingnya layout ini pada sebuah peta,
sehingga perlu dilakukan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam mendesain layout yang baik.
Layout peta merupakan output yang dikehendaki oleh sebagian besar user's
adalah layout peta yang menarik dan mudah dimengerti serta mengandung presisi
yang baik. Setidaknya dalam suatu layout peta, seperti judul peta, skala peta, arah
utara, koordinat/grid, legenda peta, tahun pembuatan, penerbit peta, dan index peta.
Berikut ini adalah keterangan mengenai komponen layout peta.
1. Judul Peta
Mencerminkan isi sekaligus tipe peta. Penulisan judul biasanya di bagian atas
tengah, atas kanan, atau bawah. Walaupun demikian, sedapat mungkin diletakan di
kanan atas.
2. Skala Peta
Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya di
lapangan. Skala ditulis di bawah judul peta, di luar garis tepi, atau di bawah legenda.
3. Orientasi / Tanda Arah
Pada umumnya, arah utara ditunjukkan oleh tanda panah kea rah atas peta.
Letaknya di tempat yang sesuai jika ada garis lintang dan bujur, koordinat dapat
sebagai petunjuk arah.
4. Koordinat/grid
Sistem koordinat yang biasa digunakan adalah Universal Transverse Mercator
(UTM) dan sistem koordinat geografis yang menunjukan suatu titik di bumi
berdasarkan garis lintang dan bujur.
5. Legenda
Legenda adalah keterangan dari symbol-simbol yang merupakan kunci untuk
memahami peta.
6. Symbol Peta
Simbol Peta adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan yang ada
permukaan bumi yang terdapat pada peta kenampakannya, jenis-jenis symbol peta
antara lain :
a. Symbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional.
b. Symbol garis, digunakan untuk menyajikan data yang berhubungan dengan
jarak.
c. Symbol area, digunakan untuk mewakili suatau area tertentu dengan symbol
yang mencakup area tertentu.
7. Insert
Insert merupakan peta kecil yang disisipkan di dalam peta utama , macam
macam insert antara lain :
a. Insert penunjuk lokasi, berfungsi untuk menunjukkan letak suatu daerah
yang belum diketahui dan dikenali.
b. Insert penjelas yang dapat berfungsi untuk memperbesar daerah yang kita
anggap penting
c. Insert penyambung berfungsi untuk menyambungkan daerah yang
terpotong pada peta utama.
Layout dalam bahasa artinya tata letak, dalam membuat suatu layiut harus
menyeimbangkan komposisi , irama , wide space dan yang lebih penting yaitu
mengatur grid. Dalam melayout terdapat kesalahan yang sering dilakukan tanpa
sengaja ataupun disengaja contohnya :
1. Terlalu banyak jenis font
2. Terlalu banyak efek
3. Terlalu banyak hiasan
4. Terlalu padat
5. Terlalu banyak warna
Pembacaan peta selain tergantung pada lettering/penempatan nama-nama
geografi, juga terkait dengan penyajian yang baik dari semua infromasi
yang berkaitan dengan kebutuhan pembaca peta, terutama dalam hal kemudahannya
untuk dibaca dan diintepretasi, yang biasa disebut layout peta.
Pada umumnya informasi tersebut ditempatkan dalam informasi tepi(marginal
information) yang mencakup berbagai informasi penting, seperti judul peta, kala peta,
legenda/keterangan, gratikul (bujur dan lintang), diagram lokasi peta indeks, sumber
data serta informasi lain yang penting. Penentuan tata letak peta atau komposisi peta
harus mempertimbangkan cara-cara yang dapat menyentuh perasaan tertarik sensible)
dan unsur keindahan perlu juga dipertimbangkan. Salah satu faktor utama yang perlu
diperhatikan adalah adanya keseimbangan (balances) dalam tata letak informasi tepi.
TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa agar dapat menyusun layout peta
penggunaan lahan

BAHAN, ALAT DAN DATA


Bahan dan alat yang digunakan untuk acara praktikum ini meliputi :
 Laptop
 Aplikasi ArcView
 Data Slope (Kemiringan)
 Data Jenis Tanah
 Data Intensitas Curah Hujan
Data yang digunakan meliputi data slope (kemiringan), data jenis tanah, dan data
intensitas curah hujan. Data tersebut disajikan dalam bentuk file.

PROSEDUR KERJA
1. Pertama buka aplikasi Arc-view

2. Akan muncul gambar di bawah ini


3. Klik No

4. Akan muncul seperti gambar di bawah ini

5. Kemudian klik add theme

6. Kemudian akan muncul tampilan data seperti di bawah ini, lalu masukkan
data slope, jenis tanah dan intensitas curah hujan dan klik ok.
7. Lalu akan muncul data slope, jenis tanah dan intensitas curah hujan pada peta.
Ceklis semua pilihan seperti pada gambar dibawah ini.

8. Klik open theme table

9. Selanjutnya, akan muncul tabel slope sperti dibawah ini

10. Kemudian, pilih table dan klik start editing


11. Selanjutnya, pilih edit dan klik add field seperti ada gambar dibawah in

12. Kemudian, akan muncul seperti pada gambar di bawah ini dan klik OK
(catatan : name(skor slope))

13. Selanjutnya akan muncul tabel skor slope dan diisi skor sesuai penuntun
seperti pada gambar dibawah ini
14. Kemudian lakukan hal yang seperti langkah ke 8 sampai ke 13 untuk jenis
tanah dan intensitas curah hujan
15. Kemudian klik file dan klik extensions seperti pada gambar di bawah ini

16. Selanjutnya pilih geoprocessing dan klik OK seperti pada gambar di bawah
ini

17. Langkah selanjutnya yaitu pilih view dan klik geoprocessing wizard seperti
pada gambar

18. Kemudian akan muncul gambar seperti di bawah ini dan pilih union to theme
dan pilih next
19. Kemudian akan muncul gambar seperti di bawah ini dan klik next
(catatan : untuk output sesuaikan dengan tempat penyimpanan data)

20. Kemudian akan muncul gambar seperti di bawah ini dan klik finish
(catatan : untuk output sesuaikan dengan tempat penyimpanan data)

21. Selanjutnya dari gabungan 1( slope+tanah) seperti gambar digabung dengan


intensitas curah hujan dan klik finish (catatan : untuk output sesuaikan dengan
tempat penyimpanan data)
22. Selanjutnya akan muncul gambar sperti di bawah ini dan hanya centang
gabungan 2

23. Kemudian klik gabungan 2 dan pilih open theme table dan akan muncul
gambar seperti di bawah ini

24. Selanjutnya pilih edit-start editing-pilih skor slope, kemudian pilih query
builder. Seperti pada gambar di bawah ini
Akan muncul seperti di bawah ini lalu klik skor slope = 0 kemudian pilih new
set

Setelah itu akan muncul seperti pada gambar dibawah ini lalu pilih delete
record untuk meghilangkan warna kuning pada data
25. Lakukan hal yang sama pada jenis tanah dan intensitas curah hujan .
26. Kemudian Tambahkan tabel jumlah dan keterangan dengan memilih edit lalu
klik add field kemudian untuk jumlah klik calculate .

27. Selanjutnya, pilih view-geoprocessing wizard, pilih disolpe feature dan klik
next

28. Selanjutnya akan muncul gambar seperti di bawah ini dan gabungan kedua
diganti menjadi keterangan seperti pilihan pada gambar di bawah ini.
Selanjutnya output disimpan sesuai dengan nama yang inginkan dan klik next

29. Kemudian klik finish


30. Hasil dari langkah ke 29 di ceklis hanya arahan pemanfaatan lahan seperti
gambar di bawah ini

31. Kemudian klik 2x pada warna di arahan pemanfaatan lahan, lalu pilih legend
type menjadi Unique Value

32. Selanjutnya pilih value field dan klik keterangan


33. Selanjutnya akan muncul gambar seperti pada gambar dan klik apply

34. Selanjutnya klik properties, kemudian map units dan distance units dirubah
menjadi meters dan klik OK

35. Kemudian ganti skala sesuai dengan yang dinginkan(misalnya 1:400.000)


36. Selanjutnya pilih arahan klik table
37. Selanjutnyapilih file-Extension-dan pilih Xtools dan klik OK

38. Selanjutnya pilih close

39. Kemudian klik Xtools dan pilih calculate area dan akan muncul hasil seperti
pada gambar di bawah ini.
40. Kemudian untuk pembuatan layout. Klik View pilih layout

Akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini, kemudian pilih Lanscape
dan klik OK

41. Selanjutnya akan muncul peta arahan pemanfataan lahan. Emudian di block
dan di delete. Kemudian hasil akan seperti pada gambar di bawah ini
42. Kemudian klik Draw Point dan klik simbol persegi panjang

43. Selanjutnya klik view frame dan pilih pilihan yang paling atas

44. Selanjutnya tarik garis ujung sudut atas sampai ¾ bagian dan muncul gambar
seperti pada gambar di bawah ini dan klik OK
Setelah itu akan muncul gambar peta arahan pemanfataan lahan. Kemudian
pilih File-Extention- centang(Graticules dan Legend tools) dan klik OK
45. Selanjutnya pilih Graticules an Grids

46. Selanjutnya klik Next

47. Kemudian setelah klik Finish akan muncul hasil seperti gambar di bawah ini
48. Kemudian ¼ bagian dibuat kotak kembali sperti cara sebelumnya

49. Selanjutnya klik Text dan pilih dan tulus sesuai dengan keinginan (misalnya :
PETA ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN) dan klik OK
50. Kemudian untuk menambahkan simbol arah mata angin klik North Arrow dan
kemudian akan muncul seperti gambar dan pilih simbol arah mata angin yang
kita inginkan lalu klik OK

51. Selanjutnya untuk menambahkan logo Universitas Bengkulu pilih Picture


Frame dan klik bagian yang paling bawah pilihan. Kemudian akan muncul
seperti pada gambar di bawah ini. Klik Browse dan pilih logo Universitas
Bengkulu dalam format JPEG.

Setelah itu akan mendapatkan hasil seperti di bawah ini

52. Selanjutnya untuk menambahkan keterangan legenda klik Custome Legend


Tool dan klik dibagian luar Layout/peta dan akan muncul seperti di bawa ini.
Lalu, klik Next
Selanjutnya Klik data arah pemanfaatan lahan. Kemudian klik >> kemudian
klik data arahan pemanfaatan lahan lalu klik Preview

Dan akan muncul gambar seperti di bawah ini

Selanjutnya klik Ctrl+U sebanyak mungkin agar yang tidak penting dapat
dihapuskan
seperti gambar di bawah ini.
Selanjutnya untuk menggabungkan legenda kembal dengan Ctrl+G

Kemudian buat sumber(Nama+NPM) sesuai dengan yang diingkan


berdasarkan langkah pembuatan prodi

Selanjutnya untuk menyimpan data dalam format JPEG dapat dilakukan


dengan klik File-Export-

Kemudian simpan file ditempat yang diingikan dan ganti format menjadi JPEG
HASIL PENGAMATAN/ HASIL PRAKTIKUM
Gambar hasil penyusunan layout peta penggunaan lahan :

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penyusunan layout peta penggunaan lahan didapat hasil
yaitu layout peta arahan fungsi pemanfaatan lahan. Yang dimana pada peta
mempunyai 3 legenda yaitu fungsi budidaya ditandai dengan adanya warna biru
muda, fungsi lindung ditandai dengan adanya warna coklat dan fungsi penyangga
ditandai dengan adanya warna biru tua. Yang dimana sumber ini didapat
berdasarkan peta jenis tanah dan peta slope (kemiringan) dan pada peta intensitas
curah hujan untuk melihat adanya perbedaan setiap kawasan pada peta, yang telah
digabungkan atau dibuat peta arahan fungsi pemanfaatan lahan dan kemudian dibuat
layout peta seperti yang ada pada hasil dengan menggunakan aplikasi arch view 3.3.
Pada layout ini juga dibuat skala dan arah mata angin.
ACARA PRAKTIKUM KE – 5 :
ONSCREEN DIGITIZING

DASAR TEORI
Digitasi adalah Proses pemasukan data spasial melalui konversi data analog
(hardcopy) ke data digitasi dan disimpan dalam bentuk titik, garis dan poligon atau
area. Digitasi dapat dilakukan dengan cara dua hal, antara lain;

1. Digitasi manual
Digitasi manual adalah penelusuran poligon atau kumpulan pixel
terklasifikasi pada hardcopy menggunakan digitizer. Adapun langkah-langkah
dalam digitasi manual, yaitu tetapkan Titik Ikat Converage (TIC) pada batas area
yang akan digitasikan, setelah itu tetapkan batas koordinat area tersebuta, dalu
tentukan user identitas (user_id) (Teknomo, 2008).

2. Digitasi on Screen
Digirasi on screen adalah penelusuran batas kenampakan objek pada citra
yang akan ditayangkan pada layar monitor. Digitasi on screen merupakan suatu
teknik digitasi atau proses konversi dari data format raster ke dalam format
vektor. Pada teknik ini, peta yang akan digitasi terlebih dahulu harus dibawa ke
dalam format raster baik itu melalui proses scanning dengan alat scanner atau
dengan pemotretan (Prahasta, 2005).

Screen digitizing merupakan proses digitasi yang dilakukan di atas layar


monitor denganbantuan mouse. Screen digitizing atau sering disebut juga dengan
digitasi on screen dapat digunakan sebagai alternatif input data digital tanpa
menggunakan meja digitizer. Tiga unsur spasial (feature) yang dapat dibentuk melalui
digitasi on screen ini antara lain point (titik), line (garis), dan polygon (area)
(Budiyanto, 2002).

Screen digitizing merupakan proses digitasi yang dilakukan di atas layar


monitor dengan bantuan mouse. Screen digitizing atau sering disebut juga dengan
digitasi on screen dapat digunakan sebagai alternatif input data digital tanpa
menggunakan alat digitizer. Tiga unsur spasial (feature) yang dapat dibentuk melalui
digitasi on screen ini antara lain point, line, dan polygon. Proses digitasi on-screen
adalah digitasi yang dilakukan pada layar monitor komputer dengan memanfaatkan
berbagai perangkat lunak sistem informasi geografis seperti Arc View, Map Info,
AutoCad Map, dan lain-lain (Murni, 1992).

Data sumber yang akan didigitasi dalam metode ini tidak dalam bentuk peta
analog atau hardcopy. Data sumber tersebut terlebih dahulu disiam (scan) dengan
perangkat scanner. Penyiaman ini akan membentuk sebuah data yang mirip dengan
hardcopy yang disiam, dalam bentuk data raster dengan format file seperti .jpg, .bmp,
.tiff, .gif, dan lain-lain (Elly, 2009).

Menurut Prahasta (1980), Arcview GIS mengorganisasikan sistem perangkat


lunaknya sedemikian rupa sehingga dapat dikelompokkan ke dalam beberapa
komponen-komponen penting sebagai berikut :

1. Project
Suatu unit organisasi tertinggi di dalam ArcView GIS. Sebuah project berisi
pointers yang merujuk pada lokasi fisik (direktori dalam disk) di mana dokumen-
dokumen tersebut disimpan, selain juga menyimpan informasi- informasi pilihan
pengguna (user preferences) untuk project-nya (ukuran, simbol, warna dan
sebagainya). Semua dokumen yang terdapat di dalam sebuah project dapat
diaktifkan, dilihat, dan diakses melalui project window.

2. Theme
Suatu bangunan dasar sistem ArcView. Themes merupakan kumpulan dari
beberapa layer ArcView yang membentuk suatu “tematik” tertentu. Sumber data
yang dapat direpresentasikan sebagai theme adalah shapefile, coverage (ArcInfo),
dan citra raster.
3. View
Representasi grafis informasi spasial dan dapat menampung beberapa
”layer” atau “theme” informasi spasial (titik, garis, poligon, dan citra raster).

4. Table
Berisi informasi deskriptif mengenai layer tertentu. Setiap baris data
(record) mendefinisikan sebuah entry (misalnya informasi mengenai salah satu
poligon batas propinsi) di dalam basisdata spasialnya; setiap kolom (field)
mendefinisikan atribut atau karakteristik dari entry (misalnya nama, luas, keliling
atau populasi suatu propinsi) yang bersangkutan.

5. Chart
Hasil suatu query terhadap suatu tabel data. Bentuk chart yang didukung
oleh ArcView adalah line, bar, column, xy scatter, area, dan pie.

6. Layout
Untuk menggabungkan semua dokumen (view, table, dan chart) ke dalam
suatu dokumen yang siap cetak (biasanya dipersiapkan untuk pembuatan
hardcopy).

7. Script
Bahasa (semi) pemrograman sederhana (makro) yang digunakan untuk
mengotomasikan kerja ArcView. ArcView menyediakan bahasa sederhana ini
dengan sebutan Avenue. Dengan Avenue, pengguna dapat memodifikasi tampilan
(user interface).

A. Pemetaan
Pemetaan adalah suatu proses penyajian informasi muka bumi yang fakta (dunia
nyata), baik bentuk permukaan buminya maupun sumbu alamnya, berdasarkan skala
peta, system proyeksi peta, serta symbol-symbol dari unsur muka bumi yang
disajikan (Paryono, 1994). Kemajuan di bidang teknologi khususnya di bidang
computer mengakibatkan suatu peta bukan hanya dalam bentuk nyata (pada selembar
kertas, real maps, atau hardcopy), tetapi juga dapat disimpan dalam bentuk digital,
sehingga dapat disajikan pada layar monitor yang dikenal dengan peta maya
(Virtualmaps atau softcopy).

Pemetaan digital adalah suatu proses pekerjaan pembuatan peta dalam format
digital yang dapat disimpan dan dicetak sesuai keinginan pembuatnya baik dalam
jumlah atau skala peta yang dihasilkan.Format digital terdiri dari 2 macam :

1. Raster
Merupakan format data dengan satuan pixel (resolusi/kerapatan) ditentukan
dalam satuan ppi (pixel per inch). Tipe format initidak bagus digunakan untuk
pembuatan peta digital, karena akan terjadi korupsi data ketika dilakukan
pembesaran atau pengecilan. Contoh format data raster : bitmap (seperti tiff,
targa, bmp), jpeg, gif, dan terbaru PNG (Budianto, 2010).

2. Vektor
Merupakan format data yang dinyatakan oleh satuan koordinat (titik dan
garis termasuk polygon) format ini yang dipakai untuk pembuatan peta digital
atau sketsa. Contoh format ini : dxf (autocad), fix (xfig), tgif (tgif), dan ps/eps
(postscrift). Oleh karena itu, pekerjaan pemetaan saatini tidak hanya membuat
peta saja, tetapi mengelolanya menjadi informasi spasial melalui pengembangan
basis data (Budianto, 2010).

Basis data tersebut dapat diolah lebih lanjut sehingga dapat menghasilkan
berbagai informasi kebumian (geo informasi) yang dibutuhkan oleh para perencana
ataupengambilan keputusan. Karakteristik pemetaan digital sangat cocok untuk
perencanaan tata runag yang perubahan informasi spasialnya relative capat perubahan
tata ruang dapat langsung direkam sgera mungkin oleh peta digital sehingga
informasi yang dibutuhkan oleh perencana selalu dapt mengikuti perubahan di
lapangan pada saai ini (Avery, 1989). Adapun Tahap-tahap dalam pemetaan digital :

1. Membangun basis geografi


2. Informasi sistem geologi terdiri dari batas batuan, nama batuan, sesar, kekar, dan
morfologi
3. Untuk pemetaan sistem irigasi ini, seluruh data yang dibutuhkan dimasukkan
kedalam bentuk digital.

TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa agar dapat melakukan digitasi
diatas layar monitor.

BAHAN, ALAT DAN DATA


Bahan dan alat yang digunakan untuk acara praktikum ini meliputi :
 Seperangkat komputer maupun Laptop
 Software Arcview 3.3
 File citra Satelit resolusi Tinggi ( CSRT)
Data yang digunakan meliputi latar mahasiswa shp , jalan di rm, dbf dan lain
lain

PROSEDUR KERJA
Prosedur kerja dalam percobaan kali ini meliputi :
1. Pastikan Program ArcView sudah terinstal. Bukalah Program ArcView dan
centrang Extension yang diperlukan  JPG, TIF (karena akan menayangkan
file TIF dan JPG pada saat menyusun layout). Centang juga pada bagian
XTools
2. Bukalah View baru dan klik View properties  beri nama, kemudian
satuannya diganti meter -> meter

3. Tayangkan data dua rm.tif sebagai background dalam melakukan on-screen


digitization. Lalu klik Add theme  dan klik jalan di rm.shp serta latar
untuk mhsw.shp

- Mulailah melakukan digitasi bangunan permukiman. Pertama, klik New


Theme  Polygon. Lalu simpan file New Theme sebelumnya di dalam
komputer kita dengan nama yang baru.
- Klik Draw Rectangle dan pilih icon . Kemudian klik satu persatu rumah
yang ada pada peta hingga semua (atau sebagian)nya terdigitasi
- Selanjutnya, mulailah menuliskan ID pada peta yang sudah dibuat
polygon sebelumnya dengan cara mengklik Theme  Table. Klik Edit
dan arahkan ke ID pada tabel. Setelah itu tuliskan ID satu persatu hingga
selesai seperti pada gambar berikut. Kemudian klik OK

4. Simpan proyek yang telah didigitasi dengan menekan CTRL+S. Setelah itu
cobalah exit dari program ArcView, kemudian buka kembali project yang tadi
telah kerjakan.
HASIL PENGAMATAN/HASIL PRAKTIKUM
Berikut hasil dari digitasi yang telah kami lakukan
PEMBAHASAN
Digitasiadalah proses mengkonversi obyek geografis dari peta analog/ cetak
ke format digital ArcView Desktop mendukung beberapa metode digitasi dengan
digitizer tablet dan on screen digitizing. Digirasi on screen adalah penelusuran batas
kenampakan objek pada citra yang akan ditayangkan pada layar monitor. Digitasi
secara umum dapat didefinisikan sebagai proses konversi data analog ke dalam
format digital meliputi objek-objek yang ada dalam peta. Digitasi on screen
merupakan suatu teknik digitasi atau proses konversi dari format raster ke dalam
format vector.
Tiga unsur spasial (feature) yang dapat dibentuk melalui digitasi on screen ini
antara lain point (titik), line (garis), dan polygon (area) Digitasi on screen ini dibagi
dalam 3 kelompok berdasarkan tipe shape file nya yaitu point (digitasi untuk
membuat simbol fasilitas umum, tempat wisata, gunung, kota, pabrik dan lain-lain.
Yang kedua yaitu line (digitasi untuk membuat jalan tol, jalan arteri, jalan kolektor,
dan sungai. Kemudian yang ketiga yaitu polygon ( digitasi untuk membuat wilayah
kabupaten, kota dan lain-lain. Berdasarkan peta yang telah di digitasi, dapat dilihat
yaitu wilayah ditandai dengan warna ungu yang sudah di digitasi. Dan yang dapat
dilihat lagi yaitu jalan yang ditandai dengan warna kuning.
PENUTUP

Kesimpulan
Maka Dapat Disimpulkan bahwa dengan adanya Mata Kuliah sistem
Informasi Geografis ini dan pemahaman tentang pemanfaatan lahan baik secara
manual maupun secara digital maka lebih mempermudah untuk pemanfaatan lahan
pada wilayah wilayah tertentu sehingga tidak terjadi kesalahan penggunaan
pemanfaatan lahan

Saran
Saran saya sebaiknya praktikan lebih diberi waktu untuk memahami
penggunaan aplikasi tersebut dan memberikan penggambaran yang lebih dalam
tentang aplikasi dan pemanfaatan lahan tersebut sehingga praktikan lebih mudah
dalam mengaplikasikan nya disetiap praktikum
DAFTAR PUSTAKA

Forest Watch Indonesia. 2010. Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis. Bogor :
FWI.

GIS Consortium Aceh-Nias. 2007. Modul Pelatihan ArcGIS Tingkat Dasar. Banda
Aceh :PEMDA Kota Aceh.

Subagio. 2002. Pengetahuan Peta. Bandung. Penerbit ITB.

Trisasongko, Bambang H., Diar Shiddiq. 2012. Manajemen dan Analisis


DataSpasial dengan ArcView GIS. Bogor : IPB.

Hockensmith, R.D. and Steele J.B. (1943). “Recent Trend in Use of Land Capability
Classification”. Proc Soil Sci Soc Am 14

Klibengiel, A.A. and Montgomery, P.H, (1961). “LandCapability Classification.


Agricultural”, Handbook No.210 US Dept. Agric Soil Serv Washington DC

Sitorus, Santan R.P. (1985). Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: PT. Tarsito.

Sitanala Arsyad (1989). Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB.

Suratman Worosuprojo, Suharyadi, Suharyanto (1993).Evaluasi Kemampuan Lahan


untuk Perencanaan Penggunaan Lahan dengan Metode GIS di Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta :UGM

Tukidal Yunianto (2006), Bahan Ajar Evaluasi lahan untuk Perencanaan Lahan,
Yogyakarta : UGM,

Anda mungkin juga menyukai